Pages

19 June 2018

Penjelasan Yesus Mengenai Mengasihi Dirinya


Oleh: Martin Simamora

“Barangsiapa Mengasihi Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku.”
Mengasihi Yesus Akan Mengubah Tatanan Kasih Dalam Keluarga
Sebagaimana Alkitab berulang kali menyajikan, bahwa sentral pengajaran Kristus adalah dirinya sendiri bagi manusia, bukan manusia baginya. Namun Yesus dalam sejumlah pengajarannya, tak pernah sekalipun menyatakan dirinya “aku adalah Allah” secara vulgar,sebagaimana menjadi ekspektasi banyak orang untuk menjadi sumber bukti verbal dari mulut Yesus sendiri, sehingga berdasar bagi orang Kristen menyebutnya Tuhan. Akan tetapi, Alkitab mengandung banyak sekali pernyataan Yesus yang mendudukan dirinya adalah Tuhan bagi  manusia. Mengasihinya, dengan demikian, akan menjadi sebuah mengasihi yang bukan saja divinitas tetapi memisahkan mencintai-Nya sebagai tak tertandingkan kemuliannya dibandingkan mengasihi siapapun juga yang anda kasihi. Bukan itu saja, dalam mengasihi-Nya, manusia  harus belajar di seumur hidupnya untuk mampu mengasihi-Nya dengan segenap jiwa, segenap pikiran dan dengan segenap kekuatan. Perhatikan pernyataan Yesus berikut ini:

►Matius 10:37 Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Ketika Yesus hadir dalam kehidupan keluarga-keluarga, maka Ia haruslah dalam relasi yang unik didalam keluarga tersebut. Ia harus menjadi yang terutama dalam setiap hati anggota keluarga. Ayat di atas tersebut, bukan soal rivalitas cinta atau kasih tetapi bagaimana seorang yang mengasihi Yesus akan masuk kedalam sebuah kehidupan yang memisahkannya dari nilai, norma dan budaya yang berlaku di dalam keluarga dan di dalam dunia ini. Mengapa demikian? Karena permulaan mengasihi Yesus akan menuntunmu dan keluargamu-jika semua menerima-Nya- untuk berjalan mengikut Yesus dalam mengasihinya yang memuliakannya dalam kehidupan. Itu sebabnya ia berkata: barangsiapa mengasihi bapa  atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Sampai dua kali Ia menekankan hal ini, menunjukan betapa pentingnya memiliki relasi dengan diri-Nya dibandingkan dengan apapun dan siapapun juga. Ini sendiri akan menjadi dasar terpenting bagi kekuatan dan kesetiaan seorang Kristen untuk setia dan taat untuk hidup bagi Kristus dalam dunia yang penuh dengan tantangan. Saya akan menunjukannya bagi anda.


Yesus Sang Kristus, sejak di dalam keluarga, telah menjadi satu-satunya kebenaran hidup keluargamu dan setiap anggota keluarganya. Apakah anda sebagai suami bersama isteri telah menuntun anak-anakmu untuk mengenal Kristus melalui kehidupan berdoa dan dalam praktik hidup sehari-hari/kelakuan hidup sehari-hari. Tentu saja, harus terlebih dahulu kepala keluarga bisa menjadi teladan bagi isteri dan anak. Jadi misalkan, jangan sampai anda memaki-maki anak karena kedapatan merokok, tetapi anda sendiri pecandu rokok..dan seterusnya dan seterusnya, anda bisa menambahkannya sendiri sesuai kehidupan kita masing-masing.

Kata “tidak layak bagi-Ku”, ini adalah pernyataan yang ekstraordinari sebab mengapa mengasihi sedemikian rupa  pada berhasil atau tidaknya akan berujung pada nilai diri seorang manusia terhadap Yesus: layak atau tidak layak? Siapakah dia…sudah menuntut harus lebih mengasihinya daripada siapapun juga lalu kini berkata tentang dirinya seperti dia yang mahamulia bagi manusia-manusia yang tidak mulia sedikit saja? Inilah yang saya maksudkan:Yesus memang tak pernah secara verbal berujar aku adalah Tuhan, namun dalam pengajarannya, Ia adalah Tuhan yang harus disembah dan tidak boleh ada yang lain disembah. 

Dalam teks tersebut, penyembahan di sini telah diletakan Yesus pada sebuah kedudukan yang menunjukan bahwa Ia memiliki relasi yang bukan saja divinitas tetapi berkuasa dalam pemerintahan-Nya yang berdaulat penuh atas kehidupan keluarga-keluarga. Ketika anda membaca bagian “barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku”, ini sebetulnya adalah tatanan baru dalam sebuah keluarga kala Yesus menjadi  Tuhan dalam kehidupan sebuah keluarga . Kehadiran Yesus dan mengasihi Yesus akan merombak tatanan kasih dalam sebuah keluarga. Yesus merombak tatanan kasih yang membawa sebuah keluarga masuk kedalam persekutuan kasih yang kudus dan tak dikenal dunia ini, ayat tersebut bukan sama sekali melarang   saya dan anda untuk mengasihi anggota keluargamu dengan kasih yang paling murni, tetapi sedang menyorot bagaimana Yesus menguduskan kasih manusia sehingga disanggupkan untuk mengasihi Allah dalam dan melalui Yesus Sang Kristus. Apa maksudnya? Kalau anda bertanya apakah wujud kongkrit yang dapat dilakukan oleh seorang manusia pengikut Kristus untuk menggenapi perintah ini:

Matius 22:36-40 Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat? Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama…Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Maka, melakukan apa yang diperintahkan Yesus tersebut (Matius 10:37) akan menjadi salah satu perbuatan kongkrit di seumur hidupmu sebagai murid Kristus dalam mengasihi Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.


Mengasihi Yesus dalam Dunia yang Tak Mengenal-Nya
Wall Street Journal
Pernahkah terlintas dalam benak anda untuk membangun kesetiaan sedemikian mulianya kepada selain daripada Allah? Pernahkah manusia di era Yesus dapat menerima wujud praktik “kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”, kemudian oleh Yesus telah dinyatakannya akan dapat digenapi oleh manusia jika manusia itu berjumpa dengan dan menjadi pengikut Yesus Kristus? Itulah yang terjadi kala Yesus berkata:

►Matius 10:38-39 Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku  Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, Ia tidak layak bagi-Ku”, bukan saja membicarakan apakah anda tetap menjadi setia dan mengasihi Yesus  sekalipun berbagai resiko dan tantangan dapat membahayakan nyawamu, tetapi ini adalah soal apakah saya dan anda mengenal siapakah Yesus bagimu/bagiku?  Kita harus mengerti bahwa Yesus adalah Mesias yang sangat realistik terhadap kekinian dunia ini kala ia menuntut mengasihinya dalam cara yang setotalitas ini: “memikul salibnya dan mengikutnya,” ia tidak sedang membawa saya dan anda masuk ke dalam dunia utopia atau dunia khayal kala berbicara mengikut-Nya dan mengasihi-Nya. Ia juga membicarakan resiko terkerasnya dan yang paling saya dan anda takuti untuk terjadi yaitu; resiko kehilangan nyawa karena beriman kepada-Nya. Tetapi di saat yang sama, ia juga tidak sedang meminta saya dan anda untuk bersetia dalam cara yang radikal seperti ini memikul salib yang benar-benar kayu demi keselamatanmu, tidak karena bukan itu maksudnya. Maksud saya, sementara mengikut-Nya ada resiko, tetapi Ia tidak sedang membicarakan jenis mati yang konyol dan tak berdaya pada maut. Tidak pernah seperti itu. Sementara Yesus membicarakan resiko kematian bagi saya dan anda dalam mengasihi dan mengikut Yesus, Ia juga bersabda bahwa walau demikian, saya dan anda akan memperoleh kehidupan dari-Nya, karena itu Ia berkata: kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Mengasihi Yesus, dengan demikian, memiliki tantangannya, dan itu tak hanya dahulu, sekarangpun demikian. Tak harus melulu membicarakannya dalam konteks keadaan yang  penuh bahaya seperti perang atau penganiayaan. Dalam keadaan damai, pun bisa memproduksi tantangan yang memberikan bahaya tersendiri. Dalam kenyamanan dan dalam rasa aman yang membuatmu tak lagi serius dengan pertumbuhan imanmu dalam Kristus, itu bahkan lebih maut daripada maut yang dapat dihasilkan oleh sebutir peluru. Karena itulah Yesus terkait tantangan bagi para pengikutnya pada segala zaman, telah dikemukakannya sebagai memikul salib, yang menyiratkan akan senantiasa terkait dengan imanmu dan kepengikutanmu kepada Kristus selama saya dan anda di dunia ini. Ia juga pernah bersabda begini:

Matius 10:16 Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala

Ini adalah kehidupan normal  setiap pengikut Kristus pada setiap saat. Faktanya  musuh alami  hewan domba-domba yang diternakan dan digembalakan memang predator serigala, dan walau demikian, setiap domba harus tetap mengikut gembalanya walau bahaya mengintai setiap saat. Walau bahaya mengintai setiap saat, setiap domba harus tetap didalam kawanannya dan tetap berada didalam komando suara penggembalanya. Kita harus memahami, bahwa tuntutan Yesus agar setiap orang percaya wajib hidup dalam firman Kristus, itu semata karena faktanya kehidupan alami saya dan anda adalah seperti domba ke tengah-tengah serigala. Dan sebagaimana telah saya katakan, mengasihi Yesus yang menuntut kesetiaan untuk bertahan dalam tantangan atau ”tetap memikul salib”, tak pernah sebuah pengikutan yang konyol. Sebaliknya Gembala Agung kita pun memberikan hikmat bagi saya dan anda terkait bagaimana agar tetap mampu untuk “tetap memikul salib”, yaitu: “sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16).


Mengasihi Yesus dalam Dunia Dimana Iblis Masih Dibiarkan Kristus Bekerja Hingga Waktu Panen Tiba

Apa yang harus dipahami oleh setiap murid Kristus dalam hidup yang digembalakan dan dimuridkan-Nya melalui kehidupan didalam keluarga yang setia dan mengasihi Yesus, dan di dalam gereja-gereja yang setia kepada firman Tuhan dan bertekun dalam menggembalakan dan memuridkan setiap domba Kristus yang menjadi jemaatnya, adalah fakta mengasihi Yesus yang bertemali dengan “memikul salibmu”, atau mengasihi Yesus yang bertemali dengan resiko dan tantangan yang bisa datang dari internal diri dan eksternal diri. Kita harus tahu juga, bahwa bukan sekedar karena Yesus mengutusmu seperti domba ke tengah-tengah serigala dalam makna jasmaniah, tetapi juga dalam makna spiritual. Ini adalah tantangan yang tak boleh luput menjadi perhatian saya dan anda, karena ini adalah bagian tersukarnya dan bagian yang paling penuh tantangan dan akan kita jalani bersama Yesus Sang Mesias, sebagaimana dikemukakan Yesus sendiri:

►Matius 10:24-25 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.

Ketika anda membaca “jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya”, inilah dasar dari pernyataan saya tadi, bahwa tantangan atau salib yang harus dipikul dalam memikul salib itu, tidak terbatas harus pada saat penuh tantangan dan bahaya ekstrim seperti era Yesus dan era penganiayaan jemaat mula-mula. Tetapi aspek spiritual yang melingkupi setiap orang percaya dan jemaat sementara  masih di bumi, ini sendiri adalah sebuah kedudukan yang secara konstan membuatnya senantiasa dalam statusseperti domba di tengah-tengah serigala.” Ketika Yesus berkata “jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya”, ini bagaimanakah tantangan yang akan dihadapai jemaat-Nya di sepanjang masa selama di dunia ini. Kita tentu tahu bahwa terkait Beelzebul atau penghulu setan, Yesus sendiri telah menaklukannya secara gemilang. Ini penting untuk diketahui agar setiap orang Kristen tahu dan kenal siapakah Yesus Gembala Agung  yang memimpinmu itu, terhadap penghulu setan. Ungkapan jika tuan rumah disebut Beelzebul, tentu saja terkait dengan sebuah insiden yang begitu fenomenal dan paling mengguncangkan iman orang Yahudi kala itu. Perhatikan episode ini:

Lukas 11:14-20 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak. Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan."… Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.

Bahaya yang secara konstan akan kita hadapi, merupakan realitas yang lahir dari Kerajaan Allah sudah datang menghakimi dunia ini pada kedatangan Yesus yang pertama  untuk menelanjangi segala perbuatan penghulu setan namun tidak datang untuk sekaligus mengeksekusi penghakiman itu, sehingga binasalah seketika itu juga si Penghulu Setan dan seketika dunia ini akan begitu damai dan mulianya. Inilah realitas yang kita hidupi, sementara kita telah hidup didalam pemerintahan Kerajaan Allah yang sudah datang  untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan menghempaskan takhta iblis, sebagaimana dikemukakan oleh Yesus Sang Mesias kepada  orang-orang Yahudi yang tak bisa percaya begitu saja kalau Yesus sungguh-sungguh berkuasa bahkan atas penghulu setan:

Yohanes 12:31 Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar;

Jadi, duniamu boleh saja anda katakan aman, tetapi keamananmu dalam Kristus tidak membuatmu lepas dari satu tanggung jawab yang vital. Apakah itu? Inilah tanggungjawab vitalmu di dunia yang bahkan telah sejak lama memandang Yesus datang dari penghulu setan yang harus dibasmi:  pikul salib dirinya dan ikut Dia.

Sama seperti telah saya katakan sebelumnya, realita ini harus dipahami secara benar, sebab inilah dunia saya dan anda. Tak ada ruang untuk menjadi cengeng sekalipun normal untuk bersedih dalam sebuah duka yang memang perlu untuk ditangisi, tetapi jadilah tangguh sebab begitulah anda sejatinya. Bisakah anda membayangkan domba seperti apakah yang memiliki kualifikasi untuk bisa menjalani kehidupan yang dipimpin-Nya seperti ini: “Aku mengutusmu seperti domba ke tengah-tengah serigala.” Dalam Yesus tak ada kekonyolan, apa yang menjadi bagian saya dan anda, haru kita lakukan yaitu pikul salib diri yang berupa berbagai tantangan dalam dunia ini yang bisa mengancam jiwa karena keberimananmu secara penuh percaya diri oleh karena Yesus Sang Gembala Agung kita. Karena Dia berkusa untuk menghakimi  penghulu setan tanpa problem sedikitpun seperti problem corpus delicti yang membuat Bapa bercela dihadapan Iblis, maka memikul salib yang pasti merupakan hal-hal yang menyakitkan dan bias membuatmu tersendirikan dan diburu bagaikan penjahat yang harus dilenyapkan, seharusnya dapat kita lalui jika kita setia kepada Dia yang telah berkuasa menaklukan Iblis, dan apalagi Ia sendiri menggembalakan kita. Kita tahu di dunia ini, Ia telah memberikan Roh Kudus sebagai Penghibur kita yang kokoh dan berkuasa penuh atas diriku dan dirimu.

Kehidupan “domba di tengah-tengah serigala” adalah kehidupan yang penuh resiko, dan resiko itu ada senantiasa. Ancaman paling berbahaya adalah yang tak dapat dilihat dengan mata biasa dan tak dapat diprediksi oleh hikmat manusia, selain hanya mengandalkan kesetiaan Gembala Agung kita atas keamanan keselamatan saya dan anda. Kehidupan kita yang digembalakan dan dimuridkan, bukan sekedar anda agar menjadi Kristen dan mengerti mengapa anda menjadi Kristen. Tidak sebatas itu, tetapi dalam digembalakan dan dimuridkan dalam gereja-gereja yang setia kepada firman Tuhan, anda belajar untuk menjadi setia dan taat kepada firman-Nya sebagai satu-satunya sumber yang memiliki kuasa menguduskan dan menaungi segenap dirimu daripada yang jahat selama di dunia ini. Dan Sang Kristus telah mengutarakan kebenaran ini dalam sebuah perumpamaan yang mencengangkan:

Matius 13:24-30 Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku."

Kalau tadi Yesus menunjukan kehidupan semua murid-Nya dalam segala generasi akan seperti domba seperti di tengah-tengah serigala, kali ini Yesus menunjukan hidup kita ini seperti gandum yang berbuah lebat namun di saat yang sama lalang tumbuh lebat. Pada situasi ini, Yesus menyatakan bahwa kehidupan para pengikutnya akan secara konstan dalam intaian Seorang musuh dengan segala pekerjaan jahat segenap antek dalam kerajaan iblis, sebagaimana penjelasan Yesus dalam tentang perumpamaan itu:

►Matius 13:37-39 Ia menjawab, kata-Nya: "Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat.

Kita tak hanya melihat bahwa kita sebagai anak-anak Kerajaan yang saat ini hidup di dalam dunia yang dikelilingi oleh anak-anak si jahat yang dipimpin oleh Iblis (Diabolos, the Devil), atau sebagaimana Yesus katakan pada kesempatan lain: seperti domba di tengah-tengah serigala. Namun ingatlah, kita tidak hanya melihat dan mengalami itu saat ini, tetapi kita juga mengalami pemeliharan dan penjagaan Allah, sehingga walau demikian adanya, kita bukan saja tetap berbuah lebat bagi-Nya tetapi akan berakhir secara aman bersama dengan Bapa yang sama sekali tak mengalami problem untuk menaklukan iblis. Iblis dan antek-anteknya dibiarkan tetap bekerja, bukan karena Allah bermasalah terhadap Iblis, namun karena waktu panen-Nya belum tiba dan agar jangan sampai ada satupun dari anak-anak Kerajaan yang  ikut tercabut sementara sedang berproduksi, jika panen dini dilaksanakan. Keberdaulatan Allah bekerja tanpa perlu sterilisasi iblis dan tanpa perlu dikonsepkan dalam konsepsi corpus delicti.

Penutup:
Bukan Menjadi Corpus Delicti, Tetapi Menjadi Senjata-Senjata Kebenaran
Ketika anda membaca: “Barangsiapa Mengasihi Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku”, ini memberikan bukti yang teramat kuat bahwa satu-satunya kehidupan yang harus saya dan anda miliki adalah kehidupan pemuridan seumur hidup di dunia ini, agar saya dan anda memiliki kasih yang agung dan mulia terhadap Yesus. Kita tidak pernah dituntut untuk menjadi  manusia-manusia corpus delicti agar Bapa tertolong dalam pengadilan-Nya sendiri, tetapi ya… kita dituntut untuk mengasihi Kristus lebih dari apapun dan siapapun di dunia ini. Karena itulah  hukum terutama tak pernah berubah menjadi kasihilah Allah sehingga anda dan saya seharusnya mau menjadi corpus delicti yang menjadikanmu pribadi-pribadi yang dapat turut membuktikan iblis bersalah, membuat dirimu menjadi solusi atau jawaban mengapa hingga kini iblis masih bebas berkeliaran mendatangkan problem kejahatan/dosa di dunia ini. Yesus memang menuntut mencintai dirinya secara total, tetapi bukan agar saya dan anda menjadi corpus delicti, tetapi agar saya dan anda layak bagi-Nya.

Ia tetap berkuasa dan berdaulat penuh sebagai Tuhan tanpa problem yang membutuhkan pertolongan manusia. Mitologi-mitologi Yunani memang  memiliki gagasan yang dapat menyuntikan pemikiran bahwa Tuhan memiliki  kelemahan. Dalam mitologi Yunani, memang .para dewa memiliki kelamahan-kelemahannya, dan kerap para manusia demi god harus atau perlu membantunya. Anda-anda nggak perlu menjadi bagaikan manusia demi-god  dalam selubung menjadi manusia-manusia corpus delicti bagi Bapa, yang berkuasa menolong kesulitan-Nya terhadap Iblis, yang kalau diadili saat ini akan begitu lihainya berkelit melawan Bapa. Gagasan-gagasan corpus delicti bukan saja omong kosong jika dipandang dari gagasan  legalnya kala diaplikasikan pada dunia Tuhan, tetapi  juga omong kosong kala seorang manusia menjadi semakin saleh, semakin suci, semakin mulia, lalu menjadikannya seorang manusia berkuasa untuk menolong Bapa untuk melawan Iblis.

Itu sebabnya dalam subyek-subyek pengajaran Yesus, Ia akan senantiasa mengajak saya dan anda untuk mengasihinya, memikul salibmu dan salibku (bertahan dan berdiri kokoh dalam tantangan iman di dunia) dan mengikut dirinya, tak pernah sekalipun ia menyinggung problem  Allah berproblem dalam penghakimannya terhadap Iblis. Begitu murninya Ia tak berproblem, maka Ia bisa berkata: “Barangsiapa Mengasihi Anaknya Laki-Laki Atau Perempuan Lebih Dari Pada-Ku, Ia Tidak Layak Bagi-Ku.” Bukan berkata: barangsiapa tidak bersedia menjadi corpus delicti sebagaimana Aku mau karena Aku mengasihi dan mentaati Bapa, Ia tidak layak bagi-Ku.”

Kita memang harus hidup dalam kesalehan, dalam kebenaran, dalam kesucian… itu adalah kehendak Kristus! Tetapi sama sekali bukan agar saya dan anda bisa menjadi corpus delicti yang akan membantu Bapa dalam pengadilan-Nya, menjadi bukti-bukti yang dapat  digunakan Bapa untuk mengadili Iblis sehingga bisa dibinasakan. Jadi untuk apa? Kita harus hidup dalam kesalehan, dalam kebenaran, dalam kesucian agar kita menjadi…

Roma 6:12-13 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

Jadi bertobatlah dari gagasan corpus delicti semacam itu. Memang kelihatan begitu rohani dan spiritualitas, tetapi begitu dalam menghujat karya salib Kristus sebagai tak berkuasa untuk menghakimi dan menaklukan Iblis. Jika  Karya salib Kristus saja telah dihujat, lalu dimanakah lagi anda menemukan keselamatanmu?

Soli Deo Gloria
Referensi:

No comments:

Post a Comment