Pages

21 April 2018

Ketika Kebencian Tak Pernah Menggagalkan Kasih Allah Melawat Dunia:



Oleh: Martin Simamora

Kuburannya Masih Ada Pada Kita Sampai Hari Ini, Bukti Kasih-Nya yang Telah Ditolak Tak Dapat Digagalkan

Intro:
Mesias yang Aneh

Kebencian sebagaimana kesukaan adalah hal yang begitu alami  bagi manusia. Tak perlu harus bersebab apalagi berempatik. Kadang kala atau bahkan kerap kali, menyukai atau membenci bisa datang menyandera  sehingga indra-indra paling dasar pemberian Sang Khalik membuta untuk sekedar dapat menjadi diam dan tenang merenungkannya dan memeriksanya secara cermat.  Saya berpendapat, Alkitab secara jitu memotretkannya bagi kita, manusia-manusia yang memiliki kesempatan yang agung telah menggunakan momentum paling penting bagi penghuni bumi ini, dengan kebencian yang membuahkan kubur. Ini bukan kebencian 1 orang, 2, 5,10, 100 atau lebih. Ini adalah kebencian semua orang, sedikit-dikitnya 5000 orang laki-laki saja yang telah menikmati jamuan makan bersama Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya ditolak dalam kebencian yang melahirkan pengelu-eluan seorang kriminal yang bahkan belum tentu mampu memberi makan bagi 10 orang saja. Mari kita melihat manusia-manusia yang sungguh mengalami kemurahan Yesus, Sang Mesias yang pada akhirnya mereka serahkan  ke dalam kubur.

Markus 6:32-44 Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka. Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini." Tetapi jawab-Nya: "Kamu harus memberi mereka makan!"… Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang…. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki.  [Matius 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas 9:10-17; Yohanes 6:1-15]

Begitulah Yesus menjadi sebuah pengharapan yang besar dan mulia, bahkan lebih dari sekedar Sang Pemberi Makan, tetapi semua menjadi yakin bahwa dialah Sang Mesias yang dinantikan. Jika Ia sanggup menjadi Sang Pelepas Kelaparan hanya dengan mengangkat makanan dan mengucap syukur, maka dialah Mesias yang akan  membebaskan mereka melalui pemulihan Israel secara total. Ini dapat dimengerti, ketika Yesus memang benar-benar mengadakan mujizat yang menunjukan siapakah Ia. Jadi kalau seperti ini pengharapan  mereka: Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia." (Yohanes 6:14). Yesus, tak terelakan, menjadi begitu popular dan paling disukai. Bisakah anda membayangkan diri anda sangat disukai dalam sebuah kepopuler tanpa tanding, seperti Yesus yang hanya mengangkat makanan dan mengatakan sesuatu kepada Langit, dan kenyanglah semua ribuan orang. Para saksi mata yang sangat kenyang.

Tetapi akankan para saksi mata yang begitu kenyang perutnya, akan tetap menjadi saksi-saksi setia yang akan berdiri dan memberitakan kebenaran-Nya sebagaimana kehendak-Nya? Masihkah kala mereka tidak akan pernah setiap hari mendapatkan mujizat sespektakuler demikian ! Apalagi, Yesus secara teguh dan penuh maksud tidak memenuhi ekspektasi publik agar kemesiasannya tampil secara total untuk menaklukan para penguasa dunia, sehingga dipulihkanlah takhta Daud itu. Siapa yang dapat memahami ini?

Yesus, kalau dia adalah Mesias itu, Ia adalah Mesias yang aneh. Begitu aneh karena sementara ia memiliki basis konstituen dan rakyat yang begitu menghormatinya sebagai mesias yang adidaya, namun beginilah perilaku Mesias itu:

Yohanes 6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.

Siapa yang dapat mendikte tujuan yang harus dicapai Sang Mesias? Rakyat, peguasa-penguasa dunia ini, Mahkamah Agama? Tidak. Dalam sebuah dialog yang sungguh mencengangkan bagi para  ahli atau pakar agama, Yesus menunjukan bahwa dirinya memang Mesias yang aneh bagi pemikiran teologis dan ekspektasi pada umumnya:

Lukas 20:40-44 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Bagaimana orang dapat mengatakan, bahwa Mesias adalah Anak Daud? Sebab Daud sendiri berkata dalam kitab Mazmur: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Jadi Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?"


Sementara orang-orang Israel memahami Mesias adalah Sang Pembebas yang akan menaklukan musuh-musuh Israel, mereka pada saat yang sama kalau Mesias bukanlah Mesias yang datang  dan berasal dari dunia ini, sementara Ia adalah memang keturunan Daud: jadi Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula? Ini adalah relasi yang tak terpahami. Ini adalah poin besar yang membuat Yesus jika ia Mesias, menjadi begitu janggal. Walau kitab suci menyatakan kalau Daud menyebut keturunannya itu adalah Tuannya! Hubungan yang sangat aneh! Ini bukan satu kali, Yesus menunjukan kemesiasan yang aneh yang akan menjadi konflik bagi bangsa Israel. Ia  juga berkata begini tentang mesias itu-dirinya:

Yohanes 3:12-13 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia

Kemanusiaan Mesias cukup mudah dimengerti bahwa Ia  harus keturunan Daud, dan berkuasa untuk menaklukan kuasa-kuasa dunia ini. Tetapi  keilahian Mesias bahwa Ia adalah yang telah turun dari sorga, akan  menjadi  hal yang begitu aneh kala membicarakan Mesias! Dan bentrok terbesar antara pengharapan mesianik yang populer dengan pengharapan mesianik yang dibawa Dia yang telah turun dari sorga, semacam ini:
Yohanes 3:14-15 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Para pembaca yang budiman dimanapun anda berada saat ini. Sebetulnya Yesus tidak pernah sedikit saja mengingkari kemesiasannya pada  aspek kuasa yang integral pada dirinya. Ia tetap menunjukan bahwa Ia adalah Mesias yang berkuasa penuh sebagaimana pengharapan mesianik yang menggelora pada orang Israel. Sang Mesias menyambut gelora ekspektasi itu, hanya saja tak seperti yang dipikir, tak terselami jika Mesias berkuasa untuk memberikan yang kekal dalam cara yang akan membuat semua begitu sukar memandang Ia adalah mesias. Yesus bahkan meletakan dirinya sebagai penuh kuasa sumber hidup Allah bagi manusia pada tindakan penghandiran Allah akan kuasa hidup-Nya yang membebaskan manusia dari kematian karena maut yang lahir dari dosa, pada peristiwa tongkat Musa: sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Mari kita bandingkan dengan apa yang terjadi pada peristiwa Musa tersebut sebagaimana Yesus merujukan dirinya:

Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup- Bilangan 21:4-9

Harus diperhatikan, bahwa Yesus secara sangat berhati mengintroduksi dirinya sebagai mesias sementara pengharapan mesianik yang  dipegang erat menentangnya. Sang Mesias nampak memahami penolakan ini, karena ia sendiri secara langsung menerima penolakan kemesiasan yang bertolak belakang dengan kebenaran yang diajarkan para guru kitab suci mereka. Mari kita memperhatikan ini:

Yohanes 12:32-33 dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

Yohanes 12:34 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Pada poin inilah, ekspektasi  mesianik pada Yesus telah runtuh walau mereka tahu siapakah Yesus terkait kuasa dan otoritas yang tanpa tanding! “Siapakah Anak Manusia?” ini adalah pertanyaan soal jati diri Mesias, mengapa harus dikaitkan dengan Anak Manusia harus mati? Ini menjadikan Yesus adalah Mesias yang aneh dalam pengharapan bangsa Israel: mesias tetap hidup selama-lamanya. Kini ia bicara kematian??

Seperti saya katakan tadi,  Yesus tidak pernah mengingkari kemesiasannya sebagaimana pengharapan yang tertanam sejak zaman purba. Bahkan kala ia menyatakan bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, dalam peninggian yang melahirkan kematian, ia begitu menekankan aspek kuasa pada Takhta Daud itu : duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Hanya saja yang tak terpikirkan, mengapa harus Takhta Daud berurusan dengan Hidup Kekal dari Allah?. Yesus terkait hal ini menyatakannya dalam sebuah penekanan yang akan menunjukan bahwa dalam peninggiannya Ia dalam perjalanan untuk menaklukan kuasa-kuasa dunia:

═dalam kematiannya Ia berkuasa untuk memberikan kehidupan bagi banyak manusia: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”- Yohanes 12:24

═Nama Allah dimuliakan dalam kematian-Nya:” Bapa, muliakanlah nama-Mu!" Maka terdengarlah suara dari sorga: "Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!"- Yohanes 12:28

═Kematiannya mengerjakan penghakiman Allah atas dunia dalam wujud penghakiman yang memperlihatkan kerja kuasa mesianik pada Yesus sebagai pewaris kekal Takhta Daud: “Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar”- Yohanes 12:31

═Kematiannya adalah kematian mesias yang menggenapkan pengharapan mesianik sebagai pembebas manusia dalam spektrum yang jauh lebih mulia daripada kelepasan lahiriah tetapi kemerdekaan dibalik kubur: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku." Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.”- Yohanes 12:32-33



Pengeluan Mahamulia Berganti Pelucutan Kemuliaan: Kebencian Berbuah Kubur
Karena itulah, sementara ia belum berjalan menuju salib melalui serangkai peristiwa kelam seperti penghianatan, penangkapan, penistaan, penyiksaan, pengadilan, vonis mati salib dalam sebuah pemilihan antara dirinya ataukah seorang criminal untuk dibebaskan, Yesus tetap diharapkan mau  menggenapi pengharapan dunia yang berdiam di hati bangsa Israel. Sehingga  kita masih dapat melihat ini:

Yohanes 12:12-13 Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"

Tetapi segera setelah Yesus menggenapi sabdanya sendiri: bahwa Anak Manusia harus ditinggikan, maka pengeluan mahamulia yang sebelumnya disematkan pada dirinya, kini secara aklamasi dilucuti

Matius 27:16-17 Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal kejahatannya yang bernama Yesus Barabas. Karena mereka sudah berkumpul di sana, Pilatus berkata kepada mereka: "Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu, Yesus Barabas atau Yesus, yang disebut Kristus?"

Kekecewaan yang melahirkan kebencian. Kebencian yang akan berbuah kubur, pada puncaknya. Siapakah yang dapat membayangkan pengeluan mahamulia berubah menjadi pelucutan kemuliaan yang disumpahkan oleh mereka hingga ke keturunan-keturunan mereka:

Matius 27:24-25 … ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

Kebencian  nasional terhadap satu orang manusia sebangsanya. Masihkan ia mesias bagi bangsanya? Ia mesias yang aneh bagi bangsanya. Tetapi tak sekedar benci, tetapi penolakan  atas Hidup Kekal ganti kutuk kematian yang mereka pilih sendiri, dalam ekspresi: biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami! Ini adalah penolakan nasional   yang mereka benamkan untuk beranak-pinak. Dapat dimengerti mengapa injil begitu  sukar untuk mendapatkan tempat terbaik dalam hati bangsanya sendiri. Tetapi kebencian yang sekeras ini, dalam cara yang tak terbayangkan dan mereka tolak, kelak akan menjadi satu-satunya jalan keselamatan bagi mereka, tiada cara lain, tepat sebagaimana Yesus, tadi, berkata: Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.

Pada akhirnya, tidak pernah Yesus menuntut pembalasan kepada Bapa-Nya atas penumpahan darahnya. Walau sukar untuk kita pahami dan bayangkan, sejauh apa dan sebesar apakah  ucapan sumpah seperti ini: biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami akan berdampak dan mempengaruhi perjalanan bangsa ini, sementara Sang Mesias dalam penuh kasih yang begitu besar dari Bapanya, telah mengucapkan sabda yang megah ini: Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."- Lukas 23:34.

Mesias yang aneh, karena sementara Ia  pewaris Takhta Daud,  namun Daud memanggilanya Tuan! Mesias yang aneh, karena sementara ia menaklukan kuasa maut atas manusia, namun Ia harus mati? Mesias yang aneh bagi bangsa Israel, karena sekalipun Ia adalah manusia tetapi Ia bahkan  berkata dalam kematiannya akan memberikan kehidupan bagi siapa yang memandang pada dia yang disalibkan dan menjadi percaya. Mesias yang aneh, karena sekalipun manusia Ia berkuasa mengampuni dosa di dunia ini: “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" (Markus 2:10).”



Penolakan Kasih Allah yang Tak Berhasil
Dapatkah anda membayangkan bahwa seharusnya penolakan  kasih Allah seharusnya menghentikan Allah agar tak terus melanjutkan apapun yang telah dijanjikan oleh Mesias kepada bangsa itu? Mesias yang telah mereka benci hingga mengantarnya ke kubur! Kebencian yang melahirkan sumpah penolakan hingga ke anak-anak mereka, hingga ke generasi-generasi mereka.

Ah… sebesar dan seperkasa apakah janji Yesus itu, bahwa Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

Apakah Bapa tidak menjadi kecewa hingga tersakiti hatinya, memandang  anak-anak pilihannya menyerahkan Yesus kedalam pusaran kebencian mereka dan telah mereka meteraikan dengan sumpah dari generasi ke generasi tanpa ada satu imbuhan kapan masa berlaku segel sumpah itu. Kita harus mengerti ini, bahwa  pada bangsa Israel kita sedang melihat cermin sejati keadaan segenap manusia yang berada dalam belenggu maut.


Dan memang kasih Allah yang besar itu, tidak dapat digagalkan!
Walau Yesus telah mendapatkan penolakan nasional dalam meterai sumpah penolakan hingga ke keturunan mereka, tetapi beginilah ucapan Yesus kepada para murid yang tak kalah mengecewakannya juga:

Kisah Para Rasul 1:1-5 Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah. Pada suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian kata-Nya--"telah kamu dengar dari pada-Ku. Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."

Mesias yang aneh! Telah ditolak hingga ke dalam kematian yang melahirkan sumpah bagi generasi-demi generasi, tetapi masih membicarakan janji-janjinya yang pernah ia sampaikan, agar kasih Allah genap. Tak peduli Ia telah ditolak dalam hidup, dalam kematian, dalam kebangkitan dan dalam setelah kenaikannya. Ia selama selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah! Ia masih membicarakan apa yang jelas-jelas telah ditolak bangsanya, namun ia tetap mengajarkannya kepada para   murid dalam sebuah pengajaran yang jauh lebih sempurna terkait setiap hal yang telah digenapinya dalam peristiwa penyaliban, kematian, kebangkitan dan segala dampaknya yang bekerja di dunia dan semesta ini. Ia bahkan menunjukan, Bapa tak membatalkan janji untuk mengutus Roh Kudus ke dalam dunia setelah Anak yang diutusnya ke dalam dunia ini untuk menggenapi karya mesianiknya, naik ke  tempat tinggi untuk duduk disebelah kanan Bapa, menggenapi nubuat purba yang diucapkan Raja Daud bagi keturunannya itu: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.

Jadi inilah yang kita lihat, Kasih Allah yang tak dapat ditolak bahkan oleh pembunuhan pada dia yang diutus Bapa sendiri:


Pentakosta: Kasih Allah yang Begitu Besar Bagi Dunia yang Telah Menolak dan Membunuh Mesias Terus Berlanjut Tanpa Jeda!
Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."


Pemberitaan Injil Di dalam Dunia yang Membenci dan Telah Menolak:
Pemberitaan injil  pada momennya yang perdana sejak Pentakosta, tidak pernah menjadi hal yang mudah. Tidak mudah karena para pemberita mula-mula harus berhadapan dengan situasi yang cenderung telah menentang. Bahkan politis agamis, dan secara sengaja dirancang penguasa politik bersama penguasa agama agar pemberitaan injil: kematian dan kebangkitan Sang Mesias adalah berita bohong, hoax atau bahkan mitologi.  Mari perhatikan ini:

Matius 28:11-15 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka.

Injil Matius, memberikan catatan penting mengenai “kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika  para kamu sedang tidur”, realita yang tak diharapkan para penguasa harus dilawan dengan menjadikannya sebagai berita “hoax.” Penulis injil ini menyatakan bahwa kisah rekayasa untuk menguburkan kebenaran tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini. Kalau “sampai sekarang ini” adalah saat atau waktu injil ini dituliskan, maka setidak-tidaknya “hoax” ini telah menyebar dan diyakini oleh masyarakat Yahudi sebagai kebenaran sesungguhnya sekitar 50- 70 tahun atau lebih sejak Yesus Sang Mesias telah bangkit dari antara orang mati. Jika  mengacu injil ini  setidaknya ditulisa pada rentang waktu tersebut.

Ketika Petrus menyatakan secara publik:
Kisah Para Rasul 2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.
telah secara baik menjelaskan, betapa Pemberitaan kematian dan kebangkitan Yesus, sedang berhadapan dengan sebuah keyakinan publik yang telah lama diyakini sebagai kebenaran, bahwa Yesus tidak bangkit dari antara orang mati, tetapi mayatnya telah dicuri para murid-Nya. Dan itu pernyataan resmi yang diteguhkan oleh Mahkamah Agama dan Penguasa Politik saat itu. Ini semakin memberikan tekanan yang kompleks dalam memberitakan kematian dan kebangkitan, sementara orangnya tidak bisa ditunjukan dan masyarakat umum memiliki pengetahuan bersama kalau Yesus sebetulnya tidak pernah bangkit, melainkan para muridnyalah yang mencuri. 

Tetapi para  rasul, tidak menjadi kurang percaya diri, bimbang atau bahkan gentar. Malahan secara frontal menunjukan kubur kosong sebagai bagian  terpenting yang dapat ditunjuk untuk memberitakan Yesus benar-benar bangkit. Tidak main-main, karena di  jarak antara pemberitaan  Yesus bangkit  terhadap konspirasi antara tokoh agama dan serdadu-serdadu Roma, masih sangat segar.

Petrus, dan juga para rasul lainnya,  secara teguh meletakan dasar kebenaran pemberitaan Yesus mati dan bangkit pada Kitab Suci (PL yang kita kenal), sementara menunjuk pada “kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini,” sebagai sebuah kesaksian yang masih segar. Semua yang menyaksikan peristiwa itu masih ada, dan   banyak yang dapat mengenali para rasul adalah mereka yang bersama Yesus!

Apakah  kebenaran yang terkandung dibalik “kuburnya masih ada pada kita sampai hari ini’? Beginilah Petrus menyatakannya:

Kisah Para Rasul 2:30-31 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan.
Kisah Para Rasul 2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita.

Petrus memulainya  dengan: berkata-kata secara terus terang tentang Daud, bapa bangsa Israel. Apakah kaitannya dengan Daud yang telah wafat dalam rentang waktu ke belakang yang begitu jauh! Bagaimana mungkin orang yang telah wafat menjelaskan masa depan seorang manusia dan bahkan apa yang terjadi belakangan ini pada era itu?! Petrus melanjutkannya dengan menyatakan bahwa Daud telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias!

Daud dalam sebuah miktamnya yang dapat kita membaca hal yang tak lazim untuk  dialami oleh manusia yaitu tidak mengalami kematian:

▀Mazmur 16:10 sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

Kita tahu, Daud wafat: “Kemudian Daud mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di kota Daud” (1 Raja-Raja 2:10). Jadi Miktam Daud pada bagian tersebut tidak tergenapi pada Daud. Daging atau tubuh Daud mengalami kebinasaan dalam kematian dan kuburnya! Ketika Petrus di hadapan publik berkata kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini, ia sedang mengisahkan kejadian sebenarnya  terkait orang yang sebelumnya dan seharusnya masih ada di dalam kubur itu, tetapi kini tidak ditemukan lagi, dikarenakan fakta: Allah tidak menyerahkan Mesias ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Mesias melihat kebinasaan dirinya!
 
Petrus pada pemberitaan Yesus yang dikenal khalayak banyak sebagai orang yang telah wafat dan kubur itu kosong, dikarenakan telah dicuri oleh para muridnya sendiri, tidak menjadikan pemberitaan injil menjadi ajang untuk memperdebatkan keyakinan umum tentang Yesus, namun memanggil perkataan Daud untuk menunjuknya sebagai penjelas kematian dan kebangkitan Yesus, dan kubur kosong.

Jika kuburan masih ada pada kita sampai hari ini, lalu, jika bukan dicuri oleh para muridnya, dimanakah ia berada saat ini? Beginilah Petrus kepada publik menjelaskannya:

▀Kisah Para Rasul 2:32-35 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.

Kembali, dihadapan publik, Petrus ketika menunjuk pada kubur yang kosong dan masih ada pada kita sampai saat ini, menjelaskan dimanakah keberadaan Yesus saat ini, jika begitu, berdasarkan kesaksian Daud.  Petrus berkata dalam cara yang menakjubkan:
►bukan Daud yang naik ke sorga
►Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu.


Petrus membicarakan “naik ke sorga” terkait kubur kosong, sekaligus menjelaskan apa yang terjadi sesungguhnya  dengan Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan, tidak berarti bahwa ia semata tidak takluk kepada kematian atau kepada maut sehingga kini masih hidup di bumi sebagai manusia abadi bersama-sama dengan kita, sebaliknya Ia telah naik ke sorga. Dan bagaimana kedudukan Mesias yang tidak diserahkan ke dunia orang mati dan tidak mengalami kebinasaan itu, Petrus mengutip Daud sebagaimana Allah berfirman kepada dirinya: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. Ini sendiri tercatat. Bandingkan dengan mazmur ini:

▀Mazmur 110:1 Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu."

Dua hal sekaligus yang Petrus nyatakan kepada publik. Pertama, kubur kosong Yesus adalah penggenapan  nubuat mazmur Daud; Kedua, kubur kosong Yesus menunjukan bahwa Yesus kini duduk di sebalah Kanan Bapa yang berkuasa terhadap semua musuh-musuhnya yang penggenapannya telah berada di tangan  Bapa sebagai sebuah kepastian mesianik! Oleh karena itulah, ketuhanan dan kemesiasan Yesus atas keselamatan dan hidup kekal setiap orang yang percaya kepadanya, bukanlah sebuah pencapaian karena ia telah  berhasil menggenapi kehendak Bapanya selama di dunia ini, tetapi sebagai sebuah kepemilikan pasti yang telah dideklarasikan oleh nubuat-nubuat dalam kitab suci.

Yesus Sang Mesias juga membicarakan nubuat Daud ini, secara terbuka sebelum ia sendiri berjalan menuju salib. Perhatikan ini:
▬Matius 22:41-46 Ketika orang-orang Farisi sedang berkumpul, Yesus bertanya kepada mereka, kata-Nya: "Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya: "Anak Daud." Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?" Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya.

Ini adalah kepelikan yang dijumpai orang Israel dalam kitab suci, kala Yesus merujukan mazmur Daud tersebut kepada dirinya sendiri. Kepelikan yang secara langsung diajukan oleh orang-orang Farisi, sebuah uji penerapan nubuat yang tak main-main, secara langsung oleh mereka yang sangat berotoritas atas kitab suci, terhadap dia yang menyatakan dirinyalah yang dimaksud Daud. Yesus dan orang Farisi mengakui bahwa Mesias adalah  Anak Daud – harus keturunan Daud! Tetapi problem yang tak dapat dimengerti oleh siapapun, kecuali Yesus, adalah ini: jika Mesias adalah keturunan Daud, mengapa Daud sendiri kepada keturunannya sendiri, harus memanggil-Nya Tuan-Nya. Ini tidak main-main, karena baik orang Farisi dan Yesus mengakui bahwa Daud menuliskannya dalam pimpinan Tuhan: “bagaimanakah Daud oleh pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuan.” 

Dalam hal ini, menjadi jelas perbedaannya. Bagi bangsa Israel, mesias bukan saja tidak boleh mengalami kematian memalukan dan terhina sebagai taklukan yang tak berdaya dihadapan penguasa dunia ini, tetapi juga bukanlah seorang mesias yang ilahi. Tetapi sejak Daud menyebutkan turunannya sebagai Tuan-ku dan menyatakan ia duduk memerintah di tempat tinggi bersama Bapa, maka jelas, Mesias adalah Ilahi. Dan itulah yang diperhadapkan Yesus kepada ahli-ahli Farisi: Tidak ada seorangpun yang dapat menjawab-Nya, dan sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya. Tak mungkin dibantah, karena tertulis demikian dalam kitab suci, sehingga terkait hal ini: sejak hari itu tidak ada seorangpun juga yang berani menanyakan sesuatu kepada-Nya. (Matius 22:46). Ini sendiri, “mesias yang ilahi” pada akhirnya menjadi sentral penolakan dan kebencian yang menumpahkan darah Yesus dari para pemimpin agama:

Yohanes 10:33 Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah."

Yohanes 10:36 masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?
Penjelasan Yesus terkait “Aku Anak Allah”:

Yohanes 10:37-38 Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka.

Non biologis atau bukan bermakna Allah beranak pinak, tetapi bahwa Mesias itu sendiri adalah Anak Allah sebagai salah satu pribadi Allah Tritunggal Suci yang dapat dibedakan namun tak dapat dipisahkan telah hadir dalam rupa manusia, sama seperti manusia lainnya.

Tentu saja, Petrus ketika itu tidak bisa berkata :mari kita buka Matius 22:46, karena setidak-tidaknya, perjanjian baru, baru terbukukan pada sekitar tahun 180 dalam versi terjemahan dari bahasa Yunani Latin, Syria dan Koptik Mesir yang merujuk dari manuskrip-manuskrip yang berjumlah sekitar 5600 yang merupakan salinan-salinan dari Autograph atau tulisan orisinal, yang kini tidak ada lagi. Apa yang kita masih miliki adalah ribuan manuskrip tersebut. (untuk bacaan ringan: “History of The Bible: How The Bible Come To Us”). Sehingga kita bisa memahami mengapa pada satu sisi pada pemberitaan injil perdana, kita tidak sekalipun menemukan kutipan perjanjian baru, tetapi senantiasa mengutip pada kitab suci yang kita kenal sebagai perjanjian lama. Tetapi kita harus mengerti bahwa ketika para rasul merujuk pada kitab suci sebagai otoritas absolut untuk memberitakan Yesus, ini sendiri sejurus  dengan Yesus Kristus yang berkata:

Matius 5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Lukas 24:35-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Lukas 24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."

Tentu saja Petrus dan para rasul tidak memiliki apa yang kita miliki sekarang. Mereka tidak bisa seperti saya mengutip Matius, Yohanes dan Lukas. Tidak ada juga semacam kepustakaan ucapan-ucapan Yesus.  Karena itu ditengah-tengah  masyarakat yang mengetahui bagaimana Yesus diadili, dihina, disiksa, disalibkan, mati pada salib, dikuburkan hingga insiden kubur kosong, apa yang dapat dilakukan oleh para rasul adalah sebagaimana yang telah Yesus lakukan dan tunjukan pada mereka, memberitakan Yesus sebagai penggenap kitab suci (PL). Yesus Kristus menjadi interpreter tunggal atas kitab suci, bukan saja berdasarkan: kemampuan tafsir, pengetahuan bahasa Ibrani dan gramatika serta konteksnya, dan apalagi kritik tekstual, tidak sama sekali, karena itu semua tidak ada sebagaimana sekarang ini, karena  bahasa Ibrani adalah bahasa ibu mereka yang sangat dikenal baik dan dikuasai dalam cara yang tak akan pernah dapat dimiliki manusia modern saat in, tetapi Yesus menjadi interpreter tunggal berdasarkan dirinya sendiri yang akan mengalami setiap hal yang hanya dapat diadakan dan digenapi oleh sang Mesias, sebagaimana kitab suci menuliskan tentang dirinya.

Itu sebabnya, tidak seperti kita yang telah memiliki perjanjian baru yang terbukukan secara moderen berkat revolusi industri sehingga kita dapat melihat dan mengutipkan injil, para rasul dalam memberitakan injil, menggunakan kitab suci (PL) dalam pengertian baru: telah digenapi oleh Yesus Kristus dan akan terus digenapi hingga setiap hal yang perlu digenapi pada kesudahannya hanya akan tergenapi oleh Sang Mesias. Mari kita perhatikan ini:

Kisah Para Rasul 3;18 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita.

tentang Yesus ada di sorga dan kita menantikan kedatangannya, juga dijelaskan sebagai sebuah penantian terhadap Yesus yang berkuasa penuh. Bukan sebagai Yesus yang sedang menantikan genapnya manusia-manusia yang menjadi corpus delicti agar iblis dapat dihakimi secara adil. Tetapi ini:

Kisah Para Rasul 3:21 Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.



Tentang Mesias yang ilahi dan kebenarannya absolut:
Kisah Para Rasul 3:22 Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita.

Semua nabi menulis tentang Yesus dan Yesus menjadi kebenaran untuk memahami kitab suci (PL):
Kisah Para Rasul 3:24 Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini.

Kebenaran Yesus adalah penggenap kitab suci, tetapi yang jauh lebih menarik adalah: kebenaran tentang Yesus adalah penggenap kitab suci, merupakan kebenaran yang telah ada bahkan sejak sebelum  apa yang disebut kitab suci itu ada. Perhatikan ini:

Kisah Para Rasul 3:25 Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.

Sejak Abraham! Era dimana kitab suci PL belum ada terbukukan sebagaimana dikenal bangsa Israel era Yesus. Dan ini juga menjadi kebenaran pembuka di Surat Ibrani:


▀Ibrani 1:1-2 Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya
Ini dua era dengan dua titik peristiwa yang sama-sama tidak atau belum tersedia kitab suci sebagaimana ada saat ini.

Dengan kata lain, jantung kebenaran kita ada pada Yesus Kristus. Sekalipun kitab suci dirampas dari tanganmu bahkan dihina dan dirobek-robek, kebenarannya tak pernah menjadi terhina dan terobek. Bukankah Ia yang menguduskanmu dari cemar-cemar dosa sehingga celiklah mata ini dan percaya padanya oleh karena kehidupan-Nya telah memanggilmu dari kegelapan? Kebenaran kita ada pada Sang Kristus; kekayaan dan kebenaran kita tersimpan rapi di tempat yang tak dapat dimakan ngengat dan rayap, merupakan kekayaan rohani bagi saya dan anda sebagai pengikut Kristus yang telah ditebus oleh karyanya di salib itu.

Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.- 2 Petrus 3:10-12
Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.- Wahyu 1:7


Matius 24:27,30 Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia… Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.

Yesaya 24:19-21 Bumi remuk redam, bumi hancur luluh bumi goncang-gancing. Bumi terhuyung-huyung sama sekali seperti orang mabuk dan goyang seperti gubuk yang ditiup angin; dosa pemberontakannya menimpa dia dengan sangat, ia rebah dan tidak akan bangkit-bangkit lagi. Maka pada hari itu TUHAN akan menghukum tentara langit di langit dan raja-raja bumi di atas bumi.


Wahyu 16:17-21 Dan malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: "Sudah terlaksana." Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu. Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya. Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung. Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.

Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment