Pages

14 April 2018

Ketika Injil adalah Suatu Kebodohan



Oleh: Martin Simamora

Kami Memberitakan Kristus yang Disalibkan!
Apakah yang menjadi sentral iman orang yang mengaku Kristen itu? Apakah Alkitab? Jelas bukan, karena Kitab Suci  kita bukanlah sebuah buku yang diturunkan dari sorga kepada seorang manusia pilihan. Jadi apakah, atau siapakah yang diturunkan dari atas? Jawabnya adalah Yesus Kristus:

Ibrani 1:6 Dan ketika Ia membawa pula Anak-Nya yang sulung ke dunia, Ia berkata: "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."

Ibrani 10:5 Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku--. 

Yohanes 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Yohanes 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.


Itu sebabnya, adalah Yesus  yang menjadi sentral iman dan kebenaran orang yang mengaku Kristen!

Rasul Paulus pun menyentralkannya pada Yesus Kristus sebagai sentral iman dan kebenaran, sebagaimana suratnya kepada jemaat Korintus:


1Korintus1:23 tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Rasul Paulus menunjukan Yesus Kristus yang Disalibkan adalah sentral kebenaran yang harus dideklarasikan di kolong langit ini! Bukankah ini sangat aneh bagi siapapun! Beberapa orang Kristen barangkali akan bertanya-tanya, mengapa ia tidak memberitakan sajaYesus yang telah bangkit dari antara orang mati? Mengapa perlu memulainya dengan hal yang bodoh: Kristus yang disalibkan. Tetapi bukan hanya itu  yang menjadi soal sentralnya, bukan bagaimana tepatnya Yesus itu seharusnya diberitakan secara pesuasif dan membanggakan, tetapi siapakah Yesus dan apakah yang telah  dilakukan oleh Kristus yang disalibkan. Perhatikan, bahwa Paulus menyebutkan gelar Yesus yaitu Kristus atau Mesias yang berarti Sang Pembebas sebagaimana telah dinubuatkan dalam kitab suci. Tetapi ketika Paulus memberitakan Kristus yang Disalibkan, rasul ini sedang memberitakan injil atau kabar baik yang ditolak. Perhatikan hal ini:

IKorintus 1:23  tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Ini adalah pemberitaan yang sukar untuk diterima. Paulus bahkan  memberitakan Mesias yang disalibkan bukan saja kepada orang Yahudi tetapi juga kepada bangsa-bangsa lain non Yahudi. Respon yang dijumpai adalah merupakan batu sandungan bagi orang Yahudi dan suatu kebodohan bagi non Yahudi. Bagi orang Yahudi, Mesias yang disalibkan bukanlah tanda yang dikehendaki untuk menunjuk bahwa itulah Mesias itu. Sementara itu bagi bangsa non Yahudi, dalam hal ini Yunani, responnya adalah: hikmat apakah itu jika Mesias harus disalibkan. Pembebas yang tersalibkan adalah hal yang sungguh menggelikan dan sungguh bodoh untuk diberitakan!

Pemberitaan Mesias yang Disalibkan adalah Pemberitaan Hikmat Keselamatan dari Allah yang Menghakimi Hikmat Dunia
Konfliknya tidak sederhana dan tidak ada jalan tengah akomodatif agar pemberitaan ini memiliki aspek yang diapresiasi oleh logika manusia, sehingga ada secercah kebanggaan pada logika manusia ketika mendengarkannya. Kita bisa memahami jika pemberitaan Mesias yang  heroik akan lebih membuat martabat Yesus memiliki sebuah takhta dalam dunia hikmat manusia, ketimbang Mesias yang takluk secara teramat memalukan. Hal ini sangat disadari oleh Paulus:




1Korintus 1:22 Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,

Bagi orang Yahudi, Mesias yang disalibkan bukanlah tanda kemesiasan yang sejati; bagi orang Yunani, Mesias yang disalibkan sama sekali tidak menampilkan sebuah hikmat yang gemilang, apalagi untuk mengatakan itu sebagai pemikiran Allah?! Ayolah… yang benar saja memberitakan Mesias yang disalibkan! Pandangan orang Yahudi di era Yesus terhadap Mesias yang diharapkan adalah ini:

Yohanes 12:13 Lalu jawab orang banyak itu: "Kami telah mendengar dari hukum Taurat, bahwa Mesias tetap hidup selama-lamanya; bagaimana mungkin Engkau mengatakan, bahwa Anak Manusia harus ditinggikan? Siapakah Anak Manusia itu?"

Sebetulnya kalau saja Yesus mau memenuhi tanda yang dikehendaki oleh orang Yahudi, maka bisa sangat diharapkan problem yang problematik ini bisa selesai sejak awal! Sejak awal hal ini memang sudah dituntut secara langsung pada diri Yesus Kristus:

Matius 27:39-42Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya

Markus 15:29-32 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli Taurat mengolok-olokkan Dia di antara mereka sendiri dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya." Bahkan kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela Dia juga.

Mesias yang disalibkan sungguh menyusahkan banyak orang yang berpengharapan kepadanya bahwa dialah mesias itu. Bahwa pengharapan itu sungguh kuat dan bahkan permintaan agar Ia turun dari salib itu adalah masuk akal mengingat apa yang dapat dilakukannya bagi orang lain! Itu sebabnya olokan yang terlontar dari mulut massa adalah orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Jadi kita dapat memahami kalau hingga sekarang Mesias yang disalibkan akan senantiasa menjadi batu sandungan bagi orang Yahudi.

Seruan publik yang menuntut  ini: baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya, tidak pernah terjadi. Yesus sejak awal menyatakan bahwa ini adalah tujuannya datang ke dunia ini untuk saat ini bahwa Mesias disalibkan bukanlah batu sandungan dan bukan sebuah kebodohan tetapi sebuah kemuliaan pada dirinya sementara penghinaan, penyiksaan, penyaliban dan kematian menjadi sajian paling menyakitkan mata siapapun untuk melihat dia yang diharapkan benar adalah Mesias sejati, harus mengalami semua itu.  Mari kita melihat apa kata Yesus terkait  Mesias yang disalibkan:

Yohanes 12:23-24 Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.

Mesias yang disalibkan adalah biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati. Tetapi ini adalah mati yang memiliki kuasa kehidupan! Mesias berkata: jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah!

Mengapa seruan baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya tidak pernah dipenuhi oleh Sang Kristus? Karena sejak semula walau ia dapat memahami keberatan-keberatan manusia, Ia bukan sedang melayani hikmat dunia ini, tetapi Bapa-Nya. Coba perhatikan pernyataan Sang Kristus berikut ini:

Yohanes 12:27 Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini.

Sehingga memang ketegangan yang tak terbayangkan meliputi situasi dramatis bagi siapapun yang meminta Yesus agar memenuhi permintaan yang tidak mustahil untuk dilakukan oleh seorang Mesias Ilahi! Dalam pengolokan yang yang tak terbayangkan harus ditanggung Sang Kristus : "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Baiklah Mesias, Raja Israel itu, turun dari salib itu, supaya kita lihat dan percaya," tak pernah terjadi satu malaikatpun melakukan misi penyelamatan atas dirinya. Karena para malaikat pun  harus taat pada kehendak dan otoritasnya:

Matius 26:53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?

Rasul Paulus memang tak terelakan nampak menjadi begitu bodoh menyentralkan pemberitaan injilnya pada Mesias yang disalibkan! Kita harus tahu bahwa semenjak bangsa Yahudi dan bangsa non Yahudi menolak pemberitaan Kristus yang disalibkan, maka apalagi terhadap pemberitaan Kristus yang bangkit dari antara orang mati!

Rasul Paulus memiliki problem yang sangat pelik, tetapi tidak menjadikannya gusar hati dan kuatir dengan kesuksesan pemberitaan injil ini. Bagi Paulus itulah hikmat Allah, bukan hikmat manusia dan tafsir manusia bagaimana seharusnya Mesias itu. Mari perhatikan pernyataan Paulus ini:
1Korintus 1:18-21 Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil.

Hikmat dunia memang keras dalam menolak: Mesias harus disalibkan, Tuhan kenapa bisa mati, manusia memerlukan pembebasan dosa dari pihak lain sampai harus mati sedemikian rupa?! Dan seterusnya! Mesias harus mati memang sangat tidak intelektual dalam tatar gagasan dan apalagi  menjadi kebenaran! Terhadap realitas keras yang dihadapinya, begini ia menyambut penolakan itu: bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?

Kalau kita memperhatikan tanggapan Yesus terhadap pengharapan agar Kristus tidak disalibkan, maka kita akan menemukan pesan keras dari Yesus bahwa dunia ini tidak akan memahaminya, dan semakin dunia menampilkan hikmatnya untuk menawarkan gagasan yang lebih baik, hikmat dunia ini menjadi sebuah kebodohan. Bagaimana hikmat dunia menanggapi pernyataan Yesus semacam ini:

Matius 26:54,56 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian?" Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam kitab nabi-nabi."

Ini memang tidak mudah dan harus diakui akan memukul secara keras siapapun tak terkecuali para murid untuk meninggalkan Yesus dan menyangkali setiap kebenaran pada Yesus yang selama ini telah diajarkan pada mereka. Mesias disalibkan, bagi para murid, juga bukan tanda yang menunjukan bahwa Ia adalah Mesias: Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri (Mat 26:56). [bandingkan dengan: Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel- Lukas 24:21]

Mesias kalau sampai harus disalibkan, itu urusan yang sangat serius dan tak main-main. Era Yesus, hampir semua tanda yang ditampilkannya dapat menuntun banyak orang untuk meyakini  bahwa Ia adalah Mesias. Dan ketika pengharapan itu harus dihancurkannya dengan melangkah pada salib, maka para pemuka agama menjadi dipusingkan karenanya. Karena itulah segala cara diupayakan untuk menjatuhkan segala reputasi kemesiasannya yang begitu tersohor dan dielu-elukan bahkan di Yerusalem. Segala cara, apapun itu, dilakukan untuk mencopot kemesiasan Yesus yang sebenarnya melekat pada dirinya sebagai milik kepunyaannya, tak peduli dalam cara yang begitu hitam sementara berjubahkan kesucian:

Matius 26:59-63 Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."

Jika ia dapat  dihukum mati, maka diharapkan akan gugurlah kemesiasan pada Yesus di mata publik untuk selamanya! Mahkamah Agama berupaya keras untuk menghempaskan kemesiasannya secara telak dengan muslihat dan dari kesaksian Yesus sendiri melalui sebuah pertanyaan mahapenting: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak."

Statement rasul Paulus ini: “orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”, dengan demikian, bukanlah problem keras yang baru belakangan muncul. Bukan!

Ini adalah problem yang telah diperhadapkan secara langsung oleh orang Yahudi kepada Yesus sendiri. Kepada Yesus, mereka sudah meminta tanda. Sayang sampai kesudahannya tak pernah diberikan oleh Yesus kepada mereka. Berakhir dengan sebuah penistaan yang bukan saja merupakan tindakan yang medelegetimasi kemesiasan Yesus dalam pandangan manusia, bukan sekedar pengumuman: hai segenap bangsa Yahudi, perhatikanlah! Kami telah memeriksanya dan telah mendapatkannya bahwa Ia bukan Mesias sebagaimana yang dituliskan Kitab Suci kita dan kita nantikan. Bukan begitu, tetapi begini:

Matius 26:67-68 Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?"

Yesus tak pernah memberikan tanda yang dimintakan oleh orang Yahudi. Sehingga bagi siapapun, tampilan mesias yang seperti ini sungguh sebuah kebodohan untuk diyakini sebagai mesias! Puncaknya ada pada Kristus disalibkan. 

Namun itu tidak menguburkan kebenaran Yesus itu sendiri. Tidak pernah! Kita harus mengerti bahwa pemberitaan Mesias disalibkan adalah pemberitaan segenap para rasul, bahkan sejak hari Pentakosta:

Kisah Para Rasul 2:36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

Yesus tidak menjadi Kristus kemudian setelah penyaliban, sebab sejak sebelum disalibkan bahwa Ia adalah Kristus dan I adalah Anak Allah telah menjadi sentral pemberitaan diri Sang Mesias sendiri. Namun pada teks Kisah Para Rasul 2:36 dinyatakan apa yang seharusnya diketahui oleh Israel mengenai Yesus namun telah mereka tolak dan salibkan karena memandang bahwa Yesus yang disalibkan, bukanlah Mesias itu.

Kristus disalibkan adalah sentral kebenaran yang dipulihkan terlebih dahulu pada Pentakosta. Pada hari Pentakosta itulah bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa non Yahudi mendengarkan kebenaran Kristus disalibkan:

Kisah Para Rasul 2:37 Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"

Memberitakan Kristus yang disalibkan merupakan jantung pemberitaan injil sejak Pentakosta oleh semua rasul, dan memang mendapatkan penentangan yang tidak main-main. Bagaimana mungkin Yesus adalah Kristus dan bagaimana mungkin Kristus disalibkan? Sebab bukan begitu Mesias yang dinantikan itu dalam pemahaman bangsa Yahudi. 

Di serambi Salomo, Mesias yang disalibkan kembali diberitakan kepada bangsa Yahudi:
Kisah Para Rasul 3:11-15 Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau kesalehan kami sendiri? Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan. Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang hal itu kami adalah saksi.

Mesias disalibkan. Rasul Paulus berkata mengenai hal ini dalam ekspresi Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan? Rasul Petrus menyatakan hal yang sama dalam ekspresi yang berbeda: Hai saudara-saudara, aku tahu bahwa kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan, sama seperti semua pemimpin kamu (Kisah Para Rasul 3:7).

Sejak Pentakosta apa yang pertama terjadi adalah bagaimana kebenaran Mesias disalibkan adalah Mesias yang dinantikan, telah menjadi pondasi kebenaran Mesianik yang ditanamkan pada orang Yahudi, melalui pelayanan para rasul melalui khotbah Petrus yang berkata dalam kuasa:
Kisah Para Rasul 3:18-26 Tetapi dengan jalan demikian Allah telah menggenapi apa yang telah difirmankan-Nya dahulu dengan perantaraan nabi-nabi-Nya, yaitu bahwa Mesias yang diutus-Nya harus menderita. Bukankah telah dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan bagimu seorang nabi dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku: Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu yang akan dikatakannya kepadamu. Dan akan terjadi, bahwa semua orang yang tidak mendengarkan nabi itu, akan dibasmi dari umat kita. Dan semua nabi yang pernah berbicara, mulai dari Samuel, dan sesudah dia, telah bernubuat tentang zaman ini. Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati. Dan bagi kamulah pertama-tama Allah membangkitkan Hamba-Nya dan mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu dengan memimpin kamu masing-masing kembali dari segala kejahatanmu."

Mesias harus disalibkan atau Mesias harus menderita, juga merupakan pondasi kebenaran mesianik yang pertama-tama ditanamkan oleh Yesus kepada para murid yang juga sejak awal menolak kalau mesias harus disalibkan. Perhatikan ini:

Lukas 24:25-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Lukas 24:44-46 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. Kata-Nya kepada mereka: "Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga,

Ketika Mesias harus disalibkan menjadi kebenaran yang ditolak, maka apalagi berita kebangkitannya dari antara orang mati pada hari yang ketiga! Yesus Sang Mesias setelah kebangkitannya harus terlebih dahulu membukakan kebenaran ini secara khusus kepada para murid utamanya yang telah melarikan diri dan menanggalkan imannya kepada Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan para nabi. Yesus mencari dan mendapatkan mereka kembali dan dengan kuasanya  Ia membuat mereka dapat menerima kebenaran itu secara penuh tanpa penolakan sedikitpun pada puncaknya.

Itu sebabnya rasul Paulus terkait problem mahasukar pada berita Mesias disalibkan, Ia tidak mengejar pembangunan intelektualitas sebagai jalan keluar menuju kebenaran yang menyelamatkan manusia. Tetapi ini:

IKorintus 1:27-31 Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah. Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita. Karena itu seperti ada tertulis: "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan."

Ketika kebenaran ini dipandang fiksi sementara berlabel Kristen, maka jelas doamu fiksi, imanmu fiksi, pengharapanmu fiksi, kematianmu dalam keyakinan fiksional. Rasul Paulus sebetulnya menghadapi problematika yang  sama ketika ia menyatakan memberitakan Kristus yang disalibkan adalah sebuah batu sandungan dan sebuah kebodohan.Tetapi,tantangan semacam ini walau berada di ranah intelektual, tidak akan pernah merupakan properti dunia intelektual manusia yang manusiawi dan tidak ilahi. Sejak Tuhan itu sendiri tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh properti-properti dunia intelektual, disitulah manusia harus menentukan sikap antara benar-benar bertuhan atau benar-benar menanggalkan semua atribut keagamaan dan keberimanannya. Jika anda Kristen, maka yang paling waras jika anda berhenti berdoa ketika menganggap atau berpaham kitab suci adalah fiksi.


Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan." Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?- Rasul Paulus di 1 Korintus 1:19

maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."- “Bangsa yang Buta,” Nabi Yesaya di  Kitab Yesaya 29:14
Soli Deo Gloria


No comments:

Post a Comment