Pages

25 March 2018

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita

Oleh: Martin Simamora

Supaya Dalam Dia Kita Dibenarkan oleh Allah

Pernyataan tersebut dapat anda temukan dalam  2 Korintus 5:21 yang merupakan sebuah konklusi yang menakjubkan dari seorang rasul Paulus. Ia menyatakan bahwa Yesus yang tak berdosa sama sekali dalam totalitasnya, telah dibuat oleh Allah menjadi dosa. Tetapi ketakjuban itu tak sampai disitu saja, karena Paulus menunjukan apakah tujuan Allah membuatnya menjadi dosa karena kita, yaitu supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Inilah satu-satunya manusia yang dijadikan berdosa untuk menghasilkan pembenaran bagi kita dalam sebuah cara yang menunjukan bahwa sekalipun Ia telah dibuat-Nya berdosa, sama sekali tak menjadikan Yesus adalah taklukan dosa, tetapi seorang penakluk dan pembebas manusia dari kuasa dosa, yang dalam bahasa Paulus: dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Wujud bahwa memang benar Yesus telah dibuat Allah menjadi dosa, sungguh begitu vulgar, dan pasti siapapun akan sulit untuk tidak mengatakan bahwa Dia adalah manusia berdosa, jika tidak mengapa Allah membiarkannya dalam sengsara dan salib? Mari kita perhatikan rentet catatan Alkitab berikut ini yang akan mengantarkan kita untuk mendapatkan gambaran besar pada bagaimana Yesus memasuki sebuah fase kehidupan sebagai seorang pesakitan atau terdakwa dengan dakwaan seorang manusia yang sangat bersalah dan sangat tercela, sekalipun ia terbukti secara publik sebagai manusia tanpa salah sama sekali:


●Matius 27 Ketika hari mulai siang, semua imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi berkumpul dan mengambil keputusan untuk membunuh Yesus. Mereka membelenggu Dia, lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus, wali negeri itu. Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua, dan berkata: "Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Tetapi jawab mereka: "Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!" Maka iapun melemparkan uang perak itu ke dalam Bait Suci, lalu pergi dari situ dan menggantung diri. Imam-imam kepala mengambil uang perak itu dan berkata: "Tidak diperbolehkan memasukkan uang ini ke dalam peti persembahan, sebab ini uang darah."

●Markus 15 Pagi-pagi benar imam-imam kepala bersama tua-tua dan ahli-ahli Taurat dan seluruh Mahkamah Agama sudah bulat mupakatnya. Mereka membelenggu Yesus lalu membawa-Nya dan menyerahkan-Nya kepada Pilatus. Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Lalu imam-imam kepala mengajukan banyak tuduhan terhadap Dia. Pilatus bertanya pula kepada-Nya, katanya: "Tidakkah Engkau memberi jawab? Lihatlah betapa banyaknya tuduhan mereka terhadap Engkau!" Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawab lagi, sehingga Pilatus merasa heran.

●Lukas 23 Lalu bangkitlah seluruh sidang itu dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya: "Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami, dan melarang membayar pajak kepada Kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja." Pilatus bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini." Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya: "Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea, Ia mulai di Galilea dan sudah sampai ke sini."

●Yohanes 19 Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."

Inilah yang kemudian menuntunnya masuk ke dalam serangkaian siksaan-siksaan fisik yang membangkitkan kesengsaraan yang begitu konstan menyengatkan rasa sakit  yang menyelimuti segenap tubuh manusianya, yang seorang pun tidak akan mau membayangkannya mendera tubuhnya. Namun demikian, Yesus Kristus telah mempersembahkan tubuh dan penderitaannya sebagai sebuah pengajaran yang begitu pentingnya bagi dirinya sebagai tujuan hidupnya untuk memberikan kehidupan dalam kebenaran-Nya  kepada manusia:

  • Markus 8:31-38 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus."


Perihal penderitaan yang kaya dengan kesengsaraan dan akan menuntunnya memasuki kematian bukan sekedar disampaikannya sebagai  narasi peristiwa masa depan tentang dirinya, tetapi menyingkapkan apakah tujuan kedatangannya dan ini bukan soal sekedar mati dan hidup dalam mempertahankan kebenaran, atau menjadi seorang martir. Yesus menunjukan nilai dirinya di dalam kematian sebagai begitu mulia dan begitu penting bagi para muridnya dan orang-orang percaya dalam serentetan ungkapan  yang mencengangkan: (1)Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia; (2)Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya (3) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya. Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?(4)barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus. 

Kematian  Dia Yang Mulia. Uniknya, di sini, Yesus menyingkapkan kemuliaan dirinya dalam kematian melalui 4 poin yang saya munculkan. Ini adalah kemuliaan dalam kematiannya yang tak mungkin dilihat oleh siapapun kecuali ditunjukan, namun tak bisa diharapkan untuk dipercayai berdasarkan nalar alamiah kita. Poin (1) jelas menunjukan bahwa rentet sengsara dan kematiannya adalah merupakan rancangan Bapa, bukan sebuah tragedi Anak Manusia di tangan Sang Maut; Poin (2) menunjukan bahwa tidak ada yang lebih bernilai di dunia ini selain memikul salib dan mengikut-Nya  dibandingkan dengan apapun yang mungkin harus dilepaskan, kehilangan, kesukaran dan lain-lain jika itu harus dihadapi demi dapat memikul dan mengikut-Nya; Poin (3) Yesus menunjukan bahwa dunia ini tidak dapat memberikan hidup sebagaimana dirinya akan memberikan sesaat lagi. Ia berkata "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya" sebagai sebuah petunjuk mengapa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Jika saja ini tidak terjadi maka memang dunia masih begitu agung dan mulia untuk diperjuangkan habis-habisan. Sejak Yesus melakukan sebuah komparasi yang begitu tajam antara dunia dan dirinya, pada poin inilah Yesus sedang menunjukan mengapa ia harus berkata terus terang tentang  penderitaan dan kematiannya, serta apakah tujuannya; Jika kita memperhatikan Poin (4), di sinilah, kita ketahui secara langsung dari mulut Yesus mengenai status dirinya di hadapan Bapa sebelum memasuki kematian, lalu memasuki kesengsaraan hingga penyaliban yang terhina itu, apakah ia mengalami itu sebagai konsekuensi alami mengenakan tubuh yang sama seperti semua manusia yang takluk kepada maut, sehingga dengan demikian Yesus pada dasarnya manusia berdosa dan mustahil sama sekali suci? Yesus berkata "barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusiapun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus" menunjukan bahwa Ia yang sedang berkata ini sedang berkata kepada angkatan yang tidak setia dan berdosa, jadi jelas sekali bahwa Yesus sungguh terpisahkan dan tidak tercemarkan sementara ia memang adalah Sang Firman yang telah menjadi manusia. Namun lebih dari itu, Ia sejak semula telah mengungkapkan kemuliaan dirinya yang begitu agung: apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus, yang menunjukan bahwa diri-Nya dalam memasuki kesengsaraan dan kematian yang diajarkannya itu telah memiliki sebuah tujuan yang tak perlu dispekulasikan dengan asumsi-asumsi yang mempertanyakan kekudusan dirinya saat ia harus mengalami semua derita dan kematian itu.


Rasul Paulus menyatakan kebenaran ini dalam sebuah ekspresi yang sangat jitu: Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, untuk menunjukan kemahakudusan Yesus Sang Mesias  dalam ia harus mengalami derita dan kematian itu. Bahwa "dibuat-Nya menjadi dosa"merupakan cara Allah memperhitungkan dosa manusia yang seharusnya dimurkai, pada Yesus dengan sebuah tujuan final  dalam peristiwa kelam itu, agar dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Nabi Yesaya sendiri menunjukan  seorang hamba yang tidak mengenal dosa namun telah dibuat-Nya menjadi dosa agar dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah. Mari kita membaca sejenak catatan nubuat yang ditorehkan oleh Nabi Yesaya:

  • Yesaya 53 Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.  Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.



Ketika kita membaca dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita ini adalah kebenaran yang menjelaskan posisi Yesus Sang Mesias dihadapan Allah, apakah ia seorang yang sama dengan kita hingga pada keberdosaan ataukah dalam ia sama dengan kita,ia sama sekali tak tercemari oleh keberdosaan sementara ia dalam kemanusiaan yang sama itu begitu mengerti kuasa dosa itu pada segenap manusia. Jawabannya ada di bagian nubuat ini: Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya yang  menunjkan bukan saja ia mahasuci tetapi berkuasa untuk memberikan pembenaran pada siapapun yang dikehendakinya sehingga dosa dan maut tidak lagi menguasai manusia yang ditebusnya sebagai Ia adalah korban penebus salah. 


Statement atau pernyataan Rasul Paulus yang sukar itu, sejatinya, hanya bisa dijelaskan oleh bagian nubuat nabi Yesaya berikut ini: ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Mari kita arahkan pada hal yang sangat ganjil ini: karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak dan ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak, ini dua kondisi yang saling bertentangan dan sukar dipahami sebagai kebenaran. Jika ia  terhitung di antara pemberontak-pemberontak maka ia sejatinya manusia berdosa yang juga membutuhkan penebusan dan pertolongan-untuk bertobatpun mustahil karena ini adalah statusnya dalam ia menyerahkan nyawanya. Tetapi nubuat ini juga menyatakan bahwa ia  bukan saja menanggung dosa banyak orang  tetapi berdoa untuk pemberontak-pemberontak yang masih hidup di dunia ini. Bagaimana mungkin Ia berdosa tetapi juga menanggung banyak dosa dan berdoa bagi manusia berdosa? Penjelasan untuk ini hanya terjelaskan pada bagian nubuat ini: tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Itu sebabnya kini kita memahami mengapa rasul Paulus ketika menuliskan tentang Yesus, ia menyatakannya begini: Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita.

Ini sukar untuk dipahami dan dimengerti sebagai kebenaran tentang Yesus Kristus? Ya.. memang benar. Itu sebabnya nubuat Yesaya ini dibuka dengan statement atau pernyataan yang berbunyi: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar?

Yesus Sang Mesias dalam catatan Injil Yohanes menyampaikan peristiwa kematian dengan segenap kesengsaraannya sebagai sebuah hal yang bernilai mulia baik pada dirinya sendiri dan peristiwa itu sendiri.  Tentu saja ia memahami kedukaan para muridnya dan kegetiran peristiwa itu sendiri, namun dalam semua itu ia menunjukan bahwa Ia memang datang untuk itu sebagai sebuah penggenapan kehendak Bapa yang akan menghasilkan berita gembira  bagi dunia. Mari kita memperhatikannya sejenak:

  • Yohanes 16:16-22 Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku lagi dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku. Mendengar itu beberapa dari murid-Nya berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya Ia berkata kepada kita: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Dan: Aku pergi kepada Bapa?" Maka kata mereka: "Apakah artinya Ia berkata: Tinggal sesaat saja? Kita tidak tahu apa maksud-Nya." Yesus tahu, bahwa mereka hendak menanyakan sesuatu kepada-Nya, lalu Ia berkata kepada mereka: "Adakah kamu membicarakan seorang dengan yang lain apa yang Kukatakan tadi, yaitu: Tinggal sesaat saja dan kamu tidak melihat Aku dan tinggal sesaat saja pula dan kamu akan melihat Aku? Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita. Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira dan tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.


Ada dukacita tetapi ada sukacita atau kegembiraan. Ini adalah kegembiraan yang sangat berkuasa dan sangat perkasa, karena Yesus berkata: tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu. Ini adalah sukacita yang tak dapat hilang! Percayakah anda ada sukacita semacam ini? Ini adalah sukacita yang hanya dapat diadakan dan diberikan oleh Yesus tanpa sedikitpun kamu mengusahakannya dan mempertahankannya karena natur sukacita itu sendiri adalah: tidak ada seorangpun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.  Tentu saja ini bukan sukacita yang bersifat emosional atau  kejiwaan manusia, ini adalah sukacita divinitas atau bersifat ilahi. Kematiannya telah digambarkan sebagai peristiwa yang memang mendatangkan dukacita untuk memberikan sukacita kekal!


Dalam penghakiman dirinya oleh para pemuka agama, Yesus juga menegaskan bahwa dirinya adalah orang benar tanpa satu kesalahan yang bagaimanapun juga. Mari kita memperhatikan hal berikut ini:

  • Yohanes 18:19-23 Maka mulailah Imam Besar menanyai Yesus tentang murid-murid-Nya dan tentang ajaran-Nya. Jawab Yesus kepadanya: "Aku berbicara terus terang kepada dunia: Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah, tempat semua orang Yahudi berkumpul; Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku? Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan."  Ketika Ia mengatakan hal itu, seorang penjaga yang berdiri di situ, menampar muka-Nya sambil berkata: "Begitukah jawab-Mu kepada Imam Besar?" Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau kata-Ku itu benar, mengapakah engkau menampar Aku?"


  • Yohanes 18:29-31 Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!"  Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang."


  • Yohanes 18:33-38 Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya: "Engkau inikah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?" Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?" Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."  Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya.


Pada penghakiman via pengadilan negara dan agama, Yesus terbukti tanpa salah. Dalam hal ini tidak ada satupun cara yang dapat menjerumuskan Yesus kedalam sebuah penghukuman yang didahului serangkaian siksa yang menghantarkannya pada penyaliban dan kematian. Lalu apakah yang pada akhirnya Ia harus mengalami kematian yang hina itu, apakah  Bapa lalu melakukan sandiwara demi genapnya nubuat Yesaya itu? Tidak, tetapi semata-mata pemberontakan manusia yang memberontak pada kebenaran Allah. Mari perhatikan ini:

  • Yohanes 18:39-40 Tetapi pada kamu ada kebiasaan, bahwa pada Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi bagimu?" Mereka berteriak pula: "Jangan Dia, melainkan Barabas!" Barabas adalah seorang penyamun.


Inilah manusia-manusia itu dalam kejahatannya. Sekalipun tahu dan telah terbukti tanpa kesalahan, manusia lebih memilih penjahat dan kejahatan untuk dibenarkan. Kebenaran harus dibunuh dan dilenyapkan. Itulah dunia yang begitu gelap dan pekat dengan keinginan-keinginan yang jauh dari kebenaran Bapa! Injil Yohanes karena itu memberikan catatan yang menarik mengenai keseluruhan peristiwa ini, dengan menuliskan: Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati- Yohanes 18:32.

Realita dibalik statement Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, sangat besar. Bukan saja membawa dampak pada jiwa-jiwa manusia yang dijamah oleh kebenaran ini, tetapi memberikan revolusi jiwa dari condong kepada perbudakan dunia kepada jiwa yang mengenal kebenaran yang membebaskannya untuk berdiri menyatakan kebenaran itu melalui aktualisasi dirinya sehari-hari dan berani hidup demi kebenaran sekalipun itu bisa berarti kehilangan seluruh dunia ini dan bahkan nyawa ini karena Yesus Kristusdan kebenarannya. Dan Yesus adalah manusia pertama bagi kita yang menunjukan dirinya sebagai pengenap pada segenap totalitas perkataannya, yang dijalaninya sebagai manusia yang telah diperhitungkan diantara pemberontak-pemberontak untuk menanggung dosa banyak orang dan berdoa bagi para pemberontak-pemberontak itu. Ia menyerahkan tubuhnya untuk mengalami bentuk terburuk kerusakan jiwa manusia yang diperbudak dosa, perwujudannya secara sempurna terpatri pada sekujur tubuh dan jiwanya yang benar tanpa salah, tanpa cemar, tanpa dosa- Ia mati sebagai Manusia dan sekaligus sebagai Anak Allah. Pilatus berkata lihatlah manusia itu, sementara orang-orang Yahudi menghukumnya karena perkataan Yesus tentang dirinya sendiri adalah Anak Allah yang membuat Pilatus mengalami ketakutan yang tak pernah dialaminya sebagai manusia berkuasa untuk menentukan kematian atau tidak pada diri Yesus saat itu:

  • Yohanes 19:1-22  Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu, dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya. Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!" Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya." Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah." lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"  Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya." Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."  Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata. Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Mereka menerima Yesus. Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota. Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi." Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis."


Soli Deo Gloria

No comments:

Post a Comment