Pages

20 January 2018

Ia layak Engkau Tolong!



Oleh: Martin Simamora

Perbuatan-Perbuatan Baik Tanpa Tanding Dalam Pandangan Tuhan Yesus Kristus

Kredit gambar: stepforwardpak.org

Kebanyakan orang akan menilai bahwa orang-orang baik, yang sangat luar biasa baiknya dibandingkan bahkan dengan orang-orang yang katanya  “memiliki” Tuhan, berhak untuk menerima kasih karunia dan berbagai janji-janji keselamatan dari Tuhan. Pemikiran semacam ini bukan saja ada di era kini tetapi sejak era Yesus. Mari kita perhatikan sebuah peristiwa yang luar biasa ini:

[segmen 1]Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.- Lukas 7:1-3

[segmen 2] Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."- Lukas 7:4-5

Coba perhatikan segmen 2 tersebut. Pada realitanya ini yang justru kerap kita temui dan dengar. Biasanya kita akan berkata atau mendengar pembicaraan seperti ini: ia bukan Kristen, atau bukan pengiman pada Yesus Kristus Juru Selamat satu-satunya, tetapi kebaikan diri atau karakternya bahkan tak tertandingi oleh orang-orang Kristen itu sendiri. Jadi  tidak mungkin Tuhan tidak menolongnya sehingga sekalipun tidak percaya pada Yesus atau tidak menjadi Kristen, karena kebaikan-kebaikannya yang luar biasa. Argumen faktual semacam inilah yang disampaikan oleh para tua-tua Yahudi yang diutus oleh perwira Roma tadi. Ini dinyatakan oleh para tua-tua Yahudi bukan semata karena mereka memiliki hubungan baik dengan perwira tadi, tetapi mereka sendiri merasakan dan mengakui betapa luar biasanya perbuatan baik mereka bagi bangsa yang merupakan umat Tuhan itu, yaitu: si perwira itu mengasihi bangsa Yahudi dan bahkan menanggung pembangunan rumah ibadatnya. Jadi ini perwira Roma ini memiliki perbuatan-perbuatan baik yang bisa jadi sangat sukar untuk ditandingi oleh kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh umat Tuhan sendiri.


Tetapi bagaimana dengan Yesus? Apakah Yesus  menolongnya karena Ia memiliki kebaikan-kebaikan tanpa tanding tersebut, atau dengan kata lain, apakah perbuatan-perbuatan baik yang  begitu luar biasa itu merupakan  kekuatan yang mendorong Yesus untuk tak mungkin mengabaikan perwira tersebut, sekalipun bukan umatnya berdasarkan kebangsaan Yahudi? Mari kita perhatikan respon Yesus:

[Segmen 3] Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"- Lukas 7:9

Segmen 3 ini menunjukan ketakjuban Yesus terhadap prajurit Roma tersebut. Tetapi kalau memperhatikan bunyi keheranan Yesus terhadapnya, maka jelas tersingkap tidak ada kaitannya sama sekali dengan apapun juga yang telah disampaikan oleh para tua-tua Isreal Yahudi kepada Yesus, agar berdasarkan keterangan mereka, Yesus mau memperhitungkan kebaikan-kebaikan tanpa tanding itu sebagai dasar pelayakannya untuk menerima kebaikan yang hanya dikhususkan bagi umat Allah saja.  Perhatikan apa bunyi keheranan Yesus itu: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel.”


Kalau para tua-tua Israel mengunjukan pada Yesus kebajikan-kebajikan tanpa tanding si perwira Roma bahkan membandingkannya dengan orang-orang Israel itu sendiri, yaitu:  mengasihi bangsa Israel dan menanggung pembangunan rumah ibadat, pada Yesus kebajikan-kebajikan tanpa tanding itu sama sekali tidak memesonanya melainkan hal yang sama sekali luput dari pandangan para tua-tua Israel yaitu: Iman. Yesus berkata: “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel.” Dengan kata lain, kalau tua-tua Israel mengunjukan pada Yesus: kebajikan-kebajikan tanpa tanding, Yesus sebaliknya menemukan pada perwira Roma itu: iman tanpa tanding diantara orang Israel. Apakah dasar bagi  Yesus berkata “iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel? Inilah dasarnya:

[segmen 4] Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku; sebab itu aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu. Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya."- Lukas 7:6-8

Kalau tadi saya katakan bahwa Yesus sama sekali tidak terpesona oleh kebajikan-kebajikan tanpa tanding yang diunjukan oleh tua-tua Israel kepada Yesus sebagai dasar baginya  ia layak untuk ditolong oleh Yesus, maka hal yang sama juga dikemukakan oleh si prajurit Roma dalam memandang nilai dirinya dihadapan Sang Kristus, mari perhatikan cuplikan dari segmen 4 berikut ini:

Tuan, jangan bersusah-susah, sebab:
-aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahmu
-aku juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepada-Mu

Pandangan umum berkata, sekalipun ia bukan pengikut Tuhan dan tidak menjadi murid Tuhan, tetapi jika ia memiliki kebajikan-kebajikan mulia yang bahkan tanpa tanding jika dibandingkan dengan yang mengaku sebagai pengikut Tuhan dan mengaku sebagai murid Tuhan. Pandangan umum percaya bahwa manusia memiliki posisi yang kuat untuk membangun kebenaran dan harga diri dihadapan kemuliaan Tuhan jika ia mampu memproduksi dari dirinya sendiri serangkaian kebijakan-kebijakan yang berkarakter dan bermutu sangat mulia.  Tetapi pada prajurit Roma yang dalam pandangan tua-tua Israel bukan umat Tuhan karena bukan bangsa Israel secara lahiriah, nilai kebenaran diri  perwira itu terletak pada kebajikan-kebajikan yang luar biasa. Begitulah kepercayaan dan pengharapan tua-tua Israel kala berjumpa dengan Yesus. Ini bertolak belakang sangat tajam pada perwira tersebut kala berjumpa dengan Yesus, Ia menyatakan dirinya: “tidak layak menerima Yesus di dalam rumahnya” dan “tidak layak bagi Yesus untuk mendatangi dirinya itu.” Sementara pandangan umum mengajarkan jika seseorang memiliki kebajikan-kebajikan tanpa tanding atau yang luar biasa, itu adalah dasar yang kokoh untuk percaya diri berjumpa dengan Tuhan! Kita melihat 2 hasil yang berbeda  pada 2 kelompok orang dalam sama-sama menghadap Yesus, dalam memandang nilai diri: satu kelompok: memandang bahwa manusia memiliki nilai kebenaran untuk dilayakan menerima kebaikan Tuhan berdasarkan kebajikan, dan satu kelompok lainnya –dalam hal ini diwakili perwira Roma- memandang bahwa manusia tidak memiliki nilai untuk dilayakan menerima kebaikan Tuhan berdasarkan kebajikan diri sendiri.


Apakah ini sebuah manifestasi jiwa yang terlampau memandang rendah nilai diri dihadapan Tuhan, sebagai tidak berdaya sama sekali menghasilkan kebaikan? Apakah prajurit Roma ini sedang kehilangan kepercayaan dirinya dan sedang “merayu” diri Yesus dengan menjatuhkan martabat kebajikannya sehina-hinanya? Jawabnya Tidak, untuk semua itu.


Pertama, jawabnya tidak, bahwa itu sebuah manifestasi jiwa yang terlampau memandang rendah diri, sebab Yesus justru memujinya dengan berkata bahkan kepada orang banyak: Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel.


Kedua, jawabnya tidak, bahwa si perwira sedang kehilangan kepercayaan dirinya dan sedang “merayu” diri Yesus dengan menjatuhkan martabat kebajikannya sehina-hinanya. Sebaliknya ia memiliki dasar kokoh untuk bersikap demikian tentang dirinya bahwa ia sama sekali tidak memiliki dasar kelayakan, dan memandang begitu tinggi tentang  Yesus-bahwa Ia  tidak dapat didekati oleh nilai dirinya selain jika Ia berkenan mendekati dirinya. Coba perhatikan perkataannya yang penuh keyakinan atau kepercayaan diri ini: Tetapi katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.


Saudara-saudaraku, ini bukan untuk menyatakan bahwa  menjadi pengikut Tuhan tidak memiliki kehidupan bermutu dalam karakter, moral dan perbuatan baik. Tetapi apa yang benar dalam semua hal  baik itu, dalam kita melakukannya bukan sama sekali pemberi bobot nilai dihadapan Tuhan sehingga layak. Faktanya, Yesus memandang kelayakan terhadap prajurit Roma yang tak terbilang dalam bangsa pilihan secara kelahiran hanya berdasarkan imannya yang menakjubkan itu. Ini adalah sebuah penghakiman yang menyakitkan terhadap bangsa yang adalah umatnya namun sama sekali ketika berjumpa dengan Yesus, tidak memiliki iman yang benar sebagaimana dikehendaki-Nya. Yesus memuji si perwira bukan sekedar karena ia percaya, tetapi memiliki kebenaran dalam memandang dirinya dihadapan-Nya, bahwa dirinya: TIDAK LAYAK dalam hal apapun untuk sampai  Tuhan mengunjungi dirinya, kecuali jika Ia sendiri berkenan menjawab permohonannya, itu sendiri sudah merupakan bukti kalau Yesus berkenan kepadanya sebab ia beriman dalam kebenaran saat berjumpa Yesus, tentang nilai dirinya yang tak memiliki  apapun juga untuk dibanggakan. Ini kontradiksi yang tajam dengan pandangan tua-tua Israel.  Perwira itu memang tidak pernah berjumpa dengan Yesus dan Yesus tidak pernah secara fisik bertemu sapa, dan apalagi membaptisnya, tetapi jelas Yesus mengumandangkan bahwa apa yang terpuji pada perwira tersebut adalah: iman yang benar saat berjumpa dengan Yesus- dimanakah ia berjumpa dengan Yesus? Didalam kepercayaannya yang didasarkan pada ketakpantasan diri untuk menyodorkan diri layak diselamatkan berdasarkan  kebajikan mulia, ia bahkan menganggapnya tidak ada nilai dalam ia mengumandangkan imannya yang berbunyi: katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya. Tahukah anda, ini iman yang tidak main-main dari seorang perwira Roma dan sebuah kesadaran penuh bahwa ia sungguh tak bernilai untuk didatangi-baginya Yesus terlampau mulia untuk menjamah kehidupannya yang tak layak dipersembahkan seolah begitu mulia walau mulia dipandangan tua-tua Israel. In begitu nyata dari tindakannya yang begitu mencengangkan siapapun: Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepada-Nya: "Tuan, janganlah bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku- Matius 7:6.


Tidak ada  sebuah inferioritas diri di sini terhadap nilai diri, sebab Yesus memujinya secara agung dihadapan banyak orang: Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia, dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai, sekalipun di antara orang Israel!"- Matius 7:9. Ya… sekalipun di antara orang Israel, karena bahkan tua-tua Israel berkata begini kepada Yesus: Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.


Perbuatan baik tanpa tanding, bagi Yesus bukan hal yang tercela. Tetapi jika hal itu yang dimuliakan manusia dalam mencari pelayakan dari Tuhan, maka iman adalah hal yang sangat janggal untuk dibincangkan, diajarkan dan diberitakan untuk dikejar setinggi-tingginya.


Kedua hal ini bukan untuk dikontradiksikan sehingga menjadi iman  yang benar tidak melahirkan perbuatan baik sehingga perbuatan baik tidak diapresiasi dalam kehidupan beriman dan kemanusiaan . Tidak seperti itu. Ini adalah soal posisi manusia dihadapan Tuhan, karena kerap manusia itu menakar dirinya layak datang kepada Tuhan, tidak memerlukan apa yang disebut beriman kepada Tuhan Yesus asalkan ia mampu berjuang memproduksi perbuatan-perbuatan baik. Tentu ini aspek yang sukar saat berjumpa dengan Yesus, sebagaimana kasus-kasus lainnya ini:

Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata: "Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Jawab Yesus: "Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah." Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?" Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya. Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.- Matius 19:16-23

Kalau anda membaca dialog ini, maka anda pasti tahu bahwa orang yang bertanya kepada Yesus itu, adalah orang yang memiliki kualitas perbuatan baik yang luar biasa dan bisa jadi tanpa tanding bahkan jika diukurkan pada manusia-manusia masa kini, karena ia berkata bahwa ia memiliki kualitas kebajikan yang teruji oleh waktu dan sangat bermutu tinggi: 

Kata Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?"


Saudara-saudaraku, bahkan orang muda ini memiliki kasih kepada sesama manusia seperti dirinya sendiri begitu apik sementara ia tak bercela dalam memenuhi sederet jangan. Ini bukan hal yang mengada-ada, sebab pada saat  orang muda itu bertanya pada Yesus: apa lagi yang masih kurang, kalau anda perhatikan jawaban Yesus, tidak satupun menyatakan bahwa ia kurang sempurna pada salah satu hukum termasuk hukum yang  terutama: kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri (bdk Matius 22:36-40), tidak  dikatakan Yesus sebagai hal yang kurang. Tetapi apa yang kurang itu adalah: melepaskan segala kemuliaan harta bendanya untuk mendapatkan hidup kekal itu, yaitu mengikut Yesus. Orang muda itu bertanya: perbuatan baik apakah yang harus kulakukan agar ia mendapatkan hidup kekal, namun ketika Yesus menyatakan bahwa dirinyalah hidup kekal itu, ia tidak sanggup sebab baginya kebajikan-kebajikan itu tadi, adalah dasar baginya yang dapat ditawarkan pada Yesus sehingga layak baginya mendapatkan hidup kekal. Baginya beriman bukan faktor keselamatan, baginya perbuatan baik yang bermutu dan tanpa tanding adalah modal yang sangat kuat untuk berhak atas hidup kekal. Yesus telah menetapkan dirinya adalah hidup kekal yang dicari-cari oleh orang-orang Yahudi, sementara bagi orang-orang Yahudi, perbuatan-perbuatan baik adalah dasar untuk layak diselamatkan. Itu sebabnya, tadi, tua-tua Israel dalam datang kepada Yesus, melaporkan apa saja perbuatan-perbuatan baik si perwira tadi sehingga memiliki nilai kelayakan untuk ditolong oleh Yesus.


Ini adalah problem maha besar bagi Israel dan juga bagi semua manusia. Bagi manusia, kalau anda memiliki kebajikan-kebajikan tanpa tanding maka anda berhak sedikit-dikitnya menikmati langit dan bumi baru, tetapi bagi Yesus tidak sama sekali. Itu sebabnya para murid menjadi gempar:

Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: "Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?" Yesus memandang mereka dan berkata: "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin."- Matius 19:25-26


Saudara-saudaraku, ketika Yesus bersabda:
Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."- Matius 5:48

Maka memang ini adalah tujuan kehidupan kita didalam Yesus Kristus. Pilihannyakan hanya seperti Bapa atau seperti Setan. Karena Yesus yang bersabda maka Ia akan bersabda bahwa Bapa-Nya adalah tujuan yang harus kita capai. Dan ini bukan soal mengejar kebajikan-kebajikan tanpa tanding tetapi  bagaimana seharusnya kehidupan anak-anak Bapa:

Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.- Matius 5:43-45

Kalau kita cermati maka kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu merupakan kegiatan atau perbuatan baik yang melampaui pengejaran kebajikan tanpa tanding, sebab anda pun diminta berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu? Jika anda dimintakan berdoa secara demikian dari hati tertulusmu, apakah isi doamu kepada Bapa? Keselamatan jiwanyakah atau agar ia dijauhkan dariku dalam cara apapun yang Bapa kehendaki? Kita harus sadar bahwa sempurna seperti Bapa itu adalah sebuah praktik hidup yang melampaui kebajikan-kebajikan tanpa tanding tetapi membangun kehidupan doa bagi orang-orang yang jahat  terhadapmu. Apakah saya dan anda memiliki kehidupan doa yang sangat unik ini? Kapankah anda terakhir kali berdoa syafaat bagi musuhmu hingga doamu terjawab- dan lagian apakah isi doamu?  


Kita harus tahu bahwa kebajikan-kebajikan tanpa tanding dalam pengajaran dan kebenaran Yesus adalah kebajikan-kebajikan yang berlandaskan kasih kepada musuh dan berdoa kepada musuh. Bukan hal yang generic semacam ini : Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?- Matius 5:46-47. Apakah memberi salam kepada  musuhmu masih menjadi problem bagimu? Jika demikian kita masih harus bekerja keras dalam keselamatan yang telah kita terima agar kita di dunia ini terbukti adalah  anak-anak Bapa. Kita harus terbedakan berdasarkan ini: Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?. Dan untuk mengetahui jawaban seutuhya lihatlah pada Yesus, karena apa yang dilakukannya tidak dapat ditandingi oleh siapapun juga.


Itu sebabnya tidak mungkin berdasarkan perbuatan baik tak tertandingi  maka seseorang sekalipun bukan Kristen dan bukan pengikut Yesus, layak diselamatkan. Karena Yesus sama sekali menunjukan sebaliknya. Pada sisi lainnya, bagi yang mengaku Kristen atau pengikut Yesus Kristus, maka pertanyaannya, sudahkah anda benar-benar hidup sebagaimana pengakuan anda, karena saya dan anda harus membangun kebenaran diri di atas dasar kebenaran Yesus, bukan dari dunia ini dan berbagai kebenaran yang ada di dunia ini.


Jadi, selamat membangun diri dalam Yesus Kristus dan kebenarannya dan selamat menjadi umat Tuhan yang sungguh mengenal nilai diri sendiri di hadapan Tuhan Yesus Kristus, sebab dari situlah datang kehidupan beriman yang benar dan terpuji  dihadapan Tuhan Yesus Kristus.

Soli Deo Gloria





No comments:

Post a Comment