Pages

13 May 2017

Tuhan Dalam Ketakpastian Politik Termencekam Sebuah Bangsa

Oleh: Martin Simamora


Ketika Kudeta Membayang-Bayangi Sebuah Pemerintahan Sah Yang Lemah, Tak Pernah Ada Pemenang Selain Penderitaan Panjang

Before the military coup in Chile, we had the idea that military coups happen in Banana Republics, somewhere in Central America. It would never happen in Chile. Chile was such a solid democracy. And when it happened, it had brutal characteristics.- Isabel Allande

Sebelum kudeta militer di Chile, kita memiliki pemikiran bahwa kudeta-kudeta militer terjadi di Republik Pisang (sederhananya terminologi politik untuk negara-negara  lemah dengan  instabilitas politik berkepanjangan dan ekonomi yang bergantung pada ekspor SDA yang terbatas), di suatu tempat di Amerika Tengah. Kudeta tak akan pernah terjadi di Chili. Chili adalah negara dengan  demokrasi kuat. Dan ketika kudeta terjadi, kudeta terjadi dengan karakteristik-karakteristik brutal- Isabel Allande


Pada kenyataannya, sejak era purba hingga era politik modern, ketakpastian politik sebuah pemerintahan adalah hal yang sangat mencekam bukan saja bagi masa depan sebuah  kerajaan atau negara, tetapi masa depan setiap manusia yang menjadi warga negara didalamnya. Itu sebabnya dalam derajat-derajat tertentu ketakpastian politik menciptakan destabilitas hingga melahirkan instabilitas yang merampas keamanan dan kesejahteraan rakyatnya, lalu eksodus berlangsung baik secara damai atau dalam situasi berdarah.

Mari sejenak membaca stanza yang dituliskan pujangga Inggris kelahiran Nairobi Warshan Shire:

No one leaves home unless
Home is the mouth of a shark
You only run for border
When you see the whole city
Running as well

Tidak ada yang meninggalkan rumah kecuali
Rumah adalah mulut seekor hiu
Kamu hanya berlari menuju perbatasan
Ketika kamu melihat semua kota
Berlarian juga

Menunjukan betapa mengungsi dari negeri sendiri atau dari tanah air sendiri bukan dambaan setiap manusia, kecuali negerinya atau pemerintahannya adalah mulut Hiu bagi keamanan dan damai sejahtera bagi rakyatnya sendiri.


Realitas kejam ini merupakan situasi kemanusiaan yang luar biasa. Bahwa jika sebuah negeri adalah mulut seekor Hiu bagi warganya maka para pengungsi memang membutuhkan pernaungan kemanusiaan atas nama kemanusiaan itu sendiri. Ini adalah  tindakan kemanusiaan demi kemanusiaan itu sendiri. Alkitab bahkan bersuara; Tuhan bahkan bersabda atas aspek kekacauan dan kegentingan politik dimana tatanan sebuah rejim telah kacau balau. Perhatikan hal ini:

Apabila seorang asing tinggal padamu di negerimu, janganlah kamu menindas dia. Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan. Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai; Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Demikianlah kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu; Akulah TUHAN."- Imamat 19:33-37


Komparasi pada teks di atas tersebut sungguh luar biasa, sebab diukurkan dengan keadaan Israel yang mengalami kehidupan politik yang jauh dari kesetaraan selain diskriminasi hingga kedalam perbudakan oleh bangsa lain dimana mereka berupaya bertahan hidup sebagai bangsa taklukan. “Karena kamu juga orang asing dahulu di  tanah Mesir.”


Ini adalah kehidupan menampung bangsa lain yang keadaannya  sama beratnya dengan keadaan Israel di negeri Mesir, tetapi sekarang janganlah Israel seperti Mesir dahulu terhadap Isral yaitu “Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan, mengenai ukuran, timbangan dan sukatan. Neraca yang betul, batu timbangan yang betul, efa yang betul dan hin yang betul haruslah kamu pakai.”


Dengan kata lain, agar jangan sampai mereka keluar dari mulut Hiu jatuh ke dalam mulut buaya, tetapi kasihilah mereka.

Tetapi, tentu saja harus dipahami bahwa kepada umat-Nya, Tuhan sendiri tegas berkata bahwa dasar kebenaran tindakan ini bukan kasih yang lahir dari keluhuran moral manusia tetapi lahir dari Tuhan sehingga umat-Nya bertindak di dalam kebenaran yang hanya ada pada Tuhan yang membebaskan mereka dari Mesir.  Tuhan sendiri yang menjadi satu-satunya dasar mengapa mereka harus mengasihi bangsa asing sedemikian besarnya, karena Allah telah lebih dahulu mengasihi mereka:” Akulah TUHAN, Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir. Demikianlah kamu harus berpegang pada segala ketetapan-Ku dan segala peraturan-Ku serta melakukan semuanya itu; Akulah TUHAN.”


Sehingga dapat dikatakan bahwa Tuhan ada dan bertindak sangat dekat dengan dunia yang penuh dengan ketakpastian politik ini, dan didalam situasi ini, Ia menunjukan betapa manusia tak lebih dari manusia-manusia yang saling memakan sesamanya dalam kebanggaan penindasan, sekaligus menunjukan hanya Tuhan saja sumber kemanusiaan bermartabat dan tidak ada yang lain. Para pengungsi hidup dalam pernaungan bangsa yang mengenal Allah yang terlebih dahulu telah mengasihi mereka dengan kasih-Nya yang begitu besar kepada mereka.


Ketakpastian Politik & Bayang-Bayang Kudeta
Ada beberapa catatan penting yang  menggambarkan kegentingan politik sebuah rejim atau kerajaan dalam Alkitab,yang melibatkan upaya-upaya kudeta:

Raja Daud telah tua dan lanjut umurnya, dan biarpun ia diselimuti, badannya tetap dingin. … Lalu Adonia, anak Hagit, meninggikan diri dengan berkata: "Aku ini mau menjadi raja." Ia melengkapi dirinya dengan kereta-kereta dan orang-orang berkuda serta lima puluh orang yang berlari di depannya. Selama hidup Adonia ayahnya belum pernah menegor dia dengan ucapan: "Mengapa engkau berbuat begitu?" Iapun sangat elok perawakannya dan dia adalah anak pertama sesudah Absalom. Maka berundinglah ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam Abyatar dan mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia. Tetapi imam Zadok dan Benaya bin Yoyada dan nabi Natan dan Simei dan Rei dan para pahlawan Daud tidak memihak kepada Adonia. Sesudah itu Adonia mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan dan Benaya dan para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya. Lalu berkatalah Natan kepada Batsyeba, ibu Salomo: "Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia anak Hagit, telah menjadi raja, sedang tuan kita Daud tidak mengetahuinya?

Ini adalah kudeta yang memanfaatkan kelemahan Sang Raja, ia sudah tua dan sudah tidak lagi tangguh memimpin kerajaannya dan mengendalikan kekuatan militernya. Sekalipun ia memiliki pasukan-pasukan elit yang lebih dikenal sebagai para pahlawan Daud, tetapi ia tidak dapat menggerakannya, sebab sudah terlampau tua untuk menjaga kewibawaan kerajaannya. Untuk mengetahui kekuatan pasukan khusus atau para pahlawan Daud, maka deskripsi ini dapat memberikan gambarannya:

Inilah nama para pahlawan yang mengiringi Daud: Isybaal, orang Hakhmoni, kepala triwira; ia mengayunkan tombaknya melawan delapan ratus orang yang tertikam mati dalam satu pertempuran. Dan sesudah dia, Eleazar anak Dodo, anak seorang Ahohi; ia termasuk ketiga pahlawan itu. Ia ada bersama-sama Daud, ketika mereka mengolok-olok orang Filistin, yang telah berkumpul di sana untuk berperang, padahal orang-orang Israel telah mengundurkan diri. Tetapi ia bangkit dan membunuh demikian banyak orang Filistin sampai tangannya lesu dan tinggal melekat pada pedangnya. TUHAN memberikan pada hari itu kemenangan yang besar. Rakyat datang kembali mengikuti dia, hanya untuk merampas. Sesudah dia, Sama, anak Age, orang Harari. Ketika orang Filistin berkumpul di Lehi--di sana ada sebidang tanah ladang penuh kacang merah--dan tentara telah melarikan diri dari hadapan orang Filistin, maka berdirilah ia di tengah-tengah ladang itu, ia dapat mempertahankannya dan memukul kalah orang Filistin. Demikianlah diberikan TUHAN kemenangan yang besar. Sekali datanglah tiga orang dari ketiga puluh kepala mendapatkan Daud, menjelang musim menuai, dekat gua Adulam, sedang sepasukan orang Filistin berkemah di lembah Refaim. Pada waktu itu Daud ada di dalam kubu gunung dan pasukan pendudukan orang Filistin pada waktu itu ada di Betlehem. Lalu timbullah keinginan pada Daud, dan ia berkata: "Sekiranya ada orang yang memberi aku minum air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang!" Lalu ketiga pahlawan itu menerobos perkemahan orang Filistin, mereka menimba air dari perigi Betlehem yang ada dekat pintu gerbang, mengangkatnya dan membawanya kepada Daud. Tetapi Daud tidak mau meminumnya, melainkan mempersembahkannya sebagai korban curahan kepada TUHAN, katanya: "Jauhlah dari padaku, ya TUHAN, untuk berbuat demikian! Bukankah ini darah orang-orang yang telah pergi dengan mempertaruhkan nyawanya?" Dan tidak mau ia meminumnya. Itulah yang dilakukan ketiga pahlawan itu. Abisai, adik Yoab, anak Zeruya, dialah kepala ketiga puluh orang itu. Dan dialah yang mengayunkan tombaknya melawan tiga ratus orang yang mati ditikamnya; ia mendapat nama di antara ketiga puluh orang itu. Bukankah ia yang paling dihormati di antara ketiga puluh orang itu? Memang ia menjadi pemimpin mereka, tetapi ia tidak dapat menyamai triwira itu. Selanjutnya Benaya bin Yoyada, anak seorang yang gagah perkasa, yang besar jasanya, yang berasal dari Kabzeel; ia menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Juga pernah ia turun ke dalam lobang dan membunuh seekor singa pada suatu hari bersalju. Pula ia membunuh seorang Mesir, seorang yang tinggi perawakannya; di tangan orang Mesir itu ada tombak, tetapi ia mendatanginya dengan tongkat, merampas tombak itu dari tangan orang Mesir itu, lalu membunuh orang itu dengan tombaknya sendiri. Itulah yang diperbuat Benaya bin Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan itu Di antara ketiga puluh orang itu ia paling dihormati, tetapi ia tidak dapat menyamai triwira. Dan Daud mengangkat dia mengepalai pengawalnya.- 2 Samuel 23:1-23

Dalam tubuh militer kerajaan Daud, satuan-satuan elit  bersama 2 tokoh pahlawan di masa tua Daud yaitu Simei dan Rei, telah menolak untuk berpartisipasi dalam upaya kudeta Kerajaan Daud.


Kemencekaman dan kegentingan politik tercekam sedang menyelimuti raja Daud sebab kini pemerintahannya secara perlahan digerogoti oleh perpecahan dan konspirasi yang melemahkan pemerintahan dan ia sebagai raja diam saja, sebab dalam posisi terlemahnya sebagai panglima militer tertinggi. Beginilah kemencekaman dan kegentingan politik dalam kerajaan Daud itu:

“Sesudah itu Adonia mempersembahkan domba, lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet yang ada di samping En-Rogel, lalu mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan dan Benaya dan para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya. Lalu berkatalah Natan kepada Batsyeba, ibu Salomo: "Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia anak Hagit, telah menjadi raja, sedang tuan kita Daud tidak mengetahuinya?”


Upaya-upaya kudeta dapat berlangsung dalam sebuah kesenyapan dan kedamaian bahkan akan sangat religius pada penampilannya, bagaimana tidak  jika upaya menggalang kekuatan kudeta didahului dengan “Adonai mempersembahkan domba,lembu dan ternak gemukan sebagai korban dekat batu Zohelet” yang mana peribadahan tersebut dihadiri oleh para politisi, para penguasa dengan pengecualian pada para tokoh agama yang menentang konspirasi jahat ini. “mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja; tetapi nabi Natan dan Benaya dan para pahlawan dan Salomo, adiknya, tidak diundangnya.”


Salomo, kandidat dan penerus sah  yang ditentukan Tuhan sebagai pengganti Daud tidak diundang. Daud dikudeta dengan menyingkirkan Salomo dengan menggalang kekuatan politik pada tatar elit hingga pada tatar rakyat banyak dan segenap aparatur negara atau kerajaan Daud: “mengundang semua saudaranya, anak-anak raja, dan semua orang Yehuda, pegawai-pegawai raja.”


Daud sudah lemah dan tak memegang pemerintahannya secara efektik dan para pahlawan atau pasukan komandonya tidak dapat berbuat apa-apa selain menolak untuk bergabung kedalam upaya kudeta tersebut.

Salomo sebagai anak Daud yang seharusnya  naik takhta menggantikan Daud, sekalipun lemah dan tak berdaya menghadapi kudeta yang berhasil ini, namun ia yang dikasihi Allah:

Kemudian Daud menghibur hati Batsyeba, isterinya; ia menghampiri perempuan itu dan tidur dengan dia, dan perempuan itu melahirkan seorang anak laki-laki, lalu Daud memberi nama Salomo kepada anak itu. TUHAN mengasihi anak ini dan dengan perantaraan nabi Natan Ia menyuruh menamakan anak itu Yedija, oleh karena TUHAN. – 2 Samuel 12:24-25


Salomo sendiri tak dapat berbuat apa untuk menolong ayahnya, juga tidak bagi nabi Natan, untuk sendirian dengan kekuatannya sendiri menghadapi konspirasi kudeta semacam ini: “ia dengan Yoab, anak Zeruya dan dengan imam Abyatar dan mereka menjadi pengikut dan pembantu Adonia.”


Lalu bagaimanakah seharusnya situasi  mencekam dan genting ini harus diatasi, sementara kudeta telah berlangsung? Jawabnya hanya dapat diatasi oleh Raja Daud. Tentu saja kita harus memahami bahwa Daud tidak bisa digeser begitu saja sebab pasukan-pasukan elitnya tetap setia kepada Daud. Bukan hanya itu, di sisi Daud masih berdiri nabi Natan yang sangat mengetahui siapakah penerus Daud, dan sang nabi mendampingi isteri Daud dan memberikan petunjuk-petunjuk untuk menghadapi situasi mencekam dan genting tersebut. Itu sebabnya situasi genting ini tidak dapat begitu saja memusnahkan kekuasaan dan pengaruh politik Daud dalam posisi terlemahnya sekalipun, sebagaimana hal ini ternyatakan dalam tindakan  kenegaraan dan politik seorang raja yang sah melawan raja hasil kudeta:


1Raja-Raja1:11- Lalu berkatalah Natan kepada Batsyeba, ibu Salomo: "Tidakkah engkau mendengar, bahwa Adonia anak Hagit, telah menjadi raja, sedang tuan kita Daud tidak mengetahuinya? Karena itu, baiklah kuberi nasihat kepadamu, supaya engkau dapat menyelamatkan nyawamu dan nyawa anakmu Salomo. Pergilah masuk menghadap raja Daud dan katakan kepadanya: Bukankah tuanku sendiri, ya rajaku, telah bersumpah kepada hambamu ini: Anakmu Salomo, akan menjadi raja sesudah aku dan dialah yang akan duduk di atas takhtaku? Mengapakah sekarang Adonia menjadi raja? Dan selagi engkau berbicara di sana dengan raja, akupun akan masuk pula dan menyokong perkataanmu itu." Jadi masuklah Batsyeba menghadap raja ke dalam kamarnya. Waktu itu raja sudah sangat tua dan Abisag, gadis Sunem itu, melayani raja. Lalu Batsyeba berlutut dan sujud menyembah kepada raja. Raja bertanya: "Ada yang kauingini?" Lalu perempuan itu berkata kepadanya: "Tuanku sendiri telah bersumpah demi TUHAN, Allahmu, kepada hambamu ini: Anakmu Salomo akan menjadi raja sesudah aku, dan ia akan duduk di atas takhtaku. Tetapi sekarang, lihatlah, Adonia telah menjadi raja, sedang tuanku raja sendiri tidak mengetahuinya. Ia telah menyembelih banyak lembu, ternak gemukan dan domba, dan telah mengundang semua anak raja dan imam Abyatar dan Yoab, panglima itu, tetapi hambamu Salomo tidak diundangnya. Dan kepadamulah, ya tuanku raja, tertuju mata seluruh orang Israel, supaya engkau memberitahukan kepada mereka siapa yang akan duduk di atas takhta tuanku raja sesudah tuanku. Nanti aku ini dan anakku Salomo dituduh bersalah segera sesudah tuanku raja mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya." Selagi Batsyeba berbicara dengan raja, datanglah nabi Natan. Diberitahukan kepada raja: "Itu ada nabi Natan." Masuklah ia menghadap raja, lalu sujud menyembah kepada raja dengan mukanya sampai ke tanah. Natan berkata: "Ya tuanku raja, tuanku sendirilah rupa-rupanya yang telah berkata: Adonia akan menjadi raja sesudah aku dan ia akan duduk di atas takhtaku! Sebab pada hari ini ia telah menyembelih banyak lembu, ternak gemukan dan domba; ia mengundang semua anak raja, para panglima dan imam Abyatar, dan sesungguhnya mereka sedang makan minum di depannya sambil berseru: Hidup raja Adonia! Tetapi hambamu ini, dan imam Zadok dan Benaya bin Yoyada dan hambamu Salomo tidak diundangnya. Jika hal ini terjadi dari pihak tuanku raja, maka engkau tidak memberitahu hamba-hambamu ini, siapa yang akan duduk di atas takhta tuanku raja sesudah tuanku." Lalu raja Daud menjawab, katanya: "Panggillah Batsyeba." Perempuan itu masuk menghadap raja dan berdiri di depannya. Lalu raja bersumpah dan berkata: "Demi TUHAN yang hidup, yang telah membebaskan nyawaku dari segala kesesakan, pada hari ini aku akan melaksanakan apa yang kujanjikan kepadamu demi TUHAN, Allah Israel, dengan sumpah ini: Anakmu Salomo akan menjadi raja sesudah aku, dan dialah yang akan duduk di atas takhtaku menggantikan aku." Lalu Batsyeba berlutut dengan mukanya sampai ke tanah; ia sujud menyembah kepada raja dan berkata: "Hidup tuanku raja Daud untuk selama-lamanya!" Lagi kata raja Daud: "Panggillah imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada." Mereka masuk menghadap raja, dan raja berkata kepada mereka: "Bawalah para pegawai tuanmu ini, naikkan anakku Salomo ke atas bagal betina kendaraanku sendiri, dan bawa dia ke Gihon. Imam Zadok dan nabi Natan harus mengurapi dia di sana menjadi raja atas Israel; kemudian kamu meniup sangkakala dan berseru: Hidup raja Salomo! Sesudah itu kamu berjalan pulang dengan mengiring dia; lalu ia akan masuk dan duduk di atas takhtaku, sebab dialah yang harus naik takhta menggantikan aku, dan dialah yang kutunjuk menjadi raja atas Israel dan Yehuda." Lalu Benaya bin Yoyada menjawab raja: "Amin! Demikianlah kiranya firman TUHAN, Allah tuanku raja! Seperti TUHAN menyertai tuanku raja, demikianlah kiranya Ia menyertai Salomo; semoga Ia membuat takhta Salomo lebih agung dari takhta tuanku raja Daud." Lalu pergilah imam Zadok, nabi Natan dan Benaya bin Yoyada, dengan orang Kreti dan orang Pleti, mereka menaikkan Salomo ke atas bagal betina raja Daud dan membawanya ke Gihon. Imam Zadok telah membawa tabung tanduk berisi minyak dari dalam kemah, lalu diurapinya Salomo. Kemudian sangkakala ditiup, dan seluruh rakyat berseru: "Hidup raja Salomo!" Sesudah itu seluruh rakyat berjalan di belakangnya sambil membunyikan suling dan sambil bersukaria ramai-ramai, sampai seakan-akan bumi terbelah oleh suara mereka. Hal itu kedengaran kepada Adonia dan kepada semua undangan yang bersama-sama dengan dia, ketika mereka baru habis makan. Ketika Yoab mendengar bunyi sangkakala itu, ia berkata: "Apakah sebabnya kota begitu ribut?" Selagi ia berbicara, datanglah Yonatan anak imam Abyatar. Lalu Adonia berkata: "Masuklah, sebab engkau seorang kesatria dan tentulah engkau membawa kabar baik." Tetapi Yonatan menjawab Adonia: "Tidak! Tuan kita raja Daud telah mengangkat Salomo menjadi raja. Raja telah menyuruh supaya imam Zadok, dan nabi Natan dan Benaya bin Yoyada, dengan orang Kreti dan orang Pleti, menyertai Salomo dan mereka menaikkan dia ke atas bagal betina raja. Imam Zadok, dan nabi Natan mengurapi dia di Gihon menjadi raja, dan dari sana mereka sudah pulang dengan bersukaria, sehingga kota menjadi ribut, itulah bunyi yang kamu dengar tadi. Salomo sekarang duduk di atas takhta kerajaan; juga pegawai-pegawai raja telah datang mengucap selamat kepada tuan kita raja Daud, dengan berkata: Kiranya Allahmu membuat nama Salomo lebih masyhur dari pada namamu dan takhtanya lebih agung dari pada takhtamu. Dan rajapun telah sujud menyembah di atas tempat tidurnya, dan beginilah katanya: Terpujilah TUHAN, Allah Israel, yang pada hari ini telah memberi seorang duduk di atas takhtaku yang aku sendiri masih boleh saksikan." Maka semua undangan Adonia itu terkejut, lalu bangkit dan masing-masing pergi menurut jalannya. Takutlah Adonia kepada Salomo, sebab itu ia segera pergi memegang tanduk-tanduk mezbah. Lalu diberitahukanlah kepada Salomo: "Ternyata Adonia takut kepada raja Salomo, dan ia telah memegang tanduk-tanduk mezbah, serta berkata: Biarlah raja Salomo lebih dahulu bersumpah mengenai aku, bahwa ia takkan membunuh hambanya ini dengan pedang." Lalu kata Salomo: "Jika ia berlaku sebagai kesatria, maka sehelai rambutpun dari kepalanya tidak akan jatuh ke bumi, tetapi jika ternyata ia bermaksud jahat, haruslah ia dibunuh."


Suasana genting dan mencekam pada puncaknya diselesaikan oleh  tangan-tangan Tuhan yang kudus dan perkasa:  imam Zadok, nabi Natan dan  Benaya Bin Yoyada. Mengapa saya katakan “perkasa”? Sebab imam  Zadok dan nabi Natan didampingi oleh seorang pahlawan Daud yang gagah perkasa (salah satu dari elit 30). Coba perhatikan siapakah Benaya Bin Yoyoda itu:

1Samuel 23:20,22 Selanjutnya Benaya bin Yoyada, anak seorang yang gagah perkasa, yang besar jasanya, yang berasal dari Kabzeel; ia menewaskan kedua pahlawan besar dari Moab. Juga pernah ia turun ke dalam lobang dan membunuh seekor singa pada suatu hari bersalju. Itulah yang diperbuat Benaya bin Yoyada; ia mendapat nama di antara ketiga puluh pahlawan itu.


Salomo dinaikan oleh tangan Tuhan melalui  Imam Zadok, nabi Natan, dan seorang elit militer berwibawa dan takut akan Tuhan, Benaya bin Yoyada. Inilah yang melawan kudeta terhadap pemerintahan Daud!

Dalam dinamika politik di manapun, Tuhan juga terlibat mengendalikan kesudahannya, sebab tidak ada satupun pemerintahan yang tak berasal dari tangannya:

“…sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.”- Roma 13:1-4
Sebab itu beginilah firman TUHAN semesta alam: Oleh karena kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan-Ku, sesungguhnya, Aku akan mengerahkan semua kaum dari utara--demikianlah firman TUHAN--menyuruh memanggil Nebukadnezar, raja Babel, hamba-Ku itu; Aku akan mendatangkan mereka melawan negeri ini, melawan penduduknya dan melawan bangsa-bangsa sekeliling ini, yang akan Kutumpas dan Kubuat menjadi kengerian, menjadi sasaran suitan dan menjadi ketandusan untuk selama-lamanya.- Yeremia 25:8-9


“Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.”- 1 Timotius 2:1-2


Itu sebabnya Yesus sendiri menghormati pemerintahan yang ada diatasnya sekalipun penjajah! Perhatikan berikut ini:

“Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Mereka sangat heran mendengar Dia. – Markus 12:17”


Dan otoritas penjajah ini datangnya dari Allah secara terbuka dinyatakannya dalam momentum yang paling memilukan dan menyayat hati:

“Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."- Yohanes 19:10-11”


Tidak ada dinamika politik diantara bangsa-bangsa yang tidak berada dalam kendali dan ketetapan Tuhan atau yang bergulir sementara Tuhan cemas  menantikan apakah  kesudahannya. Tidak pernah demikian!


Perhatikanlah ini:
Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: Marilah kita memutuskan belenggu-belenggu mereka dan membuang tali-tali mereka dari pada kita! Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka. Maka berkatalah Ia kepada mereka dalam murka-Nya dan mengejutkan mereka dalam kehangatan amarah-Nya: Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!- Mazmur 2:1-6


Seharusnya kita sangat sadar, bahwa dalam banyak momen,  manusia pun bermufakat untuk melakukan kudeta terhadap Tuhan, kala manusia tidak menundukan dirinya pada pemerintahan yang sah dan yang telah dipilih oleh rakyat. Sungguh mengerikan kalau manusia sudah berani membawa-bawa nama Tuhan lalu di saat yang sama berupaya mengkudeta ketetapan Tuhan itu sendiri, sebagaimana pada kasus Adonia melawan raja Daud, dengan bantuan para pemimpin agama dan panglima perang  dalam kerajaan Daud.

Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, dan membuat dia memiliki kursi kehormatan. Sebab TUHAN mempunyai alas bumi; dan di atasnya Ia menaruh daratan. Langkah kaki orang-orang yang dikasihi-Nya dilindungi-Nya, tetapi orang-orang fasik akan mati binasa dalam kegelapan, sebab bukan oleh karena kekuatannya sendiri seseorang berkuasa. Orang yang berbantah dengan TUHAN akan dihancurkan; atas mereka Ia mengguntur di langit. TUHAN mengadili bumi sampai ke ujung-ujungnya; Ia memberi kekuatan kepada raja yang diangkat-Nya dan meninggikan tanduk kekuatan orang yang diurapi-Nya."- 1Samuel 2:8-10

SOLI DEO GLORIA



No comments:

Post a Comment