Oleh: Martin Simamora
Sepuluh Bagian Keempat
Sama Seperti Musa Meninggikan Ular, Demikian Juga Anak MAnusia Harus Ditinggikan
(Lebih dulu
di “Bible Alone”-Jumat, 3 September 2016- telah
diedit dan dikoreksi)
Bacalah lebih
dulu: “bagian 32”
Itu sebabnya di
sepanjang perjanjian lama tidak akan pernah ditemukan relasi Allah dengan
manusia bersimpangan dengan konsepsi pendeta Dr. Erastus yang menyatakan Allah
bercela di hadapan iblis sehingga IA menciptakan manusia dengan agenda yang
melibatkan manusia untuk melakukan pembuktian corpus delicti melawan iblis
untuk menutupi kebercelaan Allah. Sebaliknya, Allah berkuasa atas umatnya,
segenap manusia, segenap kejahatan di dunia ini dalam cara yang begitu keras,
yaitu pembinasaan seketika pada apapun yang dikehendaki-Nya, dengan sebuah
tujuan agar umat-Nya mengenal Siapakah IA yang tak berkenan pada kejahatan
dalam IA begitu mengasihi umat-Nya. Tetapi sebelum kita melihat kedaulatan
pemerintahan Allah dalam menghukum hingga membinasakan apapun juga kejahatan di
dunia yang telah menjadi wilayah kekuasaan iblis tanpa iblis itu sendiri dapat menentang
Allah, mari terlebih dahulu kita melihat siapakah Allah berdasarkan
penyingkapannya kepada nabi Musa:
Keluaran
33:17-23 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan
ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku
dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya
kemuliaan-Mu kepadaku." Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan
segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku
akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan
mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku,
sebab tidak ada orang yang memandang Aku
dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di
mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat,
maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi
engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik
tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan
kelihatan."
Keluaran
34:1-8 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Pahatlah dua loh batu sama dengan
yang mula-mula, maka Aku akan menulis pada loh itu segala firman yang ada pada
loh yang mula-mula, yang telah kaupecahkan. Bersiaplah menjelang pagi dan
naiklah pada waktu pagi ke atas gunung Sinai; berdirilah di sana menghadap Aku
di puncak gunung itu. Tetapi janganlah ada seorangpun yang naik bersama-sama
dengan engkau dan juga seorangpun tidak boleh kelihatan di seluruh gunung itu,
bahkan kambing domba dan lembu sapipun tidak boleh makan rumput di sekitar
gunung itu." Lalu Musa memahat dua loh batu sama dengan yang mula-mula;
bangunlah ia pagi-pagi dan naiklah ia ke atas gunung Sinai, seperti yang
diperintahkan TUHAN kepadanya, dan membawa kedua loh batu itu di tangannya. Turunlah TUHAN dalam awan, lalu
berdiri di sana dekat Musa serta menyerukan nama TUHAN. Berjalanlah TUHAN lewat dari
depannya dan berseru: "TUHAN, TUHAN,
Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni
kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang
yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya
dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat." Segeralah
Musa berlutut ke tanah, lalu sujud menyembah.
Kepada Musa, Allah
telah bukan saja memperkenalkan siapakah Ia tetapi menyatakan Ia mulia tak
bercela dan tak dapat didekati siapapun juga yang tak sekudus-Nya atau ia
binasa. Bahkan di sini kekudusan-Nya tidak memerlukan bukti atau corpus delicti
untuk menunjukan apakah kesalahan atau kejahatannya sehingga harus binasa
dihadapannya selain kekudusan-Nya sendiri itulah hakim bagi siapapun dan apapun
juga. Itu sebabnya Musa, sekalipun, membutuhkan kasih karunia (bukan
perlindungan) berupa tindakan kasih Tuhan yang begitu kudus untuk mengasihinya
sebagai yang dikasihi-Nya dan dikehendaki-Nya utuk mengenal-Nya: " Lagi
firman-Nya: "Engkau tidak tahan
memandang wajah-Ku, sebab tidak ada
orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada
suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila
kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk
gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan
lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku,
tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.”
Karena ini adalah natur penghakiman Allah,
bahwa penghakiman itu secara absolut berdasarkan kekudusan-Nya semata, maka kita bisa memahami siapakah Yesus
kala ia bersabda seperti ini:
Yohanes
6:22 Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan
penghakiman itu seluruhnya kepada Anak
Yohanes
6:27 Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi,
karena Ia adalah Anak Manusia.
Kepada
Musa, bahkan, Allah juga memperkenalkan eksistensinya
di dalam alam semesta ini sebagai satu-satunya yang berdaulat dan berkuasa dan
tak ada satupun baik apapun dan siapapun yang dapat menahan dirinya dan yang
dapat membuat dirinya harus memperhitungkan apapun dan siapapun di luar dirinya
sebagai yang wajib diperhitungkan pada apapun dan siapapun itu selain ia hanya
akan memperhitungkan pada dirinya yaitu apakah yang telah menjadi rancangannya
berdasarkan maksud dan pikirannya serta bagaimanakah semua itu terjadi dan
terwujud sebagaimana maksud dan pikirannya. Perhatikanlah bagaimana Allah
menyatakan dirinya kepada Musa:” TUHAN,
TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan
setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang
mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali
membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
Juga jelas terlihat bahwa kepada Musa, Allah sama sekali tak menunjukan adanya
problem kebercelaannya di hadapan iblis, sebab sejak di taman Eden, penghakiman
dan penghukumannya telah dilakukan dan sedang berlangsung hingga pada puncaknya
sebagaimana yang ia telah pikirkan dan maksudkan telah dan harus terjadi.
Itu sebabnya segala
instruksi atau sabda Allah kepada umatnya senantiasa berpusat pada Ia mahakudus
tak bercela yang mengasihi manusia agar tidak hidup didalam dosa tetapi di
dalam hidup berdasarkan mengasihi-Nya dan mentaati-Nya yang akan menutun mereka
kepada berkat-Nya:
Ulangan
28:1-14 Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan
dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka
TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala
berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu: Diberkatilah engkau di kota dan
diberkatilah engkau di ladang. Diberkatilah
buah kandunganmu, hasil bumimu dan hasil ternakmu, yakni anak lembu sapimu dan
kandungan kambing dombamu. Diberkatilah
bakulmu dan tempat adonanmu. Diberkatilah
engkau pada waktu masuk dan diberkatilah engkau pada waktu keluar. TUHAN akan membiarkan musuhmu yang maju
berperang melawan engkau, terpukul kalah
olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau, tetapi bertujuh jalan
mereka akan lari dari depanmu. TUHAN
akan memerintahkan berkat ke atasmu di dalam lumbungmu dan di dalam segala
usahamu; Ia akan memberkati engkau
di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu. TUHAN akan menetapkan engkau sebagai umat-Nya yang kudus, seperti yang
dijanjikan-Nya dengan sumpah kepadamu, jika
engkau berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, dan hidup menurut jalan
yang ditunjukkan-Nya. Maka segala
bangsa di bumi akan melihat, bahwa nama TUHAN telah disebut atasmu, dan mereka
akan takut kepadamu….
Kita
melihat secara jelas betapa Ia sangat sentral dalam kehidupan bukan saja pada
bangsa Israel tetapi juga segenap bumi (maka
segala bangsa di bumi akan melihat, bahwa nama TUHAN telah disebut atasmu, dan mereka
akan takut kepadamu) sehingga ketaatan yang dituntut Allah kepada umat-Nya,
sejak semula, semata-mata ketaatan untuk mentaati Tuhan demi berkat keselamatan
mereka sendiri dan demi kemuliaan nama TUHAN itu sendiri dihadapan
manusia-manusia. Tidak ada sama sekali problem pembuktian corpus delicti yang
membutuhkan manusia atau umat-Nya, sebab Ia tak berdaya menyediakannya sendiri.
Sementara
memang terlihat begitu menyolok bahwa Allah melimpahkan berkat-berkat
jasmaniah yang melimpah kepada umat-Nya, itu bukan sama sekali sedang
menunjukan betapa Allah dalam perjanjian lama sedang membangun relasi rohani
dengan bangsa Israel secara dangkal ketimbang dengan bangsa Yahudi pada era perjanjian baru. Mengapa
dikatakan demikian? Sebab konsekuensi tidak mentaati bukan belaka membatalkan
berkat semacam “diberkatilah buah kandungmu, hasil bumimu” sehingga tidak
membahayakan kesejahteraan dan keamanan keselamatan jiwa, kecuali jasmaniah
saja. Tidak demikian! Sebab beginilah dampak dari tidak mentaati itu:
Ulangan
28:15-46 Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak
melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu
pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau: Terkutuklah
engkau di kota dan terkutuklah engkau di ladang. Terkutuklah
bakulmu dan tempat adonanmu. Terkutuklah buah kandunganmu,
hasil bumimu, anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. Terkutuklah
engkau pada waktu masuk dan terkutuklah engkau pada waktu keluar. TUHAN
akan mendatangkan kutuk, huru-hara dan penghajaran ke antaramu
dalam segala usaha yang kaukerjakan, sampai engkau punah dan binasa dengan
segera karena jahat perbuatanmu, sebab engkau telah meninggalkan Aku. TUHAN
akan melekatkan penyakit sampar kepadamu, sampai dihabiskannya
engkau dari tanah, ke mana engkau pergi untuk mendudukinya. TUHAN
akan menghajar engkau dengan batuk kering, demam, demam kepialu,
sakit radang, kekeringan, hama dan penyakit gandum; semuanya itu akan memburu
engkau sampai engkau binasa. Juga langit yang di atas kepalamu akan
menjadi tembaga dan tanah yang di bawahpun menjadi besi.
TUHAN
akan menurunkan hujan abu dan debu ke atas negerimu; dari langit akan
turun semuanya itu ke atasmu, sampai engkau punah. TUHAN akan membiarkan engkau
terpukul kalah oleh musuhmu. Bersatu jalan engkau akan keluar
menyerang mereka, tetapi bertujuh jalan engkau akan lari dari depan mereka,
sehingga engkau menjadi kengerian bagi segala kerajaan di bumi. Mayatmu akan menjadi makanan segala burung di udara serta
binatang-binatang di bumi, dengan tidak ada yang mengganggunya. TUHAN
akan menghajar engkau dengan barah Mesir, dengan borok, dengan
kedal dan kudis, yang dari padanya engkau tidak dapat sembuh. TUHAN
akan menghajar engkau dengan kegilaan, kebutaan dan kehilangan akal, sehingga engkau meraba-raba
pada waktu tengah hari, seperti seorang buta meraba-raba di dalam gelap;
perjalananmu tidak akan beruntung, tetapi engkau selalu diperas dan
dirampasi, dengan tidak ada seorang yang datang menolong. Engkau akan bertunangan dengan seorang
perempuan, tetapi orang lain akan menidurinya. Engkau akan mendirikan
rumah, tetapi tidak akan mendiaminya. Engkau akan membuat kebun anggur, tetapi
tidak akan mengecap hasilnya………. (34) Engkau akan menjadi gila karena apa yang dilihat matamu.
…… (45) Segala kutuk
itu akan datang ke atasmu, memburu engkau dan mencapai engkau, sampai engkau punah,
karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN,
Allahmu dan tidak berpegang pada perintah dan ketetapan yang diperintahkan-Nya
kepadamu; (46) semuanya itu akan menjadi tanda dan
mujizat di antaramu dan di antara keturunanmu untuk selamanya."
Bukan
sama sekali soal Allah dalam perjanjian lama dangkal dalam membangun pondasi
relasi dengan manusia berdasarkan cara kita menakarkannya pada janji-janji
berkat yang melulu duniawi, tetapi dalam cara demikianlah Allah mengajarkan
manusia untuk tidak mengejar berkat-berkat duniawi sebagai motivasi hidup
mengikut Tuhan tetapi harus berdasarkan mengasihi-Nya dan siapakah Ia! Yesus Kristus sendiri telah menunjukan dirinya adalah Sang Firman yang telah memberkati Israel yang juga menuntut sebuah relasi yang menuntut ketaatan sekalipun ia memberkati mereka. Bandingkanlah dengan episoden ini: Ketika orang banyak
menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: "Rabi,
bilamana Engkau tiba di sini?" Yesus menjawab mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat
tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah,
bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang
bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia
kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan
meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami
perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab
Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu
hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Maka kata
mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami
melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek
moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka
diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka:
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti
dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena
roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup
kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami
roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup;
barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya
kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu:
Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.- Yohanes 6:25-36.
Jika mengasihi-Nya maka pondasi relasi yang diusahakan manusia adalah berdasarkan pondasi yang Allah bangunkan, yaitu “mendengarkan suara Tuhan dan memperhatikan ketetapan yang diperintahkan-Nya kepada-Mu.” Sebuah kehidupan relasi yang juga dibawa Yesus ke dalam dunia, hanya saja berdasarkan dirinya Sang Pembawa Kasih Karunia Bapa bagi dunia yang berkenan atau menerima kebenaran-Nya: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yohanes 14:15). Bukan kebenaran atau kehidupan berdasarkan ketaatan kepada hukum Taurat secara tak bercela.
Jika mengasihi-Nya maka pondasi relasi yang diusahakan manusia adalah berdasarkan pondasi yang Allah bangunkan, yaitu “mendengarkan suara Tuhan dan memperhatikan ketetapan yang diperintahkan-Nya kepada-Mu.” Sebuah kehidupan relasi yang juga dibawa Yesus ke dalam dunia, hanya saja berdasarkan dirinya Sang Pembawa Kasih Karunia Bapa bagi dunia yang berkenan atau menerima kebenaran-Nya: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku" (Yohanes 14:15). Bukan kebenaran atau kehidupan berdasarkan ketaatan kepada hukum Taurat secara tak bercela.
Itu sebabnya tujuan
Yesus datang ke dalam dunia ini, juga bukan berkaitan dengan sangkaan pendeta
Erastus bahwa Allah bercela dihadapan iblis sehingga membutuhkan partisipasi
manusia untuk menjadi corpus delicti yang diasumsikannya sebagai membangun karakter ilahi pada setiap anak-anak Allah sehingga dapat menjadi bukti kejahatan atau corpus delicti yang membungkam iblis, tetapi sebagaimana Sang Mesias sendiri telah berkata: Aku datang untuk
menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi: “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum
Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan
untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum
lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi” (Matius 5:17-18) sebab pada
faktanya tidak ada penggenapan secara tak bercela oleh manusia selain
berdasarkan pemilihan Tuhan saja:
Bilangan
16:1-35 Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, beserta Datan dan Abiram,
anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang Ruben, mengajak orang-orang untuk
memberontak melawan Musa, beserta dua ratus lima puluh orang Israel,
pemimpin-pemimpin umat itu, yaitu orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya
orang-orang yang kenamaan. Maka mereka berkumpul mengerumuni Musa dan Harun,
serta berkata kepada keduanya: "Sekarang cukuplah itu! Segenap umat itu
adalah orang-orang kudus, dan TUHAN ada di tengah-tengah mereka. Mengapakah
kamu meninggi-ninggikan diri di atas jemaah TUHAN?" Ketika Musa mendengar
hal itu, sujudlah ia. Dan ia berkata kepada Korah dan segenap kumpulannya:
"Besok pagi TUHAN akan memberitahukan, siapa kepunyaan-Nya, dan siapa
yang kudus, dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat
kepada-Nya; orang yang akan dipilih-Nya akan diperbolehkan-Nya
mendekat kepada-Nya…… (20) Lalu berfirmanlah
TUHAN kepada Musa dan Harun: Pisahkanlah
dirimu dari tengah-tengah umat ini, supaya Kuhancurkan mereka dalam
sekejap mata….. (28) Sesudah itu berkatalah Musa:
"Dari hal inilah kamu akan tahu, bahwa aku diutus TUHAN untuk melakukan
segala perbuatan ini, dan hal itu bukanlah dari hatiku sendiri: jika
orang-orang ini nanti mati seperti matinya setiap manusia, dan mereka mengalami
yang dialami setiap manusia, maka aku tidak diutus TUHAN. Tetapi, jika TUHAN
akan menjadikan sesuatu yang belum pernah terjadi, dan tanah mengangakan
mulutnya dan menelan mereka beserta segala kepunyaan mereka, sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati,
maka kamu akan tahu, bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN." Baru saja
ia selesai mengucapkan segala perkataan itu, maka terbelahlah tanah yang di
bawah mereka, dan bumi membuka
mulutnya dan menelan mereka dengan seisi rumahnya dan dengan semua
orang yang ada pada Korah dan dengan segala harta milik mereka. Demikianlah
mereka dengan semua orang yang ada pada mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati; dan
bumi menutupi mereka, sehingga mereka binasa dari tengah-tengah jemaah itu. Dan semua orang Israel yang
di sekeliling mereka berlarian mendengar teriak mereka, sebab kata mereka:
"Jangan-jangan bumi menelan kita juga!" Lagi
keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima
puluh orang yang mempersembahkan ukupan
itu.
Keselamatan Allah
berdasarkan ketaatan pada hukum-hukum Tuhan oleh manusia, hanya menunjukan
ketakberdayaan manusia. Sejak Musa, keselamatan bahkan pada keselamatan nyawa
dari kematian jasmani telah berlangsung berdasarkan tindakan kasih karunia Allah, yaitu berdasarkan pemilihannya
saja, tepat sebagaimana yang kita saksikan pada kitab Bilangan. Dan ini bukan hal yang baru pasca hukum Taurat,
karena keselamatan berdasarkan kasih karunia dari tengah-tengah pembinasaan telah
dilakukan-Nya sejak sebelum Musa naik ke gunung Sinai:
Ulangan
21:4-9 Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk
mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di
tengah jalan. Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa
kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini?
Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini
kami telah muak." Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa
itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. Kemudian
datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa,
sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN,
supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk
bangsa itu. Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan
taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia
melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular tembaga
dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu,
tetaplah ia hidup.
Relasi
Allah dengan umatnya berporos pada diri-Nya dengan segenap kemahakudusan-Nya,
kemahasempurnaan-Nya, kebesaran kasih setia-Nya untuk mengasihi dan memberkati
serta kemahakudusan-Nya yang tak dapat berkompromi sedikit saja dengan dosa,
selain dibinasakan!
Sejak
semula pasca kejatuhan di taman Eden,
sebelum Musa naik ke gunung Sinai untuk menerima hukum Tuhan yang kudus,
keselamatan jiwa umat-Nya tidak pernah terjadi berdasarkan ketaatan tak bercela
pada hokum-hukum kudus-Nya tetapi tindakan kasih karunia-Nya dan didalam kasih
karunia-Nyalah kemudian kekudusannya ditegakan dan dibangunkan di dalam diri
setiap yang menjadi pilihan-Nya atau yang dipisahkan-Nya dari dunia ini.
Relasi Allah dengan
manusia, dengan demikian, tak pernah sama sekali seperti yang diajarkan oleh
pendeta Erastus Sabdono. Allah tak pernah sama sekali memperhitungkan apapun
dan siapapun di luar dirinya sendiri, sebab hanya dialah dasar kebenaran dan
hanya dialah yang menjadi sumber ketaatan dan dasar menyelenggarakan hidup.
Allah tak pernah kehidupannya didikte atau dikendalikan sesaat saja oleh
semacam ketakberdayaan, sebab Allah senantiasa berdaya terhadap ketakberdayaan
manusia terhadap kekudusan-Nya dan ketakberdayaan manusia terhadap perhambaan
maut yang terjadi sejak peristiwa
kejatuhan manusia di taman Eden.
Relasi Allah dengan
manusia sejak sebelum hukum Taurat dan setelah hukum Taurat adalah kasih
karunia. Kasih karunia yang lahir dari kemahakudusan Allah dalam Ia mengasihi
manusia, untuk menanggulangi ketakberdayaan manusia untuk mentaati secara tak
bercela hukum-hukum kudus Allah, dan ketakberdayaan manusia atas pemerintahan
maut oleh iblis. Itu sebabnya Yesus Sang Mesias ketika datang ke dalam dunia
ini, juga sama sekali tak membicarakan pembuktian corpus delicti atau Allah bercela di hadapan iblis
sehingga membutuhkan anak-anak manusia yang mau menjadi corpus delicti atau
bukti kejahatan yang memberatkan iblis. Sebab memang tak pernah terjadi
sebagaimana sangkaan pendeta Erastus dalam pengajarannya yang bernama “pembuktian
corpus delicti.” Yesus sebaliknya menunjukan relasi manusia dan Allah ada pada satu-satunya kebenaran: Allah adalah
mahakudus dan mahakasih yang ingin menyelamatkan manusia dari perhambaan maut
akibat pemberontakan manusia terhadap hukum dan ketetapan kudus Allah terhadap
manusia. Perhatikan sabda Yesus
berikut ini:
Yohanes
3:13-15 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia
yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama
seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus
ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang
kekal.
Dengan
demikian, keselamatan berdasarkan kasih karunia dan bukan berdasarkan ketaatan
pada hukum Taurat, bukan sama sekali kebenaran yang bertentang dengan Allah
sejak era Musa, tetapi sebuah keniscayaan yang harus Allah lakukan
sehingga setiap janji berkat dan
keselamatan dari-Nya terpenuhi. Bukan hanya Musa yang menunjukan realitas ini,
tetapi nabi Yesaya pada Kitab Yesaya bab 53 yang telah disajikan pada bagian
32 juga menunjukan keselamatan berdasarkan kasih karunia yang
menggenapi tuntutan Taurat: seorang manusia yang menjadi kurban untuk penebusan
manusia-manusia yang dimurkai Allah, sehingga selamat:
Yesaya
53:9-10 Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam
matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat
kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Tetapi TUHAN berkehendak
meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan
dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya,
umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
Itu sebabnya, berdasarkan
hukum Taurat dan kitab para nabi, berdasarkan sabda Yesus Sang Penggenap hukum
Taurat dan kitab para nabi, telah menunjukan apakah sejatinya relasi Yesus
terhadap manusia-manusia yaitu anak-anak Allah di dunia ini, yaitu:
Galatia
3:19-25 Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh
karena pelanggaran-pelanggaran--sampai datang keturunan yang dimaksud oleh
janji itu--dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam
tangan seorang pengantara. Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang
saja, sedangkan Allah adalah satu. Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat
dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat
diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran
berasal dari hukum Taurat. Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di
bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu
diberikan kepada mereka yang percaya. Sebelum iman itu datang kita berada di
bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi
hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita
dibenarkan karena iman. Sekarang iman
itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan
penuntun.
Galatia
3:10-13 Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di
bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang
yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum
Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan
Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang
benar akan hidup oleh iman." Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman,
melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung
pada kayu salib!"
Kita harus
memperhatikan bahwa senantiasa Allah yang mahakasih, mahakudus dan bertindak
menyelamatkan manusia bukan berdasarkan ketaatan hukum Taurat, akan senantiasa
menjadi sentral kehidupan saya dan anda di dalam kasih-Nya yang telah menebus
saya dan anda. Itulah satu-satunya agenda Allah bagi manusia yang hidup di
dalam kasih karunia Allah. Tidak ada
agenda lain apapun juga terkait
problem iblis, seolah-olah Allah bercela dihadapan iblis seperti yang diusung
dalam ajaran pembuktian corpus delicti. Satu-satunya
agenda kudus
bagi manusia-manusia tebusan Kristus yang disampaikan oleh rasul
Paulus adalah:
Galatia
6:4-10 Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh
bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. Sebab
tiap-tiap orang akan memikul tanggungannya sendiri. Dan baiklah dia, yang
menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya
dengan orang yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak
membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang
akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai
kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan
menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena
itu, selama masih ada kesempatan
bagi kita, marilah kita berbuat
baik kepada semua orang, tetapi
terutama kepada kawan-kawan
kita seiman.
Kehidupan kita
bersentral pada Allah yang kudus dan mengasihi dalam cara memberikan kasih
karunia, dan didalam kehidupan semacam ini, kekudusan Allah hanya dapat
ditegakan secara tak bercela jika kita mengasihi secara otentik pada orang-orang
yang juga telah dikasihi Allah dalam cara kasih karunia-Nya sebagaimana pada diriku dan mungkin juga anda. Pada kehidupan semacam inilah gereja Tuhan di dunia
dapat menghadirkan secara nyata terang Kristus di dunia “biarkanlah gandum dan
lalang tumbuh bersama.” Dengan kata lain, semua orang yang tak menerima Yesus dan tak mengakui keselamatan yang datang dari Kristus dapat melihat kehidupan berbuat baik yang tak jemu-jemu itu telah dilakukan didalam sebuah kehidupan yang telah ditebus dari maut untuk masuk ke dalam kehidupan pengampunan dan pengudusan Allah. Pada momen seperti ini saja sabda Kristus yang berbunyi "“Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya
di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga (Matius 5:14-16)" dapat digenapi di dunia ini oleh anak-anak Allah.
Itulah agenda saya
dan anda sebagai anak-anak Allah, bukan sama sekali menjadi corpus delicti
terkait Allah bercela dihadapan iblis.
Bersambung ke bagian 34
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Allah
No comments:
Post a Comment