Pages

25 January 2017

"Engkaukah Yang Akan Datang Itu Atau Haruskah Kami Menantikan Orang Lain?"



Oleh: Martin Simamora

Adakah Dewa Baru Muncul Di Yerusalem?
 
"Jesus is condemned by the  Sanhedrin"
Pada eranya, siapa yang tak mengenal Yesus, telah menjadi potret sejarah sekaligus melampaui kesejarahan itu sendiri atau abadi karena kekekalannya yang tak terkurungkan oleh kedagingannya. Ia bahkan begitu terkenal dan begitu tenar. Ketenaran yang mustahil didekati apalagi disaingin oleh siapapun juga pada kapanpun juga, sebab beginilah ketenaran itu digambarkan: “Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!" (Yohanes 12:12-13) sebuah ketenaran yang telah meletakan Yesus pada sebuah ketinggian yang tak mungkin dialami oleh manusia yang biasa-biasa saja, sebab sekalipun manusia jika bukan kebesaran yang  menaklukan kedagingannya sendiri, mustahil begitu megah disambut hingga menimbulkan keheranan yang menyesakkan jiwa: “Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia” (Markus 6:33, juga Matius 13:55). Yesus yang diteriaki sambutan yang begitu brilian dan begitu menggidikan siapapun juga saat itu,menyeret siapapun kedalam pusaran pesona kabar YESUS DATANG. Begitu magis tak terjelaskan apa yang terjadi dalam jiwa setiap pendengar ketika tahu Ia akan datang, bahkan pesta  yang dirayakan secara besar ditinggal demi sambutan spektakuler itu: “Keesokan harinya ketika orang banyak yang datang merayakan pesta mendengar, bahwa Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem”- Yoh 12:12” “mereka mengambil daun-daun palem, dan pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru…”-ayat 13.







Adakah Dewa Baru Muncul Di Yerusalem: Ketika Hidup Dalam Cangkang Kebimbangan, Siapa Yang Sanggup Menerimanya Adalah Dari Allah dan Sang Sabda Bersabda?
Siapakah yang memberitahukan Yesus sedang menuju Yerusalem? Belum tiba dan masih ditengah jalan, pesta itu tiba-tiba kehilangan magnetnya! Seorang tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon tapi disambut sedemikian rupa sedemikian pentingnya sedemikian dimuliakan? Adakah dewa baru telah muncul di Yerusalem? Ya… memang tak terelakan ia bagaikan dewa baru sebab Ia telah dinilai oleh masyarakat Yahudi, telah dinyatakan berdasarkan apa yang telah dikatakan membuat begitu sukar untuk tak menuding-Nya telah menyamakan diri dengan Allah sekalipun manusia: “Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah" (Yohanes 10:33). Sementara mereka benar-benar berharap bahwa ialah Mesias itu.


Adakah Mesias lahir dari keluarga tukang kayu? Haruskah Mesiah begitu ilahi dan bukan sekedar mesias? Tekanan pada kehidupan agama Yahudi begitu kuat dan begitu menekan sendi-sendi  kehidupan beriman mereka. Bagaimana mungkin mereka tak tahu sama sekali kalau Mesias sudah datang? Masakan Allah tak memberitahukan para pemimpin agama mereka? Problem bagi mereka sehingga tak gampang untuk memvonis Yesus bukan Mesias begitu saja, sekalipun Ia begitu memuliakan dirinya sebagai ilahi (Yohanes 10:30): “Jawab orang-orang Yahudi itu: "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah”- Yohanes 12:33. Ini sukar, tak ada wahyu yang mendatangi  para pemimpin agama mereka, tak kecuali yang paling tulus dan memberi hormat begitu pribadi pada Yesus pun harus mengendap-endap menjumpau Yesus yang kemudian harus menghadapi kebenaran tentang keselamatan yang mustahil untuk dikerjakannya dan apa lagi untuk dimengerti sebagai kebenaran (Yohanes 3:3-8), Nikodemus telah berdialog dalam sebuah momen yang begitu mahal yang pernah dimiliki seorang manusia di muka bumi untuk  berbicara  4 mata, sebagaimana teks ini menyingkapkannya:”Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya”- Yoh 3:1-2." 


Jika Allah yang benar dan yang diakui oleh Nikodemus menyertai Yesus, mengapa Allah yang diakui oleh bangsa Yahudi tak berbicara pada para pemimpin agama, sehingga mereka tidak hidup dalam kebimbangan.


Siapakah dia? Mesiaskah? Tapi mengapa ia mengatakan hal-hal yang mengujat Allah? Jika Allah yang benar itu menyertainya sebagaimana diakui Nikodemus, mengapa Allah tak menampar mulut-Nya? Mesiaskah Ia? Bagaimana kami bisa mengetahui kebenarannya, mengapa Allah tak mengatakan apapun pada para pemimpin agama kami? Haruskah kami, kalau begitu, bertanya saja padanya langsung? Semua orang Yahudi pun pada akhirnya tak dapat memiliki kepastian, seorang Nikodemus pun tak berani tampil untuk menyatakan kebenaran, bangsa ini   akhirnya mengambil langkah sendiri melangkahi otoritas pemimpin agama Yahudi sebagai satu-satunya sumber kebenaran: “Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami- Yohanes 10:2”


Ini adalah sebuah problem divinitas yang akan menghantui para pemimpin agama Yahudi hingga mereka menghadirkan Yesus sebagai pesakitan dihadapan mereka (Markus 14:57-61). Mengapa? Karena Tuhan tak berbicara sepatahpun pada mereka sekalipun mereka begitu ketat meneliti kitab suci.


Para pemimpin agama tak memiliki satu petunjuk apapun terhadap Yesus sekalipun tak dapat sama sekali membantah apapun yang dikerjakan oleh Yesus secara menakjubkan. Yesus bukan saja tak dapat dipahami  sehingga telah dipahami sebagai yang menghujat Allah, atau dengan kata lain, Ia telah dipahami sebagai semacam dewa baru di Yerusalem yang berusaha keras menyamakan dirinya dengan Allah sekalipun hanya manusia, yang pengaruhnya atas kehidupan beriman umat,  mencakup pengajaran kitab suci dan tafsirnya yang diakui sebagai pengajaran dan tafsir yang penuh kuasa tidak seperti ahli-ahli Taurat pada umumnya:


Matius 7:28-29 “Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.” 


Yesus memang  manusia yang mengalami pertumbuhan baik  jasmaniah dan hikmat, dan Lukas menyajikan perspektif kemanusiaan Yesus secara sempurna

Lukas 2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

Lukas 2:52  Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.


Deskripsi pertumbuhan Yesus semacam ini, bahwa ia “bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” dan kembali dinyatakan “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia,” untuk apakah atau apakah siginifikansinya bagi Yesus? Apakah hendak menunjukan bahwa ia ketika menjadi manusia sungguh-sungguh terbelenggu juga oleh ketakbedayaan manusia pada umumnya  terhadap dosa? Atau singkatnya Yesus dapat berdosa sehingga ia pun perlu sungguh belajar menjadi taat pada Allah?


Deskripsi kemanusiaan semacam itu justru menunjukan Yesus sama sekali tak berada di dalam taklukan dosa sehingga ia secara hakikat kemanusiaan-Nya juga  tidak dibawah ini:

Roma 5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.


Allah Sang Firman (Yohanes 1:1) ketika Ia menjadi manusia (Yohanes 1:14) tidak sama sekali mengalami apa  yang  merupakan realitas universal dan absolut dunia pada segenap manusia sepanjang peradaban dunia, yaitu: “oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah  menjalar  kepada semua orang,” sebaliknya Ia ketika menjadi manusia bukan sekedar : “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia” (Yohanes 1:4) dan “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yohanes 1:5), tetapi Ia di dalam menjadi manusia di bumi adalah Sang Penyata Bapa yang ada di pangkuan Bapa: “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya” (Yohanes 1:18).


Jadi, begitu penting mengetahui untuk apa atau apakah tujuan Allah Sang Firman menjadi manusia.


Kembali ke Lukas 2:40 dan Lukas 2:52, itu  justru membuktikan bahwa sejak kanak-kanak ia tak berada dibawah pemerintahan maut di dalam kemanusiaannya. Di dalam kemanusiaannya untuk menunjukan bahwa sejak semula di kandungan  perawan Maria tidak berada dalam taklukan maut maka Lukas menunjukan kualitas kemanusiaan Yesus sebagai satu-satunya yang tak terpisahkan dari Allah. Perhatikan: “penuh hikmat dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” dan “makin dikasihi Allah,” yang merupakan, dengan demikian tak terelakan itulah  kehakikatan dan kemanusiaan Yesus. Natur semacam ini begitu kontras dengan manusia-manusia yang tak memiliki pengenalan akan Allah dan pengenalan akan Allah pada bagaimana Ia melakukan penyelamatan manusia: “… dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya” (Yohanes 1:10) dan “…orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.


Sehingga, harus dikatakan, bahwa Lukas 2:40 dan Lukas 2:52 memang merupakan sebuah deskripsi kemanusiaan Yesus yang mengalami pertumbuhan jasmani termasuk kejiwaan sejak ia dikandung  Maria, sebagaimana semua manusia sebab Ia telah menjadi manusia (Yohanes 1:1-14). Tetapi ia tidak sama sekali mengalami pencarian kehendak Allah sebagai ia tak tahu menahu dan kehilangan segala memorinya dan kehilangan segala apakah yang harus dilakukannya kala ia menjadi manusia (bandingkan dengan Yohanes 5:19-47 yang menunjukan bahwa ia tahu sekali akan siapakah dirinya bahkan menyatakan ketakterpisahannya dengan Kitab Suci dan menyatakan nabi Musa menunjuk pada dirinya: ayat 46-47). Yesus, faktanya, kemudian, oleh Lukas sendiri setelah menggambarkan kemanusiaan Yesus semacam 2:40 dan 2:52, kemudian menunjukan bahwa Allah semakin mengasihi-Nya, ini menunjukan kasih yang sejak semula dimiliki Bapa terhadap Anak sebagaimana yang disaksikan dalam salah satu peristiwa mulia berikut ini: “Ketika seluruh orang banyak itu telah dibaptis dan ketika Yesus juga dibaptis dan sedang berdoa, terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas-Nya. Dan terdengarlah suara dari langit: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan”-Lukas 3:21-22


Ia  sedang berdoa lalu:
►terbukalah langit
►turunlah Roh Kudus

Siapakah manusia itu sehingga kala berdoa langit terbuka dan Roh Kudus turun? Apakah isi doanya? Mengapa langit merespon doanya dan mengapa Roh Kudus turun sementara ia sedang berdoa?


Siapakah Ia, hanya sorga yang tahu dan sorga harus mendeklarasikan diri anak manusia yang benar-benar manusia sebagaimana digambarkan Lukas pada 2:40 dan 2:52 tadi, dan Ia adalah SATU-SATUNYA ANAK MANUSIA YANG PADANYA SAJA ALLAH BERKENAN. Inilah kesaksian Allah sendiri akan siapakah dia dan apa yang tersaksikan di sini bukan sama sekali Yesus yang belajar untuk taat dan mencari tahu apakah kehendak Bapa-Nya tetapi menunjukan sebagai orang yang berkuasa di bumi terhadap sorga di dalam kemanusiaannya dalam ia: “sedang berdoa.” Apakah yang diucapkan Yesus sehingga terbukalah langit dan turunlah Roh Kudus. Tak ada yang dapat memastikan selain Ia Yang Berkuasa. Dan, dengan demikian, turunnya Roh Kudus tidak ada kaitan sama sekali dengan Yesus membutuhkan-Nya agar Ia berkuasa dan agar dengan demikian Ia menjadi Anak .Dan, bahkan, keberkenanan Bapa terhadap Yesus, tidak terjadi setelah Roh Kudus turun atasnya. Sebab faktanya sebelum Roh Kudus turun atasnya, langit dan Roh Kudus mendengarkan Ia yang sedang berdoa. Sebuah keberkenanan yang tak mungkin oleh manusia dalam perhambaan dosa!


Dan memang  kemanusiaan Yesus bukanlah kemanusiaan yang membuat Yesus membuatnya kehilangan memori dan kuasa  atas kehendak Allah atas dirinya di bumi dan bagaimana cara mewujudkannya sesuai kehendak Bapa, dalam  proses ia telah menjadi manusia. Injil Yohanes menunjukan hal ini secara sempurna dalam peristiwa Yesus dibaptis:

Yohanes 3:13-17 ”Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah."Dan Yohanespun menuruti-Nya. Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."


Perhatikan baik-baik pada “demikianlah sepatutnya KITA.” Bagaimana bisa Yesus memiliki pengetahuan bahwa penggenapan kehendak Bapa, pada momen ini, melibatkan satu lagi yang telah ditetapkan Bapa untuk berjumpa dengan Yesus sehingga SELURUH  kehendak Allah digenapkan. 


Apakah Yesus mengetahui realitas purba dalam sabda yang menantikan penggenapan pada hari tersebut, yaitu: 

Matius 3:3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."

Yesaya 40:3 Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!

Jika Yohanes Pembaptis adalah “dialah”: yang dimaksudkan nabi Yesaya sebagai yang akan mempersiapkan dan menyambut penggenapan kedatangan Dia yang dijanjikan Allah untuk datang ke dunia sebagai Allah yang datang ke dalam dunia (Yohanes 1:14) yang oleh nabi Yesaya digambarkan sebagai: “persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya,” maka dapat dipastikan ketika Yesus berkata “demikianlah sepatunya KITA menggenapkan” telah menunjukan bahwa Yesus adalah pemasti bagi Yohanes Pembaptis dan yang membawa masuk nabi Yohanes Sang Pembaptis ke dalam penggenapan nubuat nabi Yesaya.


Itulah sebabnya ketika kemanusiaan Yesus disajikan secara utuh oleh Lukas: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” maka, haruslah dipahami tepat sebagaimana rasul Yohanes melukiskan siapakah Yesus dalam kemanusiaannya yang sama sekali tidak berada dibawah pemerintahan dosa sekalipun ia mengalami tumbuh kembang yang manusiawi: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14).


Yesus tak pernah berjuang keras bagaikan seorang budak dosa atau setidak-tidaknya budak kehendak diri sendiri untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya dalam arti Ia berada di dalam kemanusiaan yang  hakikatnya berada  dalam pendudukan pemerintahan kegelapan dan harus berjuang keras untuk keluar dari sana. Ini berbeda dengan nabi Yohanes Pembaptis yang tak memiliki kebenaran atas momentum Yesus dibaptis, sebab ia dapat mengetahui kebenaran setelah Yesus yang menariknya keluar dari CANGKANG KEBIMBANGAN ATAU CANGKANG KEGELAPAN, sementara Yesus tahu begitu pasti tanpa ragu: “Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia.”


Sejak semula nabi Yohanes Pembaptis membutuhkan pertolongan Allah agar ia tidak justru melawan Allah atau tidak taat pada Allah. Ketaatan nabi  Yohanes Pembaptis terjadi setelah Yesus bersabda atau menginstruksikannya dengan berkata: “Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.


Ketaatan nabi Yohanes Pembaptis telah menyelamatkan dirinya dari pemberontakan terhadap Allah, dan berbuah manis bagi nabi Yohanes Pembaptis: “Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”- Yohanes 3:16-17.



Siapakah Yesus? Mesiaskah Dia? Lalu apakah ia memiliki kemanusiaan yang sama seperti semua manusia lainnya yang lahir dari seorang ibu, maka berarti ia pun berada dalam pemerintahan kuasa maut? DAPAT BERDOSA sebab kehakikatan kemanusiaannya berada dalam pangkuan ibu pertiwi Maut?


Jelas tidak, sebagaimana yang telah kita lihat tadi. Terkait ini, rasul Yohanes  pada pembukaan injilnya menuliskan poin yang begitu penting untuk memahami karakteristik kemanusiaan Yesus:

Yohanes 1:18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.


Bersambung ke Bagian 2

Segala Kemuliaan Hanya  Bagi Allah

No comments:

Post a Comment