Pages

31 December 2016

Menyambut Malam Peralihan 2016-2017

Oleh: Martin Simamora

Berjalan Penuh Sukacita Dalam Waktu Demi Waktu Ciptaan-Nya


Bagaimana kita memandang diri ini dalam apa yang kita sebut pergantian tahun, dari yang telah berlalu, yang sedang kita jalani dan menuju yang akan datang, 2017? Sendiriankah, sudah berencanakah, atau sudah menetapkan berbagai resolusi yang hendak ditetapkan untuk dilaksanakan? Apakah sudah dinyatakan didalam doa ataukah  sudah disampaikan sebagai pengharapan kepada Tuhan, didalam hatimu sementara meninjau kehidupan yang telah dilalui dengan segala dinamikanya. Ada kegagalan tetapi juga keberhasilan; ada kekecewaan tetapi juga ada kebahagiaan; ada kepedihan tetapi juga ada penghiburan; ada keletihan tetapi juga ada saat beristirahat untuk pulih sediakala; ada kebencian tetapi juga memahami dan menerimanya; ada kemarahan tetapi juga ada senyuman. Tetapi ada juga kegagalan demi kegagalan; ada juga kekecewaan demi kekecewaan; kepedihan demi kepedihan; keletihan demi keletihan; kebencian demi kebencian, semua semakin menumpuk, membumbung tinggi sehingga dapat menimbulkan kekerasan, permusuhan, penjatuhan, penipuan demi mengobati itu semua, pikir manusia itu. Itulah dinamika dunia ini, dinamika semua manusia baik pada diri kita sendiri atau pada manusia sekitar kita- sekitarmu dan sekitar saya, bahkan pada para pemimpin pemerintahanmu- pemimpin negaramu. 


Lalu, bagaimana aku harus memandang diri ini dan memandang perjalanan-perjalanan hidup yang belum yang sudah ditapaki dan terutama yang juga belum ditapaki?  Daud dalam sebuah mazmurnya memberikan sebuah kebenaran tentang diri manusia dalam perjalanan hidupnya waktu demi waktu:

TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.- Mazmur 139:1-6


Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.- Mazmur 139;7-12


Apapun keadaan kita-keadaanmu dan kekadaanku- bahkan dalam sebuah kefrustasian dan keputusasaan  yang tak bertepi dan tak tersentuhkan dasarnya, semacam ini: ”Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," tetapi tidak sama sekali bagi Tuhan yang mengasihimu dengan kasih setia-Nya yang besar itu. Sekalipun demikian realitas manusia itu tetapi jika manusia itu memandang pada Tuhan maka perhatikanlah realitas yang Tuhan miliki atas  kefrustasian dan keputusasaan yang tak bertepi dan tak tersentuhkan dasarnya itu:”maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.”



Apa yang terpenting di sini adalah, sementara bisa saja pada faktanya kegelapan masa depan adalah realitas bagi seorang anak Tuhan, tetapi tidak bagi Tuhan: “kegelapan tidak menggelapkan bagi-Mu.” Pengaharapan-pengharapan  atau keoptimisan-keoptimisan yang dibangun, dengan demikian, bukan dibangun berdasarkan kemungkinan-kemungkinan atau probabilitas-probabilitas berdasarkan perjuangan-perjuangan manusia untuk menembus kegelapan itu, tetapi berdasarkan pada “kegelapan tidak menggelapkan bagi-Mu.”



Mengapa bisa demikian? Jawabannya  terletak pada siapakah sesungguhnya seorang anak Tuhan itu! Pemazmur berkata demikian:

Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.- Mazmur 139:13

Daud menyatakan siapakah dia tepat pada kebermulaan eksistensi dirinya. Bahwa eksistensi dirinya bukanlah sebuah keacakan tetapi terencana dan bertujuan: “Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun Aku dalam kandungan ibuku.”


Daud menyebutkan eksistensi dirinya adalah sebuah keajaiban, karena itu. Ia berkata dalam sebuah ekspresi yang begitu memuliakan Allah penciptanya:


Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.- Mazmur 139:14-16


Dalam Daud memuji Tuhan pencipta dirinya, ia adalah seorang pemazmur yang jiwanya benar-benar menyadari apa yang Tuhannya telah lakukan pada dirinya dalam penciptaan dirinya ditempat yang tersembunyi-didalam rahim ibunya (Mazmur 139:13), bahwa Tuhannya telah memperhatikan dirinya selagi ia masih janin.


Daud tahu sekali bahwa kehidupannya sejak semula bukan sebuah peristiwa acak atau peristiwa dalam probabilitas-probabilitas, sebab apapun yang bagi manusia adalah sebuah keacakan dan serangkaian probabilitas  apakah itu sedang beruntung atau sedang sial, dalam hal itu kita bisa meperhatikan dengan sangat tinggi pada perkataan Daud ini: “dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun padanya.” Mengapa Daud dapat berkata mengenai Tuhan: “maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang” terhadap seorang manusia yang sedang  berputusasa secara tak bertepi dan dasarnya tak tersentuhkan sehingga berkata “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” itu karena Daud telah mengenal realitas ruang dan waktu dimana segala peristiwa bisa berlangsung merupakan sebuah kejadian yang  kekayaan dinamikanya  telah berlangsung dalam sebuah kebenaran yang berbunyi: “dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.


Yesus Sang Firman yang telah menjadi manusia pun menegaskan kebenaran yang dinyatakan Daud sebagai sebuah sabda Allah:


Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?- Matius 6:25-26


Bagi manusia, tidak menabur, tidak menuai dan tidak mengumpulkan adalah sebuah kehidupan yang gelap dan kehidupan yang tak berpengharapan. Tentu saja tak ada manusia yang  mempercayai dan melakukannya bahkan untuk sekelebat saja melintas di pikirannya. Tetapi pada realitas global ada banyak manusia yang sekalipun ingin menabur,ingin menuai, ingin mengumpulkan, pun tidak dapat sehingga kemiskinan bisa menjadi agensi kematian yang mengerikan bagi peradaban manusia. Yesus menyadari bahwa realitas kemiskinan dan kematian akibat kemiskinan adalah keniscayaan di dunia ini- bukankah Yesus pernah merasakan dan terlibat dalam krisis pangan bagi setidaknya 5000 jiwa??”- tetapi sekalipun demikian yang harus menimpa manusia maka apa yang terpenting adalah memiliki hidup didalam Kristus bukan memiliki hidup di dalam kefanaan dengan segala kegelapannya. Yesus berkata “Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?


Ketika Yesus berkata “Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” maka itu, pertama-tama, bukan hendak memberikan jaminan bahwa Aku datang untuk memberikan makanan yang sama sebagaimana dahulu manna dari sorga untuk mencegah kelaparan jasmaniah. Ia tak pernah datang untuk untuk tubuhmu tetapi datang untuk menggenapi Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?


Itu sebabnya Ia berkata:

Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya."- Yohanes 6:26-27


Di dunia yang memang rawan untuk terjadi krisis pangan dan kematian akibat kelaparan, Yesus datang menunjukan realitas yang jauh lebih maut dari sekedar kematian ragawi manusia, yaitu kebinasaan jiwa. Itu sebabnya ia bersabda : “bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa.” Maksudnya, pada akhirnya makanan bagi tubuh jasmaniah ini, pada kesudahannya tak akan berkuasa memberikan pada jiwa manusia itu keselamatan jiwanya dari perbudakaan maut dan iblis! Yesus berkata, jikapun engkau mau bekerja dan mau berjuang demi hidupmu, maka arahkanlah pada “makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal.”


Kita semakin memahami bahwa sementara dunia ini memang rawan kelaparan, kemiskinan yang melahirkan kematian begitu tragis dan menyayat nurani, Yesus menunjukan bahwa  jika manusia dapat terenyuh kemanusiaannya demi jiwanya sendiri dan jiwa sesamanya, mengapa tidak untuk realitas yang lebih brutal daripada kelaparan, krisis pangan dan kematian akibat defisit pangan. Ini tercermin kuat dalam perintahnya terkait apakah yang harus dikerjakan oleh manusia itu:


Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepada-Mu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia." Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.- Yohanes 6:28-36

Manusia-manusia Israel adalah semua manusia di dunia ini. Bagi semua manusia, apa yang terpenting adalah bagaimana dapat makan, hidup sejahtera terbebas dari kelaparan dan kematian karena kelaparan, sehingga itulah yang semua kehendaki dari Tuhan. Jika Tuhan ada maka semestinya tidak ada kelaparan dan kematian yang memilukan atas bayi dan anak-anak. Semestinya tidak ada perang dan tidak ada ketakadilan dan tak ada pertumpahan darah yang bebas dari pengadilan. Sementara semua manusia berteriak akan masa depan yang lebih baik di dunia ini, semua manusia tak tahu masa depan yang begitu brutal dan mengerikan jika mereka tidak segera sekarang ini juga menerima makanan dari sorga.


Dunia ini memang gelap pada realitasnya sehingga kejahatan dan kebaikan dapat berdampingan sebagaimana kemakmuran dan kemelaratan dapat berdampingan hidup di di dunia ini, dan terang hanya ada pada Kristus. Ketika Yesus datang kedalam dunia ini, dunia ini tetap gelap dan terang hanya ada pada Kristus:


Yohanes 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Yohanes 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

Yohanes 8:12 "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."


Apakah manusia mau datang kepada terang itu? Apakah manusia mau menerima makanan yang datang dari sorga itu? Bukan ini lebih penting daripada makanan jasmaniah? Bukankah ini lebih penting untuk didesakan pada Allah agar ia bertindak demi keselamatan jiwa dari perhambaan maut? Apakah gunanya manusia mendesak Tuhan menyediakan roti berlimpah dan tak mendesak sama sekali realitas manusia di dalam perhambaan maut?


Daud sangat jitu berkata:”maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang,” karena dunia yang kita akan jalani pada tahun yang baru adalah dunia yang sama yang dahulu dihidupi Daud dan  yang dihidupi Sang Mesias, akan penuh dengan problem sosial dan ekonomi: problem ekonomi, problem politik, problem keadilan, problem kejahatan dan lain sebagainya.


Kalau begitu, bukankan sebaiknya kita berseru saja pada dunia dan pada Tuhan: Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam! Bukankah percuma saja bertuhan? Begitukah? Tidak sama sekali, sebab Yesus berkata: Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Sekalipun dunia ini adalah dunia yang multikrisis dan Allah tidak datang sebagai pemasok beras, tepung, susu, daging dan sayur mayor, tetapi karena ia telah menciptakanmu terencana dan bertujuan semenjak hari pembentukanmu ada maka ia akan mengadakan segala sesuatunya bagimu agar sekalipun dunia ini mengurungmu dengan multikrisis, engkau tetap dapat hidup untuk memenuhi panggilanmu yang Tuhan sudah tetapkan dalam perencanaannya yang mulia.


Jadi mari melangkah ke dalam tahun yang baru sebagai anak-anak Tuhan yang mengenali Tuhannya dan mengenali apakah maksud-Nya atas dirimu di dunia ini, bagi kemuliaan Tuhan di dunia ini melalui dirimu,  bukan bagi kemuliaanmu di dunia ini.


Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.- Lukas 18:1


dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,- Efesus 6:18


Tetapi aku berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku. --Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku. Ia membebaskan aku dengan aman dari serangan terhadap aku, sebab berduyun-duyun mereka melawan aku. Allah akan mendengar dan merendahkan mereka, --Dia yang bersemayam sejak purbakala. Sela Karena mereka tidak berubah dan mereka tidak takut akan Allah.- Mazmur 55:16-20


HORAS!!
Selamat Menyambut Malam Peralihan 2016-2017

Selamat Tinggal 2016, Terimakasih O.. Tuhan segala penyertaanmu dan berkatmu atas kami sekeluarga.


Salam kasih Kristus dari kami bagi para pembaca budiman
Martin Simamora, isteriku Shinta Ningrum br. Sigalingging dan anakku Natan Prakoso Simamora


No comments:

Post a Comment