Pages

24 October 2016

Tinjauan:Pengajaran Pdt.Erastus Sabdono Tentang Corpus Delicti (5/40)

Martin Simamora

Yesus Tidak Diutus Untuk Menjadi Corpus Delicti, Sebagaimana Ajaran Pendeta Erastus

(Lebih dulu di “Bible Alone”-Kamis,14 Juli 2016- telah diedit dan dikoreksi)



Bacalah lebih dulu: “Bagian 4

Kejelasan yang terang benderang, bahwa Yesus Kristus tidak diutus ke dalam dunia ini, oleh Bapa, untuk menjadi corpus delicti bagi orang-orang yang beriman pada Yesus Kristus, bahkan juga dapat dilihat pada pengakuan  orang banyak dalam kekontemporeran Yesus dan pelayanannya di bumi.  Yesus menunjukan dirinya berkuasa dan berdaulat penuh atas iblis, sebuah kontra tajam terhadap pernyataan pendeta Erastus bahwa Allah memiliki problem tak memiliki corpus delicti atau bukti yang kokoh untuk menunjukan kejahatan iblis, sehingga Allah lemah terhadap iblis.


Bukan itu saja, pendeta Dr. Eratus Sabdono telah juga mengajarkan penguasa dunia ini, si iblis, memiliki kemegahan dan kegemilangan  karakter yang begitu kemilau, sehingga Allah begitu tak percaya diri dan begitu meragukan kesempurnaan-Nya sendiri, dalam penghakiman, terhadap mahkluk yang jauh begitu rendah dibandingkan dengan diri-Nya, dan sebetulnya tak mungkin diperbandingkan sebab mana mungkin ada yang dapat menandingi-Nya. 

Alkitab secara khusus Perjanjian Baru telah menunjukan realitas yang benar-benar sebaliknya. Melawan pengajaran pendeta Erastus.


Tidak akan pernah ada  yang begitu jauh dari-Nya dan di luar jangkauan-Nya  sehingga begitu kepayahan untuk menghakimi kejahatan- kekejahatan para mahkluk  di luar diri-Nya, sehingga memerlukan  bantuan pihak manusia untuk menjadi corpus delicti. Alkitab telah memberikan kesaksian bahwa banyak orang telah melihat Yesus begitu gemilang dan begitu sempurna untuk menghakimi dan melucuti iblis dan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dalam dunia manusia: 


▬Matius 9:32-33 Sedang kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum pernah dilihat orang di Israel.”


Kuasa Yesus atas  Setan, bukan sekedar memiliki pengetahuan dan mengajarkan mengenai setan, tetapi kuasa untuk menghakimi kehidupan dan pemerintahan setan, yang manunggal atau tak terpisahkan dengan otoritas untuk mengeksekusi penghakimannya  berwujud pelucutan pemerintahan setan atas manusia: “setan itu diusir.” 


Hal semacam ini, bagi para saksi di tempat kejadian, merupakan tindakan dan peristiwa yang belum pernah dilihat orang di Israel.  


Realitasnya, justru orang-orang Yahudi, kala itu, telah memandang kuasa Yesus atas setan adalah yang begitu berdaulat absolut tanpa bisa dicegah, telah diasosiasikan dengan kebenaran diri Sang Mesias itu berasal dari trah Daud:    

▬Matius 12:22-23 Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: "Ia ini agaknya Anak Daud."    


Bahkan, di dalam rumah ibadat, Yesus memperlihatkan kuasa penghakimannya atas iblis dalam sebuah cara yang memperlihatkan kegemilangan yang termulia pada kuasa Yesus atas iblis, sebab pada episode ini bahkan iblis tahu sekali Sang Mesias itu bukan saja berkuasa untuk menghakiminya tetapi membinasakannya, sekarang ini juga. Hanya karena saat atau waktu pembinasaan itu belum tiba maka kesegeraan itu tidak terjadi, itu sebabnya apa yang terjadi pada momentum tersebut adalah sebuah penghakiman yang menghasilkan pelucutan yang begitu mempermalukan dan mempecundangi iblis dihadapan orang banyak tanpa sedikitpun dapat melawan dan menggagalkan pengusiran dirinya oleh Yesus, tanda atau bukti bahwa memang Yesus lebih dari sekedar memiliki corpus delicti untuk menghakimi iblis dalam cara yang begitu saja di dalam rumah ibadat:    


▬Markus 1:21-26 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar. Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah. Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.    



Perkataan Yesus orang Nazaret bukan saja berkuasa di dunia rasional dan jasmaniah manusia, tetapi sungguh berkuasa untuk memerintah dunia irasional dan non jasmaniah manusia, yaitu dunia iblis dan pemerintahaannya yang memerintah manusia. Tak ada satupun bentuk pemberontakan atau penolakan atau perlawanan yang dapat dilancarkan iblis yang dapat membantah atau memukul mundur kuasa perkataan Yesus yang melintasi kekontemprerannya untuk memasuki dunia kerajaan iblis. Pembangkangan semacam ini:Apa urusan-Mu dengan kami,” tak akan pernah dapat menahannya apalagi mengusirnya pulang sehingga mundur teratur dari territorial iblis. Pada Yesus tak ada satu pun territorial iblis dimana ia tak berkuasa dan perlu tunduk pada hukum-hukum yang berlaku di dalam dunia dimana dosa berkuasa memerintah. Upaya diplomasi iblis terhadap Yesus yang mencakup pengakuan kedaulatan diri Yesus dan pemerintahan yang melekat pada Yesus, yang seperti ini: “Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah,” tak membuat Yesus lantas membalasnya dengan balasan diplomatis perdamaian atau diplomatis bi-lateral. Yesus, pun tak menjadi tersanjung dengan pengakuan betapa ia memang sungguh berkuasa untuk membinasakan roh jahat, Saat itu juga, kala ia dihadang dengan pertanyaan: “Engkau datang untuk membinasakan kami?” Bahkan “engkau datang untuk membinasakan kami?” bukan sama sekali hendak menunjukan bahwa Yesus tak berhak untuk membinasakan apalagi untuk menghakiminya, selain menunjukan betapa Yesus memang sungguh berdaulat dan apapun dapat dilakukannya, tetapi jelas bukan menurut waktu siapapun, tetapi menurut waktu dan kehendak Allah. Bahwa Yesus begitu berkuasa dalam menghakimi dan melucuti pemerintahan iblis atas manusia, nampak pada bagaimana kuasa perkataan penghakiman Yesus itu, tak sekedar melucuti dalam sebuah konsensus antara Yesus dengan roh jahat tersebut, tetapi sebuah kuasa pelucutan yang begitu koersif atau begitu penuh kekuatan hebat untuk menghancurkan begitu saja setiap penentangan terhadap sabdanya atau penuh dengan kekuatan dahsyat yang mendatangkan pukulan hebat yang menghempaskan iblis secara menyakitkan.

Perhatikanlah ini:


▬ “Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Roh jahat itu menggoncang-goncang orang itu, dan sambil menjerit dengan suara nyaring ia keluar dari padanya.”    


Sementara pendeta Erastus Sabdono begitu melawan kesaksian yang disajikan oleh Alkitab dengan pengajaran corpus delicti yang menunjukan ketakberdayaan penghakiman Allah pada  ketakpunyaan bukti otentik yang begitu absolut untuk dapat menghakimi iblis, fakta sebaliknya telah disajikan dalam Alkitab, menunjukan baik dari pihak iblis dan apalagi pada pihak Yesus, sama sekali tak pernah terjadi satu kali saja perbantahan dan kegagalan dari pihak Yesus untuk melakukan penghakiman yang melucuti dan mempermalukan iblis di muka umum, sebagai biang keladi segala bentuk kejahatan dan kekelaman manusia yang disandera dalam kuasanya.   


Melalui tindakan-tindakan penghakiman terhadap iblis beserta karyanya, maka banyak orang menjadi takjub sebab telah mengetahui berdasarkan melihat dan mendengar bagaimana kuasa Yesus begitu mendominasi dan menekuk kuasa iblis tanpa ada satupun indikasi bahwa Yesus kesusahan dalam melakukannya. Perhatikanlah kesaksian para saksi terhadap apa yang telah dilakukan Yesus: 


▬Markus 1:27 Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya: "Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya."    


Apakah realitas Yesus,dengan demikian? Apakah perlu ia menjadi corpus delicti untuk kepentingan anak-anak Tuhan, demi membantu Allah dalam pengadilannya kelak, karena Allah membutuhkan bukti-bukti berdasarkan ketaatan manusia-manusia terhadap Allah, sebagaimana Yesus? 

Tidak pernah seperti itu!




Corpus delicti yang meliliti Allah dan Yesus Kristus  begitu asing bagi Yesus, bahkan pasti bagi orang-orang Yahudi kala itu yang menyaksikan Yesus terhadap iblis sebagaimana Alkitab memberikan kesaksian tertulis bagi kita. 



Sekarang  mari kita melihat perbandingan pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono terhadap Alkitab mengenai “Kuasa Yesus Di Dunia Atas Iblis” untuk memerintah dan membuatnya taat kepada-Nya, untuk melucuti dan mengusirnya:


Alkitab berkata
Pendeta Erastus berkata
Yesus menghakimi iblis
Memilikinya dalam kedaulatan penuh
tidak memiliki karena belum memiliki bukti kokoh atas kejahatan iblis  

Yesus melucuti atau mengusir iblis
Memilikinya dalam kedaulatan penuh
tidak memiliki karena bahkan belum memiliki kuasa untuk menghakimi, terkait bukti-bukti yang belum ada
Yesus berkuasa penuh memerintah  dan membuat roh-roh jahat taat pada diri-Nya
Memilikinya dalam kedaulatan perkataan atas roh-roh jahat
tidak memilikinya karena kuasa Yesus hanya sebatas menjadi teladan bagi manusia untuk menjadi corpus delicti sehingga Allah dapat menghakimi dan membinasakan iblis. Yesus ke dunia ini, sebagaimana Bapa, memiliki problem corpus delicti yang dapat membuat iblis berkelit atau berdalih dalam penghukuman. Apalagi taat pada Yesus??



Maka dapat dipastikan tanpa dapat dibantah, pengajaran pendeta Erastus Sabdono yang membatasi Yesus Sang Mesias dalam kemanusiaannya yang tak berkuasa atas iblis,sebagaimana Allah yang juga begitu dibatasinya dalam ketakberdayaan untuk melakukan penghakiman dengan eksekusi segera, sangat asing dalam Alkitab sebagaimana yang ditunjukan oleh Yesus dan disaksikan oleh para rasul. 

  

Aspek pertama kuasa penghakiman Yesus selama di dunia, secara pokok telah selesai dipaparkan secara memadai, yang telah menunjukan secara kuat: baik Anak dan Bapa tidak memiliki problem yang bagaimanapun untuk menghakimi iblis pada penghakiman-Nya sehingga sampai perlu Bapa meminjam mekanisme hukum di dunia ini, yaitu corpus delicti. 



Bersambung ke bagian 6  

Segala Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan

No comments:

Post a Comment