Oleh: Martin Simamora
Tindakan Allah Untuk Mengatasi Kemustahilan Manusia Untuk Menggapai
Keselamatannya Sendiri
Dianjurkan
untuk membaca: “Apakah Anda Sudah Paham Arti Hidup DalamKristus? Dan Hidup Di Dalam Adam?”
Kemustahilan akan
apa? Bahwa manusia tidak mungkin mendatangi Allah atau tidak mungkin bersatu
kembali dengan Allah dalam sebuah relasi yang begitu penuh kasih dan penuh
pengenalan akan Dia. Mengapa? Karena telah terjadi keterpisahan yang dilakukan
Allah berdasarkan perbuatan dosa yang dilakukan oleh Adam dan Hawa, tepat
setelah penghakiman dan penghukuman yang kemudian menguasai segenap manusia di
sepanjang generasi dan peradaban manusia [Kejadian 3:11-22]. Penghakiman dan
penghukuman ini, pada akhirnya ditetapkan dalam sebuah tindakan pengusiran
manusia dari hadapan Allah, oleh-Nya:
Kejadian
3:23-24 Lalu TUHAN
Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia mengusahakan tanah dari
mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu dan di sebelah timur taman Eden
ditempatkan-Nyala beberapa kerub dengan pedang yang bernyala-nyala dan
menyambar-nyambar, untuk menjaga jalan ke pohon kehidupan.
Pengusiran ini bukan
sekedar pengusiran satu dan dua manusia saja, tetapi telah menghukum segenap generasi manusia, dan
satu-satunya peristiwa yang dapat memulihkan situasi ini hanyalah berdasarkan janji Allah untuk mengatasi kuasa
maut yang memerintah dalam peristiwa dosa itu, yaitu:
Kejadian
3:15 Aku akan mengadakan permusuhan
antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya
akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."
Manusia diusir dalam
vonis-vonis kekal yang mengikatnya [Kejadian 3:11-22], dan dalam hal itu, Allah
hanya mengindikasikan satu hal saja terkait penyelamatan dari situasi maut ini,
yaitu kala janji: “keturunannya akan meremukan kepalamu,” digenapi.
Inilah satu-satunya
yang menjadi karakteristik bagi sebuah peristiwa untuk disebut peristiwa
berdasarkan kasih karunia Allah, yang sangat erat dengan: (1)kemustahilan
manusia untuk meluputkan dirinya dari
murka Allah terhadap keberdosaannya, yang menantikan waktu-waktu penggenapan penghukuman itu, apakah saat masih di bumi ataukah nanti pada hari penghakiman dan (2)bagaimana manusia itu dapat memiliki kehidupan kekal,
yaitu kehidupan bersama Allah, hanya berdasarkan kasih karunia-Nya.
Coba perhatikan
bagaimana rasul Paulus menyatakan hal ini:
Roma
5:12-14 Sebab itu, sama seperti dosa
telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut,
demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang
telah berbuat dosa. Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia.
Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. Sungguhpun demikian maut telah berkuasa
dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak
berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang
adalah gambaran Dia yang akan datang. Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan
pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah
jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua
orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.
Sederhananya, kasih
karunia adalah tindakan Allah untuk menebus manusia dari pemerintahan maut yang
masuk melalui kejatuhan Adam yang telah ditetapkan berdasarkan penghakiman dan penghukuman-Nya di taman Eden. Kemustahilan yang ditaklukan hanya oleh Allah itu adalah: dalam penghakiman dan penghukuman itulah Allah telah terlebih dahulu menyimpan sebuah janji keselamatan dari Allah dan oleh-Nya. Janji ini telah mendahului [Kejadian 3:15] vonis-vonis yang mengakibatkan[Kejadian 3:16-24] maut memerintah atas segenap peradaban manusia dan mendahului pengusiran manusia dari hadapan Allah oleh-Nya sendiri. Sehingga dapat diselamatkan dari penghakiman
dan penghukuman yang memastikan manusia tak dapat lepas dari maut oleh upayanya
sendiri, hanya terjadi berdasarkan kehendak Allah saja. Kasih karunia pada substansinya adalah diselamatkan oleh Allah
sekalipun realitas manusia itu sudah dipastikan kebinasaan-Nya.
Itu sebabnya dalam
Alkitab, terminologi “kasih karunia” selalu bertaut sangat dekat dengan
pembebasan manusia tertentu dari
kebinasaan yang merupakan wujud penghukuman Allah atas dosa-dosa manusia.
Kasih
Karunia Allah Adalah Meterai Yang Disegelkan-Nya Atas Setiap Manusia Yang
Ditebusnya Dari Kebinasaan
Sebagai pondasi kokoh untuk memahami dan memegang kebenaran
ini, marilah kita melihat sejumlah episode ini:
Kejadian
3:5-7 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa
segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka
menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu
memilukan hati-Nya. Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan
menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia
maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku
menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka."
Realitas
manusia di hadapan-Nya dan dengan demikian apakah yang menjadi keniscayaan bagi
manusia itu, sempurna tergambar di sini: “Berfirmanlah
TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka
bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung
di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka," karena
merupakan realitas yang begitu melukai hati Tuhan, itu membuat Tuhan teramat
berduka atau membuat-Nya sangat hancur hati atas kejahatan manusia. Mengapa?
Karena dengan demikian penghukuman dari-Nya harus ditumpahkan tanpa dapat
ditahan-tahan lagi karena sebagaimana dahulu IA telah memastikan kematian bagi
Adam dan Hawa seketika mereka melanggarnya: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka
bumi.” Tindakan Allah menghapuskan manusia memiliki dasar atau
ketetapan yang kokoh, yaitu:
Kejadian
2:16-17 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon
dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Dosa atau pelanggaran atas ketetapan Allah, pasti
mendatangkan maut.
Dalam
hal ini, sama sekali tak ada yang dapat dilakukan oleh manusia, dan dimata-Nya
semua harus dihapus atau dibinasakan atau dilenyapkan dari muka bumi-Nya.
Tetapi ketika Allah bermaksud dan menyelamatkan
manusia tertentu dalam pembinasaan atas semua yang bernafas,
maka peristiwa itu disebut sebagai “kasih karunia-Nya,” karena itu
merupakan keputusan Allah untuk menetapkan manusia tertentu selamat didalam IA menyatakan semua
harus dibinasakan:
Kejadian
6:8 Tetapi Nuh mendapat
kasih karunia di mata TUHAN.
Mata-Nya
memandang ke bawah dari sorga dalam IA telah memutuskan pembinasaan total, Ia
mengeluarkan atau memisahkan Nuh dari pembinasaan itu. Mengapa dikatakan “mendapat
kasih karunia di mata TUHAN?” Karena pemisah dari pembinasaan itu bukan
berdasarkan nilai-nilai kelayakan atau kemuliaan pada dirinya, jika tidak, tentu
akan dikatakan: tetapi Nuh dengan kebenaran pada dirinya yang tak bercela memiliki
dasar untuk diselamatkan-Nya. Faktanya, mata-Nya tak menemukan itu
selain hasrat dari hati-Nya untuk berbelas
kasih kepada siapa IA berhasrat untuk melakukannya:
Roma
9:18 Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang
dikehendaki-Nya.
Apa
yang menarik, untuk membuat kita semakin paham, bahwa sebetulnya saat Allah
berkata “kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan
hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,” itu merupakan dasar
bagi-Nya untuk menghapus manusia di bumi
ini. Dasar penghukuman dahsyat ini turut memperhitungkan bagaimanakah
kecenderungan hati manusia, sehingga ini belum merupakan peristiwa
manusia-manusia yang memaksimalkan kecenderungan hatinya sehingga membuahkan
kejahatan.
Nuh
memiliki catatan perilaku yang istimewa:
Kejadian
6:9- Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak
bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan
Allah.
Tetapi
mengapa, sekalipun demikian tak bercelanya Nuh itu, tetap saja dikatakan bahwa penyelamatan dirinya dari pembinasaan,
itu karena mendapat kasih karunia di mata TUHAN? Apakah dengan demikian kasih
karunia itu sendiri bahkan memerlukan syarat untuk mendapatkannya?
Tentu saja tidak, sebab pada era Nuh, belum ada satupun hukum sebagaimana pada
hukum Taurat untuk mengukur kebenaran atau keberdosaan seseorang. Jadi
bagaimana bisa diselamatkan? Jawabnya hanya satu saja: ia mendapatkannya berdasarkan kasih
karunia Allah. Sehingga dalam hal ini, Allah mau bergaul dengan Nuh bukan
karena ia memiliki dasar pembenaran berdasarkan ketaatannya pada hukum-hukum tertentu. Harus diingat bahwa
sebelum Musa, Allah tidak memperhitungkan kejahatan manusia pada hukum yang
diberikan-Nya kepada manusia yang mengandung peraturan-peraturan atau ketetapan-ketetapan tertentu yang
dapat menyediakan solusi untuk penghapusan dosa, pengampunan, pengudusan dan
pendamaian, sebagaimana yang terdapat dan diatur dalam taurat. Itu sebabnya dalam kasus semacam
Nuh, itu semua bergantung pada kasih karunia-Nya saja, tanpa ada satu dasar atau ukuran
apapun yang dapat membuat dirinya dapat
bermegah di hadapan Allah dan semua manusia. Bahkan setelah hukum Taurat tiba, keselamatan kasih karunia atau berdasarkan janji keselamatan yang datang dari satu-satunya keturunan Abraham, tetap satu-satunya jalan keselamatan bagi manusia dari kebinasaan/
Perhatikan perihal ini sebagaimana disinggung rasul Paulus:
Perhatikan perihal ini sebagaimana disinggung rasul Paulus:
Galatia
2:21 Aku tidak menolak kasih
karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
[bacalah
juga Roma 11:1-10 untuk memahami bahwa dasar penyelamatan manusia senantiasa
berdasarkan kasih karunia, bahkan kala Taurat telah muncul]
Maksud
dari “maka sia-sialah kematian Kristus,” itu terkait pada janji “keturunan
yang akan meremukan kepala iblis” yang kemudian diteguhkan pada Abraham dan
Musa.
Janji
keselamatan berdasarkan kasih karunia di dalam Kristus itu sama sekali tak
mengalami modifikasi yang bagaimanapun setelah hukum Taurat muncul, dimana
kebenaran diperhitungkan berdasarkan ketaatan pada melakukan tuntutan perbuatan
yang diatur dalam Taurat:
Galatia
3:17-18 Maksudku ialah: Janji yang
sebelumnya telah disahkan Allah, tidak dapat dibatalkan oleh hukum
Taurat, yang baru terbit empat ratus tiga puluh tahun kemudian, sehingga
janji itu hilang kekuatannya. Sebab, jikalau apa yang ditentukan Allah berasal
dari hukum Taurat, ia tidak berasal dari janji; tetapi justru oleh janjilah
Allah telah menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abraham.
Perlu
diperhatikan juga, bahwa sekalipun Musa dikatakan adalah “orang benar dan
tidak bercela di antara orang sezamannya,” tetap saja Musa, sejatinya, termasuk
dalam vonis penghukuman-Nya:
Kejadian
6:13 Berfirmanlah
Allah kepada Nuh: "Aku
telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh
dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama
dengan bumi.
Sekarang
kita melihat bahwa pada dasarnya, sekalipun Nuh adalah orang benar dan tidak bercela
di antara orang sezamannya, itu tak berkuasa
untuk menebus dirinya sendiri dari pembinasaan itu, selain Allah
masuk ke dalam kehidupan dunia Nuh dan
menyatakan maksudnya untuk menyelamatkan-Nya sementara IA tidak dapat lagi
membiarkan semua manusia tetap hidup dalam hatinya yang kecenderunganya
kejahatan semata-mata. Dalam hal inilah
Allah menjadi Juruselamat bagi Nuh melalui serangkaian tindakan Allah,
yaitu: bahtera rancangan-Nya dan janji yang dirancang-Nya.
Bagaimana?
Beginilah caranya:
►Kejadian
6:14-16 Buatlah
bagimu
sebuah bahtera dari kayu gofir; bahtera itu harus kaubuat
berpetak-petak dan harus kaututup dengan pakal dari luar dan dari dalam. Buatlah
atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas,
dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah,
tengah dan atas. Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa
di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa.
Bukan
kebenaran dan ketakbercelaan Nuh yang menyelamatkan dirinya atau menjadi
Juruselamatnya, tetapi tindakan Allah yang mengecualikan dirinya dari
pembinasaan global, dengan perintah yang amat personal: “buatlah bagimu sebuah
bahtera.”
Bukan hanya Allah memerintahkan
Nuh membuat bahtera baginya saja yang disertai dengan ketentuan dimensi yang Tuhan sendiri tetapkan dan harus
dilakukan Musa menurut CARA TUHAN bukan CARANYA SENDIRI [Kejadian 6:15-16],
sebagai sebuah ketentuan bagaimana keselamatan-Nya akan berlangsung, yaitu akan terjadi dalam
pola: hanya oleh Allah dalam
ketentuan-Nya, bukan sama sekali
gagasan manusia dan ukuran-ukuran
manusia, namun juga IA mengikatkan
janji dengan Nuh:
►Kejadian
6:18- Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau
akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan
isterimu dan isteri anak-anakmu.
Perjanjian-Nya
adalah indikator paling mulia dalam
peristiwa kasih karunia-Nya bagi Nuh, karena itu benar-benar telah mengangkat
dirinya sebagai bukan sekedar diselamatkan tetapi Allah memiliki tujuan yang
hendak diwujudkan melalui siapapun yang hendak IA bawa masuk ke dalam rancangan
keselamatan-Nya. Dalam hal ini ia bukan saja benar-benar mengalami pewujudan
keselamatan yang aktual dari pembinasaan total, tetapi dilibatkan Allah untuk
menunjukan maksud-Nya di hadapan manusia-manusia setelah penghukuman global ini
berakhir. Dan sesungguhnya, sebagaimana Allah menyelamatkan Nuh berdasarkan
kasih karunia, maka demikian juga bagaimana Allah menyelamatkan hewan-hewan dan
tumbuhan-tumbuhan yang tidak turut dibinasakan, itupun berdasarkan kasih
karunia-Nya. Bahwa dunia yang dihancurkan Allah kehidupannya, ketika penghukumannya
berakhir, IA akan menganugerahkan
kehidupan baru bagi Nuh secara lengkap:
Kejadian
3:19-20 Dan dari segala yang hidup, dari
segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa
satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara hidupnya bersama-sama
dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa. Dari segala
jenis burung dan dari segala jenis hewan, dari segala jenis binatang melata di
muka bumi, dari semuanya itu harus datang satu pasang kepadamu, supaya
terpelihara hidupnya.
Tak
usah bingung bagaimana Nuh dapat membawa satu pasang dari segala jenis mahkluk.
Bukankah kepada manusia, Allah memberikan kuasa yang seperti ini:
Kejadian
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah
atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi."
Ketika dikatakan
bahwa Nuh mendapatkan kasih karunia di mata Allah, maka itu bermakna Allah
memutuskan untuk menyelamatkannya berdasarkan kehendak-Nya, ketentuan dan
cara-Nya. Dan itu pasti berhasil, sebab Nuh dalam kasih karunia Allah yang
menuntunnya, pasti menjadi dasar kokoh
untuk melakukan sebagaimana yang dikehendaki-Nya:
Kejadian
6:22 Lalu Nuh
melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.
Ia
melakukannya sebagai manusia yang terhitung untuk dibinasakan, bukan
berdasarkan kekuatan dan kemampuannya untuk melayakan dirinya.
Pertanyaan
kritis yang dapat mengemuka, adalah:
bagaimana bisa sampai dikatakan bahwa ia adalah orang benar dan bergaul dengan
Allah merupakan kehidupan yang
dimilikinya berdasarkan kasih karunia-Nya? Itu Karena: (1)Nuh adalah manusia
yang dikuasai maut berdasarkan kejatuhan Adam yang menyebabkan penghakiman dan
penghukuman Allah yang menjangkau semua generasi dunia (2)Satu-satunya yang
dapat melepaskan Nuh dari kuasa maut yang memerintah dirinya, hanya jikalau
janji “keturunan perempuan itu meremukan
kepalanya,” juga diikatkan Allah padanya.
Itu sebabnya kasih karunia menjadi dasar
bagi Allah untuk menyelamatkannya, bukan bahwa ia orang benar dan
bergaul karib dengan Allah. Baik ia memang orang benar dan bergaul karib dengan
Allah bukanlah jalan yang dapat melepaskan Nuh dari kuasa maut yang memerintah
dirinya, selain hanya jika janji“keturunan
perempuan itu meremukan kepalanya- Kejadian 3:15,” telah diikatkan Allah pada
dirinya. Namun disaat yang sama, ini menunjukan bahwa kehidupan dalam kasih
karunia Allah yang membawa orang itu memiliki kehidupan bersama Allah,
merupakan kehidupan yang menentang dosa atau ketakudusan. Bergaul dengan Allah
adalah mata air bagi Nuh untuk memiliki kehidupan yang benar diantara
orang-orang sezamannya.
Nuh dalam ia
dikatakan orang benar dan bergaul karib dengan Allah, ia pada dasarnya orang
berdosa dalam pandangan Allah [ini yang menjelaskan mengapa dikatakan “ia mendapatkan kasih karunia dalam
pandangan Allah], karena ia sendiri berada di dalam kungkungan kuasa maut yang
memerintah sejak kejatuhan Adam:
Roma
5:12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang,
dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang,
karena semua orang telah berbuat dosa.
Tak
perlu heran dengan Allah yang mau bersahabat dengan manusia-manusia yang masih
berada dalam penguasaan maut, sebab itu dapat dilakukan-Nya berdasarkan kasih
karunia yang telah dirancang-Nya dalam Ia sangat mengetahui sebelumnya
manusia-manusia ciptaannya yang bahkan bergaul karib dengan-Nya, akan berbuat
dosa. Itu karena maut masih memerintah dalam-Nya dan masih menantikan kelepasan
yang menyeluruh sementara sudah menerima kasih karunia dan sudah bergaul dengan
Allah. Lihatlah Abraham dan keturunannya, Yakub begitu istimewa memiliki relasi
dengan Allah:
▄Yesaya
41:8-10 Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih,
keturunan Abraham, yang Kukasihi; engkau yang telah
Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya,
Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak
engkau"; janganlah takut, sebab Aku
menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan
meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku yang membawa kemenangan.
Kalau
anda meneliti siapakah Abraham dan siapakah Yakub, maka anda akan mudah
menemukan keberdosaan-keberdosaannya, namun sebagaimana sejak di Eden, IA tak
menjanjikan keselamatan berdasarkan kemampuan manusia untuk
mengadakan permusuhan dengan iblis[Kejadian 3:15], tetapi IA yang
mengadakannya, maka, sejak itu, dasar segala dasar bagi-Nya untuk memilih
adalah keselamatan berdasarkan kehendak-Nya berdasarkan belas kasihan-Nya saja.
Itu sebabnya, tak hanya dikatakan
“Aku telah memilih engkau,” tetapi juga “dan tidak menolak engkau,” sebab pemilihannya bukan berdasarkan
kelayakan pada diri manusia itu sendiri. Jika berdasarkan kepantasan pada diri
manusia maka pada titik tertentu sebagaimana pada peristiwa Nuh, semuanya tanpa
kecuali harus dibinasakan saat itu juga. Israel sudah seharusnya disodom-gomorakan
sejak lama!
Jika
demikian, apakah janji-janji keselamatan ini atau kasih karunia semacam ini
kemudian menjadi sebuah keotomatisan bagi manusia untuk dapat berkata: ya dan
amin, jadilah seperti kehendakmu atas hambamu ini? Maka jawabnya ini bukan soal
otomatis atau tidak, sebab ini bukan tipe
pemograman keselamatan yang robotik!
Sebaliknya dalam keselamatan berdasarkan kasih karunia
itu, Allah sendiri membangun relasi untuk memastikan keselamatan itu berlangsung
dan genap atau tak gagal. Perhatikan ini: “Aku akan menyertai engkau,
janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan
akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Ini tepat sebagaimana Tuhan menuntun
Nuh membangun bahteranya dan membawa
masuk sepasang hewan pada setiap jenisnya hingga tepat pada waktunya Allah
untuk menjatuhkan pembinasaan dan Nuh beserta keluarga diselematkan secara
sempurna, maka demikian juga bagaimana Allah menyertai Abraham dan Yakub
sehingga di dalam perjalanan hidup mereka segala janji Allah itu bagi mereka, merupakan peristiwa keselamatan yang kokoh dan
memiliki kepastian karena IA yang menjanjikan telah melakukan segala sesuatu
yang diperlukan agar terwujud sempurna. Bahwa orang-orang seperti Nuh, Abraham
dan Yakub telah menjadi sahabat Allah, itu semata-mata berdasarkan kasih
karunia Allah. Orang-orang benar perjanjian lama dapat dikatakan orang benar, bukan karena memiliki pada
dirinya sendiri kebenaran, tetapi kepercayaannya kepada janji Allah telah
diperhitungkan sebagai sebagai kebenaran yang diakui Allah.
Perhatikan ini
bagaimana rasul Paulus menyinggung perihal ini dalam epistelnya kepada jemaat
di Galatia:
►Galatia
3:5-9 Jadi bagaimana sekarang, apakah Ia yang menganugerahkan Roh kepada kamu
dengan berlimpah-limpah dan yang melakukan mujizat di antara kamu, berbuat
demikian karena kamu melakukan hukum Taurat atau karena kamu percaya kepada
pemberitaan Injil? Secara itu jugalah Abraham percaya kepada
Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak
Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan
orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan
Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi
mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan
Abraham yang beriman itu.
Baik Abraham, Nuh,
dan Yakub, percaya kepada janji Allah. Abraham menantikan penuh pengharapan
Sang Penyelamat dirinya sebagaimana telah dijanjikan padanya dan telah lebih
dahulu dijanjikan dalam peristiwa Eden, kepada manusia. Sang Mesias meneguhkan
kebenaran ini dengan berkata:
►Yohanes
8:56 Abraham bapamu bersukacita
bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan
ia bersukacita."
Bahkan Yesus sendiri
telah berkata, bahwa para nabi dan orang-orang benar begitu menantikan
kehadiran Sang Juruselamat mereka yang
sangat mereka harapkan dapat dijumpai dan dilihat:
▄Matius 13:17 Sebab Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu
lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu
dengar, tetapi tidak mendengarnya.
▄Lukas 10:24 Karena Aku berkata kepada
kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak
melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak
mendengarnya."
Kepada
siapakah Abraham, Nuh, Musa, Daud dan para nabi dan orang-orang benar beriman atau
berpengharapan keselamatannya? Pada perjuangan melakukan hukum Taurat? Pada
perjuangan hidup benar? Tidak, karena itu tak dapat membebaskanmu dari kuasa
maut, selain jika janji-Nya telah digenapi-Nya, maka iman mereka mengalami
kesempurnaan dan kegenapan-Nya kala Yesus Sang Mesias datang dan mengerjakan
penebusan manusia berdasarkan iman kepada-Nya .
Rasul
Petrus menyingkapkan realitas ini secara amat tajam:
╬1Petrus1:10-12Keselamatan itulah yang
diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu. Dan
mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh
Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian
tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala
kemuliaan yang menyusul sesudah itu. Kepada mereka telah
dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani
kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan
perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan
berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh
malaikat-malaikat.
Realitas
keselamatan berdasarkan kasih karunia ini, bukan hanya untuk
masa lalu, tetapi juga
untuk saat ini dan masa mendatang:
╬1Petrus1:8-9 Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu
mengasihi-Nya. Kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak
melihat-Nya. Kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak
terkatakan, karena kamu telah mencapai tujuan imanmu, yaitu
keselamatan jiwamu.
Keselamatan
itu pasti berlangsung sebab itu merupakan rencana Tuhan, tepat sebagaimana bahtera
rancangan Allah bagi Nuh, telah secara sempurna menghantarkannya pada tujuan
yang telah ditetapkan-Nya yaitu selamat dari kebinasaan karena percaya pada-Nya
dan melakukan kehendak-Nya, sekalipun realitas penempuhannya begitu jauh dan begitu berbahaya sebab bukan saja mengarungi bumi yang sedang dihukum tetapi pada dasarnya kehidupan keselamatannya hanya berlangsung di dalam bahtera. Itu merupakan perjalanan yang penuh risiko, dan
itu berlangsung didalam bahtera rancangan-Nya dan atas kehendak-Nya, sehingga dapat
dipahami ketika Yesus sendiri berkata kepada para muridnya dan tentu kepada
semua orang percaya, agar jangan gelisah. Jangan gelisah, jangan mencemaskannya
seolah penuh ketakpastian apalagi berpikir bahwa IA akan gagal memastikan ketibaan semua domba-Nya ke tujuan atau tempat yang telah ditetapkan-Nya.
Percayalah pada apa
yang IA janjikan dan IA lakukan bagimu,
sebab IA berjanji akan menjemputmu sehingga berada di tempat dimana IA berada:
►Yohanes
14:1-4 Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu
Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat
bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada. Dan ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke
situ."
Sebagaimana Allah
menyertai Israel, Abraham dan Nuh, maka sekarang pun setiap orang percaya
disertainya sebagaimana yang IA lakukan sebelumnya. Perhatikanlah ini:
►Yohanes
14:23 Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku
dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami
akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.
►Yohanes
14:16-18 Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh
Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan
tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan
diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku
datang kembali kepadamu.
►Yohanes
16:13-15 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu
ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya
sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya
dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan
Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku. Segala
sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan
memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku."
▄1Kor
12:3 Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang
berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah
Yesus!" dan tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah
Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
▄2Kor
1:21-22 Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam
Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan
untuk kita.
▄Efesus
1:13-14 Di dalam Dia kamu
juga--karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu--di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan
Roh Kudus itu
adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya,
yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya.
Tidak
pernah ada kebenaran dalam Alkitab yang
berbunyi, bahwa ketika kita selamat atau diselamatkan-Nya maka tidak otomatis kita
benar-benar secara pasti telah berada didalam kehendak keselamatan-Nya.
Apalagi sampai harus membuktikan diri terlebih dahulu untuk layak diselamatkan-Nya.
Apa yang ada, sebagaimana dahulu Allah menyertai Nuh, Abraham, Yakub dan semua
orang benar perjanjian lama disertai-Nya dan dituntun-Nya sehingga kegenapan
janji keselamatan dari satu-satunya keturunan Abraham itu - Sang Kristus
merupakan sebuah kepastian sekalipun berupa janji-Nya yang masih menantikan
penggenapan oleh-Nya, maka kini pun IA menyertai dan menjamin kita semua untuk
pada akhirnya memperoleh seluruh janji keselamatan itu, sementara untuk saat
ini saya dan anda belum menerima wujud janji itu secara total, sebagaimana pada
Nuh tadi. Perhatikan, sekarang Roh Kudus adalah penjamin saya dan anda, bahwa
keselamatanmu adalah sebuah kepastian, dan ini bukan bergantung pada karyamu
atau kontribusimu sekalipun hidupmu harus bertumbuh dan berbuah di dalam
Kristus! Mengapa?
Karena di dalam saya dan anda sungguh-sungguh mengasihi Kristus sehingga
melakukan segala firman-Nya, tetap hanya
DIA dan hanya DIA yang dapat mewujudkan segala apa yang dijanjikan-Nya
bagi domba-domba-Nya.
Hubungan saya dan dan
anda terhadap Kristus bukanlah sebuah mekanisme robotik, sehingga dikatakan “tidak
otomatis selamat.” Alkitab tak pernah ajarkan itu, sebaliknya Yesus Sang Mesias
menyatakan bahwa IA akan memberikan Roh Kudus yang akan menjaminkan kebenaran
dan janji keselamatan-Nya tetap bergema di dalam saya dan anda, sebab IA berada
di dalam saya dan anda. Relasi saya dan Roh Kudus itulah jaminan bagi saya
untuk pada akhirnya tiba di tempat-Nya untuk menerima keseluruhannya. Dalam hal
ini, bukan bagaikan “keselamatan berdasarkan skema kredit” yang bercicil,
sebaliknya, sekalipun
belum menerima utuh sudah merupakan sebuah kepemilikan utuh yang pasti,
karena:
“Roh Kudus itu
adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya,
yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya-
Efesus 1:14.”
Amin
Segala
Kemuliaan Hanya Bagi Tuhan
No comments:
Post a Comment