Pages

21 May 2016

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.i)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.i)



Tidak ada satupun di situ sebuah momentum pemaksaan sebagaimana yang dimaksudkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono, apa yang ada dan terjadi sebetulnya, Yesus Sang Terang Dunia itu sedang menunjukan sebuah realita manusia yang hanya akan terlihat atau tersingkap kalau itu dinyatakan. Jelas saja sebab kegelapan di sini memang masih memberikan kepada manusia sebuah kehidupan, walau jelas kehidupan yang tidak dipimpin oleh Allah atau Kerajaan Sorga. Realita bahwa kerajaan maut yang menguasai manusia, oleh Yesus, dalam cara semacam ini: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu”- Lukas 11:17-20, jelas akan memeranjatkan siapapun juga. Mengapa? Sebab pernyataan Yesus tadi menunjukan 2 realita penting bagi dunia: (1) IA adalah penentu sekaligus penguji berada di dalam kerajaan manakah atau milik kerajaan siapakah manusia itu. Dan (2)IA sedang menunjukan tak ada satupun manusia yang tidak berada didalam penguasaan kerajaan penghulu iblis. Ketika mulut seorang Farisi berkata kepada Yesus “Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan- Lukas11:15, maka itu adalah gambaran bagaimana sebetulnya ketika terang itu masuk ke dalam dunia ini yang dijumpai-Nya hanyalah kegelapan. Oposisi terhadap Yesus yang bagaimanapun hanya menunjukan realitas yang tak terlihat: dunia ini berada didalam pendudukan kerajaan penghulu setan.


Sehingga begitu indah   pengharapan keselamatan yang dari Allah itu sebagaimana yang turut membuka Injil Yohanes:
Yohanes 1:4-5 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Tepat kala “Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata- ayat 14” maka itu bukan sekedar peristiwa ajaib, bukan cuma mengatakan bahwa Yesus itu Sang Pembuat Mujizat atau Sang Tabib Agung, tetapi lebih dari itu, IA adalah “terang yang bercahaya di dalam  kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.” Mengatakan kegelapan itu tidak menguasainya menunjukan bahwa IAlah yang berkuasa atas kegelapan itu dalam sebuah makna DIA berotoritas, bahkan, atas dunia kerajaan penghulu setan. Perhatikan sekali lagi bagaimana Yesus menyingkapkan dunia kerajaan penghulu setan dan bagaimana Dia berkuasa mengatasinya, pada ayat 17-20 tadi.



Penolakan Terhadap  Sang Terang Bukan  Menunjukan (Baru) KemudianTerjadi Keberpihakan Manusia Pada Kegelapan, Sehingga Di Luar Itu “terang-terang” Lain Tetap Hidup

Jadi tidak ada sebuah situasi yang bernuansa “netral” atau tak berada dalam cengkraman atau kendali kerajaan penghulu setan. Satu hal pokok yang harus dipahami, pengendalian kerajaan penghulu setan tidak serta merta membuat manusia menjadi “robot” seperti juga ketika mengatakan manusia-manusia milik Kristus adalah milik Kerajaan-Nya,juga, tak sama sekali menunjukan sebuah perobotan. Mengapa? Karena bukan “kehendak bebas” yang menghalangi atau menjatuhkan manusia kedalam ketakberdayaan melawan maut, dan bukan “kehendak bebas” yang menjadi problem yang menghalangi manusia untuk mendekati Allah, tetapi dosa yang membuat manusia-manusia dengan kehendak bebasnya adalah manusia-manusia yang jiwanya dikurung di dalam kegelapan sehingga tak dapat mendengarkan panggilan Allah baik pada era perjanjian lama dan juga era perjanjian baru, sementara di saat yang sama, manusia itu dapat berinteraksi, berdialog bahkan memeriksa Yesus secara bebas dan merdeka, termasuk untuk memilih apakah menolak atau menerima.


Perhatikan isyarat Yesus yang sebetulnya menunjukan situasi di dunia ini:

Lukas 11:17-18 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata: "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.


Perhatikan, isyarat Yesus ini adalah sebuah penggambaran  fakta yang begitu rumit dan pelik dalam sebuah  penyampaian atau penggambaran yang lugas agar dapat dimengerti oleh manusia. Yesus nampak sekali menunjukan  bagaimana kerja kerajaan setan itu di dunia ciptaan. Hal pokoknya: tidak ada yang namanya “sempalan-sempalan” yang beroperasi sendiri-sendiri, tetapi semua “agen” kerajaan setan bekerja berdasarkan satu  pemerintahan, satu titah dan satu tujuan, tepat sebagaimana Yesus menekankan diawal sekali: “setiap kerajaan  yang terpecah-pecah pasti binasa.” Ada sebuah kerapian dan ada sebuah disain dalam kerajaan setan untuk mencapai maksudnya. Ini realita yang begitu tajam dan penting, sehingga Yesus perlu menegaskan bahwa Ia memaksudkanya demikian dengan berkata: “jikalau iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”

Jadi ini adalah Yesus yang adalah Kerajaan Sorga yang sedang menyoroti atau membongkar operasi kerajaan penghulu setan dengan sebuah ketetapan: kegelapan tidak menguasainya dan Ia bersinar di dalam kegelapan.  Yesus benar-benar menunjukan bahwa semua manusia di dunia ini berada di dalam sebuah situasi yang benar-benar mendudukan manusia tak berdaya sementara mereka dapat membuat berbagai keputusan dan menghasilkan berbagai ragam kebijaksanaan. Jelas ini sebuah operasi kerajaan penghulu setan yang benar-benar memperdayai dan memerosokan manusia dalam kehidupan dan persepsi diri yang sepenuhnya lagi  mendustainya. Mengapa bisa sehebat itu dan mengapa bisa manusia tak dapat mendeteksi atau mengidentifikasi dusta ini? Karena Ini adalah dusta yang datang dari kerajaan penghulu setan. Jadi kita dapat memahami ketika Yesus menjelaskan realita yang begitu kompleks dan begitu memastikan bahwa tak mungkin manusia beranjak dari situasi ini pada dirinya sendiri, kecuali kasih karunia-Nya menjamah dan memberikan sebuah kehidupan dan membawanya masuk ke dalam kepemilikan-Nya.


Mari perhatikan ini:
Yohanes 8:43-44 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Ini pun sebuah kerja kerajaan penghulu setan yang mencengkram semua manusia sehingga manusia itu pada dirinya sendiri,tidak dapat menerima kebenaran yang disampaikan oleh kerajaan sorga atau Yesus sendiri. Yesus, di sini, menunjukan bahwa itu terjadi karena manusia-manusia berada didalam cengkraman Iblis. Apa yang menakjubkan Yesus menggambarkanya sebagai sebuah relasi penuh kasih sayang atau  lebih tepat relasi yang bekerja sempurna untuk memiliki manusia karena dusta iblis sungguh dahsyat menaklukan segenap kemanusiaan manusia untuk dapat menangkap kebenaran Allah, dengan sebuah ekspresi: “iblislah yang menjadi bapamu.” Ketika mengatakan semua manusia berada di dalam cengkraman kerajaan setan, itu sama sekali tidak menunjukan setan berjuang keras melakukan perampasan kehendak (bebas) manusia agar masuk ke dalam kerajaan penghulu setan. Tentu saja, jika ada pemikiran semacam ini, jelas sebuah dusta yang datang dari kerajaan penghulu iblis dengan satu tujuan megah, yaitu: agar semua hingga kesudahan menjadi miliknya, aman dan terjamin tiba ditujuan yang telah ditetapkan oleh kerajaan penghulu setan. Karena berpikir demikian membuat manusia tak memerlukan keselamatan dari Allah tersebut. Dusta yang lahir dari kerajaan penghulu setan adalah instrumen untuk menjaga keamanan bagi semua manusia agar mereka sampai pada tujuan yang telah ditetapkan oleh kerajaan penghulu iblis. Itu sebabnya Yesus menyebutnya sebagaibapa segala dusta,” karena “bapa” disitu menunjukan betapa dusta itu memiliki kontrol kuat pada semua diri manusia dalam sebuah mekanisme dusta yang bekerja secara sistematis di dunia ini, sementara mereka bebas di dalam segala aspek kemanusiaan. “Bapa segala dusta” juga menunjukan ketakberdayaan manusia untuk mengidentifikasi sehingga dapat atau mampu, kemudian, untuk mengelaknya!


Lalu, jika demikian, bagaimana harapan itu bisa mendatangi manusia. Akhirnya pertanyaan yang bernada “bagaimana manusia dapat mendatangi manusia pada realitas dibelenggu dusta yang bahkan tak dapat diidetifikasi manusia telah menjadi mustahil,” kecuali Allah mendatangi, lahir dari ketakberdayaan manusia melepaskan diri dari kerajaan kegelapan tersebut.

Itu memang dinyatakan oleh  Yesus:

Yohanes 8:47 Barangsiapa berasal dari Allah, ia mendengarkan firman Allah; itulah sebabnya kamu tidak mendengarkannya, karena kamu tidak berasal dari Allah."

Hanya jika orang itu milik atau berada didalam kerajaan Allah barulah dapat mendengarkan, sehingga di sini Yesus menekankan betapa masuk ke dalam kerajaan Allah adalah kunci untuk dapat mendengarkan firman. Mendengarkan firman dengan demikian tidak mebuat manusia menjadi memasuki kerajaan Allah, sebagaimana banyak orang Yahudi yang mendengar dan melihat namun tidak jua masuk ke dalam kerajaan Allah.


Di sini isunya, kemudian, bukan sama sekali apakah  “kehendak bebas” manusia tak berperan sama sekali. Elemen “kehendak bebas” manusia menjadi tak sama sekali tersentuh bukan karena itu tak ada, tetapi Yesus sendiri telah menyatakan bahwa Iblis adalah bapa segala dusta yang telah memperdayai manusia hingga tak ada yang dapat mendengarkan firman. Jadi ini sebuah dusta, sekali lagi, jangan pernah diperhitungkan yang dapat diperdayai, dalam hal itu, semata persepsi manusia tetapi  pada jiwa manusia itu keseluruhan sehingga membuat jiwa manusia lumpuh sama sekali terhadap perkabaran injil Yesus. Dalam hal ini ”kehendak bebas” bukan sama sekali “sumber pertolongan” terakhir yang tersisa pada manusia untuk dapat membangkitkan segenap persepsi manusia agar menangkap kebenaran. Dusta kerajaan penghulu setan bukan sekedar rantai yang membelenggu, tetapi kuasa yang telah merampas sama sekali kemampuan manusia sebagai mahkluk individual dan berkemampuan untuk menimbang penuh kejernihan dan penuh keseksamaan dalam sebuah keseimbangan untuk kemudian memilih kebenaran-Nya, selain hanya melayani segala gagasan dusta  yang dibelitkan oleh kerajaan penghulu setan tadi. Itu sebabnya, solusi Yesus adalah: “barang siapa berasal dari Allah,” sebuah solusi yang tidak mungkin dikerjakan manusia, jika demikian maksud Yesus.


Yesus berkata “barangsiapa berasal dari Allah,” artinya ada sebuah perpindahan yang merupakan tindakan kerajaan Allah melakukan sesuatu pada manusia yang berada di dalam cengkraman kerajaan penghulu setan.


Apakah itu? Jika Ia membuat manusia itu dapat melihat-Nya.


Perhatikan episode ini:
▬▬Yohanes 9:35-39 Yesus mendengar bahwa ia telah diusir ke luar oleh mereka. Kemudian Ia bertemu dengan dia dan berkata: "Percayakah engkau kepada Anak Manusia?" Jawabnya: "Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya kepada-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!" Katanya: "Aku percaya, Tuhan!" Lalu ia sujud menyembah-Nya. Kata Yesus: "Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta."


Perhatikan ini, orang tersebut tidak mengenal siapakah Dia, tetapi orang itu juga bertanya kepada Yesus: “Siapakah Dia Tuhan supaya aku percaya kepada-Nya.” Terhadap orang  ini, Yesus berkata: “Engkau bukan saja melihat Dia, tetapi Dia yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu.” Para pembaca budiman, perhatikan bahwa kata-kata tersebutlah yang menyembuhkannya tepat seperti orang kerasukan yang tuli dan bisu kemudian sembuh begitu saja berdasarkan Yesus yang berkata-kata atau berfirman kepadanya, itulah yang sedang terjadi kepada orang itu. Apakah akibatnya? Inilah akibatnya: “Aku percaya, Tuhan!” Lalu ia sujud menyembah-Nya. Ini sama dengan: “Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata-Lukas 11:44.”


Tetapi, benarkah episode ini menunjukan bahwa itu adalah sebuah kemutlakan dan tak ada yang lain, bahwa manusia hanya dapat mendatangi  Sang Terang dunia jika Allah melakukan sesuatu: mencelikan kebutaan bukan saja mata tetapi jiwa?

Ini terjawab dari  keterperanjatan orang-orang Farisi mendengar penjelasan Yesus yang ini:

Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta


Ada sebuah kerja kerajaan sorga kala datang ke dalam dunia ini, memang hendak menunjukan realita manusia terhadap keselamatan. Apakah itu? Tak seorangpun berdaya dalam sebuah spektrum yang begitu keras sehubungan kerja kerajaan penghulu setan yang begitu memenjarakan jiwa-jiwa manusia dalam tali-tali jerat “dusta-dusta bapa segala dusta” yang menuntun jiwa-jiwa menuju ke sebuah tujuan yang ditetapkan dalam rancangan iblis. Realita ini disingkapkan oleh Yesus dalam sebuah penghakiman yang begitu menyingkapkan dan menghancurkan kerja dusta  kerajaan penghulu setan itu, kala berkata: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Ini adalah sepasang penghakiman yang menakjubkan dalam pendudukan kerajaan penghulu setan oleh kerajaan Allah. Ini adalah penghakiman yang menghasilkan pengharapan bagi  manusia-manusia namun sekaligus menunjukan bahwa tak terelakan penghakiman Allah adalah kedaulatan kerajaan sorga dalam menghakimi kerajaan penghulu setan beserta para pengikutnya di dunia ini. “Supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat,” telah menunjukan bahwa: dapat melihat Yesus adalah Sang Terang dunia memang mustahil bagi semua manusia sebab buta, telah dibutakan oleh dusta kerajaan penghulu setan-ini,sekali lagi menjawab sebuah tanya mahapenting bagi  manusia: masakan aku tak bisa membuat keputusan sendiri untuk memilih bagiku sendiri keselamatan itu dan masakan aku membutuhkan kuasa penuh Allah untuk membuatku memutuskannya, sebodoh itukah, aku? Bukan soal bodoh dan pintar, tetapi karena semua berada dalam lilitan-lilitan dusta kerajaan penghulu setan. Itu sebabnya dalam penginjilan dan dalam semangat memberitakan kebenaran, harus dicamkan bahwa itu adalah peristiwa yang begitu erat dengan kerja kerajaan sorga di dunia ini! Itu juga sebabnya penginjilan harus memiliki obor semangat yang menyala dan berkobar-kobar sebab sebetulnya kita dalam menginjili sedang berjalan di dalam naungan kerajaan sorga dan bekerja dibawah ketentuan-ketentuan dan kuasa kerajaan sorga. Jadi, lecutkanlah dirimu berpondasikan kebenaran ini, untuk memberitakan kebenaran dengan memandang bahwa kerajaan sorga dengan segala kehendak-Nya adalah pemimpin pemberitaan itu. Itu juga sebabnya, tak ada dasar sedikit saja untuk bersombong dan memandang begitu rendah manusia-manusia lainnya, seolah paling benar. Tidak begitu, karena kebenaranmu dari kerajaan sorga dan pembenaranmu karena dibuat dapat mendengarkan kebenaran atau firman yang memerdekakanmu dari dusta kerajaan penghulu setan.


Barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta,” tak ada satu saja kemungkinan dapat melihat oleh dirinya sendiri, pada Siapakah Yesus itu dalam maksud Kerajaan Sorga itu sendiri. Setiap manusia yang merasa tak membutuhkan Yesus dan melakukan perlawanan sebagai buah-buah perlawanan yang dihasilkan oleh kerajaan penghulu setan pada  setiap manusia penentang-Nya, baik itu dalam rupa  kata-kata, hikmat, pengajaran  yang sesantun apapun, kepada semuanya itu, Yesus berkata: “barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Ketika bunyi penghakiman itu adalah “menjadi buta” maka itu sebuah ketakmungkinan adanya  keselamatan-keselamatan alternatif  lain yang bagaimanapun juga. Tak ada sebuah kebenaran antara. Mengapa? Sebab tak pernah  kerajaan sorga memberikan ruang terhadap pemberontakan terhadap kehendak-Nya bahkan pada tatar intelektual yang berwujud sebuah perenungan! Manusia harus tunduk kepada-Nya. Pada aspek yang lebih kompleks, inilah yang menjadikan manusia begitu bergantung pada kasih karunia Allah, atau kasih karunia Allah itu tak dapat didatangi selain jika mendatangi manusia itu.


Itu juga sebabnya pada kesempatan lain, kepada mereka yang menolak Yesus, Ia berkata:

Yohanes 8:23-27 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu." Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Jawab Yesus kepada mereka: "Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia." Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa.

Setelah Yesus memberitahukan sepasang penghakiman itu, maka keterperanjatan orang-orang Farisi tadi menunjukan ketidakmengertian mereka terhadap apa yang menjadi kebenaran kerajaan sorga. Mari saya ajak anda untuk kembali ke bagian tadi melihat hal yang terinterupsi tadi.

Inilah respon orang-orang Farisi setelah mendengarkan sepasang penghakiman Yesus tadi:
▬▬Yohanes 9:40 Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ dan mereka berkata kepada-Nya: "Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?"


Siapakah manusia yang dapat menerima begitu saja sebuah penghakiman bahwa dirinya buta terhadap kebenaran atau kebenaran milikmu (dengan demikian) itu bukan apa yang dikehendaki Allah, dan itu sendiri telah membuatmu menjadi buta terhadap kebenaran-Nya, sementara manusia itu dapat memahami, dapat mendegarkan, dapat menganalisa apapun yang Dia ajarkan? Bukankah sekarang kami mengerti dengan apa yang sedang kami tolak. Sebetulnya Yesus tak berkata langsung kepada mereka, namun sepasang penghakiman Yesus tadi telah menghakimi jiwa-jiwa mereka- telinga mereka sanggup mendengarkan penghakiman itu dan mengerti sekali maksudnya namun sama sekali tak  sanggup mengerti sehingga menyembah Yesus. Dan apa yang terjadi pada mereka, telah menunjukan atau menyingkapkan realita atau kekongkritan penghakiman yang berbunyi: “Barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Mereka menilai dirinya dapat melihat, dan berdasarkan itulah mereka dihakimi Yesus menjadi buta, sebab pada dasarnya itu adalah penghakiman terhadap rejeksi atau penolakan yang bekerja berdasarkan kuasa dusta “kerajaan penghulu setan.” Mengapa itu terjadi dan mengapa tak IA lakukan sesuatu sebagaimana pada yang telah disembuhkan-Nya?” Satu-satunya jawaban yang tersedia bagi saya dan anda adalah jawaban Yesus sendiri, yaitu: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi.” Karena memang Ia datang untuk menghakimi: yang pertama untuk memerdekakan dan yang kedua untuk menunjukan: bahwa tak ada manusia yang dapat membenarkan dirinya dihadapan Allah berdasarkan kebenarannya sendiri, yang datang dari kebenaran-kebenaran manusia yang berada dalam dusta kerajaan penghulu setan, sekaligus menunjukan bahwa memang keselamatan hanya datang dari Allah. Tentu saja penghakiman-Nya, juga, telah menunjukan kepada dunia bahwa memang benar dunia dalam cengkraman kegelapan, yaitu: kerajaan penghulu setan melalui dustanya yang penuh rancangan dan maksud.


Apa yang hendak ditunjukan pada penjelasan-penjelasan Yesus ini  kepada orang-orang Farisi, adalah: tidak pernah terjadi sebelum seorang manusia menolak Yesus maka tak ada satu manusia pun dalam vonis dosa atau dalam keberpihakan pada  kuasa kegelapan, dan pada momen Ia memilih untuk menolak maka saat itulah memilih untuk berpihak kepada kegelapan. Manusia pada keotentikan jiwanya tak pernah memiliki sebuah momenpun yang sama sekali berada dalam kebenaran dan memiliki potensi untuk memiliki kebenaran dan keselamatan pada dirinya sendiri dan kemudian kegelapan barulah meliputinya kala memutuskan untuk memilih atau berpihak kepada kuasa kegelapan, tetapi memang secara total milik kerajaan penghulu setan. Jikapun  terlihat pada pandangan mata dan pertimbangan pikiran ada banyak orang menolak Yesus sebagai sebuah mekanisme masuk ke dalam kuasa kegelapan melalui pemilihannya sendiri untuk datang pada kuasa kegelapan, pada dasarnya pemahaman semacam itu dan peristiwa  itu sendiri adalah kerja dari sepasang penghakiman Yesus, tadi, pada: “Barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” Oh..ya tentu saja semua orang yang dituding demikian akan menunjukan keberatannya tepat seperti orang Farisi tadi yang berkata: “Apakah itu berarti kami juga buta?” Ini adalah protes keras! Kepada mereka, Yesus, menunjukan satu-satunya jalan keluar untuk lepas dari kebutaan itu. Apakah itu? Inilah menurut Yesus:

Yohanes 8:28 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

Jika nanti Anak Manusia ditinggikan, barulah kamu tahu Akulah Dia. “Apabila,” ini sebuah kondisional bagaimana bisa melihat, bukan karena dapat melihat tetapi karena Allah membuat yang buta menjadi melihat! Ini bukan sama sekali prestasi moral dan perbuatan suci manusia, kala bicara melihat Allah, karena kesucian tak bisa dibangun kecuali anda sudah masuk ke dalam atau menjadi anggota kerajaan sorga atau sudah terlepas dari cengkraman kerajaan penghulu setan, yaitu percaya kepada Yesus sebagaimana kehendak Bapa.



Inilah yang mendasari untuk menyatakan sebuah kekeliruan yang teramat  fatal pada pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono pada paragraf ini, yang dapat dibaca pada “Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)”:

Bagi mereka yang menolak Tuhan Yesus, berarti mereka berpihak kepada kuasa kegelapan. Mereka menyaksikan dan mengalami bagaimana kuasa Allah dinyatakan yaitu dengan pengusiran setan dan berbagai mujizat. Tetapi mereka menolak Tuhan Yesus maka berarti mereka di pihak kuasa kegelapan (Luk 11:20). Kalau mereka tidak melihat atau tidak pernah mendengar Injil secara memadai mereka tidak berdosa, tetapi kalau mereka melihat (mendengar Injil secara memadai) tetapi tidak percaya maka dosa mereka kekal (Yoh 9:41). Penolakan mereka dalam ekspresi nyata yaitu memusuhi Tuhan Yesus dan menuduh Tuhan Yesus menggunakan kuasa penghulu setan (baalzebul). Mereka menganggap Tuhan Yesus sesat dan pantas dimusuhi, ajaran dan pengikut-Nya pantas diberantas.

yang menghalangi banyak orang untuk setidak-tidaknya mendapatkan pengajaran yang benar dan menunjukan realitas manusia sesungguhnya: semua berada dalam   kuasa gelap bahkan sebelum Yesus datang ke dalam dunia ini.


Konsekuensi alamiah pengajaran yang disampaikan oleh pendeta Erastus, memang dengan demikian ada kebenaran-kebenaran lain yang tetap eksis sejauh mereka belum sama sekali menerima kebenaran Yesus. Artinya kegelapan di dunia ini bagaikan segmen-segmen, bergantung pada apakah seseorang itu menolak Yesus, jika tak menolak namun tak juga menerima, maka kegelapan tak pernah menjadi pilihannya, dan sejauh ia dapat membangun kehidupan mulia maka ia memiliki kebenarannya tersendiri. Inipun adalah buah dari penghakiman Yesus, sebenarnya, yang berbunyi: “barangsiapa yang dapat melihat menjadi buta.”



Bersambung ke bagian 5J

AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN



The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform the cross


[dari seorang teolog yang saya lupa namanya]



No comments:

Post a Comment