Pages

18 May 2016

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (5.F)

Oleh: Martin Simamora

Benarkah Karena Tidak Menolak Injil Hingga Ke Tingkat Penghinaan Maka  Ada Kebenaran Lain Di Luar Kristus (5.F)



Sehingga Yesus Kristus memang tak bisa dipisahkan dari perjanjian lama. Tetapi apakah relasi dirinya dengan perjanjian lama? Apakah Ia mengajarkannya agar dilakukan dan menjadi sebuah jalan keselamatan atau jalan pengudusan atau jalan pendamaian atau jalan untuk menjadi anak-anak tebusan-Nya?


Mari kita memperhatikan penjelasan Yesus berikut ini, yang menunjukan secara kuat pada bagaimanakah sesungguhnya relasinya dengan perjanjian lama itu:


▬▬Matius 5:17-19 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.


Bagian ini menunjukan relasi Yesus terhadap hukum Taurat atau  kitab para nabi: untuk menggenapinya- Ialah yang menggenapinya. Tak hanya sampai disitu,tetapi menghakimi semua tak ada satu saja, bahkan, menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan sorga. Perhatikan penghakimannya ini: “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Dengan kata lain, Yesus mengatakan: tidak ada satupun yang sanggup menggenapi apa yang harus digenapi, selain diri-Nya saja.


Harus dimengerti bahwa “tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” memang bermakna neraka, sebagaimana ditunjukan oleh Yesus di dalam lanjutan penghakiman-Nya: ”Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala- ayat 22”; “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka- ayat 29”; “Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa dari pada tubuhmu dengan utuh masuk neraka- ayat 30.” Pengajaran Taurat ini disampaikan oleh Yesus dengan menunjukan dua hal: (a)Ia adalah penggenapan semua tuntutan kudus tersebut, dan (b)tak ada satupun manusia,dengan demikian, berdasarkan melakukannya mendapatkan sebuah jalan keselamatan?

Jika demikian, ada dimana? Jalan itu sangat terkait dengan pernyataan Yesus: Aku datang untuk menggenapi dalam cara tak satu iotapun yang luput!


Sebagaimana pola dalam perjanjian lama, IA adalah terang yang kudus. Tak sama sekali dengan demikian menganjurkan sebuah kehidupan tanpa kekudusan, sebaliknya di dalam Ia menunjukan ketakberdayaan manusia dan betapa dekatnya manusia dengan neraka, Ia tetap memberikan perintah ini: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna- ayat 48." Bersama-Nya tak ada ruang untuk pembiakan dosa!


▬▬Lukas 16:15-17 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah. Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berebut memasukinya. Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.


Apakah maksudnya “hukum Taurat dan Kitab para nabi” berlaku sampai kepada zaman Yohanes? Ada apakah dengan Yohanes Pembaptis di sini-mengapa ia menjadi batas pengakhir keberlakuan “hukum Taurat dan kitab para nabi?” Mari melihat siapakah Yohanes yang dibicarakan oleh Yesus dan apakah yang dilakukannya:


Matius 3:1 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!


Yohanes yang ditetapkan oleh Yesus sebagai batas pengakhir keberlakuan hukum Taurat dan kitab para nabi adalah dia yang memberitakan dalam seruan:”bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Tetapi bagaimanakah mengartikan “Kerajaan Sorga” dan “sudah dekat?” Menjawab ini sangat erat terkait dengan pernyataan Yesus sendiri yang berkata “Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan.”


Di sini Yesus sedang menunjukan relasi dirinya terhadap hukum taurat dan kitab para nabi sebagai penggenap dalam kuasa Ilahi yang kekal. Ini dengan sendirinya menunjukan bahwa menggenapi hukum Taurat tidak dimungkinkan oleh manusia-manusia sebab berada didalam kuasa yang membuatnya tak berkuasa untuk melakukan kehendak Allah. Juga, menunjukan bahwa penggenapan yang dimaksud adalah pengakhiran yang terkait erat dengan kerajaan Allah sudah dekat yang tak lain adalah Sang Kristus itu sendiri.


Apakah itu hanya pandangan manusia Yohanes dan manusia Yesus belaka? Ini bukan sama sekali hal yang mendadak muncul atau pengajaran dadakan yang dimunculkan, tetapi sudah dituliskan sejak lama oleh nabi kudus Allah: nabi Yesaya:

Matius 3:3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."


Nabi Yohanes sendiri adalah dia yang telah dituliskan oleh nabi Yesaya dan Yesus sendiri,dengan demikian, adalah dia  yang dituliskan oleh Yesaya sebagai “kerajaan Allah yang telah datang.”


Perhatikan bagaimana Yohanes Pembaptis menunjuk Yesus sebagai “Dia yang sedang diserukannya sebagai  Kerajaan Allah yang sudah dekat:

Matius 3:11-12-14 Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan."


Karakteristik hukum Allah begitu kuat bekerja pada Yesus dan bukan hanya itu saja, Yohanes telah menyatakan Yesus sebagai satu-satunya berkuasa untuk melemparkan manusia ke dalam api yang tak terpadamkan. Perhatikan  poin-poin ini:
●Ia  membaptis dengan Roh Kudus dan dengan api.
●Pada tangannya ada alat penampi
●Ia berkuasa untuk mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi untuk debu jerami,oleh Yesus Kritus, akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.

                         
Ini satu-satunya penyingkapan mengenai Yesus yang menyatakan bahwa Ia sungguh berkuasa penuh untuk memasukan manusia-manusia tertentu ke dalam lumbung-Nya dan untuk melemparkan manusia-manusia tertentu ke dalam api yang tidak terpadamkan, bukan sebagai sebuah pengajaran atau penunjukan yang baru muncul saat Yesus ada, atau bahkan saat Yohanes Pembaptis ada, tetapi yang sudah sejak lama tersimpan dalam era perjanjian lama sebagai Dia yang sungguh dinantikan. Tak hanya itu, tetapi juga nabi perjanjian lama itu adalah satu-satunya yang dapat berjumpa dan melihat secara langsung Dia yang telah dinubuatkan oleh Yesaya dalam nubuat mengenai dirinya.


Apa yang begitu megah di sini: baik Yohanes dan Yesus, kemudian, saling mengenali dan saling tunduk kepada ketetapan Allah yang telah ditetapkan sebelum segala sesuatu ada:

Matius 3:13-15 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.

Dalam segala hal tak ada kepantasan apapun pada seorang manusia untuk membaptiskan Yesus; dalam segala hal, ini juga dengan demikian, menunjukan bahwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes bukan sebagai momen Ia menjadi Tuhan, tidak sama sekali sebab Yohanes Pembaptis  sendiri sudah menunjukan bahwa Ia berkuasa untuk melemparkan manusia ke neraka, dan berkuasa untuk membawa masuk manusia ke dalam sorga. Dan memang benar demikian, bahwa pembaptisan Yesus oleh Yohanes  demi menggenapkan seluruh kehendak Allah: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.”


Bahwa kitab Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes, sedang menunjukan dan menyatakan bahwa Yesus sudah datang sebagai hakim bagi semua manusia dan yang berkuasa untuk menentukan manusia-manusia apakah masuk ke dalam sorga atau neraka kekal!


Bahwa kitab Taurat dan kitab nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes merupakan kehendak Allah itu sendiri melalui Yesus yang datang untuk menggenapi dan kemudian menghakimi pada saat itu juga. Yesus saat di bumi sudah menghakimi siapa yang mati dalam dosa atau kegelapan dan siapa yang tidak hidup dalam kegelapan, seperti:

►Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."


►Yohanes 8:26 Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia."

Ini benar-benar penghakiman di bumi dan bagi dunia saat itu juga sementara penghakiman akhir pun belum dimulai, sehingga tentu saja rejeksi keras keluar menentang Yesus: “Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?"- Yohanes 8:25. Jadi tak bisa dikatakan bahwa ini adalah momentum saat khusus dan terbatas pada bangsa Yahudi saja, karena Yesus berkata “ apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.”

Di sini, sebagaimana telah dinyatakan oleh nabi Yohanes Pembaptis, Yesus adalah Dia yang berkuasa untuk menentukan siapa yang ke sorga dan siapakah yang ke neraka.


Perhatikan, dasarnya, bukan lagi hukum Taurat dan kitab para nabi, tetapi  diri Yesus dan perkataan Yesus saja, dan itu bukan kehendak  dan bahkan perkataanYesus tetapi Bapa. Dalam peristiwa semacam inilah poin terjadinya: “ hukum Taurat dan kitab para nabi” berlaku sampai kepada zaman Yohanes,” secara aktual tepat dihadapan para pemegang hokum Taurat dan kitab para nabi yang sedang berjumpa dengan Sang Pengakhir-Penggenap dan sekaligus Sang Hakim!


Dan menjawab rejeksi atau penolakan itu, Yesus kemudian menunjukan bahwa Ia memang setinggi itu bahwa Ia berkuasa untuk menghakimi mereka dengan menyatakan: “kamu akan mati dalam dosamu’:

►Yohanes 8:28Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

Penghakiman Yesus itu adalah “jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia.” Tak percaya bahwa Dia adalah Yang diutus Bapa atau Dia yang dinantikan datang sebagai Mesias” dari Allah sebagaimana yang disaksikan oleh nabi Yohanes Pembaptis:

►Yohanes 1:29- Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel."

Kembali, pembaptisan Yesus oleh Yohanes, bukan menunjukan itulah momen Yesus menjadi Tuhan, tetapi: supaya dinyatakan kepada Israel! Dalam hal itu, nabi Yohanes Pembaptis mengenali Yesus sebagai “Dia telah ada sebelum aku.” Itu bukan sama sekali menunjukan keberadaan dalam makna waktu dan tempat tetapi mengatasi waktu dan tempat atau kekekalan. Bukankah Yohanes Pembaptis lahir lebih dahulu dan lebih dahulu masuk kedalam momen pelayanan-Nya, daripada Yesus?!


Relasi Yesus terhadap hukum Taurat dan kitab para nabi, tak pernah sama sekali menunjukan bahwa dengan melakukannya maka dengan demikian umat-Nya atau pengikut Kristus mengerti kehendak  Allah dengan sempurna. Apa yang dilakukan Yesus saat Ia ada dan mengajar di dunia ini, menunjukan bahwa tak ada satu manusia yang melakukan apa yang dikehendaki Allah:

▬▬Yohanes 7:14-20 Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke Bait Allah lalu mengajar di situ. Maka heranlah orang-orang Yahudi dan berkata: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!" Jawab Yesus kepada mereka: "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya. Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?" Orang banyak itu menjawab: "Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha membunuh Engkau?"


Ini adalah penghakiman keras! Dimana-mana Yesus melakukan penghakiman semacam ini, dalam cara yang keras bukan lunak sama sekali. Ia menghakimi: ”tidak seorangpung di antara kamu yang melakukan hukum taurat itu!” tak hanya itu, Ia bahkan sudah memvonis tidakan yang belum berwujud pada eksternal jiwa manusia-pada tindakan tubuh dengan berkata: “Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?”


Mereka pun menyerang Yesus sebagai seorang hakim yang sama sekali bukan dari Tuhan, tetapi dari setan, dengan berkata: “Engkau kerasukan setan; siapakah yang berusaha membunuh Engkau?


Ini secara sempurna menunjukan bahwa di mana-mana di dunia ini tak ada manusia yang bahkan dapat memenuhi tuntutan Taurat  pada perintah “jangan membunuh” sebagaimana yang maksudnya dipaparkan oleh Yesus:

►Matius 5:21- 22 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

Tak perlu sampai tindakan menghilangkan nyawa manusia dalam cara membunuh, cukup marah maka berdasarkan Taurat harus dihukum-dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. Siapakah manusia yang dapat memenuhi tuntutan sesempurna ini? Ini bukan berlebih-lebihan, sebab Yesus menyatakannya sebagai hakim yang penuh kuasa: “tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudara-Nya harus di hukum – diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.


Yesus adalah hakim yang berkuasa atas penentuan siapa yang ke neraka dan siapa yang ke surga, seperti telah dinyatakan oleh nabi Yohanes, dan kala Ia menyatakan mengapa kamu hendak membunuh-Ku maka itu adalah penghakiman atas jiwa-jiwa busuk mereka, sebagaimana disaksikan oleh sejumlah orang:

►Yohanes 7:25 Beberapa orang Yerusalem berkata: "Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh?


Sehingga dalam Ia berkata: “hukum taurat dan kitab para nabi hanya berlaku sampai pada zaman Yohanes,” itu menunjukan bahwa kini yang memerintah bukan lagi hukum-hukum itu dan tulisan para nabi itu, tetapi diri-Nya yang telah dituliskan oleh Musa dan para  nabi lainnya. Ini bukan bermakna dengan demikian, bersama Yesus, kini semua manusia merdeka untuk berbuat apapun sesukanya, tidak sama sekali. Tetapi itu sama sekali mengenai ketakberdayaan manusia untuk menggenapi semua hukum Taurat dan kitab para nabi, selain hanya dirinya. Kala Yesus berkata datang untuk menggenapinya maka itu benar-benar sempurna tanpa celah yang dapat membuat diri-Nya tak sekudus Allah. Mengapa? Karena Ia menggenapinya sebagai Dia adalah hakim yang berkuasa untuk menentukan siapakah yang akan berakhir di neraka dan siapakah yang berakhir sebagai milik kepunyaan-Nya di sorga?




Itu sebabnya, Yesus sendiri menegaskan, apakah tujuan-Nya datang ke dunia ini, bukan saja untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi, tetapi juga menyelamatkan manusia dari ketakberdayaan dosa- ketakberdayaan manusia terhadap taurat sementara hanya Yesus yang berdaya dalam kuasa penuh seorang hakim yang sangat tahu bagaimana hukum-hukum itu atau kehendak kudus Allah itu harus digenapi sempurna sebagaimana Bapa, sempurna adanya.


Perhatikanlah ini:

Yohanes 6:38-40Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."


Penggenapan Yesus bukan saja terletak pada Ia adalah penggenap hukum Taurat dan kitab para nabi, tetapi Ia mengadakan apa yang tak dapat dihasilkan oleh ketaatan pada hukum Taurat: keselamatan dan keamanan keselamatan itu sendiri, dengan berkata: “supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.


Yesus, sebagai hakim yang berkuasa menentukan siapa yang ke neraka dan yang berkuasa menentukan siapa yang ke sorga, telah menyatakan hukum yang sama sekali baru, tidak seperti hukum yang telah diterima oleh nenek moyang Israel melalui Musa, dimana pada Yesus, hukum Allah itu berbunyi: “supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.”


Harus selalu dicamkan bahwa inilah sentralitas pengajaran Yesus dan inilah pengejaran-Nya yang hendak dihadirkan kepada bangsa Yahudi, bahwa Ia adalah  hukum yang  sama sekali baru termasuk cara kerja hukum itu sendiri yang sama sekali tak bergantung pada ketakberdayaan manusia itu terhadap kehendak kudus Allah, sementara Ia sendiri membawa kekudusan Allah yang begitu sempurna pada dirinya dan disampaikan kepada manusia untuk diakui dan dihidupi dalam pengakuan ketakberdayaan untuk mendapatkan hidup dari Allah.
Perhatikanlah ini:

Yohanes 6:32-33 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari sorga. Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia."


Di sini Yesus sedang menunjukan bahwa Musa  pada  kebenaran yang sedang diterimanya  tidak pada saat itu memberikan hidup, tetapi sedang menunjukan apa yang akan datang: roti yang turun dari sorga dan yang memberikan hidup kepada dunia.


Lihat ini:

Yohanes 6:34-35 Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa." Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.


Ini bukan roti sebagaimana yang dapat diberikan Musa  kepada Israel, sebagaimana yang dikenali Israel:

Yohanes 6:31 Nenek moyang kami telah makan manna di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberi-Nya makan roti dari sorga."

Roti yang dikenal oleh nenek moyang Israel adalah roti- roti yang bisa mencegah mereka dari mati kelaparan di dunia ini.

Tetapi, Yesus, semenjak berkata: “Akulah roti hidup,” maka ini sungguh-sungguh baru atau tak dikenali sama sekali, sebab di sini Yesus memberikan berdasarkan hasil yang berlangsung pada manusia yang menerima dirinya sebagai kebenaran demikian: tidak lagi lapar dan tidak lagi haus. Yesus menyatakan dirinya bukan saja sebagai roti yang sesaat memberikan hidup tetapi kekal dengan menyatakan “tidak akan lapar lagi.”


Ini pun sebuah penghakiman yang menghakimi bahwa mereka harus datang kepada-Nya sebagai roti yang  sangat berbeda sebab memberikan hidup kekal.



Mengikut Musa hanya akan menerima kebenaran yang tak memberikan hidup kekal sebab Musa bukanlah kegenapan kebenaran Allah, tetapi sedang menunjuk kepada yang akan datang dan yang  kekal: Yesus Sang Roti dari Sorga.


Ini adalah pengajaran yang juga sangat  keras yang pernah disampaikan Yesus karena secara gamblang dan lugas pada apa yang dapat diperoleh dengan melakukan ketentuan Musa: tidak akan mendapatkan kehidupan kekal, selain datang kepada Yesus. Ini tepat sebagaimana yang dinyatakan sebelumnya:


Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.


Yohanes 6:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.


Ketika Yesus berkata bahwa “Hukum Taurat dan kitab para nabi hanya berlaku  sampai kepada zaman Yohanes, memang maksudnya kala Ia datang maka semua berakhir bekerja untuk menunjukan dia yang akan datang telah datang dan dia yang mengatasi ketakberdayaan manusia terhadap dosa telah datang dan sedang-sudah mengerjakan penebusan manusia dari belenggu ketakberdayaan: belenggu dosa. Segala kebenaran manusia dihadapan Allah tidak lagi ditentukan oleh hukum Taurat dan kitab para nabi yang menghasilkan semata kematian karena dosa yang dihasilkan dari ketakberdayaan manusia untuk melakukannya secara sempurna, sebagaimana telah ditunjukan-Nya, tetapi ditentukan oleh Yesus – yang telah ditunjukan dengan penghakiman-penghakimanya selama di dunia ini.


Dalam hal itu, tak sedikitpun ada gagasan untuk berlaku bagaikan anak-anak setan, sebab sebagai hukum baru, Ia berkata:

Yohanes 14:23  Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.

Yohanes 8:51 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya."


Firman yang manakah yang harus dituruti sehingga tidak akan mengalami maut selama-;lamanya, menjadi sangat penting untuk harus diketahui. Perhatikanlah ini:

Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."


Yohanes 8:17-18  Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."


Disini Yesus bahkan menunjukan bahwa kesaksian diri-Nya itu memenuhi tuntutan Kitab Musa. Ini adalah salah satu poin penggenapan oleh Yesus yang bahkan tak dapat dilakukan oleh manusia karena di sini Yesus membawa serta Bapa sebagai saksi bagi dirinya sendiri!





Apalagi, firman Yesus yang harus dituruti sehingga tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya?

Yohanes 8:21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang."

Inilah kebenaran yang baru sama sekali namun begitu bertaut dengan Kitab Musa: “tak memiliki Yesus maka akan mati dalam dosa!


Apalagi?
Yohanes 8:28-29 Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya."


Dalam segala hal, ketika Yesus adalah Sang Penggenap, maka tak ada sedikit saja  gagasan ketak-kudus-an kini menjadi sebuah gaya hidup umat yang bergantung pada kesempurnaan karya Yesus, apalagi karena berkata: “hukum Taurat dan kitab para nabi hanya berlaku sampai pada zaman nabi Yohanes,” sebab dalam hal itu Ia berkata  bahkan kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."- Yohanes 8:31-32; Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa- ayat 34. Perhatikan bahwa “setiap orang yang berbuat dosa adalah hamba dosa” adalah realita-realita yang telah begitu nyata di sepanjang perjanjian lama dan kembali Yesus lemparkan realita itu kepada bangsa ini.





Yesus bukan hanya menyatakan realita manusia yang begitu mendarah-daging terbelenggu dosa atau kegelapan, tetapi menunjukan bahwa di luar keselamatan yang datang dari Allah dan tanpa pengimanan pada janji keselamatan dari Allah ini, tak ada yang dapat merdeka dari dosa sehingga dapat memiliki kehidupan kekal: “Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka- Yohanes 8:36." Bersama Yesus tak ada sedikitpun gagasan hidup bagi dosa, tetapi sebuah kehidupan bagi Yesus dan segala kebenaran-Nya. Ia telah menjadi sumber kehidupan kekal bagi manusia yang percaya sebab Ia telah memberikan diri-Nya kepada manusia sebagai satu-satunya cara bagaimana manusia itu dapat merdeka. Lihatlah juga ini:

Yohanes 6:48-58 Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."



Murid Yesus, bukan lagi murid Musa, sebab Musa menulis tentang diri-Nya. Itulah Dia Yesus Sang Penggenap. Bersamanya melakukan kehendak Bapa, bukan lagi melakukan kebenaran-kebenaran hukum kudus Allah, namun menerima diri Sang Penggenap seperti juga melakukan apa yang dikehendaki-Nya yang merupakan kehendak Bapa sendiri:

Yohanes 6:27-29  Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya." Lalu kata mereka kepada-Nya: "Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?" Jawab Yesus kepada mereka: "Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah."





Mengapa bukan berjuang melakukan kehendak Bapa yang juga ternyatakan dalam hukum Taurat? Karena Yesus bukanlah kebenaran berupa instruksi-instruksi untuk melakukan apa yang telah Yesus sendiri nyatakan: tak seorangpun yang melakukan hukum Musa. Setelah Ia menghakimi maka Ia menyatakan sebuah hukum yang merupakan kehendak Bapa, sehingga mematuhinya adalah melakukan kehendak Allah, yaitu: hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.



Sehingga secara kokoh dapat dikatakan, apa yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono ini, sama sekali  bukan merupakan kebenaran dari Bapa, sebab pertama-tama ia sebagai pendeta bahkan tak mengakui Yesus dan kebenaran Bapa yang terletak pada diri Yesus sendiri, sebagaimana nampak pada “ Keselamatan Di Luar Kristen (Pelajaran 05)” pada bagian ini:

▓Tetapi umat Perjanjian Baru mengerti kehendak Allah dengan sempurna, menjadikan Tuhan sebagai hukumnya (memuaskan hati Bapa dalam tingkat kepuasan yang lebih tinggi) dan tidak lagi memuaskan diri sendiri dengan memberi perhatian kepada pemenuhan kebutuhan jasmani. Fokusnya tertuju kepada langit baru dan bumi yang baru.







Camkanlah perkataan Yesus ini:




Yohanes 14:21 Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."


Yohanes 14:24 Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.


Bagaimanakah memuaskan hati Bapa? Apakah dengan tidak lagi memuaskan diri sendiri dan berfokus kepada langit dan bumi baru, sebagaimana diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono?




Sekali saja tak ada mengasihi Yesus dan melakukan sabda Yesus, maka jangan harap dapat melihat langit dan bumi baru, sebab Ia  adalah hakim yang berkuasa untuk melempar manusia ke neraka dan membawa seorang manusia bersamanya ke sorga berdasarkan dirinya sendiri adalah Sang Penggenap hukum Taurat dan kitab para nabi, bahwa Ia dan sabdanya yang dapat memberikan kehidupan selama-lamanya. Menolaknya: tak akan memiliki kehidupan selama-lamanya.



Bersambung ke 5G


AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform the cross


[dari seorang teolog yang saya lupa namanya]







No comments:

Post a Comment