Pages

23 April 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

“Aku” Diantara Kemuliaan  Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?
Kisah Mulia Lainnya Setelah Hari Pertama Pada Minggu Itu (2)
[Refleksi]





Penampakan Yesus kali ini akan memulihkan kehancuran atau kegagalan iman yang mematikan, sebuah kemelesetan atau keluncasan iman yang hanya Allah dapat memperbaikinya sebagai Sang Pemelihara atas kehidupan mereka. Yesus  tampil saat matahari mulai meninggi setelah semalaman mereka menjala ikan, Ia bahkan menjamu mereka dengan sebuah jamuan ikan dan roti bakar yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu, sebuah momen untuk makan siang yang pas, karena para muridnya pasti letih dan lapar setelah semalaman mencari  ikan di pantai Tiberias. Namun kunjungan Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian kepada mereka untuk berbincang-bincang dengan mereka, adalah peristiwa yang begitu jauh dari antisipasi hati dan pengharapan para murid. Kehidupan mereka pada dasarnya adalah kehidupan sediakala sebelum Yesus memanggil mereka (inilah substansi kemelesatan dan keluncasan dari sasaran yang sudah ditargetkan Yesus bagi mereka), kini mereka sedang melakukan pekerjaan lama mereka sebagai nelayan. Mereka jelas-jelas telah kehilangan arah yang semula begitu jelas bagi mereka kala sebelumnya bersama dengan Yesus, kemanapun Yesus pergi mereka ikut dan tak perlu pusing berpikir mau apa dan harus kemana pergi. Yesus senantiasa menjadi penentu agenda utama kehidupan mereka. Namun sejak peristiwa kematiannya, kebangkitannya dan kehadiran atau penampakan dirinya yang tidak senantiasa bersama-sama dengannya, telah membuat mereka berpikir dan yakin bahwa inilah saatnya untuk kembali bekerja di dunia ini, mengejar nafkah penghidupan. Era melayani Tuhan sudah selesai, kini saatnya untuk bekerja demi kehidupan dan demi diri sendiri. Pernahkah anda berpikir bahwa melayani Tuhan itu tidak mungkin hingga kesudahan hidupmu, hingga momen kematianmu? Renungkanlah sementara Yesus memberikan sebuah  pengajaran akbar terkait hal ini, kepada Petrus dan kepada semua muridnya!


Beginilah peristiwa itu dicatat untuk menjadi refleksi saya dan anda:



Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut (Yohanes 21:1):

Yohanes 21:2-2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.


Bukan perkara gampang untuk beriman bahwa Yesus Sang Mesias telah hidup dan telah menampakan diri bagi mereka. Maksudnya sekalipun sudah melihat, mereka tetap terkurung dalam “melihat dan percaya,” belum sanggup untuk “percaya sekalipun tak melihat.” Mereka membutuhkan seorang pemimpin aktual yang ada didepan mata mereka dalam keseharian, bahkan mereka membutuhkan pemimpin yang dapat menentukan kehidupan mereka sehari-hari. Keseharian mereka kini memang begitu hampa, tanpa Yesus sungguh membuat kehidupan mereka benar-benar tak berarah selain sekedar hidup saja. Mereka berkumpul di pantai, tak tahu apa lagi yang harus diperbuat. Dibenak Petrus hanya ada apa yang paling mahir dilakukannya untuk mencari nafkah agar bisa hidup-bisa makan. Lalu ia  berkata kepada rekan-rekan mantan pengikut Sang Mesias:“Aku pergi menangkap ikan,” dan ini seperti petunjuk bagi para murid lainnya terkait apa  lagikah yang harus kami lakukan sementara Yesus yang telah bangkit dari kematian itu tak senantiasa bersama dengan kami dan tak sedikitpun memberikan petunjuk apa yang harus kami lakukan. Jadi apalagi selain ikut saja Petrus.


Petrus tak tahu apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Pada dasarnya ia tak bergantung sama sekali kepada Dia yang sekarang harus diimaninya sekalipun tak bersamanya secara jasmaniah. Ah…sukar sekali untuk percaya bahwa hidupnya memiliki tujuan yang tetap dalam ketetapan Allah sekalipun  situasinya kini sangat tak menunjang untuk tenang dan apalagi tetap percaya. Ia bekerja keras seolah kini hidup dan kehidupannya ada di genggaman tangannya, dan hasilnya hampa! Bukan hanya dia tetapi semua  murid lainnya. Mantan nelayan  namun seekor pun tak dapat?



Mereka masih bekerja keras sementara malam sudah berlalu dan matahari menyeruak kembali, dan dalam momen itulah Yesus menampilkan dirinya, sebuah interupsi yang sangat menyedot perhatian mereka:

Yohanes 21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.



tetapi tetap gagal mengenali Yesus sekalipun ini bukan pertemuan pertama. Bukan karena Yesus masih jauh dari pandangan mata, sebab taklah terlalu jauh jaraknya. Mereka memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengenalinya sekalipun Yesus sudah mulai berkomunikasi dengan mereka:


Yohanes 21:5-6 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.


Ini bukan interupsi biasa, sebab interupsi ini sebuah pengambil-alihan kuasa kepemimpinan dari tangan Petrus kedalam tangan-Nya sendiri. Mereka tetaplah domba-domba dan Yesus adalah Sang Gembala Agung. Petrus tak tahu apa yang sedang dilakukannya dan yang kemudian diikuti para murid yang lain, adalah hal yang tak seharusnya dilakukannya: bertindak berdasarkan kehendaknya sendiri seolah Yesus bukan lagi Sang Gembala atas hidupnya: Aku pergi menangkap ikan. Yesus mengambil alih kehidupan yang sia-sia itu dengan sebuah perintah penuh otoritas dan penuh kuasa atas alam semesta dan segenap ciptaan di dalamnya dengan berkata: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Apakah yang bisa dilakukan oleh seseorang yang baru saja bangkit dari kematian? Bukan itu yang penting, tetapi ia yang bangkit dari kematian adalah dia yang memiliki otoritas dan kuasa atas alam semesta. Hingga semalam-malaman dan sampai matahari menyeruak mengusir malam, tak juga mendapatkan hasil, seekorpun? Untuk sekedar lauk-pauk tak ada? Tebarkanlah! Dan  kala mereka menebarkannya  maka mereka tidak dapat menariknya lagi, karena ikannya begitu banyak! Bagaimana bisa ikan begitu banyak didalam jala mereka, sementara semalam-malaman hingga matahari menyeruak tak seekorpun ikan mau datang ke jala mereka? Ini bukanlah sekedar pemberian lauk-pauk, ini adalah sebuah akuisisi atau penguasaan  kembali oleh Yesus atas mereka-pada semua dombanya dengan sebuah otoritas dan kuasa yang menaklukan alam semesta, dan itu membangkitkan ingatan salah seorang murid:
Yohanes 21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.


Yang pada akhirnya memulihkan memori Petrus.




Seharusnya Petrus dapat lebih tanggap mengenali Yesus tepat pada momen jala disesaki oleh ikan, sebab peristiwa semacam ini pernah terjadi sebelumnya dan menentukan kehidupannya dalam sebuah penetapan semacam ini: “aku akan menjadikanmu penjala manusia”:


Lukas 5:1-6 Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan." Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga." Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak.


Petrus bukanlah seorang murid yang baik, kerap ia beragumentasi dengan Yesus. Inilah murid yang nyaris serupa dengan Yudas, karena karakternya yang berani menyanggah Yesus. Yang membedakannya dengan Yudas, Petrus melakukannya secara terbuka dan frontal dihadapan Yesus, dan ia pada momentum terakhir paling kritikal menyadari dan mematuhinya [seperti pada  kasus ia menghunuskan pedang dan memotong telinga Malkhus di Getsemani, Petrus akhirnya mematuhi Yesus untuk menyarungkan pedangnya- Yohanes 18:10-11]. Dia perlu berargumentasi dulu dengan Yesus: “Guru telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.”


Ayat 7 Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa."


Petrus menyadari kesalahannya setelah melihat- ia percaya ia salah karena melihat! Di sini kita mendapatkan sebuah pedoman yang begitu kongkrit bahwa bagi para murid ”percaya sekalipun tidak melihat” bukanlah kesukaan jiwa  ini, terlampau menyakitkan untuk hidup dalam iman sementara faktanya tak ada satupun ikan ada di jala ini. Percaya bahwa Yesus berkuasa penuh atas kehidupan mereka sekalipun jala ini tak juga menangkap ikan!


Kepercayaan muncul setelah mata menyaksikan; kepercayaan muncul setelah jiwa dipuaskan; kepercayaan muncul setelah realita mengecewakan disingkirkan. Itu tak terbendung melimpah dari jiwa manusia (seperti halnya semua manusia):


Lukas 5:9-10 Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."


Sementara jiwa mereka dipuaskan dan percaya, Yesus mengeluarkan ketetapan-sebuah dekrit- atas Simon mewakili para murid yang lain: “jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Ini adalah momen pengakhiran ikatan dunia oleh Yesus atas kehidupan simon dan para murid lainnya- sebuah arah atau target hidup atas diri Petrus telah ditetapkan Allah untuk dijalaninya. Tetapi mengapa Yesus berkata: “jangan takut.” Semenakut apakah sebuah kehidupan yang sama sekali tak menjala ikan itu? Renungkanlah ini dalam kehidupanmu saat  ini, apakah yang paling engkau takutkan dalam mengikut Yesus sementara anda hidup di dunia ini?


Peristiwa tersebut telah mengubah secara dramatis kehidupan mereka, sebuah pengikutan totalitas seolah-olah kehidupan dunia ini dengan segala pesonanya tak ada nilai apapun yang berarti untuk dipertahankan. Ini sebuah hal yang dapat saya katakan sebagai manusia modern menanggapi tanggapan positif para murid:” wajar saja karena Yesus didepan mereka, aku pun demikian. Kalau sekarang, kan Yesus tidak bersamaku, sungguh gila kalau memiliki pemandangan demikian juga.”


Benarkah Yesus tidak ada di depanmu sekarang ini? Benarkah Yesus tidak bersamamu sekarang ini? Benarkah Yesus dengan saya atau anda tidak sedekat dengan Petrus karena tak dapat saya lihat? Renungkanlah dan buatlah keputusan yang paling mahal di dunia ini terkait percaya kepadanya!


Apa yang terjadi pada para murid-bukan hanya Petrus!- adalah ini:
Lukas 5:11 Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus.


Dialog dengan Petrus adalah dialog bagi semua murid lainnya, dengan kerja otoritas dan kuasa yang mengikat semua sementara Yesus berkata kepada Petrus: mulai sekarang engkau akan menjala manusia, maka semua yang dikehendakinya menjadi murid adalah para penjala manusia.



Sekarang, Yesus -setelah kebangkitannya- kembali menemui mereka yang telah ditetapkan menjadi penjala manusia, namun kini sedang berjuang keras kembali untuk menjadi penjala-penjala ikan. Apakah Yesus gagal dalam penetapannya? Apakah para murid telah kehilangan panggilannya? Apakah para murid telah luncas dari target yang telah ditetapkan Bapa dalam Yesus Kristus? Apakah mereka akan kehilangan keselamatannya karena keluncasan atau kemelesetannya untuk memenuhi panggilan Allah atas kehidupan mereka.


Pada dasarnya, Yesus Sang Mesias yang telah hidup kembali sedang menjumpai para murid yang telah luncas dari maksudnya dalam sebuah wujud yang paling keras: kembali ke dalam cara hidup dunia ini dalam kehendak diri sendiri. Bukan dalam makna dosa yang begitu menyolok di siang hari, sebab mana ada dosa karena berupaya hidup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebab faktanya pelayanan rohaninya telah hancur berantakan dalam pandangan dan pengalaman mereka. Namun, apa yang kelihatan benar di mata manusia dalam teriknya matahari, bagi Yesus adalah sebuah kesalahan  hebat yang harus dikoreksinya, ditariknya kembali kedalam alur yang ditetapkannya dan harus dihidupkannya kembali agar panggilan itu tetap hidup dan kemelesetan itu tidak menjadi kemelesetan hingga pada akhirnya-hingga mati. Kita akan melihat bagaimana Allah memelihara perjalanan rohani setiap dombanya agar selamat dan tidak satupun yang hilang [kita harus memahami kasus Yudas-yang hilang- sebagaimana doa Yesus menjelaskannya:” Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci- Yoh 17:12 yang telah terjadi sebagaimana dinyatakan pada Yohanes 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia; Yohanes 6:70-71 Jawab Yesus kepada mereka: "Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu adalah Iblis." Yang dimaksudkan-Nya ialah Yudas, anak Simon Iskariot; sebab dialah yang akan menyerahkan Yesus, dia seorang di antara kedua belas murid itu.]


Semua, kini, bergegas menjumpai Yesus:
Yohanes 21:7-8 "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.



Ketika mereka begitu dekatnya dengan Yesus, mereka melihat sebuah pemadangan yang tak bisa mereka cerna begitu saja, sebab Yesus menerima kedatangan mereka akibat kembali dapat mengenalinya dengan makanan. Yesus tahu pasti, hari itu adalah hari yang melelahkan setelah mereka berjuang dengan kekuatan diri sendiri untuk mencari dan menemukan makna hidup dan tujuan hidup dalam pekerjaan yang penuh dedikasi di dunia ini, namun gagal sepenuhnya-sia-sia [sebab mereka lupa bahwa mereka bukan lagi penjala ikan tetapi menjadi penjala manusia].




Sajian ikan dan roti bakar oleh Yesus:
Yohanes 21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.



Darimanakah ikan dan roti itu? Siapakah yang memberikannya ikan? Bukankah mereka baru saja mendapatkan ikan? Apakah dia secara diam-diam memancing sendiri? Jika ya, bagaimana ia bisa lebih dahulu mendapatkannya sementara mereka begitu kesusahan menebar jala tanpa hasil? Tidak ada yang tahu dan tidak juga dijelaskan, apa yang terjadi: tersaji ikan dan roti di atas api dan arang. Ikan dan roti bakar buatan Yesus. Kali ini Yesus tidak menunjukan tubuhnya, tetapi ia menunjukan bahwa dirinya memang manusia dengan menyantap ikan dan roti bersama dengan murid-muridnya. Ia bahkan meminta ikan hasil tangkapan para murid untuk mencukupkan jumlahnya [ini seperti versi lain Yesus melipatkan gandakan ikan dan roti agar cukup bagi banyak orang]:


Yohanes 21:10-12 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu." Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.


Ini adalah sarapan yang begitu sunyi, tak ada percakapan selain suara alam yang mengiringi  sarapan yang sungguh spektakuler itu karena Yesus memberikan 153 ekor ikan ke dalam jala Petrus agar bisa memberikan beberapa ikan yang ditangkapnya untuk sarapan bersama. Tangkapan yang didapatnya berdasarkan perintah Yesus yang berotoritas dan berkuasa penuh atas alam-atas ikan-ikan yang sebelumnya entah bersembunyi dimanakah?


Hari itu, Yesus melayani para muridnya yang sudah begitu letih dan frustrasi karena apakah yang harus diperbuat  tanpa Yesus tidak lagi pernah selalu bersama mereka seperti sedikala. Ini sebuah pengikutan dan pengimanan yang terlampau keras bagi mereka.


Namun inilah yang hendak dipancangkan oleh Yesus; inilah cara Yesus memelihara mereka atau mengamankan mereka agar tidak lepas dari keamanan yang pernah dikumandangkannya:
Yohanes 10:27-29 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.


Para dombanya hidup di dunia ini dalam iman, percaya sekalipun tak melihat. Ini sebuah percaya yang begitu gampang untuk dilumat oleh realita keras dunia yang siap menerkam jiwa manusia dan menyeretnya dalam pusaran-pusaran keputus-asaan, ketakberdayaan, kebingungan, tipu muslihat rohani dan kebenaran-kebenaran palsu yang memang realistis. Ya…tepat seperti Petrus berkata: aku pergi mencari ikan! Sebuah kemelesetan yang menyeret semua murid lainnya untuk lari dari panggilan Sang Mesias: kamu adalah penjala manusia. Jaminan  Yesus tak lantas membuang risiko, ancaman, risiko ketersesatan, risiko kebingungan, risiko keputus-asaan, risiko frustrasi, dan pengunduran diri dari keyakinan rohani bahkan secara prinsipil. Tepat seperti ke-11 murid tersebut. Tetapi tepat dikatakan Yesus, kunci keamanan mereka selama di dunia ini, tidak didalam tangan mereka tetapi di tangan Bapa.



Kehendak Bapa atas mereka agar tak hilang digenapkan oleh Yesus yang tak lagi senantiasa bersama mereka dan bahkan pada akhirnya sama sekali tak bersama mereka secara jasmaniah, selain bersama mereka di dalam iman- percaya sekalipun tak melihat.



Beginilah Yesus melakukan penjagaan iman mereka secara korektif melalui Petrus:
▀Yohanes 21:15-17 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.


Sarapan usai dan kesunyian dipecahkan oleh Yesus tanpa basa-basi, ia menatap Petrus dan kata-katanya menyergap jiwanya hingga jiwanya bersih dan terlepas dari ketakpercayaan, hingga jiwanya kembali ke pangkuan panggilannya: engkau menjadi penjala manusia!



Ini adalah dialog yang begitu mencengkram jiwa tak hanya Petrus  tetapi juga para murid yang lain. Ini pertanyaan yang membuat semua jiwa terisolasi dari muslihat dunia dan segala kecerdikan realita dunia untuk memenjarakan jiwa mereka. Tetapi yang lebih mulia lagi dibandingkan saat pertama kali mereka menangkap ikan begitu limpah karena perintah Yesus, adalah: ini adalah pertanyaan mengenai  mengasihi Yesus sekalipun kamu tak akan lagi senantiasa bersama denganku? Ini adalah beriman yang penuh kasih bukan sekedar beriman konspetual dan doktrinal, karena dalam hal ini Yesus sedang mempertahankan keamanan keselamatan mereka berdasarkan mengasihi-Nya yang bekerja aktif di dalam diri setiap murid. Pemeliharaan Allah atau keamanan keselamatanmu oleh tangan Bapa yang perkasa bukanlah sebuah operasi meninabobokanmu atau memanjakanmu dengan penikmatan kedaginganmu, bukan! Ini adalah pemeliharaan Bapa yang secara konstan menopangmu di dunia sementara kamu dan saya hidup di tengah dunia ini. Petrus dan semua murid, baru saja berpikir dan bertindak untuk menjala  ikan. Tak berpikir sedikit saja Yesus akan mendatangi mereka dan memberikan mandat. Tak ada gelagat jiwa untuk berkumpul dan menantikan penuh harap agar Yesus datang dan memberikan perintah atau mengajak mereka untuk melakukan sesuatu. Tak ada, jiwa mereka benar-benar terpukul oleh 2 realita yang saling berkait: pertama: kematian Yesus dan kedua: kebangkitan yang diiringi penampakan diri namun tak senantiasa bersama dengan mereka.



Sungguh sukar untuk dapat mencintai dengan segenap jiwa, hati dan pikiran dalam situasi seperti itu. Sementara Yesus pernah berkata kepada mereka: Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku- Yoh 14:15. Adalah lebih mudah mematuhinya sementara mata dapat melihat. Bagaimana dengan jika mata tak melihat, bahkan akan selamanya mata jasmani ini tak akan melihatnya lagi? Mengasihinya lebih daripada yang sangat dikasihi sekalipun tak melihat diri ini sedang dikasihi Allah tetapi tersendirikan dalam kesedihan dan kekecewaan, itu begitu meremukan jiwa untuk dapat melakukannya. Itulah yang dimintakan oleh Yesus, mengasihinya sementara Ia telah lebih dulu memberikan kasih yang tak ada lebih besar daripada apa yang telah dilakukannya [Yohanes 15:12-14 Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.].



Sekalipun kamu tak lagi dapat melihat-Ku, masihkah mempercayai dan masihkah mengasihi? Dan masihkah mengasihimu itu sungguh-sungguh, bukan sekedar emosional belaka tetapi bekerja melakukan apa yang diinginkan oleh Dia yang tak lagi bersamamu secara jasmaniah?


Jiwa pertanyaan Yesus kepada Petrus lebih menyeret Petrus untuk menyelami jiwanya sebelum berkata “ya?” Tahukah kamu bahwa mengikut Yesus bukanlah sebuah iman yang emosional dan meledak-ledak? Tahukah kamu bahwa beriman kepada Yesus itu sebuah pengimanan yang kokoh sekalipun jiwamu terluka dan terhempas oleh realita dunia ini? Ini bukan semata soal cinta sampai mati bagaikan orang lagi mabuk cinta. Ini kisah yang menyeret jiwa untuk berpikir sebelum berkata dan benar-benar tahu dengan apa yang dikatakannya! Ini adalah dialog yang menunjukan bagaimana Allah membentuk jiwa-jiwa manusia seturut kehendak-Nya sementara itu dapat mengakibatkan rasa sakit didalam jiwa ini. Bagaimanapun juga, jiwaku dan jiwamu perlu belajar keras untuk mengenakan dan hidup di dalam cinta atau kasih yang Yesus maui. Kasih itu akan menggempur segala apapun yang kita pertahankan mati-matian untuk tetap ada sementara berkata “aku mengasihi Tuhan.”



Lihatlah bagaimana Yesus mengajak jiwa Petrus untuk berpikir dan mengambil sikap dalam kesadaran diri penuh sementara jiwanya digempur dengan kehendak kasih Allah yang akbar itu: Simon Yohanes, apakah engkau mengasihiku?  Saya tak berani membayangkan hal itu terjadi pada jiwaku, aduh…. apakah jiwaku sanggup mengasihi sebagaimana Yesus kehendaki? Dia begitu mengasihi Simon dan murid-murid sekalipun sedang didapati tidak melakukan perintahnya. Bukankah Ia pernah berkata jika engkau mengasihiku maka engkau melakukan perintahku? Apa yang sedang tidak dilakukan mereka semua? Mereka tidak menjadi penjala manusia, tetapi kembali menjala ikan! Tetapi Yesus tetap mengasihi mereka dan sedang memulihkan keadaan mereka agar jangan ada satupun yang hilang sebagaimana kehendak Bapa. Yesus adalah pemasti keselamatan setiap orang percaya.


Inilah jawaban Petrus:
Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau
Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau
Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau


Petrus tidak berdusta, namun bukan itu masalahnya. Tetapi, apakah Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya untuk menjala manusia, bukan menjala ikan! Pernahkah anda membuat statistik yang menggambarkan berapa kali anda pikir bisa mengasihi Tuhan tepat seperti yang dipikirkan dan dimaui Tuhan, dan berapa kali gagal? Kalau anda jujur maka tak ada statistik yang menyenangkan Allah. Namun di sini, Yesus tak sedang berstatistik dengan pertanyaan yang berulang itu, bukan sama sekali. Ia sedang memulihkan Petrus dan juga semua muridnya. Ia tak sedang berstatistik tetapi sedang memancangkan sebuah bentuk mengasihi dirinya yang ajaib: sekalipun tidak dapat dilihat namun tetap dikasihi dengan penuh iman yang aktif mengisi hidup dan mewarnai hidup selaras dengan target yang telah ditetapkan atas setiap murid-Nya. Bagaimana kehidupan saya, dan juga anda?  Kalau saya, harus saya katakan berulang kali diselamatkan kasih setianya agar terus berjalan menuju sasaran hidup yang telah dituliskannya dalam kehidupanku secara nyata; berulang kali kekuatan-Nya memberikan kekuatan bagi saya untuk setia saat jiwa ini merasa letih dan kadang frustrasi untuk berbuat  dan untuk terus bekerja bagi kemuliaan nama-Nya sekalipun tidak dapat melihat dia dan tidak dapat mendengar suara-Nya secara langsung seperti Yesus berdiri dihadapan para murid-Nya. Saya berulang kali ditolong-Nya untuk tetap setia kepada firman-Nya sekalipun banyak pendeta yang mencoba  mengajarkan dan melokalisasi firman Yesus bahwa dia bukan satu-satunya jalan, bukan satu-satunya kehidupan Allah dan bukan satu-satunya Sang kebenaran, seolah pendeta itu sedang menyatakan dirinya adalah mesias yang mengoreksi Sang Mesias yang telah bangkit itu!


Jika benar Petrus mengasihi-Nya maka lakukanlah perintah-Nya, yaitu: gembalakanlah domba-domba-Ku. Ini adalah perintah yang jauh lebih definitif dan memberikan dasar yang lebih kokoh untuk mempersiapkan para muridnya untuk memberitakan kebenaran-Nya sementara Ia tak akan lagi bersama-sama dengan mereka. Ini adalah pemberitaan kebenaran: sekalipun tak melihat namun percaya atau beriman.  



Para rasul Kristus kini memasuki era baru sebagai penjala manusia, kini mereka menjala tanpa Yesus secara jasmaniah namun menjala dalam perintah-Nya sebagai tanda mengasihinya sebagaimana telah dinyatakan kepada Sang Kristus.

Pada siang itu, Yesus tak berhenti di situ tetapi juga menunjukan realita sebuah pengajaran yang tak mudah dipahami:  tentang siapakah mereka sesungguhnya. Mengapa Yesus berulang kali menampakan diri kepada mereka; mengapa Yesus memulihkan dan mengamankan panggilan mereka sekalipun mereka pada saat-saat itu sedang luncas-meleset dan tak berdaya sama sekali memulihkan diri? Inilah penjelasan Yesus sebagaimana  yang pernah diajarkannya kepada mereka sebelum peristiwa penangkapan dan penyalibannya:

Yohanes 15:15-16 Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.


Sejak semula, dasar tindakan Yesus untuk mengasihi dan mengamankan keselamatan mereka bukan berdasarkan tindakan positif yang akan mereka perbuat, tetapi ketetapan Allah atas setiap muridnya: BUKAN KAMU YANG MEMILIH AKU, TETAPI AKULAH YANG MEMILIH KAMU. Jika pilihan ini berdasarkan perbuatan yang dapat dihasilkan para murid, maka Yesus sudah berapa kali dikecewakan sebab mengenalnya saja tidak, bahkan dalam pikiran dan tindakan sudah menunjukan hal terburuk pada diri mereka: tidak percaya pada sabdanya bahwa ia akan bangkit pada hari ke-3!

Itulah sebabnya, Yesus memulainya dengan pertanyaan yang memulihkan mereka semua: apakah kamu mengasihiku?


Problemnya, ini bukan membicarakan kasih universal dalam nilai dunia yang nir kehendak Yesus, tetapi bersentral pada diri-Nya sehingga mengasihi Allah adalah mengasihi Yesus yang harus memiliki wujud bukan saja menjadi pengikut Kristus tetapi melaksanakan apa yang dikehendaki Yesus sementara Ia tak lagi di dunia ini.


Gembalakanlah domba-domba-Ku! Lakukanlah itu, bukan lagi menjala ikan. Jalalah manusia dan gembalakanlah domba-domba-Ku. Ini adalah tentang orang-orang percaya masa mendatang sementara ini dibicarakan. Sementara ini dibicarakan, Yesus sedang menyatakan ada banyak manusia yang belum terjala yang merupakan domba-domba Yesus menurut pilihan Allah. Mereka harus dijangkau  oleh para murid berdasarkan sabda Yesus untuk menggenapi kehendak Bapa. Ini ajaib: sementara Yesus telah menggenapi segala kehendak Bapa di dunia ini, kini Yesus memberikan mandat  penuh otoritas dan kuasa dari Allah  kepada diri-Nya untuk didelegasikan kepada 12 murid untuk menjangkau semua orang dari segala bangsa untuk menjadi domba-dombanya untuk menggenapi kehendak Bapa [ini indikator keberimanan kepada Yesus untuk mengalami keselamatan dari Allah, hanya pada Yesus dan tidak ada  cara lain], berdasarkan pemilihan Bapa yang akan tergenapi melalui pemberitaan injil yang tak hanya oleh para murid utamanya namun kelak oleh para pemberita injil pada generasi-generasi setelah berlalunya para rasul, sebagaimana diindikasikan dalam doa Yesus sendiri:


Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;


Keberimanan kepada Yesus yang tak lagi berdasarkan melihat maka percaya, bukanlah sebuah keimanan yang sugestif apalagi konsepsional intelektual, tetapi merupakan kuasa Yesus atas kehidupan orang-orang percaya sementara Ia tak lagi bersama-sama dengan mereka secara jasmani di sepanjang abad:



▀Yohanes 17:23-24,26 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku. Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan…. (27) dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."





Mengapa Petrus sanggup mengasihi Yesus sekalipun tak selalu dapat memadangnya dan pada akhirnya selama hidupnya tak akan lagi melihatnya secara jasmaniah? Jawabannya: Karena Allahlah yang memberikan kasih yang penuh kuasa itu sebagaimana kasih yang telah diberikan kepada Yesus dari Allah[ bandingkan dengan Yohanes 5:20 Sebab Bapa mengasihi Anak; Matius 17:5 "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."]. Itu sebabnya rasul Yohanes terkait ini menuliskan dalam epistelnya seperti ini: Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita- 1 Yoh 4:19.


Mengasihinya hingga sukses atau akhir hidupmu, itu bahkan bergantung pada pemeliharaan Bapa, atas setiap dombanya. Ini sebuah jaminan tunggal yang akan menopang jiwa manusia hingga sanggup mengasihinya dalam sebuah cara yang mengalahkan kehidupan itu sendiri.


Sanggupkah mengasihi Kristus melebihi kehidupanmu sendiri? Ini bukan soal kerelaan sebab ini bukan jiwa manusia; ini lebih dari air mata apalagi rela mengucurkan darah. Ini bukan kerelaan tetapi kedaulatan Allah atas perjalanan hidup atas domba kepunyannya.



Perhatikan ini:
Yohanes 21:18-19 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki." Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."


Apakah ujung kepengikutanku dalam mengikut Yesus? Aku tak tahu, namun Yesus tahu! Kalau Allah memilihku dan bukan aku yang memilih, maka simpul akhir hidupku sudah tersimpul dan berada didalam genggaman tangan-Nya, dan itu tak menyusutkan betapa aku harus setia dan hidup didalam pengimananku dan bagaimana aku berjuang menaklukan berbagai muslihat dunia ini, sementara Yesus bersamaku sekalipun aku tak melihat dan memegangnya secara fisik!



Kepada Petrus, Yesus menyingkapkan simpul akhir hidupnya: bagaimana ia mati dan memuliakan Allah. Setelah itu, Yesus berkata kepadanya: Ikutlah Aku!


Kalau realitamu seperti ini, maukah engkau menjawab: ya, aku mau mengikutmu. Sekali lagi, ini bukan cinta buta, sekalipun simpul sudah diikat Allah, namun dalam hal ini, Yesus tetap membentuk Petrus menjadi manusia yang berkomitmen, penuh tanggung jawab dan memahami pengorbanan dirinya demi mengasihinya. Pernahkah anda mengasihi seseorang hingga mengorbankan kenyamananmu? Yesus sanggup dan berkuasa menjadikanmu manusia demikian tetapi bagi-Nya. Mari lihat akhir hidup Petrus terkait nubuat kesudahan yang didekritkan oleh Yesus sementara Ia,saat itu, masih belum sama sekali menggembalakan domba-domba-Nya:


2 Petrus 1:13 Aku menganggap sebagai kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu akan semuanya itu selama aku belum menanggalkan kemah tubuhku ini. Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.


Jika bukan kasih Allah yang dimiliki Petrus maka mustahil baginya untuk bertahan dalam kesetiaan yang paling keras perwujudannya: dari jauh hari sudah diberitahukan kematiannya oleh Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian!


Begitulah Yesus Sang Mesias memulihkan panggilan yang telah ditetapkannya dari sebuah keluncasan atau kemelesatan yang mendatangkan maut, bahkan Ia menyingkapkan hingga akhir ayat mereka, sementara mereka harus menjalaninya tanpa Yesus menyertai mereka secara fisik. Pada setiap domba-domba sejati milik Kristus, kehidupannya sudah ditentukan, hanya saja saya dan anda tak tahu, dan itu bukan urusan kita selain melakukan apa yang dikehendaki Yesus atas saya dan anda, jika benar saya dan anda mengasihi Allah. [ini bukan bermaksud menyatakan keselamatan belum pasti, tetapi  bagaimanakah wujud otentik predestinasi keselamatan seseorang hingga ia menyudahi hidupnya dan memuliakan Tuhan]

Peringatan ini diberikan kepada Petrus:

Yohanes 21:21-22 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?" Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."


Apakah yang menjadi urusan saya dan anda sementara kita telah mengetahui Allah berdaulat atas kehidupan setiap pengikut Kristus, adalah: MENGIKUT KRISTUS SAMPAI NYAWA INI DIAMBIL BAPA DARI TUBUH INI.


Inilah dasar kekokohan iman setiap pengikut Kristus dan inilah dasar keamanan iman saya dan anda. Seperti Yesus menyelamatkan iman Petrus dan semua murid yang telah luncas dan meleset, jika sungguh saya dan anda domba kepunyaan-Nya maka pasti Dia akan bertindak untuk meluputkan kita dari situasi yang dapat membinasakan kita selamanya.


Jadi jika mencintai-Nya maka lakukanlah segala firman-Nya. Bangkit dan makinlah mengasihi-Nya dan tanggalkan segala perbuatan jahatmu!




SEGALA PUJIAN HANYA BAGI TUHAN









No comments:

Post a Comment