Pages

17 April 2016

Peristiwa-Peristiwa Mulia Ketika Sang Mesias Telah Bangkit:

Oleh: Martin Simamora

“Aku” Diantara Kemuliaan  Sorga & Kegelapan Dunia,
Akankah Aku Memeluk dan Menyembah-Nya?

Kisah Mulia Keempat Di Hari Itu
[Refleksi]


Bacalah lebih dulu: Kisah Mulia Ketiga Di Hari Itu

Bukan sekedar kedukaan karena ditinggal pergi oleh seseorang yang begitu dikasihi dan begitu berharganya untuk hilang lenyap begitu saja apalagi diremukan dan dibinasakan dalam sebuah cara yang begitu kusam, begitu memburamkan kemilau harapan didalam batin ini, bukan sekedar itu. Tetapi juga betapa keburaman itu kian menjadi sebuah kejahatan dihadapan penguasa  bila berita sukacita itu ditampilkan secara terbuka, sebab sudah kita ketahui bahwa sebuah peristiwa yang dirancang untuk membungkam kebenaran ini dengan kekuatan kekuasaan dan politik dengan efek samping mematikan, yaitu: para murid  telah mengalami kriminalisasi yang akan membuat mereka di sepanjang hidup mereka dan di sepanjang sejarah akan juga dipandang sebagai penipu: “Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu  dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini” - Mat 28:11-15.

Di sepanjang hari pertama minggu itu, Yesus Sang Mesias yang telah bangkit dari kematian mengunjungi, menjumpai dan mendapati  para muridnya dalam situasi yang teramat sukar. Kita telah melihat bahwa Yesus memulihkan hal terpenting yang  termustahil untuk terjadi  begitu saja: mengenalinya kembali sementara jiwa mereka dipenjara oleh ketakberdayaan untuk menerima kebangkitannya pada hari pertama minggu itu.


Inilah kisah di malam hari pada hari pertama minggu itu, sebuah kisah yang menyingkapkan bagaimana Sang Terang Manusia menghampiri kekasihnya sementara masih berada di dalam cengkraman kegelapan, tak sanggup mendatangi Dia yang telah bangkit dari kematian itu, sebuah kisah yang semenjak itu menjadi dasar tunggal kehidupan dan praktik iman para pengikut Sang Kristus yang hidup itu:



Yohanes 20:19-24Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.


Semua murid-Nya, kecuali Tomas, menerima kunjungan yang menakjubkan di tengah ketakutan mereka terhadap orang-orang Yahudi. Ini sebuah ketakutan yang mengancam jiwa, sehingga mereka memilih sebuah tempat untuk menjauhkan diri dari risiko itu, berkumpul di sebuah tempat dengan pintu-pintu terkuci. Itu terkunci bukan selazimnya orang mengunci rumahnya kala malam hari, namun untuk mengamankan diri mereka dari orang-orang Yahudi. Betapa kehidupan mereka bukan saja sekedar kekecewaan yang meremukan jiwa yang berharap begitu tinggi akan Sang Mesias itu, tetapi harus hidup didalam kriminalisasi oleh para pemimpin agama Yahudi yang berkolaborasi dengan salah satu elemen kekuasaan pengusa saat itu, para prajurit Roma. Yesus begitu saja ada hadir ditengah-tengah mereka, dan betapa “Damai sejahtera bagi kamu!” bukan sekedar salam seorang yang bertemu sapa ,tetapi sebuah sabda dari mulutnya yang penuh kuasa untuk mengatasi atau menaklukan segala perintang di dalam jiwa mereka; sebuah sabda yang menarik mereka keluar dari penjara penguasa-penguasa dunia dengan segala kehendaknya yang hendak melawan maksud Sang Mesias atas kehidupan mereka; sebuah sabda yang menembus ke kedalaman jiwa mereka yang tertutup begitu rapat dengan pintu-pintu pengharaan yang terkunci mati, tanda ketakberdayaan dan tanda kematian pengharapan yang dahulu pernah mereka begitu elu-elukan.


Apa yang terpenting selanjutnya bagi Yesus, adalah menunjukan bahwa dirinya adalah sebagaimana yang  telah mereka kenal, bahwa dia adalah yang sebelumnya selalu bersama-sama dengan dia,  dia adalah yang menyampaikan pengajaran luar biasa  di bukit, dia adalah yang bersama-sama dengannya saat jamuan Paskah Yahudi yang dilakukannya dan memerintahkan mereka untuk melakukan itu sebagai tindakan mengenangnya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku- Lukas 22:19," dia adalah yang sebelumnya mengajak mereka untuk berdoa di sebuah taman, Getsemani, dan tentu saja dia adalah dia yang ditangkap di taman itu untuk kemudian melalui sebuah proses pengadilan yang begitu ditunggangi oleh kebencian para pemimpin Yahudi yang bagaimanapun menghendaki kematiannya [Lukas 23:3-25].


Tetapi Yesus tak pernah sedikitpun memaksudkan sebuah peringatan atau pengenangan yang menunjukan penderitaan dan kematian yang berujung pada kematian kekal, bukan! Sama sekali tidak demikian, sebab Ia menghendaki sebuah kemenangan yang menggambarkan bagaimana ia menggenapi maksud Allah bahwa di dalam segala kekejian yang menimpa dirinya, itulah satu-satunya cara Allah menebus setiap yang dikasihinya dari belenggu maut yang membinasakan mereka dari pengharapan  keselamatan dari Allah dalam Kristus. Peringatan atau pengenangan akan pemecahan roti oleh-Nya di menjelang tragedi itu adalah pengenangan kemenangan tubuh yang dapat binasa oleh maut-tubuhku dan tubuhmu sebenarnya- atas maut itu sendiri karena Yesus Sang Mesias! Itulah pengenangan yang dimaksud. Bukan sebuah pememorian masa lalu, tetapi sebuah pengenangan kehidupan yang sudah diterima dan Sang Terang Manusia itu sudah memenangkan siapapun manusia yang merupakan para pengikut Kristus. Setiap kali itu dilakukan, itu lebih dari sebuah pengenangan, bukan sama sekali sebuah asesoris ritualisme, itu adalah apa yang  telah dilakukan-Nnya dan telah diberikan-Nya kepadamu dan saya dengan sebuah kasih yang tak ada lebih besar dari ini! Jadi inilah yang dilakukan oleh Yesus didalam ruang  yang begitu tertutup dan dikuasai oleh sebuah kematian akan pengharapan, seperti orang dunia mati dan dipenuhi ketakpastian apapun. Yesus mematahkan itu, ia menunjukan realita tubuhmu dan tubuhku-kehidupanku dan kehidupanmu sebagai murid Yesus kala  kelak kematian menghampirimu, bahwa saya dan anda akan mengalami kemenagan atas maut karena mengalami kebangkitan yang membahagiakan yang dating dari Yesus. Perhatikanlah hal ini: “Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka.” Yesus menunjukan tubuhnya, tubuh yang telah dipecah-pecahkan itu (didera kesakitan dan siksaan yang mematikan), ia mempersembahkan itu kepada para muridnya. Itulah yang dilakukannya, bukan sabda kata-kata tetapi sabda perbuatan yang telah dilakukan atau sabda yang telah digenapi didalamnya pada tubuhnya. Inilah Aku yang telah bangkit sebagaimana aku telah berkata kepadamu; inilah tanganku dan lambungku. Lambungnya, di sini lebih dari sekedar bagian tubuhnya yang dipakukan, tetapi bagian badannya yang ditikam dengan tombak: “tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air”- Yoh 19:34. Di dalam tubuh yang mati itu ia memiliki memori akan apa yang terjadi dengan tubuhnya! Dalam kematiannya ia memastikan tubuhnya  berada di dalam pengetahuan dan kedaulatannya, tubuhnya harus berada  didalam kedaulatannya sekalipun ia mati: tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya- Yohanes 19:33.


Pada tubuhnya tersimpan sempurna semua memori pewujudan kehendak Allah di bumi ini di dalam Kristus. Allah  bukan saja menunjukan kepada dunia bahwa Ia adalah satu-satunya dan tiada duanya yang harus menjadi keselamatan dari Allah [Yohanes 3:16-18], tetapi juga pada tubuh Yesus itu saja segala penggenapannya direkam dengan baik, bahkan disaat  ia telah mati. Bahkan kuasa kubur tak dapat membusukan tubuhnya dan melenyapkan catatan-catatan penggenapan kehendak keselamatan Allah pada tubuh dan dalam Kristus itu. Tak ada satu kuasapun yang sanggup menggagalkan maksud Yesus, bahkan didalam sebuah kesendirian dan didalam sebuah ketakberdayan dalam cangkang maut. Benarlah memang Injil Yohanes menyatakan tentang dia, seperti ini: Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya- Yohanes 1:5. Tubuhnya memang layak dikenang sebab disitulah Allah menuliskan penggenapannya, bagaimanakah terjadinya atau berlangsungnya, tubuhnya sendiri adalah penggenap segala maksud Taurat dan segala maksud kitab para nabi dan kitab Mazmur. Bukan sebuah tindakan sembarangan saat ia menunjukan tubuhnya: tangannya, kakinya, dan lambungnya, karena itu adalah bukti kemenangan Sang Mesias atas; kesengsaraan, kuasa kubur, dan maut/dosa. Ia bukan hantu dan bukan belaka roh, ia seutuhnya manusia Yesus yang selama ini mereka kenal namun kini dalam kegemilangan kemuliaan yang tak dapat dikurung oleh waktu dan ruang. Ia sepenuhnya manusia Yesus, namun kini apalagi yang dapat mengurungnya, kegelapan di dunia ini? Tidak, bahkan secara otentik ia telah menginjak  kuasa maut yang bertakhta di dunia ini dengan  kakinya yang  memiliki bekas luka!


Salamnya, bukan basa-basi atau bukan salam antarmanusia fana. Bukan! Anda tak dapat mengucapkan salam sepenuh kuasa itu, sekalipun anda dapat melakukannya dalam bahasa aslinya, sebab itu adalah Salam yang diucapkan oleh manusia Yesus  yang telah bangkit dari kematian. Salam dari seorang yang telah menaklukan kuasa dunia ini!


Dari situlah air mata sukacita mengalir di dalam jiwa para murid! Bahkan berdasarkan kuasa yang telah dimilikinya atas dunia ini- hei apalagi kuasa yang lebih mulia untuk dimiliki di dunia ini selain kuasa menaklukan kematian sedunia- ia memberikan perintah dan otoritas: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."


Pintu-pintu terkunci itu dan kemencekaman itu bukan saja dilenyapkan tetapi ditaklukan dengan memberikan perintah kepada para murid: “Sekarang juga Aku mengutus kamu.” Tak peduli penguasa Roma dan penguasa agama Yahudi sedang  memburu mereka sebagai pelaku kejahatan yang mencuri mayat Yesus, kepada para murid Yesus menyuruh mereka keluar. Apakah dasar kuasanya? Inilah dasar kuasanya: “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu,” kuasa pengutusan Bapa terhadap Yesus kini bekerja didalam pengutusan Yesus kepada para murid! Inilah kuasa untuk melawan atau menaklukan kuasa pemerintahan Roma dan kuasa perintah para pemimpin agama Yahudi. Melawan kuasa-kuasa dunia ini!


Pengutusan mereka bahkan lebih menakjubkan lagi, karena ini menyangkut kuasa yang menunjukan kemenangan Yesus atas kuasa dosa atau maut:” Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus.” Para murid menerima kuasa Roh Kudus yang dihembuskan ini sebagai bagian dari sepasang bukti otentik kemenangannya atas kematian: selain tubuhnya yang bangkit dari kematian , juga kuasa yang bekerja di dalam diri Yesus yang telah menaklukan kematian yang diakibatkan dosa yang membelenggu para manusia. Lihatlah, kini, kuasa  kemenangan Yesus atas  maut diberikan kepada para murid untuk didemonstrasikan:“Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Betapa sebuah perubahan yang begitu tajam. Bukan sekedar menghilangkan ketakutan dan membongkar pintu-pintu terkunci itu, tetapi kepada para muridnya, Yesus memberikan kuasa kemenanganya atas dosa yang membelenggu segenap manusia kepada para muridnya dengan sebuah cara yang begitu demonstratif: Jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada, jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni. Kini apa yang tak terlihat dan tak pernah diketahui di dalam kematian dan di dalam kubur hingga kebangkitan Yesus, telah disingkapkan dan diperintahkan menjelajahi bumi untuk memburu apa yang paling tak dapat ditaklukan dan ditanggulangi oleh manusia: dosa dengan kuasa pembelengguannya atas manusia. Sabda itu tinggal di dalam para murid dan Roh Kudus yang diberikan kepada mereka [ini peristiwa yang amat berbeda dengan  datangnya Roh Kudus pada Pentakosta] telah menjadikan mereka sebagai pemberita kebangkitan Yesus beserta hasilnya dalam sebuah cara penuh kuasa yang bekerja menaklukan pemerintahan dosa atas para manusia. Ini sama sekali tak membicarakan mereka mahasuci pada tubuhnya, sebab pada dasarnya Yesus memberikan mereka sukacita sorga yang penuh kuasa untuk dinyatakan kepada dunia. Siapa manusia yang dapat berkuasa demikian selain karena Yesus memerintahkannya?


Inilah kemuliaan keempat di hari itu, dalam catatan saya, begitu  gemilang dan cemerlang didalam kegelapan malam dan kemencekaman yang membelit jiwa-jiwa manusia. Bacalah, renungkalah dan sadarilah bahwa anda memerlukan Yesus sang pengampun dosa dan yang akan membawamu masuk sebagai orang-orang yang memiliki kuasa untuk hidup melayani kehendak-Nya, bukan dosa. Jika anda  mengaku Kristen, percayakah?


Serial "Kisah Mulia Di Hari Kebangkitannya" ini, telah selesai.





Segala Pujian Hanya Bagi Tuhan


No comments:

Post a Comment