Pages

18 March 2016

Menghakimi Keilahian Kuasa Kristus Didalam Pikiran Para Manusia:

Oleh: Martin Simamora

Ketika Penghakiman Mendatangkan Penghakiman Absolut “Siapa Yang Tidak Bersama Aku Melawan Aku”
[Refleksi]

Ketika Yesus datang ke dunia ini sebagai penggenapan apa yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya dalam kekekalan, maka kedatangannya  juga mendeklarasikan sebuah hukum bagi bangsa-bangsa, hukum yang absolut mengikat semua manusia dari segala bangsa dan yang secara  absolut  bekerja pada Sang Kristus [“Aku menaruh roh-ku ke atas-Nya” sebuah pengurapan yang berlangsung di surga dengan roh Allah sendiri dalam ia masuk ke dalam dunia ini], sebagaimana telah difirmankan oleh nabi Yesaya yang menuliskan (Matius 12:17) mengenai dia Sang Kristus:


Matius 12:18 Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.

Hukum yang menjadikan ia sendiri adalah pengharapan bagi banyak bangsa:

Matius 12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.

Apakah hukum yang dimaklumkan atau dikumandangkan kepada bangsa-bangsa? Beginilah bunyinya:

Matius 12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang


Apa yang akan dilakukan oleh sang Kristus terhadap bangsa-bangsa yang berkenan padanya, itulah hukum  yang dimaksudkan dalam Kitab Yesaya itu, bunyinya:”buluh yang patah terkulai [inilah keadaan bangsa-bangsa di dunia ini] tidak akan diputuskan-Nya [inilah kehendak Allah]” “dan “sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.’

Sekarang saya mau melihat bagaimana kehendak Allah melalui Sang Kristus itu mengalami pewujudannya di dunia ini,  bukan dalam sebuah sambutan hangat tetapi penuh penghakiman yang pada akhirnya mendatangkan penghakiman dari Sang Kristus itu sendiri.


            Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku
Oposisional atau penentangan terhadap Yesus dalam derajat yang bagaimanapun tak pernah memiliki sebuah ujung yang manis diantara yang pahit, pada kesudahan dunia ini, kelak. Dan ini bersumber dari siapakah Yesus dan tanggapan manusia terhadapnya.


Baru saja, pada waktu itu, Yesus meluputkan diri dari sebuah konspirasi yang terbungkus begitu rapi dan tak dapat dideteksi siapapun manusia selain Yesus. Konspirasi jahat yang berdarah:

Matius 12:14-15  Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.


Konspirasi yang lahir dari sebuah rejeksi atau penolakan yang begitu keras terhadapnya sementara ia memberikan  atau menjawab pengharapan manusia secara otentik atas kelemahan-kelemahan manusia yang tak ada satupun manusia, bahkan yang tersuci sekalipun, dapat melakukannya:


Matius 12:9-10 Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya.


Matius 12:13 Lalu kata Yesus kepada orang itu:"Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.


Tetapi ini bukan hanya ketakberdayaan fisik atau jasmaniah saja yang dihadapi oleh Yesus Sang Kristus, tetapi juga  ketakberdayaan rohani yang begitu mematikan kala Ia menjawab secara otentik kelemahan-kelemahan manusia yang kepadanya Yesus hampiri dan kepadanya Yesus menyembuhkan [kata Yesus:“ulurkanlah tanganmu!” Ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain]. Ketakberdayaan total rohani manusia yang melahirkan sebuah rejeksi atau penolakan yang begitu terencana, sistematis dan penuh dengan hasrat  yang penuh penguasaan diri dalam upaya mereka menjatuhkan Yesus:


Matius 18:10 "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia


Dan Yesus menjawab keberatan penuh kelicikan [supaya dapat mempersalahkannya] ini:


Matius 12:11-12 Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."


Jawaban Yesus bisa dipandang sebagai jawaban berdasarkan pada akal sehat manusia yang seharusnya dalam meletakan prioritas pada nilai nyawa. Apakah nilai nyawa seorang manusia lebih rendah daripada nilai nyawa seekor binatang? Inilah yang mendasari tindakan Yesus berbuat baik pada hari Sabat. Bagi Yesus, hari Sabat tidak dapat menjadi ukuran boleh atau tidak menyelamatkan nyawa atau jiwa seorang manusia. Kalaupun kita melihat pada sudut pandang Taurat, mengenai menyelamatkan atau melindungi nyawa hewan memang ada diatur dalam Taurat, seperti: “Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu. Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya”- Kel 23:4-5, atau “Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya. Dan apabila saudaramu itu tidak tinggal dekat denganmu dan engkau tidak mengenalnya, maka haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu dan haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu datang mencarinya; engkau harus mengembalikannya kepadanya. Demikianlah harus kauperbuat dengan keledainya, demikianlah kauperbuat dengan pakaiannya, demikianlah kauperbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui; tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu. Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu"- Ulangan 22:1-4. Perhatikan, bahwa perintah atau hukum ini dalam praktiknya memang akan mengabaikan hari Sabat, sebab tak ada satu kondisi yang mengecualikan, sebaliknya menunjukan kesegeraan bertindak tanpa penundaan seperti: “maka segeralah,” “maka janganlah engkau enggan,” “haruslah engkau rela- sebuah kerelaan yang wajib-,”haruslah engkau membawa hewan itu ke dalam rumahmu,” “haruslah itu tinggal padamu, sampai saudaramu itu dating,” “demikianlah harus kauperbuat, “demikianlah kauperbuat dengan setiap barang yang hilang dari saudaramu dan yang kautemui,” “tidak boleh engkau pura-pura tidak tahu.” Jika begitu penuh kasih terhadap binatang, Taurat mengaturnya, maka masakan nyawa manusia tak lebih bernilai dari nyawa binatang? Inilah yang menjadi dasar bagi Yesus menyembuhkan dan inilah jawaban Yesus terhadap  mereka –orang Farisi-di bait suci yang mempertanyakannya.


Jawaban Yesus tak dapat dibantah, tetapi sekaligus memperlihatkan realita manusia yang bukan hanya tak berdaya terhadap kelemahan-kelemahan jasmaniahnya tetapi juga kelemahan-kelemahan rohani-jiwa manusia yang dikuasai  maut:


Matius 12:14 Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia


Demi hari Sabat (yang datang dari Tuhan) mereka membunuh dalam sebuah cara yang lebih tinggi menakar nyawa binatang? Pada hari Sabat itu, tepat saat mereka mengecam Yesus untuk ke sekian kalinya (lebih dulu inilah yang terjadi: Matius 12:1:2) melanggar hari Sabat, mereka bahkan mengikhtiarkan pembunuhan  Yesus karena hari Sabat!


Sebetulnya sebagaimana Keluaran 23 dan Ulangan 22 yang saya katakan dalam praktiknya tak akan terhindarkan harus dilakukan juga pada hari Sabat, mengingat hukum pelaksanaannya bersifat segera, sehingga tak terhindarkan bisa terjadi pelanggaran demi nyawa harus dilakukan, Yesus pun lebih dulu telah menunjukan dan menjadi rujukan saya dalam refleksi kali ini: “Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?”- Matius 12:3-5


Saya tidak akan membahas perihal “melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah,” pada refleksi kali ini. Namun harus dicamkan perkataan Yesus ini yang menunjukan posisinya dalam menjawab dan dalam menyembuhkan hari Sabat: “Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah- Matius 12:6.


Tindakan Yesus memang kerap mendatangkan penghakiman atas dirinya oleh para pemimpin agama Yahudi kala itu dan bahkan era kini. Pemikiran Allah bagaimana kehendak Allah itu mengalami pewujudan  kerap bertentangan dengan apa yang ada dibenak manusia bahkan secara diametrikal atau saling bertubrukan satu sama lain dalam kecepatan tinggi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Yesus sendiri:

Matius 12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.


Bagi Yesus ketika ia demi hari Sabat melarang para murid yang kelaparan memetik bulir-bulir gandum, maka itu adalah tindakan menghukum orang yang tidak bersalah; bagi Yesus ketika ia demi menghormati hari Sabat tidak menyembuhkan orang yang ingin disembuhkannya maka itu adalah tindakan menghukum orang yang tidak bersalah. Tidak bersalah dalam makna bahwa baik dirinya dan yang disembuhkan tidak melakukan kesalahan, sebagaimana halnya dengan para imam di Bait Suci: “melanggar hukum Sabat tetapi tidak bersalah.”


Manusia tak berdaya untuk memahami bukan saja keilahian hukum Taurat itu tetapi juga keilahian Yesus yang menjulang begitu mulia:” Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat- Mat 12:8."


Problem maut bagi manusia adalah: dapat mengetahui kehendak Allah namun tak pernah sukses sedikit saja mengenali atau memahami bagaimana kehendak Allah itu mewujud di dunia ini. Dalam pandangan manusia, senantiasa satu sama lain bertentangan seperti dua kereta peluru yang datang dari arah berlawanan pada satu jalur dan bertabrakan dengan begitu dahsyat? Masakan ia mengatakan melanggar hari Sabat dan tidak bersalah? Dan itu dapat ditemukan pada aspek lainnya, misal:” bagaimana bisa Yesus berkata seperti ini “Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu- Lukas 10:21-22," bukankah kehendak Allah agar semua manusia diselamatkan dan tak ada yang dibinasakan: “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”- Yohanes 3:17? Mengapa pewujudan kehendak Allah itu dinyatakan oleh Yesus: “tidak ada seorangpun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu,” dalam operasinya terlihat menyempit dan tak seluas dalam kehendak-Nya, dalam pemahaman manusia?


Nabi Yesaya mengatakan bahwa “Yang Diurapi dengan roh Allah” dalam cara Allah meletakan roh-Nya atasnya itu memang  mendatangi dunia yang dihuni oleh manusia-manusia yang keadaannya tak lagi berpengharapan sama sekali, selain ia Sang Kritus menghentikannya atau menyelamatkannya. Tak mungkin mengharapkan ada manusia dapat memahami kehendak Allah dan sekaligus mengerti bagaimana kehendak Allah itu diwujudkan dalam Yesus.


Saya tadi mengatakan bahwa dalam pandangan manusia-manusia, di dalam Yesus atau pada diri Yesus, kehendak Allah dan pewujudan kehendak Allah itu terlihat begitu bertubrukan dalam hantaman yang teramat keras dan menggoncangkan manusia.


Begitulah pewujudan dari kehendak Allah itu dalam pandangan manusia!



Pada akhirnya, Yesus begitu sukar diterima sebagai yang datang dari Allah, apalagi ia adalah dia yang dimaksudkan dalam Kitab Yesaya:


Matius 12:17-18 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.


Masakan ia yang berkata: “melanggar Sabat namun tidak bersalah” atau termasuk juga yang semacam ini: ”hanya yang kepadanya Anak berkenan menyingkapkannya siapakah ia” adalah ia sebagaimana  yang dinyatakan Yesaya sebagai “Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa.?


Tidaklah mungkin itu adalah pemikiran-pemikiran, kata-kata atau sabda-sabda Yesus dan perbuatan-perbuatan Yesus datang dari Allah. Tidak mungkin dan pastilah dari Setan. Bukan Allah yang menaruhkan roh-Nya ke atas-Nya tetapi pastilah Setan yang menaruhkan rohnya atas dirinya.


Dan memang penghakiman atas pemikiran Yesus sebagai Tuhan atas Hari Sabat berbuah sempurna: menentang bahwa ia adalah sang pewujud atas kehendak Allah di atas dunia ini. Apapun juga perkataan dan perbuatan Yesus harus dicurigai sebagai perbuatan sang Setan:


Matius 12:22 Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat.


Kontradiksi yang begitu diametrik atau begitu ekstrim bertentangan dengan apa yang ada didalam benak manusia atau orang-orang Farisi bagaimanakah seharusnya pewujudan oleh Yesus itu berlangsung, dan itu segera mendatangkan penistaan pada diri Yesus sebagai sama sekali bukan “Yang diatasnya Allah menaruhkan roh-Nya’ tetapi Setan belaka di atasnya:


Matius 12:24 Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan."


Tak sembarangan kesimpulan ini dibuat pada Yesus sebab setelah melalui rangkaian pemeriksaan secara langsung dan berdasarkan jawaban atau penjelasan Yesus sendiri yang tak selaras dengan pemikiran mereka, bagaimana seharusnya kehendak Allah itu terwujud atau bagaimana seharusnya rencana Allah di kekekalan itu dilaksanakan atau diwujudkan Yesus di dunia ini.


Saya dalam kesempatan refleksi ini tak akan menjelaskan pikiran atau jawaban Yesus terkait kuasa-Nya itu dari siapakah. Tetapi anda dapat membacanya pada ayat-ayat selanjutnya, bahwa ia tetaplah “yang Allah sendiri meletakan roh-Nya diatasnya” sebagaimana diindikasikannya dalam  ayat 25-28.


Tetapi memang begitulah keadaan manusia yang tak berdaya sama sekali terhadap kematian jiwanya untuk menerima kehendak Allah dan bagaimana itu dilaksanakan oleh dan dalam Kritus saja. Terhadap rejeksi yang sedemikian maka inilah penghakiman dan sekaligus penghukuman Yesus yang segera berlangsung atas mereka:


Matius 12:30 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku   

    
Pada dasarnya Setanlah yang berkuasa atas manusia-manusia yang menggugat, menolak atau tak menggubris Yesus sebagai Sang Pewujud kehendak Allah. Itulah realita atau penjelasan Yesus, mengapa banyak manusia sekalipun memiliki Kitab Suci dan mempelajarinya begitu tekun, tetapi pada akhirnya dalam pengajaran dan pengimanannya sama sekali bertolak belakang dengan Yesus sebagai Pewujud kehendak Bapa-Nya.


Kepada siapapun orang yang mengaku Kristen tetapi mempertanyakan  kuasa penghakiman Yesus atas segala bangsa dan mempertanyakan pewujudan keselamatan bagi bangsa-bangsa yang semata-mata berdasarkan ”yang diserahkan Bapa untuk datang kepadanya tak akan hilang” dan berkata “melanggar Taurat namun tak bersalah”- pada konteks yang sedang diperdebatkan antara Yesus dan para Farisi, tadi- harus mencamkan dalam benak untuk direnungkan sebelum menjadi lawan Kristus dalam kekekalan:


Matius 12:31-32 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.


Yesus membicarakan dirinya dan Roh Kudus. Roh Kudus yang akan melayani di dunia ini setelah ia menuntaskan karyanya di salib, bangkit dan naik ke sorga. Yesus sedang membicarakan pelayanan Roh Kudus yang akan memberitakan dirinya:

Yohanes 16:13-14 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari pada-Ku.


Hari ini atau era ini tak akan ada yang dapat menghujat Anak Manusia secara berhadap-hadapan, sebab ia sendiri sudah berada di tempat Yang Mahatinggi. Apa yang sungguh berbahaya pada hari-hari ini, adalah, hari-hari ini adalah era pelayanan Roh Kudus hingga Anak Manusia itu datang kembali dalam kemuliaan, dan apa yang akan dilakukan oleh Roh Kudus di dunia ini: (1)memimpin setiap orang percaya ke dalam kebenaran yang berdasarkan pada sabda Allah sebagai satu-satunya sumber kebenaran, dan (2) Ia akan memuliakan Yesus.


Jika anda [apalagi]  orang Kristen atau malah pendeta mengklaim memiliki Roh Kudus namun menghina satu saja bagian pengajaran Yesus dan menggantinya dengan pengajaranmu dan membisukan Kristus yang sedang dimuliakan oleh Roh Kudus, maka awasilah dirimu agar tidak jatuh kedalam perbuatan yang menentang Roh Kudus. Sebuah tindakan yang tak terampuni bahkan di dunia yang akan datang pun tidak.

Segala Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN




No comments:

Post a Comment