Pages

13 December 2015

Kamulah Saksi-Saksi-Ku Hingga Ke Ujung Dunia [3]


Hingar bingar natal , Penolakan Kabar Injil & Kebisuan Yang Dari Allah

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 2       

Akan menjadi Natal yang keberapakah bagimu, pada Desember ini? Pernahkah anda berpikir dan bertanya kepada dirimu sendiri, keyakinan apakah yang sedang kuanut dan kujalani ini? Kristus, siapakah dia dan mengapa kelahirannya begitu penting sehingga gereja dan setiap orang beriman merayakannya? Tahukah aku, apa yang sesungguhnya yang sedang kupercayai?

Sementara Natal akan dihingar-bingarkan oleh pesta-pora  atau ‘gala sale’ atau berlomba membangun pohon natal terbesar, termegah dan terindah, atau santa claus yang akan begitu memesona anak-anak, ketimbang Kristus?

Nampaknya kita memerlukan sebuah kebisuan untuk mengerti apakah kehendak Allah sesungguhnya di dalam  peristiwa natal. Apakah dan siapakah yang seharusnya disaksikan oleh gereja pada peristiwa natal? Apakah masih sama dengan apa yang diinginkan Allah sedia kala, atau jangan-jangan, natal-natal kita kini sungguh asing dan bahkan tanpa sebuah kebangunan rohani dan pengobaran dedikasi bagi Kristus, bahwa saya dan anda adalah abdi Kristus.  Zakharia, seorang  imam keturunan Harun dan benar tak bercacat dihadapan Tuhan, pun harus dibisukan karena dirinya telah dihingar bingarkan oleh pemikiran-pemikirannya dan hasrat-hasratnya sendiri, bukan Tuhan.



Ketika Kebisuan Harus Terjadi Demi Pemuliaan Maksud Allah Dalam Natalnya Sang Surya


Tak ada yang dapat  mempertanyakan untuk menentang maksud Allah, sekalipun manusia memang bisa mempertanyakan apapun juga untuk kemudian bersikap sinis sebab apa kehendak Allah dan bagaimana kehendak itu harus diwujudkan bisa tak sepenuhnya mendatangkan harmoni dan kebulatan pikiran. Dengan kata lain, manusia dapat bersukacita dengan kehendak Allah bahwa Ia mengasihi manusia dengan kasih yang besar, namun hampir-hampir tak pernah terjadi  manusia dapat  berharmoni dalam cara Allah mewujudkan apa yang menjadi kehendak-Nya.


Allah dapat menjawab doa manusia, memenuhinya, namun  dalam mewujudkannya sama sekali mendatangkan konflik yang benar-benar keras.


Zakharia adalah seorang imam keturunan Harun hidup bersama isteri terkasihnya, Elisabet sebagai sebuah keluarga imam Allah yang keduanya “benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat- Luk 1:6.


Mereka adalah pasangan suami-isteri yang saling mengasihi dalam kesetiaan hingga usia mereka yang lanjut, sekalipun mandul. Mereka tak  memiliki keturunan yang bisa meneruskan generasi Zakharia. Ini hal yang sungguh menyedihkan bagi siapapun. Namun apa yang luar biasa dalam kehidupan Zakharia, situasi ini  tak menyurutkan kesetiaannya kepada Tuhan untuk melakukan tugas-tugas keimamatannya, ia aktif:

Lukas 1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.


Zakharia bahkan tetap percaya bahwa Tuhan akan memberikan baginya seorang anak, sehingga doa-doa pun telah dipanjatkan, memohonkan keturunan. Dan Allah menjawabnya [ada sebuah waktu gilir baginya untuk menjalankan tugas keimamatannya],hanya saja nampaknya bagi Zakharia, Tuhan begitu lama dan begitu lambat untuk menjawabnya. Baginya jawaban Tuhan adalah sebuah hal yang lebih menyakitkan lagi bagi seorang yang telah lama meminta, menanti dan kemudian menerima jawab pada usia yang lanjut? Mari kita lihat sejenak:

Lukas 1:8-18 Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan. (9) Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.(10) Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.(11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.(12) Melihat hal itu ia terkejut dan menjadi takut. (13) Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: "Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes.(14) Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahirannya itu.(15) Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;(16) ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka,(17) dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya."(18) Lalu kata Zakharia kepada malaikat itu: "Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya."


Siapakah yang tak merindukan doanya dikabulkan? Tetapi  jelas apa yang menjadi masalah bagi Zakharia, itu adalah doa yang sudah begitu lama dipanjatkannya, dan ia tak berharap sama sekali permohonan semacam itu dijawab saat dirinya  dan isterinya sudah lanjut umur! Itu berangkali begitu menyakitkan baginya dan sinismelah yang menjadi tanggapan Zakharia, sebuah  jawaban penuh kemarahan tertahan: “bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya.”


Manusia berbahagia jika Tuhan menjawab doanya, namun manusia tak menginginkan apa dan bagaimana Tuhan mewujudkannya. Apa yang jelas terlihat di sini, bahwa doa seorang beriman akan didengarkan dan dijawab, tetapi bukan kehendaknya yang  jadi, tetapi kehendak Dia yang di sorga. Siapapun harus senantiasa berdoa, dan sesungguhnya berdoa  sendiri adalah sebuah penyerahan total pada bagaimana hal yang didoakan itu terwujud atau tak terwujud. Jikapun terwujud maka berharaplah yang terbaik datang dari Tuhan. Jika percaya yang terbaik datang dari Tuhan maka apapun dan bagaimanapun Ia mengabulkannya, maka bersukacitalah dan terimalah.


Itulah yang dikatakan malaikat kepada Zakharia: “engkau akan bersukacita dan berbahagia.” Tetapi itu terlampau berat bagi Zakharia, itu terlalu menyakitkan baginya. Aku sudah  tua! Sudah tua! Ia bahkan sebagai Imam Allah tak sanggup lagi mengenali siapakah Allahnya itu, bahwa Allahnya adalah Allah yang membebaskan Israel dari Mesir dan membelahkan bagi bangsanya laut Teberau agar bangsanya selamat dari kejaran pasukan Mesir yang gagah perkasa, dan setelah semua bangsanya selamat, laut itu lalu menelan para musuh Israel. Zakharia kehilangan dasar untuk percaya, kedatangan malaikat justru melukainya terlalu dalam, bukan sekedar akal tak lagi kuasa menjangkau Tuhan namun  iman pun sudah  melayu. Berdoa sekian lama dan menanti sekian lama, namun tak jua jawaban datang, dapat membuat siapapun menjadi  begitu hambar pada aspek-aspek tertentu hidupnya, untuk kokoh beriman kepada Tuhan.


Tetapi, Tuhan dalam Ia berkehendak memang tak bergantung iman manusia agar terlaksana. Ia pada dasarnya Allah yang  mau hidup didalam kelemahan-kelemahan manusia namun tak pernah mau berkompromi dengan kelemahan-kelemahan itu, sebab Ia adalah Allah yang berdaulat atas segala apapun, termasuk ketakpercayaan dan pemberontakan manusia. Dan bagi malaikat itu, tugasnya bukan melayani kelemahan-kelemahan itu, sebab ia datang dari Allah yang berkehendak dan berdaulat atas apapun, dan baginya, terhadap jawab  penuh kesinisan itu, ia hanya perlu menegaskan siapakah dirinya dan darimanakah ia datang:


Lukas 1:19-20 Jawab malaikat itu kepadanya: "Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan kabar baik ini kepadamu. Sesungguhnya engkau akan menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata sampai kepada hari, di mana semuanya ini terjadi, karena engkau tidak percaya akan perkataanku yang akan nyata kebenarannya pada waktunya.


Seorang Imam hanya melayani dan bekerja berdasarkan ketentuan Tuhan, tak boleh ada sedikit saja kekeliruan. Ia pasti tahu ini. Malaikat itu hanya menjawab kesinisan Zakharia begitu sederhana dan tanpa basa-basi: “Aku Gabriel yang melayani Allah.” Ia tak melayani keluhan Zakharia, tak juga menanggapi kesinisan iman Zakaria. Sebaliknya sebuah ganjaran dari Allah telah diucapkannya untuk terjadi: “engkau akan menjadi bisu, karena engkau  tidak percaya.”


Ilustrasi: Imam Zakharia dan malaikat Gabriel - kredit: wikiart.com
Ini sungguh luar biasa pada satu sisi yang amat kritikal karena sinisme ini berlangsung didalam hadirat Allah yang mahakudus! Perhatikan situasi dialog dan jawaban sinisme  Zakharia kepada utusan Allah:

Lukas 1:8-11 Pada suatu kali, waktu tiba giliran rombongannya, Zakharia melakukan tugas keimaman di hadapan Tuhan.(9) Sebab ketika diundi, sebagaimana lazimnya, untuk menentukan imam yang bertugas, dialah yang ditunjuk untuk masuk ke dalam Bait Suci dan membakar ukupan di situ.(10) Sementara itu seluruh umat berkumpul di luar dan sembahyang. Waktu itu adalah waktu pembakaran ukupan.(11) Maka tampaklah kepada Zakharia seorang malaikat Tuhan berdiri di sebelah kanan mezbah pembakaran ukupan.


Dialog dengan malaikat itu terjadi ditengah-tengah ia melayani didalam Bait Suci dan saat Tuhan menjawab, saat hadirat yang kudus meliputinya dan berbicara dengan malaikat Tuhan, dan di saat bersamaan ketakpercayaan didemonstrasikannya.


Bapa  di sorga tak perlu korporasi iman manusia atas kehendak-Nya dan bagaimana kehendak-Nya dapat diwujudkan. Ketika Ia memilih seorang Zakharia maka Allah tak mengalami kesukaran yang bagaimanapun juga dengan kekerasan kepala manusia itu, apakah mau percaya ataukah tidak. Ia sudah menyatakan kepada manusia itu “jawaban-Ku bagimu adalah kabar bahagia.” Ketika Allah menjalankan kehendak-Nya melalui manusia-manusia, maka kebahagiaan bagi manusia itu sungguh besar dan merupakan kehormatan. Mari perhatikan ini:

■melahirkan seorang anak laki-laki
■Tuhan memberikan nama bagi anaknya: Yohanes
■kelahirannya bukan saja membahagiakanmu, tetapi banyak orang lainnya


Tetapi memang sekalipun itu adalah anaknya, namun ia tak dapat memilikinya. Kehendaknya sebagai seorang ayah harus takluk kepada kehendak Bapa Sang Penjawab doa namun Sang Berkehendak didalam apapun jawaban yang diberikan kepada manusia. Tak pernah, sesungguhnya kehendaku yang jadi, kala Ia menjawab dan membahagiakanku. Dalam Ia membahagiakan diriku maka kehendak-Nya yang jadi, bahkan dalam dukacitaku yang dihiburkan-Nya, pun kehendak-Nya yang harus jadi. Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga, jelas bukan sekedar doa  kosong kala  Yesus mengajarkan  bagaimana berdoa kepada para murid, itu adalah hakikat doa. Bahwa doa selalu bertakhta di atas kehendak Bapa yang  harus jadi di bumi [ Matius 6:9-10]. Perhatikan ini:

■Ia akan besar di hadapan Tuhan
■Ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya
■Ia akan membuat banyak orang Israel berbalik kepada Tuhan, Allah mereka
■ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia


Masa depan? Apalagi yang tersisa bagiku untuk dapat memiliki masa depan anakku sendiri? Ia Allah telah “merampasnya” dariku?


Tak ada satupun kehidupan manusia yang tak berada di dalam genggaman-Nya, apakah ia para seteru Allah ataukah  anak-anak Allah [ Yohanes 1:11-13]. Zakharia mengalami apa yang tak diharapkan para orang tua: Tuhan menyingkapkan perjalanan hidup anaknya bahkan sejak didalam kandungan: “Ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibu-Nya.”  Yohanes bahkan tak memerlukan iman untuk menerima Roh Kudus atau bahkan tak perlu mengenal dasar-dasar kebenaran hukum Musa dan segenap kitab para nabi dan buku Mazmur agar Ia dapat mengenal dan meminta Roh Kudus. Allah memberikannya dalam kehendak berdaulatnya bahkan sejak di dalam kandungan.


Saya bukan Yohanes, dan pasti ayah ibuku bukanlah Elisabet dan Zakharia, tetapi aku tahu dan percaya bahwa  Bapaku berkehendak di dalam setiap titik perjalananku beserta keluargaku sebagai orang-orang beriman. Tentu saja  jika berkata demikian maka harus tetap bersukacita walau masa depanmu bukan lagi didalam tanganmu tetapi didalam tangan-Nya. Bukankah kita melibatkan Dia didalam setiap perencanaan masa depan, minimal berdoa? Atau tak pernahkah? Tahukah anda, hukum apakah yang bekerja, ketika sekali saja anda berdoa kepadanya, entah anda iseng atau serius? Anda sedang bercakap-cakap dengan Allah yang berkehendak di bumi seperti di sorga; Ia bahkan tak memerlukan korporasi iman manusia untuk mewujudkan kehendak-Nya, sebab ia bisa membungkam atau membisukan pemberontakan saya dan anda. Itu memang bisa menyakitkan dan menitikan air mata yang memaksa kita untuk menghapusnya diam-diam. Tetapi, percayalah bahwa Ia bermaksud untuk membuat saya dan anda berbahagia. Kebahagiaan dari Bapa! Takkah istimewa untuk menerima hanya sebuah pensil namun pemberian Bapa? Takkah, siapakah Pemberinya, hal yang lebih mulia daripada apakah yang diberikan itu sendiri?


Renungkanlah.






Apa yang tak disadari oleh Zakharia adalah, bukan sekedar jawaban pada waktu yang tak sehat bagi manusia untuk menerimanya, namun menurut waktu-Nya, tetapi juga pada kehendak-Nya yang harus menjadi bagian yang diterimanya atas jawaban-Nya, bahwa Yohanes akan menjadi: pembuka jalan bagi Sang Mesias Yesus.

Berita Injil. Yohanes harus hidup bagi pemberitaan injil atau kabar baik, itulah yang pada hakikatnya sedang ditolak Zakharia. Anaknya bagian dari kedatangan atau pewujudan maksud Allah yang sudah sangat dekat untuk digenapkan oleh Bapa.

Dalam kebisuan, Allah mendidiknya untuk menerima dan tunduk pada kehendak-Nya, ini bukan didikan tanpa “pembapak-an” didalam kebisuan yang ditimpakan Tuhan kepadanya. Karena Roh Kudus pun bekerja didalam kebisuan dirinya, dalam momen ia harus menamai anaknya, sebuah momen yang mengharukan dan menyedihkan, sebab  selain ia menyambut kelahiran anaknya di dalam kebisuan, pun demikianlah ia kala harus menamai anaknya pada hari ke delapan  itu:

Lukas 1:57-64 Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia. Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya, tetapi ibunya berkata: "Jangan, ia harus dinamai Yohanes." Kata mereka kepadanya: "Tidak ada di antara sanak saudaramu yang bernama demikian." Lalu mereka memberi isyarat kepada bapanya untuk bertanya nama apa yang hendak diberikannya kepada anaknya itu. Ia meminta batu tulis, lalu menuliskan kata-kata ini: "Namanya adalah Yohanes." Dan merekapun heran semuanya. Dan seketika itu juga terbukalah mulutnya dan terlepaslah lidahnya, lalu ia berkata-kata dan memuji Allah.

Bapa tak memerlukan korporasi iman, tetapi jelas Bapa berkepentingan agar siapapun yang dijadikan bagian didalam rencana-Nya, pada akhirnya mengerti dan percaya. Untuk apa? Agar dapat berbahagia, sebab hanya didalam berbahagialah mulut dapat memuji Tuhan. Sementara didalam kekecewaan, mulut hanya dapat menyiniskan Tuhan dan mencibir-Nya sebagai yang egois dan tak tahu perasaan orang lain, sudah tua diri ini, baru ia mengabulkan-Nya? Permainan apakah ini, oh…. Tuhan? Tuhan membungkam bukan bagaikan dia Sang Otoriter, Tuhan membungkamnya sebab Tuhan sangat mengerti kesedihan yang dapat melahirkan kejahatan iman: lebih dari sekedar sinis tetapi meninggalkannya. Dalam Ia membungkam, Ia bekerja mewujudkan satu per satu janjinya. Zakharia melihat anak itu pada akhirnya lahir, dan ayah mana yang tak ingin menamainya, sekalipun bukan dengan namanya sehingga trahnya hidup? Namun kini ia tak lagi berpusat pada apa kehendaknya tetapi apakah kehendak Bapa yang dilayaninya itu di Bait Suci-Nya yang kudus. Kini ia turut bersukacita dan mengerti akan maksud Tuhan akan rancangan agung Allah atas keselamatan manusia, yang hanya datang dari diri-Nya. 

Itu berkat Roh Kudus yang bekerja di dalam kebisuannya dan setelah kebisuan itu dilepaskan maka Roh Kudus memandunya untuk memperkatakan hal-hal yang begitu  mulia untuk didengarkan oleh manusia:


Seorang Imam Keturunan Harun Memberitakan Keselamatan Berdasarkan Pengampunan [ Bukan Berdasarkan Taurat] Di Dalam Yesus Kristus

Lukas 1:67-70(67)Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya (68) Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya,(69) Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu,(70) --seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus

Apa yang pertama kali dikatakan oleh Zakharia? Anaknyakah? Bukan! Ia menuturkan kedatangan Sang Mesias Yesus saat pertama kali mulutnya dibebaskan dari kebisuan:” Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat  Umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, IA MENUMBUHKAN SEBUAH TANDUK KESELAMATAN BAGI KITA DI DALAM KETURUNAN DAUD, hamba-Nya itu.” Dan apa yang luar biasa, dalam  nubuat itu, sebuah rahasia telah disingkapkan: “seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus.

Zakharia menyingkapan keberadaan kesaksian para nabi yang menunjukan kepada diri Sang Kristus,  mengenai kedatangan Sang Mesias, pada segenap kitab perjanjian lama, bukan itu saja, ia menyingkapkan bahwa sudah merupakan kehendak Allah sejak purbakala untuk terjadi. Sebagaimana Yesus sendiri sudah mengemukakannya:
Yohanes 5:39 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku,

Yohanes 5:46 Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.

Lukas 24:27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Lukas 24:44 Ia berkata kepada mereka: "Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur."

Perjalanan keselamatan manusia pada hakikatnya telah ditetapkan Allah harus berpuncak pada Sang Mesias, tak ada yang lain dan tak ada alternatif  apapun. Ini sangat benar sebab  mulut semua nabi-Nya yang kudus menyatakan, jadi ini bukan kata Zakharia dan bahkan bukan sekedar kata para nabi kudus itu tetapi Allah sendiri yang bersabda. Allah pencipta langit bumi telah bersabda.

Dan melalui mulut Imam Zakharia ini juga, Roh Kudus menyatakan hal yang sungguh megah terkait keselamatan yang berlangsung didalam Yesus Kristus, bagaimanakah  pengampunan berlangsung yang akan diberitakan oleh anaknya nabi Yohanes yang bergelar Sang Pembaptis:

Lukas 1:67-79 Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera."

Tahukah anda, inilah berita natal yang begitu agung dan telah disampaikan jauh sebelum Sang Pembuka Jalan bagi Tuhan itu hadir  bekerja dan apalagi Sang Mesias itu sendiri lahir dan bertumbuh hingga genap usia pelayanannya dimulai! Kita pun, kemudian, memahami mengapa sejak dalam kandungan ibunya, Roh Kudus sudah menyertai Yohanes: bukan saja ia harus “berjalan mendahului Tuhan, tetapi dalam roh dan kuasa Elia” yang hanya dapat dihadirkan oleh Roh Kudus, namun karena ia adalah nabi Allah yang Mahatinggi dengan misi dan pemberitaan yang begitu  megah dan unik:

■memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka
oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita

Yohanes sebagai pembuka jalan bagi Yesus Sang Kristus sudah meletakan dasar mengapa Yesus harus datang. Yohanes memberikan pengertian akan keselamatan berdasarkan pengampunan oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah  kita.

Ini adalah keselamatan yang harus diberikan pengertian! Mengapa? Sebab ini adalah keselamatan yang bukan berdasarkan melakukan hukum Taurat tetapi berdasarkan  pada Kristus dan apa yang dilakukannya. Apa yang sungguh menarik dan mencengangkan dalam konteks pengertian keselamatan yang bahkan diyakini oleh  imam Zakharia adalah deskripsi sang Mesias dalam aspek keilahiannya  yang menjadi  substansi diri dan karyanya saat  Sang Mesias  yang  akan diberitakan oleh nabi Yohanes Pembaptis, disebutkan: “Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi.” Sang Mesias adalah Sang Surya Pagi dari sorga.


Sesungguhnya kita sedang berhadap-hadapan dengan pembukaan injil Yohanes yang tidak mudah untuk dimengerti untuk pembaca pertama kali atau tak memiliki latar belakang dengan Tuhan di dalam kitab-kitab para nabi/PL. Begini  bunyi Injil Yohanes yang saya maksudkan:

■Yohanes 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

■Yohanes 1:4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.
Dan Yesus memang pernah berkata dirinya adalah matahari  yang sesungguhnya bagi dan dibutuhkan dunia ini:
■Yohanes 9:4-5 Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorangpun yang dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia."


Imam Zakharia bahkan  bernubuat bahwa anaknya akan memberitakan juga bagaimana Sang Mesias berkuasa dan menaklukan kegelapan atau kegelapan itu tak dapat berkuasa atas Sang Mesias itu: ” untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan.”

Ini adalah apa yang akan dikerjakan Yesus dan memang akan bekerja jika saja mereka mengikut Kristus:
Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Bahkan Imam Zakharia  bernubuat bahwa Yohanes Pembaptis akan memberitakan bahwa Sang Surya yang datang dari  atas itu akan mengajarkan bahwa Yesus bukan saja berkuasa menyinari mereka yang berada di dalam kegelapan tetapi juga melepaskan dari maut dan membawanya kepada jalan damai sejahtera,  dalam pernyataan ini: “menyinari mereka dalam naungan maut t untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”


Dan ini memang adalah pengajaran Yesus sendiri:
Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.


Imam Zakharia yang “benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat- Lukas 1:6” adalah sosok  yang menyampaikan keselamatan  yang berkuasa memindahkan seseorang dari dalam maut ke dalam hidup hanya berdasarkan percaya kepada Anak dan percaya kepada Bapa.  Hal yang tak dihasilkan oleh keselamatan berdasarkan melakukan hukum Taurat. Ini adalah berita yang juga dibutuhkan oleh Zakharia sebagaimana juga segenap Israel. Dan  juga pasti bagi segenap bangsa lain [ Roma 2:11-15, Roma 3:20, Roma 3:21-24].

Apakah berita natal? Inilah berita natal sejati. Bukan sekedar kelahiran bayi mungil di kandang domba atau sekedar Allah bersolidaritas dengan kelemahan dan kesengsaraan manusia. Allah memang mengasihi manusia namun Ia tak pernah bersolidaritas dengan keberdosaan manusia, sebaliknya Ia datang untuk menyinari terangnya agar tersibak kegelapan itu dan agar tersibak ketakberdayaan manusia itu untuk melepaskan diri dari naungan maut. Manusia dinaungi oleh maut!
■Yohanes 1:5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

■Yohanes 1:9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia.

■Yohanes 1:10-11 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.


Perhatikan, Yesus sendiri berkata bahwa ke-natal-an dirinya ke dunia ini adalah kedatangan Sang Surya dari sorga, namun karena semua manusia berada di dalam kegelapan maka tak ada  yang berkuasa  mendatanginya, hingga Ia melepaskan-Nya:
Yohanes 1:12-13 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

Yohanes 3:19 Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Yesus sudah natal bahkan sudah duduk disebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi [ Ibrani 1:3] setelah Ia tuntas mengadakan penyucian, sebuah penggenapan gemilang akan pernyataan nabi Yohanes Pembaptis:"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia- Yoh 1:29.”

Natal  seharusnya menjadi tempat bagi siapapun untuk memeriksa dirinya, apakah ia mengerti akan peristiwa natal itu bahwa yang diperingatinya adalah SANG SURYA bukan lagi  bayi Kristus. Apakah sinar-Nya sudah menyinariku dan hidupku bersinar baginya sebagai sebuah akibat hidupku yang telah dibebaskan dari naungan maut. Yesus berkata barangsiapa mengikut aku tidak lagi berjalan didalam kegelapan. Itu adalah kuasa yang mengubah hidupmu, tanpa perlu engkau mempertanyakan dan meragukannya, sebagaimana pernah dialami Zakharia yang mempertanyakan jawaban dan maksud Allah atas dirinya.

Pun bagi gereja, Natal adalah berkhotbah bagi kegelapan dan bagi semua manusia yang masih berada di dalam naungan maut, bukan sekedar berasik ria mengejar pertumbuhan manusia rohanimu agar semakin serupa dengan Bapa, yang untuk mewujudkannya bahkan mustahil bila tanpa persekutuan dengan dan tunduk sepenuhnya pada kehendak Kristus, termasuk memberitakan kasih Kristus kepada yang masih belum menerimanya. Dan kemudian, anda pun menista maksud kedatangan Sang Surya itu yang tertuju kepada manusia-manusia yang masih belum beriman kepada Kristus, masih berada di dalam kegelapan, kata Kristus Tuhan kita? Masihkan gereja percaya atau malah bersikap sinis? Kalau Tuhan sekedar membungkammu, itu bagus, sebab kesudahannya adalah sebagaimana Zakharia. Tetapi juga berawaslah, agar kesudahanmu  bukan sebagai yang tak dikenal Yesus walau engkau gereja. Mengapa tak dikenal-Nya? Bahkan engkau sendiri memandang hina dan picik kehendak Yesus agar kebenaran diri-Nya diberitakan kepada semua orang, siapapun!


Segala Kemuliaan Hanya Bagi Allah Yang Telah Menyatakan Betapa Besar Kasih-Nya Kepada Manusia Yang berkenan kepadanya, Di Dalam Kristus saja!



No comments:

Post a Comment