Pages

17 September 2015

Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (2P)



“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristus Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Agama Kristen”

Oleh: Martin Simamora
Ilustrasi: Sunset musim dingin di Senja, Norwegia - Jan 2014, kredit: cryopolitics
Bacalah lebih dulu bagian 2”O”

Demikian juga dengan Yohanes 8:16, yang digunakan untuk menyokong pandangannya yang bernuansa universalisme: oleh pengorbanan darah Tuhan Yesus Kristus maka keselamatan tidak tertutup sama sekali terhadap mereka yang tidak menerima atau tidak beriman kepada Kristus. Saya mengajak para pembaca untuk mau membuka Alkitab dan membaca Yohanes 8:16:
dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.

Pertama-tama dan terutama, teks firman atau sabda Yesus ini memang berbicara mengenai penghakiman, oleh-Nya. Namun, sama sekali, teks firman itu, tidak memiliki niatan atau gagasan untuk menyatakan bahwa penghakiman Yesus akan memberikan sebuah peluang atau kesempatan bagi orang-orang yang tak beriman atau tak menerima-Nya, untuk berpeluang masuk ke dunia yang baru. 

Setidaknya ada 2 aspek yang harus menjadi fokus perhatian, sebagaimana Yesus Kehendaki, kala kita memandang 8:16.
Pertama: Apakah bunyi penghakiman Yesus itu?
Kedua :Siapakah yang sedang menggugat  otoritas dan kesahihan penghakiman Kristus itu?

Aspek pertama, harus diketahui, sebab nampak jelas ada sebuah pernyataan Yesus yang bersifat  menghakimi, namun diragukan, sehingga Yesus harus  menyatakan: a.dalam menghakimi, ia benar dalam penghakimannya; b.Ia mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya lagi, disamping dirinya, untuk menegaskan kesahihan penghakimannya.

Aspek kedua, bagaimana pernyataan penghakiman Yesus itu sedang digugat dan berdasarkan apakah penggugatan keabsahaan penghakiman itu didasarkan. Nampak jelas, bahwa pihak penggugat memiliki dasar yang sangat kuat sehingga Yesus, tadi, mengajukan “seorang” atau “hakim” lainnya yang nampaknya memiliki sebuah wibawa atau pengaruh yang besar terhadap para penggugat.

Sekarang,  mari kita mengulas kedua  aspek itu dalam sebuah bangun penjelasan.


Penghakiman Yesus  Terhadap Para  Penolak Kristus & Gugatan Manusia Terhadapnya
Apakah pernyataan Yesus itu, sehingga mengundang sebuah  reaksi negatif yang harus dijawab oleh Yesus dalam sebuah nuansa pengafirmasian legalitas penghakimannya.

Ini bermula dari pernyataan ini:
Yohanes 8:12 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."

Yesus menyatakan bahwa:
-dirinya terang dunia
-mengikutnya membuat seseorang tidak berjalan dalam kegelapan
-mengikutnya membuat seseorang memiliki hidup

Jika anda menganggap pernyataan Yesus semacam ini adalah hal yang bersifat figuratif atau maksudnya tak sekuat apa yang diungkapkan oleh  kalimat itu sendiri, maka anda salah. Baik Yesus dan  orang-orang Farisi memahami bahwa “statement” atau pernyataan Yesus itu adalah sebuah penghakiman. Bukan penghakiman yang main-main bahkan legalitas atau kekuatan hukum penghakiman itu ada pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, dirinya adalah hukum bagi semua manusia. Bukan pasal-pasal sebuah perundang-undangan tetapi dirinya adalah pasal-pasal itu sendiri; bukan pasal-pasal hukum Musa, namun dirinya sendiri.

Jadi, ini dulu poin yang harus anda camkan dan pegang baik-baik, bahwa  pernyataan Yesus pada Yohanes 8:12 adalah sebuah penghakiman:
Yohanes 8:15-16 Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku.
Dimulai dengan sebuah statement yang menyatakan bahwa keselamatan seseorang ditentukan oleh pengikutan pada dirinya, dialog bergerak cepat menjadi kesahian diri Yesus dalam statementnya  tersebut yang bersifat menghakimi: mengikutnya memiliki hidup, sehingga dengan demikian, tidak mengikutnya adalah sebuah kematian. Pada poin ini saja, sudah jelas bahwa penghakiman di sini, sama sekali tidak membuka peluang bagi siapapun yang tak percaya atau menolak dirinya untuk berpeluang masuk ke dunia yang baru. Karena tak memiliki hidup berarti kematian; karena kegelapan bukanlah dunia baru yang Yesus mau. 

Penghakiman Yesus sangat tunggal: apakah mengikutnya?

Pernyataan Yesus pada Yohanes 8:16, sungguh luar biasa, itu menjadi sebuah kebenaran oleh sebab langsung: Yesus menjadikan dirinya sendiri sebagai  hukum atas semua manusia; Ia adalah hukum yang menentukan mati atau hidupnya seseorang, tanpa adanya sebuah perbuatan-perbuatan atau bukti-bukti yang dapat meringankan terdakwa  dari hukuman mati. Pada dasarnya, Yesus tidak mengenal segala bentuk bukti hukum atau aspek-aspek yang dianggap manusia luhur pada dirinya sehingga memberikan efek meringankan, Ia hanya mengenal “capital punishment” atau hukuman mati, hanya karena atau berdasarkan mengikut atau tidak mengikutnya: “barangsiapa mengikut Aku tidak berjalan dalam kegelapan dan memiliki hidup.”

Tentu ini sesuatu yang terlalu hebat untuk dipercayai oleh manusia! Menyerahkan nasibnya pada seorang manusia yang mengklaim sebuah penghakiman yang hanya dapat dilakukan? Apalagi bagi manusia-manusia masa kini, mempercayakan dirinya pada seorang manusia 2000 tahun lalu, yang bahkan ditolak mentah-mentah oleh para teolog mumpuni dan diakui oleh dewan ulama kala itu??

Sehingga, tanpa dapat dicegah lagi, sebuah penghakiman kepada Yesus segera mendakwa Yesus:
 "Engkau bersaksi tentang diri-Mu, kesaksian-Mu tidak benar."- Yohanes 8:13

Bagaimana bisa sebuah hukum adalah dirinya sendiri dan  perkataannya sendiri:
-Mengikut Aku: dirinya sendiri adalah sebuah pasal
-Tidak akan berjalan dalam kegelapan: pernyataan atau vonis adalah sebuah pasal

Hukum seperti ini sungguh berbeda dengaan hukum  Tuhan yang dibawa oleh Musa. Musa  tidak menunjuk pada dirinya sebagai hukum dan tidak menunjuk perkataannya sebagai sabda diri  yang memvonis manusia.

Yesus tidak mengelak masalah atau dilema ini, hal yang tak terselesaikan ini merupakan kebenaran itu sendiri, dan, kebenaran dilematis ini dia pertahankan dihadapan para penghakimannya [saya akan tunjukan nanti mengapa dilematis]:

Yohanes 8:14 Jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: "Biarpun Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, namun kesaksian-Ku itu benar

Diri Yesus-jika dia adalah pasal-pasal hukum atau pasal-pasal firman Allah, palu vonis dan sekaligus kebenaran itu sendiri- memang mengandung masalah legalitas yang tak main-main, yaitu: sumber otoritas dan legalitas atas legalitas  bahwa dirinya sendiri adalah pasal hukum dan vonis hukum itu sendir, dari mana dan siapakah yang mengotorisasi dirinya semulia itu ?! Biarpun demikian faktanya, tetapi benar. Sekarang, Yesus benar-benar dalam situasi yang begitu sukar untuk dijelaskan kepada manusia ; manusia mengalami masalah besar dalam memandang Yesus, kini.  Apakah yang dilakukan oleh Yesus untuk menunjukan bahwa dia memiliki sumber otoritas sedemikian, yang lebih kuat daripada apa yang dapat dikenal dan dipahami oleh manusia? Beginilah Yesus menunjukannya:

Yohanes 8:14 sebab Aku tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi. Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi

Yesus yang adalah  pasal hukum dan palu vonis itu sendiri, menunjukan darimanakah pasal hukum dan palu vonis itu berasal: “Aku tahu, darimana Aku datang dan ke mana Aku pergi.” Ini, sukar untuk dipahami. Bagaimanakah logika manusia dapat memahami Yesus yang menyatakan “biarpun aku sendiri  yang bersaksi sendiri tentang diriku, namun benar,” menjelaskan dasar kebenarannyan dengan Aku tahu, darimana Aku datang dan kemana Aku pergi. Apakah maksudnya dan apakah dia bukan berasal dari bumi ini lahir dari seorang perempuan?

[

Kata mereka: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenal? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku telah turun dari sorga?"- Yoh 6:42]

Perihal ini, tidak dikemukakan hanya kepada orang-orang farisi, tetapi juga kepada orang banyak:
Yohanes 8:21 Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang."       

Kalau anda menyelesaikan Yohanes 8:14 maka anda akan menemukan vonis Yesus yang me-tripel-kan masalah ini: “Tetapi kamu tidak tahu, dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi.” Tak ada yang tahu dimanakah alamat Yesus, sehingga tak ada yang bisa mendatangi dan memverifikasi atau memeriksa semua kebenaran kesaksian Yesus. Ini adalah dilema nomor 1. Masih ada  beberapa dilema lagi.

Namun, bahkan pada “Aku akan pergi. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang,” sudah begitu sukar untuk dipahami. Bahasa Yesus jelas, namun kebingungan ini sebetulnya berakar pada  apa yang menjadi akar problem manusia terhadap manusia Yesus: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”

Segala sesuatu menjadi begitu gelap untuk memahami Yesus, bahkan dalam keadaan berinteraksi langsung, memeriksanya dalam dialog, tanya jawab, bahkan mempertanyakan diri-Nya. Siapapun harus secara serius untuk  memperhatikan dasar dari segala masalah yang dapat anda kemukakan, yaitu tepat pada pernyataan penghakiman Yesus sendiri: “Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan.” Yesus mengatakan, dengan demikian, siapapun yang tak mengikut-Nya berada didalam kegelapan, bahkan terhadap dirinya dan perkataannya, orang tak akan mengerti. Yesus tak stop pada  vonis “berjalan dalam kegelapan,” namun tidak mempunyai hidup atau mati. Sebuah keadaan yang fatal dan tak dapat ditanggulangi manusia.

Sehingga, harus dikatakan bahwa penghakiman Yesus sudah efektif saat itu juga, tepat pada dialog ini! Dan akibatnya  pernyataan  Yesus mengenai keberasalannya tak pernah dapat dipahami:

Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?"-Yohanes 8:22

Yesus menjawab kebingungan mereka, akan apa yang sedang dimaksudkannya:
Yohanes 8:23 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Mengapa tidak ada satu manusipun  yang dapat datang ke tempat di mana Yesus berasal? Karena tempat yang dimaksudkan Yesus, bukan satu tempat manapun dibelahan planet bumi ini [bawah], Yesus bukan dari bumi [atas]. Jadiini bukan soal bunuh diri. Sepanjang mereka memandang Yesus, sebagaimana mereka mengenal Musa, maka ini akan tetap menjadi masalah; dan ini adalah sebuah selimut kegelapan yang hanya dapat diatasi bila terang Kristus menjamah mereka. Sebuah dilema nomor 2.

Yesus sebenarnya sedang berbicara dengan manusia-manusia yang mati:
Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu

Dalam kegelapan, tidak memiliki hidup, beginilah keadaan manusia yang sedang berbicara dengan Kristus. Ini adalah dilema terbesar yang membelenggu manusia dalam memahami Allah, dan Kristus adalah satu-satunya solusi dilema ini.

Dan sama seperti pada kasus orang-orang Farisi tadi, pada orang-orang Yahudi- orang banyak, pun demikian:
Maka kata mereka kepada-Nya: "Siapakah Engkau?"- Yohanes 8:12

Ini adalah keadaan yang percuma, bahwa kebenaran diri Kristus dengan demikian tidak memerlukan persetujuan dari manusia-manusia yang berada dalam kegelapan. Wisdom atau hikmat manusia yang tak mengenal Allah dengan demikian tidak memiliki nilai pantas untuk menjadi pengesah kebenaran diri Kristus:
Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia."-Yohanes 8:26

Manusia-manusia yang tak menerima Yesus, pada dasarnya sudah mati dan sudah menjadi obyek penghakiman Kristus. Yesus tak memerlukan pendapatan siapapun manusia; apa yang terpenting bagi Yesus:
-Dia  yang mengutus dirinya ADALAH BENAR
-Apa yang dikatakan-Nya, itu yang Yesus utarakan kepada dunia

Ini adalah poin yang sama diutarakan Yesus dalam menjawab  otoritas dirinya adalah pasal hukum itu sendiri:
Yohanes 8:16-18 sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Dan dalam kitab Tauratmu ada tertulis, bahwa kesaksian dua orang adalah sah; Akulah yang bersaksi tentang diri-Ku sendiri, dan juga Bapa, yang mengutus Aku, bersaksi tentang Aku."

Yesus tidak sendirian, terkait kesaksian bahwa dirinya adalah pasal hukum itu sendiri dan palu vonis itu sendiri, ada 2 saksi:
-dirinya sendiri
-Bapa

Orang-orang Farisi, menyetujui kebenaran 2 orang saksi, namun problemnya semakin tak tertanggulangi:
-Yesus, dapat dilihat dan ada dihadapan mereka
-Bapa, tidak dapat dilihat dan tidak diketahui keberadaannya

Sehingga orang-orang  Farisi bertanya: "Di manakah Bapa-Mu?" – Yohanes  8:19

Dan pertanyaan ini atau problem ini tak memiliki solusi apapun juga! Yesus berkata:
"Baik Aku, maupun Bapa-Ku tidak kamu kenal. Jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku."

Tak ada secercah sinar harapan bagaimanapun pada semua manusia untuk mengenal Bapa; tak ada secercah sinar harapan bagaimanapun  pada semua manusia untuk mengenal Anak :“Baik Aku, maupun Bapa-Ku  tidak kamu kenal.” Sekalipun Yesus dapat mereka lihat, dapat mereka dengar, dapat mereka jumpai, dapat mereka debat, dapat mereka gugat dalam  semua itupun, bukan atau mustahil untuk menjadi sarana mengenal Yesus. Padahal, Yesus berkata: sekiranya kamu mengenal Aku, kamu juga mengenal Bapa.

Keadaan manusia yang pada dasarnya  dalam kegelapan dan tidak memiliki kehidupan telah menjadi akar masalah bagi manusia. Ini adalah problem untuk beriman, anda tak dapat berkata bahwa beriman adalah masalah yang “simple”; beriman tidak dapat datang dari inisiatif atau usaha manusia atau pencarian manusia atau pengejaran manusia mencari Tuhan. Kita melihat secara sempurna, bahwa pada kasus ini, memang benar manusia-manusia yang sudah dalam vonis mati tidak memiliki hidup, pada faktanya secara serius memikirkan hal-hal rohani, mencari atau mengejar Allah yang sejati, berupaya mencari kebenaran sejati dan bahkan berjuang keras memahami ada hal sejati dan absout dalam sebuah kebenaran sehingga mereka harus memeriksa dan memastikan memang demikianlah, tetapi, itu semua, tak berdaya apa-apa untuk dimiliki, sebab terperangkap atau terpenjara oleh keadaan gelap pada semua manusia yang tak memiliki atau menerima Yesus. kemustahilan berupa “mustahil mengenal  dan beriman pada Yesus yang disaksikannya sendiri secara demikian.” Mengapa, juga, untuk mengenal Bapa, harus mengenal Yesus? Itu semata pada realita yang jauh lebih mematikan daripada realita mereka yang tak mampu menerima Yesus sebagaimana kesaksiannya sendiri:

Yohanes 5:37 Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat,

Yesus menyajikan Bapa sebagai saksi lainnya sehingga ada 2 orang saksi bagi Yesus, namun dilemanya sungguh seperti manusia berupaya membangkitkan manusia yang telah mati dan dimakamkan berhari-hari didalam makamnya. Sebab Bapa, bagi manusia: a.suaranya tak dapat didengar ; b. Tak dapat dilihat. Saksi seperti apakah ini bagi manusia? Keadaan manusia sungguh gelap dan tetap tinggal atau berada dalam kematian. Bahkan untuk lepas dari dosa : tak percaya kepada  Yesus, dengan demikian sebuah kemustahilan sebab sangat bergantung kepada Yesus. Ini adalah dilema nomor 3.

Bisakah anda membayangkan, Yesus yang dapat dilihat dan didengar, NAMUN mustahil untuk didatangi dalam sebuah perimanan kepadanya sebagai dia bersaksi kepada manusia? Lalu bagaimana solusinya? Yesus terkait masalah ini, sebelumnya sudah memberikan jawabannya:

Yohanes 6:36-37 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.
Sungguh maut keadaan manusia yang berada di dalam kegelapan itu. Melihat namun mustahil untuk percaya! Bahkan dengan upaya menyeldiki kitab-kitab Musa  pun menjadi tak ada gunanya:

Yohanes 5:39-40 Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Keadaan ini atau halangan untuk beriman pada manusia-manusia yang berada dalam kegelapan dan  tak memiliki hidup,  telah memvonis keberimanan setiap manusia kepada Allah yang beenar, sangat bergantung pada  belas kasih Tuhan, untuk mendatangkan sebuah tindakan penyelamatan dari ketidakberdayaan yang sangat maut ini, sehingga:
Yohanes 6:37  Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

Yohanes 6:44 Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku

Yohanes 6:65 "Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya."

Jika saja, anda dan siapapun juga menerima pernyataan Yesus Kristus mengenai keadaan manusia yang tak berdaya, bahwa semua manusia berada di dalam kegelapan, tidak memiliki kehidupan; bahwa semua manusia tidak dapat melihat dan mendengar Bapa yang meneguhkan kesaksian Yesus, sementara Yesus adalah kunci untuk mengenal Bapa, maka, adalah sebuah kegilaan untuk berkata bahwa manusia memiliki porsi untuk menentukan dirinya sendiri: apakah mau atau memilih untuk beriman atau tak beriman. Mengharapkan manusia-manusia untuk pada dirinya sendiri berkontribusi dalam pengimanannya pada Kristus sungguh sebuah kegilaan berpikir, dan, dalam hal ini, semakin meneguhkan kesaksian Yesus sendiri, bahwa semua manusia pada dasarnya berada dalam kegelapan dan tak berdaya. Tak ada sebuah alasan rasional untuk berjuang keras agar beriman kepada Yesus Kristus, sebab bagaimana bisa beriman sementara tidak dapat mendengarkan kesaksian Bapa yang meneguhkan semua kesaksian Yesus? Maka, sebagaimana Yesus sendiri menyatakannya, memang benar dan mutlak manusia itu memerlukan bantuan Allah berupa keselamatan oleh kasih karunia yang total mendominasi kematian manusia untuk melakukannya. Diberikan, ditarik dan menganugerahkan, adalah tindakan-tindakan Allah yang  menjadikan manusia:
-dapat MERESPON : mendatangi Yesus
-dapat diselamatkan oleh Yesus secara pasti dan kokoh

Inilah penghakiman Yesus itu! Semua isi penghakiman itu malah memastikan bahwa siapapun  membutuhkan kasih karunia Allah untuk dapat datang atau merespon dan diterima oleh  Yesus dalam sebuah kepastian, bukan kemungkinan, dan semua manusia yang tidak menerima atau tidak beriman kepada Yesus pada dasarnya mati atau tidak memiliki hidup dan dalam kegelapan. Yesus, tadi sudah mengatakan, semua manusia yang tak menerimanya berdosa, mati dalam dosa!

Dengan demikian,menyatakan Yohanes 8:16 adalah sebuah penghakiman yang membuka peluang bagi orang-orang tak beriman untuk dapat masuk ke dalam dunia yang baru adalah sebuah dusta teramat besar, pengajaran yang menyesatkan banyak jiwa, sebab  Yesus tidak pernah berkata demikian. Tegas sekali,  Yesus berkata kepada I ORANG BANYAK:
Yohanes 8:24 Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu."

Inilah kandungan penghakiman Yesus pada Yohanes 8:16, KELAK. Tak ada sebuah peluang yang bagaimanapun bagi orang-orang tak percaya kepadanya. Keadaannya sudah dinyatakan sekarang: mati, mati dalam dosamu. Apakah dosanya? Tak percaya kepada Yesus sebagaimana Ia maksudkan!  Dengan demikian pengajaran pendeta Dr. Erastus Sabdono, pada dasarnya menentang sabda Kristus. Ia membelokan pengajaran Kristus sehingga yang terjadi adalah, sebuah pengajaran yang menebarkan maut!


Bersambung ke “Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.ErastusSabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (2Q):“Tidak Ada Keselamatan Di Luar Kristen Tetapi Ada Keselamatan Di Luar Kristen”


                                                                
AMIN
Segala Pujian Hanya Kepada TUHAN


The cross
transforms present criteria of relevance: present criteria of relevance do not transform
the cross
[oleh seorang teolog yang  namanya tidak saya ingat]



No comments:

Post a Comment