Pages

17 March 2015

Penyaliban dan Kristologi Penderitaan Yesus Di Kayu Salib Tidak Nyata - Doketik (4)



Oleh: Edwin Yamauchi, Ph.D (Professor of History)

Penyaliban dan Kristologi Penderitaan  Yesus Di Kayu Salib Tidak Nyata  - Doketik (4)

Bacalah lebih dulu Bagian 3
B.Teks -  Teks Yang Mungkin Doketik
Ada sejumlah traktat/risalah yang telah dianggap  sebagai doketisme, terbuka untuk lebih dari satu interpretasi atau masih bertarung untuk saling menentukan apakah doketik atau bukan. Diantaranya adalah sebagai berikut:

Apa yang disebut Gosple of Philip (CG II,3) memiliki teks-teks sebagai berikut(57-28-58.8), yang telah   hampir kesemuanya telah direstorasi:

Yesus telah membawa mereka secara tak kasat mata, karena dia tidak menyingkapkan dirinya sendiri dalam cara [yang] sebagaimana dia ada sebelumnya, tetapi peyingkapan dirinya dalam cara yang mana [mereka akan dapat] dimampukan untuk melihat dirinya yang dia telah singkapkan sendiri. ...Dia[telah menyingkapkan dirinya sendiri] sekecil kecilnya. Dia [telah menyingkapkan dirinya kepada] malaikat sebagai seorang malaikat dan kepada manusia-manusia sebagai manusia. Beberapa orang memang benar telah melihatnya, berpikir bahwa mereka sedang  melihat diri mereka sendiri, tetapi ketika dia telah menampakan dirinya kepada murid-muridnya dalam kemuliaan di gunung dia tidak kecil[75]


Dalam teks lainnya, yang sayangnya dalam keadaan yang jauh lebih rusak, ada sebuah rujukan untuk daging Penebus(68.34-37). Ketika telah direstorasi teks itu terbaca: “[Dia memang benar memiliki] daging, tetapi [daging]nya benar-benar daging. [Daging kita] tidak benar-benar, tetapi [kita memiliki] hanya sebuah citra dari yang benar”[76].


Dalam apa yang disebut Gospel of Thomas(CG II,2), kita memiliki dalam Logion ( sebuah perkataan yang dikaitkan dengan Yesus di dalam  injil-injil atau dalam sumber-sumber purba lainnya) 28 pernyataan berikut ini: “Aku telah mengambil tempatku di tengah-tengah dunia, dan aku telah menampakan diriku kepada mereka di dalam daging.” Gartner berkomentar bahwa ini tidak perlu untuk menyimpulkan dari kata-kata ini sebuah inkarnasi dalam pengertian Perjanjian Baru: “Ini telah didukung oleh istilah opthen, sebagaimana penggunaan Gnostik pada kata sarx”[77].


Apakah memang benar Kristologi dari Gospel of Truth (CG I,2) adalah doktetik atau bukan masihlah diperdebatkan. Grobel berkomentar:

Melalui kategori  sejarah yang jarang disentuh, sejarah penderitaan Yesus itu baik secara implisit dan eksplisit hadir. Bahkan apakah Yesus di bumi telah dikandung secara doketik sangatlah tidak  pasti;  satu ekspresi yang mungkin memutuskan soal ini (31:6) penuh keraguan[78].


G.W.MacRae menerjemahkan kata kunci Koptik cmat sebagai yang mewakili kata Yunani homoioma, yang berarti “penampakan,” dalam pemahaman doketik[79]. Pada sisi lain, seorang pakar Jepang, Shibata, telah berpendapat bahwa “tak ada faktor yang memberikan petunjuk natur doketik pada sarx dalam Gospel of Truth[80]. Pakar  Jepang lainnya telah berpendapat bahwa Kristologi pada traktat tersebut adalah  sangat sukar untuk dikatakan Gnostik dan adalah sekunder[81].

Dalam Gospel of Truth (20.23-27) kita memiliki  rujukan berikut ini untuk salib: “untuk alasan inilah Yesus telah menampakan diri; dia  menyebabkan dirinya sebagaimana dispesifik kitab; dia telah dipakukan pada sebuah salib; dia telah menerbitkan proklamasi dari Bapa di atas salib”[82]. Tetapi menurut Menard, sang Kristus di atas salib semata simbol manusia-manusia yang telah disalibkan pada salib   fisikal[83].


C.Teks-Teks Non Doketik
Risalah atau traktat pertama  yang disebut Rheginos, dan sekarang disebut  Treatise on the Resurrection (CG I,3), telah dinilai  oleh para editor awalnya sebagai sebuah karya Valentinian dengan sebuah Kristologi Doketik[84]. Pada sisi lain. Malcolm Peel telah berpendapat bahwa rujukan-rujukan untuk “daging” (44.14-15) dan untuk “kemanusiaan” (44.24-66) telah mengindikasikan bahwa sang Juruselamat telah menggunakan sebuah tubuh daging  mungkin hanya untuk sesaat: ”Adalah sukar dalam sorot teks-teks semacam itu untuk melihat bagaimana editor-editor dapat menyimpulkan bahwa Surat kita menghadirkan sebuah Kristologi doketik yang menyeluruh”[85].

Salah satu dokumen yang paling menakjubkan  dalam koleksi tersebut adalah traktat atau risalah Melkisedek (CG IX,1), yang mana meluncurkan sebuah  polemik  yang  berapi-api melawan doketisme (5.1-12):

[Mereka] akan datang dalam namanya, dan mereka akan  mengatakan mengenainya bahwa dia tidak diperanakan walaupun dia telah dilahirkan,(bahwa) tidak makan walaupun makan, (bahwa) dia tidak disunat walaupun dia telah disunat, (bahwa) dia tidak dibangkitkan dari kematian sekalipun dia telah bangkit dari kematian [itu][86].


Pandangan-pandangan yang bersifat Kristologi itu sangat beragam dalam traktat-traktat yang menyajikan bukti bagi natur koleksi Nag Hammadi. Jean Doresse, investigator paling awal, telah menyatakan bahwa ini adalah pustaka dari sebuah sekte Sethian Gnostik yang  pernah hidup di kawasan tersebut[87]. Tetapi tidak semua teks-teks itu adalah Sethian. Lebih jauh, penelitian-penelitian John Barns mendemonstrasikan bahwa kitab-kitab tersebut telah di tulis di dalam sebuah biara Pachomian[88]. Tetapi oleh siapa? James Robinson telah mengajukan pendapat bahwa teks-teks tersebut telah disalin oleh  rahib-rahib Kristen Gnostik sebelum era ketika mereka telah ditimbang sebagai  para bidat dan telah diusir[89].


Pada bagian lain, Barns sendiri merasa  bahwa para rahib ortodoks telah menyalin karya-karya semacam itu sebagai rujukan bagi sanggahan-sanggahan mereka yang bersifat apologetika[90]. Pandangan ini juga  telah dibangun oleh T.Säve-Söderbergh: “Pustaka tersebut   telah dapat membawakan sekaligus untuk maksud-maksud studi-studi pemikiran bidat,  katakanlah dengan orang-orang yang menyukai Epiphanius yang telah berkeinginan untuk mengumpulkan sebuah Panarion melawan para Gnostik[91].


Lending mendukung pandangan tersebut bahwa traktat-traktat tersebut telah disalin untuk maksud rujukan, catatan penyalin teks dilampirkan  pada Hermetic Prayer  of Thanksgiving (CG VI.7):

Saya telah menyalin satu diskursusnya. Memang, sangat banyak telah datang kepadaku. Saya tak menyalin teks-teks tersebut karena saya  berpikir bahwa teks-teks tersebut telah tersedia bagimu. Juga, saya bimbang untuk menyalin teks-teks tersebut bagimu karena barangkali  (telah) tersedia bagi mu, dan   hal-hal itu dapat membebanimu,  karena diskursus-diskursus tersebut, yang telah datang kepadaku, berjumlah banyak[92].



Pada kesimpulannya, kehadiran  traktat-traktat doketik, menyerupai doketik,dan antidoketik mendukung pandangan traktat-traktat Nag Hammadi sebagai sebuah kumpulan referensi ketimbang  pandangan yang menyatakan bahwa traktat-traktat tersebut adalah pustaka  bagi sekte Gnostik apapun juga.



VI. Perkembangan-Perkembangan Berikutnya
Pertarungan antara para pendukung sebuah Kristologi doketik seperti Simon Magus,Saturninus, Basilides, Cerinthus, Marcions, Valentinus, Bardesanes, dan lain-lain [93], dan bapa-bapa gereja Ignatius, Justin Martyr, Irenaeus, Clement, Origen, dan khususnya Tertullian[94] telah didokumentasikan secara baik dan sangat banyak didiskusikan.


Sebuah gerakan yang merupakan pusat perhatian bati telah mengalirkan komentar yang selayaknya. Mani (216-276), seorang Persia yang lahir di Mesopotamia, telah mendirikan  agama Manicheisme yang bersifat sinkretik dan dualitik[95], yang terhitung diantara para penganutnya adalah Agustinus sebelum pertobatannya. Penemuan sensasional Codex Cologne pada kehidupan kehidupan Mani dan publikasinya pada 1970 mengkonfirmasi laporan berbahasa Arab bahwa Mani muncul dari  Kristen Yahudi Elchasaite [96].



Menurut Machineans, Yesus  merupakan “sebuah tampilan realita tubuh jasmani dan bukan sebuah pribadi sejati”[97]. Mani, yang telah dipengaruhi oleh ajaran Marcion, telah mengajarkan bahwa Yesus tidak dilahirkan dari Maria. Faustus, seorang pemimpin Manichean yang melawan Agustinus, menganut pandangan yang menyatakan bahwa kematian Yesus hanya semata tampilan[98]. Epistle of the Foundation yang manichean telah meyakini bahwa Pangeran Kegelapan, yang telah berharap  sang Juruselamat telah disalibkan, adalah dirinya sendiri yang dipakukan di salib[99]. Koenen berkomentar:

Penderitaan sang Terang ilahi adalah penderitaan di dalam sebuah tubuh. Yesus, akan tetapi, telah disangka tak seharusnya memiliki tubuh sedemikian. Karena itu, penyaliban Yesus kehilangan relevansi teologisnya. Sebagai akibatnya, penyaliban hampir sama sekali tak memiliki peran dalam ritus Manichean. Akan tetapi, para Machinean telah merayakan sengsara Mani di Perayaan Bema[100].


Bahwa, walau Mani tidak disalibkan, sengsara-sengsaranya telah dipahami sebagai setara dengan penyaliban.


Agustinus melaporkan bahwa  para Manichean telah mengajarkan doktrin-doktrin aneh tentang Jesus Patibilis atau Sengsara Yesus dan Crux Lucis atau “Salib Terang.” Bahwa konsep-konsep tersebut tidak ditemukan oleh Agustinus kini telah dikonfirmasi oleh Codex Cologne. Para Machineans telah mengajarkan bahwa partikel-partikel Terang ilahi, yang mana telah terkurung dalam tumbuhan-tumbuhan, harus dibebakan oleh  orang pilihan melalui bersendawa dan  pencernaan!


Kristus mati secara harian, menderita secara harian dan dilahirkan secara harian dalam labu, daun bawang dan krokot, dan tanaman-tanaman lainnya. Memotoh, memasak, mengunyah, dan pencernaan telah menyebabkan derita bagi substansi ilahi, bagi anggota tubuh Allah. Penderitaan semacam itu telah disimbolisasikan oleh salib. ...[101]


VII. Kesimpulan-Kesimpulan
Pada abad ke empat, dengan pengecualian pada Manichean, para penganjur Kristologi Doketik telah disanggah hampir tanpa sisa oleh Kristologi Inkarnasi yang ditulis Irenaes dan Tertullian. Pada abad ke limat sebuah gerakan kecil telah muncul, “aphtarodocetists” yang berpandangan bahwa Kristus telah begitu dimuliakan sehingga tubuh-Nya tak dapat merasakan penderitaan[107].


Bagi hampir semua gereja, empat konsili  ekumeni di Nicea, Konstantinopel, Efesus, dan Chalcedon telah mengklarifikasi dan mendefinisikan natur manusia dan ilahi Yesus Kristus[108].

Pada masa kita kini, serangan-serangan utama terhadap ortodoksi datang dari mereka yang akan mempertanyakan keilahian  yang dimiliki Yesus ketimbang kemanusiaannya.  Tetapi kutipan berikut ini dari sebuah gerakan agama moderen mendemonstrasikan bahwa kecenderungan doketisme selalu mungkin:

Ketakterlihatan Kristus adalah tak berwujud tubuh jasmani, sementara itu Yesus merupakan sebuah eksistensi berwujud tubuh jasmani atau fisik. Keduaan personalitas, yang terlihat dan tak terlihat, yang spiritual dan yang material, yang Kristus dan yang Yesus, terus berlangsung hingga kenaikan Tuan, ketika manusia, konsep tubuh jasmani, atau Yesus, telah lenyap, sementara dirinya yang tak terlihat, atau Kristus, telah berlanjut eksis dalam ketentuan kekal Ilmu Pengetahuan Ilahi[109].


Survei  doketisme telah berupaya mengingatkan orang-orang percaya akan realita salib dan kemanusiaan Kristus dengan mencatat pada sejauh apa orang telah bergerak menyangkali baik salib dan kemanusiaan Kristus.


Selesai
Segala Kemuliaan Hanya Bagi TUHAN


Diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora. Dari : The Crucifixion and Docetic Christology- Concordia Theological Quarterly, Volume 46 Number 1 January 1982


Catatan kaki:
Akan dilengkapi kemudian

No comments:

Post a Comment