Pages

17 January 2015

YUNUS 3:1-10



Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div

YUNUS 3:1-10





Bacalah lebih dulu bagian 4


Yunus 3:1-10 - “(1) Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: (2) ‘Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.’ (3) Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. (4) Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’ (5) Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. (6) Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (7) Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: ‘Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. (8) Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. (9) Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.’ (10) Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya”.

 

I) Pengutusan kedua terhadap Yunus (ay 1-2).


Ay 1-2: “(1) Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian: (2) ‘Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu.’”.

1)   Dimana Yunus berada pada saat itu?
Barnes menganggap bahwa kata-kata dalam ay 2 - ‘Bangunlah, pergilah ke Niniwe’ - tidak mungkin diberikan kepada Yunus yang sedang dalam perjalanan ke Niniwe. Ia mengatakan bahwa Yunus pergi ke Yerusalem untuk membayar nazarnya dan bersyukur kepada Allah di sana, dan lalu pulang ke rumahnya. Setelah beberapa saat maka datanglah Firman Tuhan kepadanya yang menyuruhnya pergi ke Niniwe (ay 1-2). Dengan demikian ada suatu jangka waktu yang memungkinkan kabar tentang dirinya yang ditelan ikan dsb untuk bisa tersebar dan sampai ke telinga orang-orang Niniwe.


Pulpit Commentary juga mempunyai pandangan yang serupa. Ia mengatakan: “The beginning of the next verse, ‘arise,’ seem to imply that he was then in some settled home, perhaps at Gath-hepher” (= Permulaan dari ayat selanjutnya, ‘bangunlah’, kelihatannya menunjukkan bahwa pada saat itu ia ada di rumah, mungkin di Gat-Hefer) - hal 58.

2)   Yunus harus memberitakan Firman Tuhan.
Ay 2: ‘sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu’.
KJV: ‘preach unto it the preaching that I bid thee’ (= khotbahkanlah kepadanya khotbah yang Kuperintahkan kepadamu).

Pulpit Commentary: “It is only the Word of the Lord which should be proclaimed by the minister of religion in any position, in all circumstances” (= Hanya Firman Tuhanlah yang harus diberitakan oleh pelayan agama dalam posisi apapun, dalam semua keadaan) - hal 61.

Pulpit Commentary: “His instructions were the preacher’s instructions for all lands and times. ‘Preach the preaching that I bid thee.’ It was this Moses preached (Deut. 18:18), and Jeremiah (Jer. 1:7), and Paul (1Cor. 11:23), and Christ himself (John 7:16; 12:50). It is this we must preach. What else is worth preaching, or can or dare be preached? As to the substance of his message, the preacher has no discretionary power. He is not to preach science, nor philosophy, nor sentiment, nor his own notions, nor human knowledge” [= InstruksiNya merupakan instruksi untuk semua tempat dan waktu. ‘Khotbahkanlah kepadanya khotbah yang Kuperintahkan kepadamu’. Inilah yang dikhotbahkan / diberitakan oleh Musa (Ul 18:18), dan Yeremia (Yer 1:7), dan Paulus (1Kor 11:23), dan Yesus sendiri (Yoh 7:16; 12:50). Inilah yang harus kita khotbahkan / beritakan. Hal lain apa yang layak / berharga untuk diberitakan, atau bisa atau berani kita beritakan? Berkenaan dengan isi dari beritanya, sang pengkhotbah tidak mempunyai kuasa untuk memilih. Ia tidak boleh memberitakan / mengkhotbahkan ilmu pengetahuan, atau filsafat, atau pandangan yang didasarkan pada perasaan, atau kepercayaan / pandangannya sendiri, atau pengetahuan manusia] - hal 66.
Catatan:  saya berpendapat Ul 18:18 itu tidak cocok.

Pulpit Commentary mengutip kata-kata Abbot: “There is not the greatest minister, not the most learned or acute, but must observe this rule; not James, not John, not Peter, not all the troop of the apostles, may once vary from this: he who shall bring other doctrine, let him be accursed by us; he who speaketh of himself, let him be refused by us; howsoever godly or holy he do pretend himself, yet if he decline that word which should be his direction, let him be declined by us” (= Tidak ada pendeta terbesar, yang paling terpelajar atau pandai, yang tidak harus mentaati peraturan ini; baik Yakobus, Yohanes, Petrus, ataupun seluruh kelompok rasul-rasul, tidak boleh berbeda dari hal ini: ia yang membawa ajaran yang lain, hendaklah ia kita kutuk; ia yang berbicara tentang dirinya sendiri, hendaklah ia kita tolak; bagaimanapun saleh atau kudusnya ia berpura-pura, tetapi jika ia menolak firman yang seharusnya menjadi pembimbingnya, hendaklah ia kita tolak) - hal 67.

Ul 18:18,20-22 - “(18) seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firmanKu dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. ... (20) Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi namaKu perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu  harus mati. (21) Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? - (22) apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.’”.

Yes 8:20 - “‘Carilah pengajaran dan kesaksian!’ Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar”.

Gal 1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia”.

3)   Petunjuk tentang belas kasihan Tuhan.
Barnes menganggap bahwa dalam perintah Tuhan ini ada sedikit petunjuk tentang belas kasihan Tuhan, karena kalau dalam 1:2 Tuhan berkata ‘Cry against her / it’ (= Berteriaklah terhadapnya / menentangnya), maka sekarang dalam 3:2 Tuhan berkata ‘Cry unto her / it’ (= Berteriaklah kepadanya).

4)   Tuhan tetap mau memakai hambaNya yang pernah memberontak / jatuh.
Calvin menganggap bahwa ini menunjukkan kasih karunia dari Tuhan, karena Ia tetap mau memakai Yunus seperti semula (tetap sebagai nabi).
Penerapan: kalau saudara adalah seorang hamba Tuhan atau pelayan Tuhan, dan suatu kali saudara jatuh / memberontak, dan setelah itu saudara bertobat, maka janganlah mempercayai bisikan setan yang mengatakan bahwa Tuhan tidak lagi mau memakai saudara. Renungkan tentang Simson, Elia, Daud, Salomo, Yunus, Petrus, dsb, yang semuanya tetap dipakai lagi oleh Tuhan setelah kejatuhan mereka, dan percayalah bahwa Tuhan tetap mau memakai saudara.

II) Yunus memberitakan Firman Tuhan di Niniwe (ay 3-4).


Ay 3-4: “(3) Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya. (4) Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’”.

1)   Ini menunjukkan kesia-siaan pelarian Yunus.

Barnes’ Notes kutip kata-kata Chrysostom: “Wherefore God did not lead him straight from the vessel to the city; but the sailors gave him over to the sea, the sea to the vast fish, the fish to God, God to the Ninevites, and through this long circuit brought back the fugitive; that He might instruct all, that it is impossible to escape the Hands of God” (= Mengapa Allah tidak membimbingnya dari kapal langsung ke kota itu; tetapi para pelaut menyerahkannya kepada laut, laut menyerahkannya kepada ikan yang besar, ikan menyerahkannya kepada Allah, Allah menyerahkannya kepada Niniwe, dan melalui perjalanan keliling yang panjang ini membawa kembali orang buronan / pelarian ini; supaya Ia bisa mengajar semua orang bahwa merupakan sesuatu yang mustahil untuk lolos dari tangan Allah) - hal 411.

Penerapan: kalau Allah menyuruh saudara melakukan apapun, janganlah memberontak, karena itu tidak ada gunanya, dan hanya bisa menyakitkan diri saudara sendiri.

2)   Niniwe adalah kota yang besar bagi Allah.
Editor dari Calvin’s Commentary mengatakan bahwa terjemahan ay 3 seharusnya adalah: ‘And Nineveh was a great city to God’ (= Dan Niniwe adalah suatu kota besar bagi Allah).


Footnote NIV: ‘a city important to God’ (= suatu kota yang penting bagi Allah).
Jadi, sekalipun Allah sebetulnya tidak membutuhkan orang-orang Niniwe itu, tetapi orang-orang Niniwe itu tetap penting bagi Allah. Mengapa? Karena Allah mengasihi mereka.

Bdk. Maz 8:4-6 - “(4) Jika aku melihat langitMu, buatan jariMu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: (5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? (6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat”.

Penerapan: apakah saudara adalah orang yang rendah diri? Apakah saudara menganggap diri saudara tidak penting bagi Allah? Memang sebetulnya, sama seperti Allah tidak membutuhkan orang-orang Niniwe itu, Ia juga tidak membutuhkan saudara! Tetapi karena Allah mengasihi saudara, maka saudara adalah seseorang yang penting bagi Dia! Renungkan hal ini, dan berhentilah memandang rendah diri saudara sendiri!


3)   Pemberitaan Firman Tuhan di Niniwe.

a)Yunus tidak takut untuk memberitakan Firman Tuhan di Niniwe, yang merupakan ibukota kerajaan Asyur.
Calvin (hal 94) mengatakan bahwa pengalaman di dalam perut ikan membuat Yunus sadar / percaya bahwa “even amidst thousand deaths there is enough in God’s protection to secure our safety” (= bahkan di tengah-tengah 1000 kematian perlindungan Allah cukup untuk menjamin keamanan / keselamatan kita), dan itu menyebabkan Yunus tidak takut untuk menghadapi Niniwe. Dan Calvin lalu mengatakan bahwa makin seseorang merasakan / mengalami kebaikan Allah, makin ia harus berani dalam melaksanakan tugasnya / pelayanannya.


b)Orang-orang Niniwe bisa mengerti Yunus.
Orang Niniwe bisa mengerti kata-kata Yunus, karena mengerti bahasa Ibrani maupun Aram. Bandingkan dengan Yes 36:11-13a - “(11) Lalu berkatalah Elyakim, Sebna dan Yoah kepada juru minuman agung: ‘Silakan berbicara dalam bahasa Aram kepada hamba-hambamu ini, sebab kami mengerti; tetapi janganlah berbicara dengan kami dalam bahasa Yehuda sambil didengar oleh rakyat yang ada di atas tembok.’ (12) Tetapi juru minuman agung berkata: ‘Adakah tuanku mengutus aku untuk mengucapkan perkataan-perkataan ini hanya kepada tuanmu dan kepadamu saja? Bukankah juga kepada orang-orang yang duduk di atas tembok, yang memakan tahinya dan meminum air kencingnya bersama-sama dengan kamu?’ (13a) Kemudian berdirilah juru minuman agung dan berserulah ia dengan suara nyaring dalam bahasa Yehuda. Ia berkata: ‘Dengarlah perkataan raja agung, raja Asyur!”.



c)Isi pemberitaan Yunus.
Ay 4: Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: ‘Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan.’”.


Ada beberapa hal yang ingin saya persoalkan:
1.    Dari ay 5 dimana dikatakan bahwa orang-orang Niniwe percaya kepada Allah, Calvin menyimpulkan bahwa khotbah Yunus tidaklah sesingkat apa yang dituliskan dalam ay 4b, karena kalau memang sesingkat itu, bagaimana mereka bisa percaya kepada Allah? Jadi, Yunus pasti berbicara tentang Allah. Juga orang-orang Niniwe bisa bertobat dengan berkabung, jelas menunjukkan bahwa Yunus pasti berbicara tentang dosa-dosa mereka.


2.  Kata ‘ditunggang-balikkan’ ini merupakan kata yang sama dengan kata yang digunakan untuk Sodom.
Pulpit Commentary: “This is the word used for the destruction of Sodom (Gen. 19:25,27; Amos 4:11)” [= Ini adalah kata yang digunakan untuk penghancuran Sodom (Kej 19:25,27; Amos 4:11)] - hal 59.


Kej 19:25,29 - “(25) dan ditunggangbalikkanNyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. ... (29) Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kota-kota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkanNyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggangbalikkan itu”.


Amos 4:11 - “‘Aku telah menjungkirbalikkan kota-kota di antara kamu, seperti Allah menjungkirbalikkan Sodom dan Gomora, sehingga kamu menjadi seperti puntung yang ditarik dari kebakaran, namun kamu tidak berbalik kepadaKu,’ demikianlah firman TUHAN”.



3.   Ancaman hukuman mati ini menyebabkan mereka bertobat.
Barnes’ Notes: “‘Why predictest Thou,’ asks S. Chrysostom, ‘the terrible things which Thou are about to do? That I may not do what I predict. Wherefore also He threatened hell, that He may not bring to hell. Let words terrify you that ye may be freed from the anguish of death” (= ‘Mengapa Engkau meramalkan’, tanya S. Chrysostom, ‘hal-hal yang mengerikan yang akan Engkau lakukan? Supaya Aku tidak melakukan apa yang Aku ramalkan. Juga Ia mengancamkan neraka, supaya Ia tidak membawa ke neraka. Biarlah kata-kata menakutkanmu sehingga engkau dibebaskan dari penderitaan kematian) - hal 420.


Barnes’ Notes: “The sentence threatening death was the parent of life” (= Hukuman yang memberikan ancaman kematian merupakan orang tua dari kehidupan) - hal 418.


Penerapan:
a.   Untuk diri saudara sendiri, jangan mengabaikan ancaman Tuhan.
b.   Dalam memberitakan Injil / Firman Tuhan kepada orang-orang lain, jangan takut / segan / sungkan memberitakan ancaman Tuhan / neraka.



III) Pertobatan Niniwe (ay 5-9).


Ay 5-9: “(5) Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. (6) Setelah sampai kabar itu kepada raja kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. (7) Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: ‘Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. (8) Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. (9) Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murkaNya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.’”.



1)   Pengikut-sertaan binatang (ay 7).
a)Itu merupakan kebiasaan pada saat itu.
1.   Pulpit Commentary mengutip kata-kata Kitto sebagai berikut:: “It was a custom among the ancient heathen to withhold food from their cattle as well as from themselves in times of mourning and humiliation; in some instances they cut off the hair of their beasts as well as their own” (= Merupakan suatu kebiasaan di kalangan orang-orang kafir kuno untuk menahan makanan dari ternak mereka maupun dari diri mereka sendiri pada masa perkabungan dan perendahan; kadang- kadang mereka menggunduli rambut / bulu dari binatang mereka maupun diri mereka sendiri) - hal 72.
2.  Adam Clarke: “Virgil tells us that the mourning for the death of Julius Cæsar was so general, that the cattle neither ate nor drank” (= Virgil memberitahu kita bahwa perkabungan untuk kematian Julius Cæsar adalah begitu umum, sehingga ternak tidak makan ataupun minum) - hal 704.
3. Barnes mengatakan bahwa pada saat seorang kaya mati, bukan hanya budak-budak yang diberi kain kabung, tetapi binatang juga.

b)Tujuan pengikut-sertaan binatang.
Calvin menganggap bahwa pengikut-sertaan binatang ini sebetulnya dilakukan demi manusia. Yaitu supaya manusia lebih bisa melihat kemurkaan Allah terhadap mereka, dan dengan demikian lebih cepat dan lebih sungguh-sungguh untuk bertobat.


Calvin: “The same was the intention of different washings under the law, the cleansing of garments and of vessels; it was, that the people might know that every thing they touched was polluted by their filth” (= Hal yang sama dimaksudkan dengan berbagai-bagai pembasuhan di bawah hukum Taurat, pencucian pakaian dan bejana; itu dilakukan supaya orang-orang itu tahu bahwa segala sesuatu yang mereka sentuh dikotori / dinajiskan oleh kekotoran mereka) - hal 106.

Calvin juga memperingatkan untuk tidak sembarangan meniru hal-hal ini, karena kita harus tahu apa tujuan dari hal ini, supaya kita jangan hanya meniru luarnya tetapi mengabaikan apa yang terutama, yaitu tujuan / motivasi dari hal itu.

Tentang perintah untuk berseru kepada Allah dalam ay 8, Calvin berpendapat bahwa ini tentu saja tidak ditujukan pada binatang, tetapi hanya kepada manusia.



Barnes’ Notes: “The irrational animals cannot, through words, learn the anger of God; let them learn through hunger, that the infliction is from God: ... It was no arbitrary nor wanton nor careless act of the king of Nineveh to make the dumb animals share in the common fast. It proceeded probably from an indistinct consciousness that God cared for them also, and, that they were not guilty. ... As the Lord teaches that God’s care of the sparrows is a pledge to man of God’s minute unceasing care for him, so the Ninevites felt truly that the cry of the poor brutes would be heard by God. And God confirmed that judgment, when He told Jonah of much cattle (4:11b), as a ground for having pity on Nineveh. The moanings and lowings of the animals, their voices of distress, pierce man’s heart too, and must have added to his sense of the common misery” [= Binatang yang tidak berakal tidak bisa mengerti tentang murka Allah melalui kata-kata; biarlah mereka mengertinya melalui rasa lapar, bahwa itu merupakan hukuman dari Allah: ... Itu bukan merupakan tindakan yang sewenang-wenang atau tak beralasan atau ceroboh dari raja Niniwe untuk membuat binatang yang bisu / bodoh ikut serta dalam puasa bersama itu. Hal itu mungkin muncul dari kesadaran yang samar-samar bahwa Allah juga memperhatikan mereka, dan bahwa mereka tidak bersalah. ... Sebagaimana Tuhan mengajar bahwa pemeliharaan Allah terhadap burung pipit merupakan suatu jaminan bagi manusia tentang pemeliharaan yang terus menerus dari Allah terhadap mereka, demikian juga orang-orang Niniwe betul-betul merasakan bahwa teriakan dari binatang-binatang yang malang itu akan didengar oleh Allah. Dan Allah meneguhkan penilaian itu, ketika Ia memberitahu Yunus tentang banyak ternak (4:11b) sebagai dasar mengapa Ia berbelas kasihan terhadap Niniwe. Lenguhan binatang, suara mereka yang sedih, juga menusuk hati manusia, dan pasti menambahkan pada pengertian / perasaannya tentang kesengsaraan bersama] - hal 417.


Yun 4:11 - “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?’”.

2)   Pertobatan raja dan penduduk Niniwe disertai dengan puasa, kain kabung dan abu.

a)Puasa, kain kabung dan pertobatan dari dosa.
1.  Pulpit Commentary (hal 59-60) mengatakan bahwa penggunaan kain kabung tidak terbatas pada bangsa Israel saja (Yeh 26:16).

2.   Ay 8b menunjukkan bahwa mereka bukan hanya melakukan hal-hal lahiriah saja, tetapi juga bertobat dari dosa-dosa mereka. Ay 8b ini cuma salah satu contoh dosa-dosa mereka, yang pasti banyak dan bermacam-macam.
Calvin mengatakan bahwa hal-hal lahiriah, seperti puasa, menggunakan kain kabung, dsb, kalau tidak disertai pertobatan dari hati, bukan saja tidak berguna tetapi merupakan ejekan terhadap Allah, dan membangkitkan kemurkaan Tuhan.
Bdk. Yoel 2:13 - Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukumanNya”.


Pulpit Commentary: “Numbers will do everything in religion but turning from sin to the Saviour; and where this is not done, all the rest is lost labour - their religion is hypocrisy, their hope is mere delusion, and their latter end is bitterness and woe; for all who refuse to depart from sin must perish in sin. In vain shall we fast for sin, if we do not fast from sin; and what blessings can all our prayers bring down while we refuse to turn from our evil ways?” (= Banyak orang mau melakukan segala hal dalam agama kecuali berbalik dari dosa kepada sang Juruselamat; dan jika ini tidak dilakukan maka semua yang lain merupakan pekerjaan yang sia-sia - agama mereka merupakan kemunafikan, harapan mereka merupakan khayalan, dan akhir mereka adalah kepahitan dan kesengsaraan; karena semua orang yang menolak untuk berpisah dari dosa pasti binasa dalam dosa. Sia- sia kita berpuasa untuk dosa, jika kita tidak berpuasa dari dosa / berhenti berbuat dosa; dan berkat apa yang bisa diturunkan oleh doa-doa kita sementara kita menolak untuk berbalik dari jalan kita yang jahat?) - hal 69.


Barnes’ Notes: “Repentance and restitution clear the hands from the guilt of the violence: restitution, which gives back what was wronged; repentance, which, for the love of God, hates and quits the sins, of which it repents. ... The fruits of sin are temporal gain, eternal loss. We cannot keep the gain and escape the loss. ... The Hebrews had a saying, ‘Whoso hath stolen a beam, and used it in building a great tower, must pull down the whole tower, and restore the beam to its owner,’ i.e. restitution must be made at any cost” (= Pertobatan dan penggantian kerugian membersihkan tangan dari kesalahan kekerasan: penggantian kerugian, yang mengembalikan apa yang diambil dengan kekerasan; pertobatan, yang karena kasih kepada Allah, membenci dan meninggalkan dosa. ... Buah dari dosa adalah keuntungan sementara, kerugian kekal. Kita tidak bisa menahan keuntungan dan lolos dari kerugian. ... Orang-orang Ibrani mempunyai pepatah: ‘Barangsiapa yang telah mencuri sebuah balok dan menggunakannya untuk membangun menara yang besar, harus merobohkan seluruh menara, dan mengembalikan balok itu kepada pemiliknya’, artinya, penggantian kerugian harus dilakukan berapapun ongkosnya) - hal 418.

Bandingkan dengan kata-kata Zakheus dalam Luk 19:8 - Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan: ‘Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.’”


Penerapan: ini termasuk hutang yang belum dibayar, dan bahkan dilupakan, juga persembahan persepuluhan yang ditunggak!


3. Pertobatan mereka dilandasi oleh iman, karena ay 5 mengatakan: ‘Orang Niniwe percaya kepada Allah’.



b)Pertobatan raja Niniwe.
Calvin mengatakan bahwa raja Niniwe bisa bertobat, padahal raja biasanya sombong dan semaunya sendiri. Karena itu pertobatannya ini pasti menunjukkan bahwa Tuhanlah yang bekerja sehingga hal itu bisa terjadi.


Barnes’ Notes: “Many wish to repent, yet so as not to part with their luxuries or the vanity of their dress, ... delicate food and costly dress agree not with penitence; ... It was a marvelous thing, that purple was outvied by sackcloth. Sackcloth availed, what the purple robe availed not. What the diadem accomplished not, the ashes accomplished. ... The king had conquered enemies by valor; he conquered God by humility. ... He forgets that he is a king, fearing God, the King of all; he remembereth not his own power, coming to own the power of the Godhead. Marvelous! While he remembereth not that he is a king of men, he beginneth to be a king of righteousness” (= Banyak orang yang ingin bertobat, tetapi tidak ingin berpisah dengan kemewahan mereka atau dengan kesia-siaan dari pakaian mereka, ... makanan yang enak dan pakaian yang mahal tidak cocok dengan pertobatan; ... Merupakan sesuatu yang luar biasa bahwa kain ungu dikalahkan oleh kain kabung. Kain kabung berguna pada saat jubah ungu tidak berguna. Apa yang tidak bisa dicapai oleh mahkota, bisa dicapai oleh abu. ... Sang raja telah mengalahkan musuh dengan keberanian; ia mengalahkan Allah dengan kerendahan hati. ... Ia melupakan bahwa ia adalah seorang raja, ia takut kepada Allah, Raja dari semua; ia tidak mengingat kekuasaannya, ia mengakui kuasa dari Allah. Betul-betul mengagumkan! Sementara ia tidak mengingat bahwa ia adalah raja dari manusia, ia mulai menjadi raja kebenaran) - hal 416.


Penerapan:
1.  Kerendahan hati raja ini harus ditiru oleh orang-orang kaya / berkedudukan, kalau mereka betul-betul mau bertobat.
2.  Pengkhotbah tidak seharusnya meninggi-ninggikan atau mengumpak / menjilat orang kaya / berkedudukan dalam kebaktian di gereja, karena ini justru mempersulit pertobatan mereka. Bandingkan juga dengan kebaktian Natal nasional, dimana pengkhotbah menyebutkan nama dan jabatan tokoh-tokoh pemerintahan yang hadir.


Calvin: “if he made such progress in so short a time, what excuse can we pretend, whose ears have been stunned by continual preaching for twenty or thirty years, if we yet come short of the noviciate of this king?” (= jika ia membuat kemajuan seperti itu dalam waktu yang begitu singkat, alasan apa yang bisa kita berikan, jika kita mendengar khotbah selama 20 atau 30 tahun tetapi kita kalah oleh raja yang adalah orang baru ini?) - hal 110.


c)Mereka bertobat sekalipun tidak ada jaminan pengampunan.
Ay 9: ‘Siapa tahu ...?’.
Ia hanya mendengar ancaman hukuman dari Yunus (bdk. ay 4), tetapi ia bertobat dan diampuni / diselamatkan.
Bandingkan dengan Yoel 2:14 - Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkanNya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu”.

Kalau mereka yang hanya mendengar ancaman, tanpa disertai janji pengampunan jika mereka bertobat, tetapi toh mau bertobat, maka saudara lebih brengsek dari mereka jika saudara tetap tidak bertobat sekalipun mendapatkan janji pengampunan.


d)Niniwe sebagai pembanding.
Mat 12:41 - “Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”.
Calvin mengatakan bahwa dalam Mat 12:41 Yesus menggunakan Niniwe yang bertobat karena khotbah Yunus ini sebagai pembanding terhadap orang-orang di jamanNya yang tidak bertobat karena khotbahNya. Jadi, sekalipun pertobatan adalah pekerjaan Allah, tetapi manusia yang tidak bertobat tetap salah. Dari semua ini terlihat bahwa sekalipun Calvin mempercayai kedaulatan Allah, tetapi Calvin tetap mengajarkan tanggung jawab manusia.



Pulpit Commentary: “The repentance of the people at the mere announcement of Jonah is used by Christ himself to accentuate the obstinate impenitence of the Jews under unusual privileges and advantages (Matt. 12:41). And to his own contemporaries the prophet, by this history, read a solemn, if silent, warning; he contrasts the submission of these Gentiles, who had so little light and knowledge, with the hardness and obstinacy of the Israelites, who had the Word of God and the light of his presence among them” [= Pertobatan dari orang-orang Niniwe karena pemberitaan Yunus digunakan oleh Kristus sendiri untuk menekankan / menonjolkan sikap tegar tengkuk dari orang-orang Yahudi yang tidak mau bertobat di tengah-tengah hak-hak dan keuntungan yang luar biasa (Mat 12:41). Dan kepada orang-orang sejamannya sang nabi, oleh sejarah ini, membacakan suatu peringatan yang sekalipun tidak bersuara tetapi khitmat; ia mengkontraskan ketundukan orang-orang non Yahudi ini, yang mempunyai begitu sedikit terang dan pengetahuan, dengan kekerasan dan sikap tegar tengkuk dari orang-orang Israel, yang mempunyai Firman Allah dan terang kehadiranNya di antara mereka] - ‘Introduction’, hal iii.


Pulpit Commentary: “(1) They had but one preacher, and that a stranger. (2) They heard but one message, and it was wrath. (3) They had but a vague hope of mercy” [= (1) Mereka hanya mempunyai seorang pengkhotbah, dan ia adalah seorang asing. (2) Mereka hanya mendengar satu berita, dan itu adalah berita murka. (3) Mereka hanya mempunyai harapan belas kasihan yang samar-samar] - hal 74.


Bdk. Luk 12:47-48 - “(47) Adapun hamba yang tahu akan kehendak tuannya, tetapi yang tidak mengadakan persiapan atau tidak melakukan apa yang dikehendaki tuannya, ia akan menerima banyak pukulan. (48) Tetapi barangsiapa tidak tahu akan kehendak tuannya dan melakukan apa yang harus mendatangkan pukulan, ia akan menerima sedikit pukulan. Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.’”.



e)Pertobatan sejati atau bukan?
Calvin: It is certainly not probable that the whole city was converted to the Lord: for soon after that city became exceedingly hostile both to the Israelites and the Jews; and the Church of God was by the Ninevites continually harassed with slaughters. Since it was so, there is certainly no reason to think, that they had really and from the heart repented (= Pasti tidak mungkin bahwa seluruh kota bertobat kepada Tuhan: karena segera setelahnya kota itu menjadi sangat bermusuhan baik terhadap bangsa Israel maupun Yahudi; dan Gereja Allah diganggu terus menerus oleh orang-orang Niniwe dengan pembunuhan-pembunuhan. Karena itu jelas tidak ada alasan untuk berpikir bahwa mereka sungguh-sungguh, dan dari hati, bertobat) - hal 22.


Adam Clarke mengatakan bahwa Niniwe kembali jatuh ke dalam dosa lagi, dan kira-kira 150 tahun setelah peristiwa ini nabi Nahum menubuatkan kehancuran Niniwe, yang terjadi pada tahun 710 S. M., dan lalu terjadi lagi penghancuran total terhadap Niniwe oleh Cyaxares dan sekutunya pada tahun 606 S. M. Tetapi Daily Bible Commentary, vol 2, hal 457, mengatakan bahwa Niniwe dihancurkan pada tahun 612 S. M.


Sekalipun demikian, saya tidak bisa menerima bahwa pertobatan pada jaman Yunus itu bukan pertobatan sejati. Setidaknya sebagian dari mereka pasti betul-betul bertobat, karena kalau tidak bagaimana Yesus bisa berkata dalam Mat 12:41 - Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!”?
Bahwa belakangan mereka dihancurkan, itu merupakan generasi yang baru dan berbeda dengan generasi yang bertobat di sini.



IV) ‘Pertobatan’ Allah (ay 10).


Ay 10: Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkanNya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

 
Bandingkan dengan Yer 18:7-8 - “(7) Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya. (8) Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka”.
Catatan: Yunus (780 SM) hidup jauh sebelum jaman Yeremia (600 SM).


Calvin: “Strictly speaking, no repentance can belong to God; and it ought not to be ascribed to his secret and hidden counsel. God then is in himself ever the same, and consistent with himself; but he is said to repent, when a regard is had to the comprehension of men: ... it is according to our perceptions that there is any change, when God forgets his wrath, as though he had put on a new character. ... the Scripture accommodates itself to the grossness of our understanding. ... We hence see that there is a twofold view of God, - as he sets himself forth in his word, - and as he is as to his hidden counsel. With regard to his secret counsel, I have already said that God is always like himself, and is subject to none of our feelings: but with regard to the teaching of his word, it is accommodated to our capacities. God is now angry with us, and then, as though he were pacified, he offers pardon, and is propitious to us. Such is the repentance of God” (= Berbicara secara ketat, Allah tidak mungkin bertobat / menyesal; dan pertobatan / penyesalan itu tidak boleh ditujukan pada rencanaNya yang rahasia dan tersembunyi. Dalam diriNya sendiri Allah selalu sama, dan konsisten dengan diriNya sendiri; tetapi ia dikatakan bertobat / menyesal berkenaan dengan pengertian manusia: ... menurut pengertian kita maka terjadi suatu perubahan, pada waktu Allah melupakan murkaNya, seakan-akan Ia memakai karakter yang baru. ... Kitab Suci menyesuaikan dirinya sendiri dengan kebodohan pengertian kita. ... Karena itu kita melihat bahwa ada 2 pandangan tentang Allah, sebagaimana Ia menyatakan diriNya sendiri dalam firmanNya, dan sebagaimana Ia ada berkenaan dengan rencanaNya yang tersembunyi. Berkenaan dengan rencanaNya yang rahasia, saya sudah mengatakan bahwa Allah selalu seperti diriNya sendiri, dan tidak mempunyai perasaan-perasaan seperti yang ada dalam diri kita: tetapi berkenaan dengan pengajaran firmanNya, itu disesuaikan dengan kapasitas kita. Sekarang Allah marah kepada kita, dan lalu, seakan-akan Ia ditenangkan, Ia menawarkan pengampunan, dan didamaikan dengan kita. Begitulah pertobatan / penyesalan Allah) - hal 115-116.



Tentang tidak terjadinya nubuat / ancaman hukuman ini, Calvin berkata sebagai berikut:
“God, then, when he threatened ruin to the Ninevites, designed to speak conditionally: for what could have been the benefit of the word, unless this condition was added, - that the Ninevites, if they repented, should be saved? ... But Jonah was, so to speak, too literal a teacher; for he did not include what he ought to have done, - that there was room for repentance, and that the city would be saved, if the Ninevites repented of their wickedness” (= Karena itu pada waktu Allah mengancamkan kehancuran terhadap orang-orang Niniwe, Ia memaksudkan untuk berbicara secara bersyarat: karena apa gunanya firman, kecuali syarat ini ditambahkan, - bahwa orang-orang Niniwe, jika mereka bertobat, akan diselamatkan? ... Tetapi Yunus boleh dikatakan merupakan seorang guru yang terlalu hurufiah; karena ia tidak memasukkan apa yang seharusnya ia lakukan, - bahwa di sana ada kesempatan untuk pertobatan, dan bahwa kota itu akan diselamatkan, jika orang-orang Niniwe bertobat dari kejahatan mereka) - hal 133,134.


Apakah Allah mengampuni Niniwe karena perbuatan mereka? Calvin mengatakan bahwa pertobatan mereka disebabkan rasa takut mereka, dan ini semua tidak mungkin tanpa adanya iman (bdk. ay 5 - ‘Orang Niniwe percaya kepada Allah’). Jadi, iman yang dibuktikan dengan perbuatan baik yang menyebabkan mereka diampuni.



Penutup.


Allah tidak jadi melaksanakan apa yang Ia ancamkan kepada orang-orang Niniwe karena mereka bertobat. Dalam banyak kasus yang lain, Allah melaksanakan ancamanNya, karena orang-orang yang Ia ancam tetap tidak mau bertobat. Ancaman Allah bukanlah sekedar gertak sambal! Karena itu datanglah kepada Kristus, terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat saudara, dan bertobatlah dari segala dosa saudara!


-AMIN-


Kredit Lukisan ilustrasi : "Yunus sedang berkhotbah kepada orang-orang Niniwe," karya : Gustave Dore



No comments:

Post a Comment