Pages

27 December 2014

Yesus : Pewahyuan Akbar Tuhan



Oleh: Pastor Dr.J.Ligon Duncan III

Yesus : Pewahyuan Akbar  Tuhan
Teks: Ibrani 1:2-4



Jika anda membawa Alkitab-Alkitabmu, saya mengundang anda untuk membuka bersamaku Kitab Ibrani untuk mempelajarinya. Kita telah diberitahu sebelumnya bahwa Kitab Ibrani menuturkan  perihal pemeliharaan atau penjagaan iman (oleh Tuhan). Dan itu mengingatkan kita akan beragam ancaman-ancaman atau tantangan-tantangan terhadap iman Kristen dan kitab ini mengarahkan kita pada satu fondasi  kokoh dan da sumber kuasa yang vital bagi Kekristenan dan  itu merupakan sebuah pemahaman akan supremasi dan kecukupan akan Tuhan Yesus Kristus. Selalu dan berulang, Kitab Ibrani mengarahkan kita kembali  kepada Yesus sebagai jawaban  bagi pertanyaan yang sedang kita pertanyakan, atau Yesus adalah jawaban bagi problem yang sedang kita hadapi. Dan begitulah Ibrani akan menekankan finalitas pewahyuan Tuhan di dalam Tuhan Yesus dan seperti kita katakan  pada kesempatan terdahulu, Kitab Ibrani ini dimulai dengan Yesus. Keyakinan diri yang total di dalam diri Yesus harus menjadi basis hidup baru kita dan identitas kita sebagai orang-orang Kristen.


Memang penting untuk menyadari  bahwa semua hal mengenai keselamatan  hanya ditemukan di dalam Yesus. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih besar daripada mengenal Yesus. Tidak ada yang  melampaui mengenal Yesus yang merupakan kunci kepada  yang  dianggap sebagai sebuah pengalaman spiritual yang lebih tinggi. Dan demikian juga ayat-ayat pertama Kitab ini menekankan  tema penting ini. Lihat kembali bersama saya pada  Ibrani 1: dan  kita akan melihat  pada empat ayat pertama, dan secara khusus ayat-ayat 2,3 dan 4.


Ibrani 1:2-4
(2) maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.(3) Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi,(4) jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka.


Bapa, kami berterima kasih kepadaMu atas firman-Mu dan kami meminta mata Rohmu membukakan panduan selagi kami mempelajari firmanMu. Semoga kebenaran ini tak membuat kami tertarik, Tuhan, tak hanya mencengkram perhatian kami, tak hanya menguasai kami, tetapi dapat mentransformasi kami. Kami meminta agar Engkau mau bekerja di kedalaman kemanusiaan kami dan memperlihatkan kepada kami penerapan-penerapannya, Tuhan, dimana kami bahkan bisa melewatkan dan mengurangi kebenaran ini. Kami meminta semua hal ini di dalam nama Yesus. Amin


Saya ingin kembali ke tema-tema yang serupa yang telah kita pelajari pada beberapa waktu lalu dan melihat jikalau kita dapat menjelajahi 7 bagian penggambaran siapakah Yesus, khususnya dalam ayat 2,3, dan 4. Sementara membandingkan pada jemaat Ibrani, sebaliknyalah yang sedang terjadi, orang-orang yang menjadi alamat tujuan surat Ibrani, tergoda untuk berpikir bahwa pewahyuan Perjanjian Baru kurang pasti atau kurang substansial daripada pewahyuan Perjanjian Lama yang telah mereka miliki dari era Musa. Penulis Ibrani, dan dapat kita katakan Tuhan, mematahkan  argumen-argumen semacam itu pada empat ayat pertama  yang merupakan pewahyuan Perjanjian Baru, pewahyuan yang kita miliki di dalam Yesus Kristus, yang jauh lebih  tinggi daripada pewahyuan Perjanjian Lama. Perjanjian Baru adalah kulminasi atau titik puncak  bagi Perjanjian Lama. Ini bukan Perjanjian Lama salah dan Perjanjian Baru benar, namun bahwa Perjanjian Lama merupakan bagian dari (bukan keseluruhan) pewahyuan tersebut, yang hanya dipenuhi atau digenapi dan dikulminasi ketika kita datang pada Perjanjian Baru. Dan tema ini akan akan menjadi nyata terlihat di seluruh kitab Ibrani ini. Faktanya, berulang kali, anda akan mendengar kata “lebih baik” digunakan. Karena itu merupakan sebuah perbandingan. Itu bukan sebuah perbedaan yang absolut antara pewahyuan Perjanjian Lama Tuhan dan pewahyuan Perjanjian Baru Tuhan. Itu bukan bahwa Tuhan tidak menyingkapkan diriNya di dalam Perjanjian Lama, tetapi Dia melakukannya di dalam Perjanjian Baru. Atau tidak  juga semata bahwa Tuhan telah menyingkapkan  hal-hal mengenai Perjanjian Baru dalam bentuk-bentuk tersembunyi di dalam Perjanjian Lama, kemudian Dia telah menyingkapkannya dalam bentuk yang jelas dalam Perjanjian Baru. Tetapi ada di sana sebuah perkembangan atau gerak maju atau progress secara aktual dalam pewahyuan. Dan demikianlah anda akan mendengar frasa “lebih baik” berulang kali.



I.Orang-orang Kristen berpegang dan percaya kepada Anak, sebagaimana Dia disajikan di dalam Injil.
Apa yang kita baca  pada ayat 2 dan 3 adalah sebuah penggambaran Tuhan Yesus Kristus. Kita akan melihat ketika kita tiba pada akhir penggambaran ini mengapa penulis telah meluangkan banyak waktu dalam menggambarkan Tuhan Yesus Kristus. Sebelumnya kita tidak mengulas hal ini, bahwa Yesus adalah pewaris akan segala sesuatu. Dia adalah pewaris alam semesta. Dia adalah pewaris segala sesuatu di dalam dunia. Minggu ini, kita akan menuju poin ke dua yang mana kita juga akan melihat dalam ayat 2, Yesus turut serta mengarsiteki alam semesta. Dia adalah Sosok yang melaluinya Tuhan telah menciptakan dunia. Penulis Ibrani sedang menekankan  fakta  bahwa Yesus adalah turut serta menciptakan dalam penciptaan/co-creator. Sekarang ada sejumlah nas Perjanjian Baru yang  juga menekankan kebenaran ini. Kita akan meninjau sejumlah contoh kebenaran ini yang telah ditekankan pada bagian lain dalam Perjanjian Baru setiap kali kita menjelajahi  salah satu dari bagian-bagian ini.


Bersama saya, buka Kolose 1. Dalam Kolose 1:18 kita diberitahukan bahwa ini mengenai Kristus “karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.”  Dan demikianlah Paulus menekankan hal yang sama seperti yang telah dikatakan di sini dalam Ibrani 1:2.


Mundur lebih jauh lagi kepada injil Yohanes dan epistel Yohanes pertama. Berangkali anda akan ingat dengan yang satu ini, anda berangkali termasuk salah satu dari mereka yang telah menghafal 14 ayat pertama pada Yohanes 1 (saya sendiri menilai adalah sangat bernilai jika anda dapat mengingat secara baik prinsip-prinsip pada 14 ayat pertama dalam Injil Yohnaes ini-editor Anchor). Itu sangat bagus untuk menghafal atau mengingat nas tersebut. Kita baca hal ini pada Yohanes 1:3 “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” 


Dan demikianlah dengan Ibrani 1:2 dan Kolose 1:16 dan Yohanes 1:3, telah menekankan berulang kali bahwa Tuhan Yesus  turut serta sebagai pencipta. Dia telah mengadakan segala sesuatu sehingga menjadi ada. Ini adalah sebuah kesaksian yang jelas bagi ketuhanan Yesus. Segala sesuatu telah diciptakan, segenap alam semesta, dalam ruang dan waktu, telah diadakan menjadi  berwujud oleh dan melalui dan bagi Tuhan Yesus Kristus.


Sekarang mari saya tunjukan sesuatu yang sangat menarik perhatian. Perhatikan bahwa hal utama yang penulis Ibrani katakan pada kita dalam Ibrani 1 adalah bahwa Dia  mewarisi segala sesuatu. Dia adalah yang berhak menerima segala sesuatu. Tetapi hal selanjutnya yang dikatakan si penulis adalah bahwa Dia adalah Pencipta segala sesuatu. Sekarang, ini menarik. Biasanya penerima waris menerima sesuatu yang tidak mereka ciptakan atau hasilkan. Faktanya, itulah satu dari banyak hal yang memfrustrasikan Salomo. Jika anda mengingat kitab Pengkhotbah, Salomo berkata bahwa seorang manusia bekerja di seluruh hidupnya dan kemudian dia memberikan  seluruh kepemilikannya kepada seseorang yang tidak bekerja untuk hal-hal itu. Tetapi Yesus adalah Kreator atas apa yang menjadi kepemilikannya. Dan dengan demikian ada sebuah hubungan istimewa antara penerima waris ini karena Dia (si penerima) adalah sang Pencipta. Dia adalah Kreator dan Pewaris. Dan begitulah  walau memang ada banyak anak-anak telah menerima  sebuah warisan  yang bukan merupakan hasil dari kerjanya, namun Dia telah menciptakan yang kemudian telah Dia terima sebagai warisanNya.Dan Dia-Yesus  memang  benar-benar telah menerima warisannya,juga,  dalam karya penebusan.


Mengapa,kembali, si penulis mengatakan kepada kita bahwa Yesus adalah pencipta segala sesuatu? Karena  dia ingin mencuatkan martabat Yesus dalam pandangan jemaatnya. Mereka sedang bergumul. Jemaat ini memiliki penghormatan tinggi terhadap mahluk-mahluk malaikat. Dalam benak mereka, malaikat-malaikat tersebut  adalah mahluk-mahluk yang ditinggikan dan sang Mesias tidak terlampau tinggi seperti malaikat-malaikat tersebut. Penulis Ibrani sedang berkata, “Lihat, Yesus telah menciptakan malaikat-malaikat. Yesus lebih tinggi daripada malaikat-malaikat.” Penulis Ibrani sedang berupaya untuk membangkitkan sikap hormat. Seperti halnya jikalau anda berjumpa dengan penulis buku yang sangat anda kagumi  maka ketika anda berjumpa dengan pencipta atau penulis buku maka akan meluncur sebuah takjub.


Saya teringat ketika saya sedang duduk  menikmati sarapan pagi di Universitas Edinburgh pada suatu hari dan ada seorang yang tak saya kenali  di musim panas tersebut dan saya memutuskan saya ingin bersikap  ramah dan saya mendekatinya dan berkata “Apa kabarmu?” Selamat datang di Universitas Edinburgh.” Dan kami mulai berbincang-bincang, dan saya tidak dapat mengingat apakah dia telah memberitahukan namanya kepada saya, namun kami telah bercakap-cakap lama. Diketahui bahwa dia ada di sini sedang melalukan penelitian terhadap sosok George Whitfield dan saya tidak tahu banyak mengenai George Whitfield, tetapi saya tahu pustaka itu cukup baik dan saya memberikan sejumlah petunjuk pada sejumlah hal yang mungkin mau dipertimbangkannya. Pada akhir  percakapan setengah jam tersebut, saya mengucapkan salam perpisahanku dan demikian juga dengan dia. Saya berkata, “Sekarang katakan padaku sekali lagi siapa namamu?” Dia  berkata,” saya Harry Stout.” Dan saya berkata “Senang bertemu dengan anda tuan Stout” dan saya  mulai berjalan kembali ke ruanganku. Selagi saya berjalan, saya mulai berpikir, “Harry Stout, Harry Stout,” dan tiba-tiba saja saya teringat. “Harry Stout, Dr.Harry Stout dari  Yale. Dr. Harry Stout yang telah menulis buku dan telah menerima Gold Medallion Award yang terkenal dengan karyanya TheNew England Soul,” yang sedang melakukan penulisan sebuah biografi mengenai GeorgeWhitfield. Saya mengejar dia  ke pustaka pada hari itu, saya menunduk memberikan penghormatan dan memberikan sikap hormat sebaik mungkin. Anda tahu, ketika anda  ada di hadapan seorang penulis, itu semacam  hal yang menakjubkan. Hal semacam inilah persisnya yang sedang dihadirkan penulis Ibrani untuk mengimpresi jemaat ini. Tuhan Yesus ini adalah seorang  author-penulis-pencipta. Dia telah menuliskan semua itu. Dia telah menciptakan semuanya. Dia sedang berusaha membangkitkan takjub  dan hormat di dalam jemaat kepada Tuhan Yesus.


Perhatikan pada ayat 3 dia sedang mengatakan hal ketiga. Yesus bukan hanya pewaris segala sesuatu dan pencipta segala sesuatu. Dia juga (dan penulis Ibrani menggunakan frasa menarik ini) adalah cahaya memancarkan kemuliaan Tuhan. Dia adalah sebuah refleksi esensial akan siapakah Tuhan itu. Jika anda ingin tahu seperti apakah Tuhan itu, anda perlu memandang Dia, karena Dia memang cahaya memancarkan kemuliaan Tuhan. Yesus adalah pewahyuan ilahi. Sang Anak adalah pewahyuan kemuliaan Allah. Dia adalah  cahaya yang membenderangkan atau memancarkan terang dari sumbernya langsung. Itulah apa yang dimaksudkan dengan kata “effulgence.” Itu adalah sebuah kata yang luar biasa yang anda jumpai dari waktu ke waktu dalam sastra dan teologi. Effulgence bermakna cahaya memancar  keluar benderang  langsung dari sumbernya. Jika anda ingin tahu seperti apakah Bapa itu, sejauh penulis Ibrani menuliskannya, anda perlu melihat pada Anak. Di dalam Tuhan tidak  ada ketidakserupaan seperti Kristus sama sekali, ketika anda melihat Kristus anda telah melihat seperti apakah Tuhan itu. Dan penulis Ibrani  menginginkan kita terimpresikan atau terkesimakan oleh hal itu. Bahwa Kristus sepenuhnya pewahyuan akan seperti apakah  Tuhan itu. Dia adalah cahaya yang memancar keluar membenderangkan kemuliaanNya.


"Quem Pastores Laudevere"- "Den die Hirten lobeten sehre"- juga pada Kidung Jemaat  no.116 "Yang Dipuji Kaum Gembala" terjemahan Yamuger 1981. Nyanyian Latin abad ke 8- Jerman abad ke 16



Yesus memancarkan secara benderang kemuliaan Tuhan secara langsung pada sumbernya. Dialah yang yang menyajikan dan menyingkapkan kemuliaan-Nya. Tetapi penulis Ibrani  belum selesai. Dia masih berjalan terus dan dia mengatakan hal lainnya. Anda akan melihatnya kembali  di sana. Dalam ayat 3, “Dia adalah cahaya yang memancarkan kemuliaanNya dan penggambaran jitu akan naturNya.” Sehingga tidak hanya bahwa Yesus menyingkapkan Tuhan. Yesus sendiri memiliki natur yang sama dengan Tuhan. Yesus sendiri Ilahi. Dia tak hanya menyingkapkan Tuhan, Yesus adalah Ilahi itu sendiri. Anda dapat mengatakan tentang seseorang, anda mungkin telah berjumpa dengan seseorang yang memiliki kualitas-kualitas kasih yang telah membuat anda berpikir mengenai Tuhan. Anda tahu ketika anda berpikir mengenai Daniel dalam Perjanjian Lama, anda dapat berkata,”Luar biasa, anda mempelajari sesuatu mengenai Tuhan  ketika anda memandang pada orang ini.” Ya...itu benar.  Tetapi itu tidak lantas menjadikan Daniel adalah Tuhan.


Penulis Ibrani meneruskan dengan mengatakan bahwa Yesus tidak sekedar menyingkapkan atau mewahyukan Tuhan, Yesus secara esensial identik; yaitu, naturnyaNya adalah sama seperti Tuhan. Dia adalah Ilahi itu sendiri. Ada sebuah korespondensi atau kertehubungan yang jitu antara Bapa dan Anak. Seperti sebuah segel dan sebuah meterai adalah gambaran dalam nas ini. Yesus adalah secara telak  citra substansi Tuhan. Ini, juga, ditekankan pada bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Buka kembali Kolose. Anda akan melihat teologi seperti halnya yang disajikan Paulus, di seluruh kitab Ibrani. Dalam Kolose 1:15, Paulus berkata hal-hal yang sama dalam  kata-kata ini: “Dia adalah citra Allah yang tak dapat dilihat.” Dan dalam Kolose 2:16,17 ”Karena itu, jangan ada satu pun yang bertindak sebagai  hakimmu terkait hal makanan  atau minuman, atau terkait dengan sebuah hari raya atau sebuah bulan baru atau Sabat, hal-hal tersebut semata-mata merupakan bayang-bayang akan apa yang akan datang, tetapi substansinya milik Kristus.” Jika anda kembali dan melihat Kolose 2 pada ayat 9 dan 10, anda akan melihat sebuah perluasan yang ideal pada: “karena di dalam Dia segala kepenuhan ketuhanan berdiam  dalam wujud jasmaniah. Dan di dalam Dia kamu telah menjadi utuh.” Sehingga kembali ini menekankan bahwa Yesus memiliki substansi yang benar-benar ada seperti pada Tuhan.


Amin

Jesus: The Great Revelation of God | diterjemahkan dan diedit oleh :Martin Simamora

Foto ilustrasi: para gembala mengagumi  Yesus, 1646-50, the Hemirtage, St Petersburg

Bersambung

No comments:

Post a Comment