Pages

16 December 2014

Aku Akan Menjadi Tuhanmu dan Kamu Akan Menjadi Umatku



Oleh : Pastor Dr.Kim Riddlebarger


Aku Akan Menjadi Tuhanmu dan Kamu Akan Menjadi Umatku
Teks  acuan: Hakim-Hakim  8:4-35; 1 Timotis 6:2-16



Seperti banyak darimu, saya teringat akan khotbah-khotbah yang tak terhitung banyaknya di sepanjang tahun-tahun yang pada dasarnya merupakah studi-studi karakter orang-orang kudus hebat dari sejarah penebusan. Salah satu orang kudus itu adalah Gideon. Andai semua anda telah  membaca Hakim-Hakim 6-7 dan Ibrani11, maka kamu dapat menyimpulkan secara kokoh bahwa Gideon adalah orang hebat kepunyaan Tuhan, yang telah Tuhan gunakan untuk menyelamatkan Israel pada salah satu  era tergelap bangsa ini. Itu sebabnya Gideon Society memilih namanya ketika memulai pelayanan mereka sedunia dalam mendistribusikan alkitab-alkitab. Faktanya, the Gideons memberitahukan pada kita bahwa “Gideon adalah seorang yang ingin melakukan secara tepat apa yang Tuhan inginkan dia lakukan, terlepas dari pemikirannya sendiri terkait rencana-rencana dan hasil-hasil. Kerendahan hati, iman, dan kepatuhan merupakan elemen-elemen hebat karekater. “Tetapi ketika anda membaca seterusnya kisah Gideon – Hakim-Hakim 8:4-35-menjadi  sangat jelas bahwa Gideon adalah seorang berdosa yang telah menggunakan kuasanya untuk melakukan tindakan balas dendam atas musuh-musuhnya. Adalah Gideon yang membuat sebuah efod (sebuah pakaian imam) yang kemudian menjadi  sebuah batu sandungan bagi umat Israel (Hakim-Hakim 8:27). Karena itu, karakter Gideon seharusnya dipelajari oleh semua kita. Mengapa? Apakah dia sebuah model teladan? Bukan. Kita mempelajarinya karena kita tepat seperti dirinya. Kita juga berdosa dari kepala hingga ujung kaki, dan satu-satunya hal-hal baik yang kita lakukan mengalir keluar dari fakta bahwa Tuhan mengerjakannya di dalam kita melalui kuasa Roh Kudus. Kala kita menyandarkannya pada diri kita sendiri, kita akan melakukan tepat seperti yang telah Gideon lakukan—kita akan menggunakan pemberian-pemberian baik yang Tuhan telah berikan kepada kita untuk keuntungan dan manfaat diri kita sendiri.



Selagi kita kita meneruskan studi kita pada Kitab Hakim-Hakim, kita ada di dalam bagian kitab ini yang  mengulas bagian ke lima dari seri hakim-hakim(pembebas-pembebas) yang Tuhan utus untuk menyelamatkan umatnya dari para penindas bengis. Dalam Hakim-Hakim 6:1-8:3 (bagian pertama dari catatan Hakim-Hakim mengenai hidup Gideon), kita telah melihat Tuhan  mengambil pria yang tak percaya diri ini dan mengubahnya menjadi seorang pejuang perkasa yang telah menjalankan sebuah rencana luar biasa berani untuk menaklukan orang-orang Midian, yang telah secara brutal menindas  orang-orang Israel,  hingga titik banyak umat Tuhan yang dipaksa untuk tinggal di gua-gua atau bersembunyi di gunung-gunung. Kita telah melihat Gideon yang plin plan berulang kali mencari  sebuah tanda dari Tuhan untuk meneguhkan panggilanya dan menjamin bahwa TUHAN akan berperang bagi pihak Israel. Ketika Gideon mempelajari dari sebuah pos  jaga Midian bahwa TUHAN akan memberikan Israel sebuah kemengangan gemilang atas  pasukan raksasa Midian, pada akhirnya, Gideon bersedia melakukan sebagaimana Tuhan telah perintahkan.


Seperti yang telah TUHAN perintahkan, Gideon telah mengurangi pasukannya dari 32.000 menjadi 300 orang. Ini dilakukan untuk membuatnya jernih bahwa TUHAN telah memberikan Israel kemenangan ketika Gideon memimpin prajurit-parjuritnya memasuki kam-kam orang Midian di tengah malam ketika orang-orang Gideon membunyikan trompet-trompet mereka, telah menghancurkan kendi-kendi, menyalakan obor-obor, dan meneriakan seruan perang (Hakim-Hakim 7:20). Orang-orang Midian sepenuhnya tidak bersiaga dan telah dipanikan kala mereka berpikir bahwa sepasukan musuh telah berada di tengah-tengah  perkemahan mereka. Selagi orang-orang Midian  dalam jumlah  besar melarikan diri menuju timur Sungai Yordan, tempat asal kedatangan mereka, Gideon memanggil pasukan Israel yang mengejar orang-orang Midian  untuk kembali menuju Yordan, sementara orang-orang Efraim (suku tetangga) telah dikirim menuju orang-orang pasukan Midian untuk melintasi dan mempertahankan  titik-titik di Sungai  Yordan. Orang-orang Efraim berupaya untuk menangkap dua pangeran Midian: Oreb dan Zeeb (Hakim-Hakim 7:25), yang nyata terlihat telah mengakibatkan orang-orang Israel mengalami penderitaan hebat selama penindasan Midian. Dua pangeran ini telah dipenggal, kepalanya telah diberikan kepada Gideon sebagai hadiah perang. Walaupun Midian telah ditaklukan, segera mereka akan dilenyapkan sebagai sebuah ancaman bagi Israel.

Selagi kita bergerak masuk ke dalam bagian kedua penulis kisah Hakim-Hakim mengenai Gideon (Hakim-Hakim 8:4-35), kita menemukan sisi lain Gideon  terkait dia menjadi begitu gamblang terlihat bahwa pria yang  kurang percaya diri ini telah menjadi seorang tiran yang bengis sebab  Gideon mulai menggunakan kuasanya untuk melayani tujuan-tujuannya-bukan tujuan-tujuan bangsa.


Dalam ayat 4-5 pada Hakim-Hakim 8, kita belajat bahwa Gideon dan 300 orang pria telah meneruskan pengejaran orang-orang Midian “Ketika Gideon sampai ke sungai Yordan, menyeberanglah ia dan ketiga ratus orang yang bersama-sama dengan dia, meskipun masih lelah, namun mengejar juga. Dan berkatalah ia kepada orang-orang Sukot: "Tolong berikan beberapa roti untuk rakyat yang mengikuti aku ini, sebab mereka telah lelah, dan aku sedang mengejar Zebah dan Salmuna, raja-raja Midian."  Jarak dari medan tempur di Lembah Yisreel ke Sukot melintasi Sungai Yordan sekitar 40 mil. Orang-orang Gideon telah melintasi Yordan, dan kemudian mendatangi perkemahan orang Sukot yang letaknya bagian dari tanah yang telah dialokasikan oleh Musa dan Yosua bagi suku Gad. Tetapi walaupun tanah ini ada dibawah kendali salah satu dari 12 suku Israel, para penduduk sangat curiga pada Gideon dan orang-orangnya ketika mereka tiba, begitu bernafsu mengejar orang-orang Midian yang melarikan diri.


Gideon dan orang-orangnya telah kelaparan. Gideon meminta  pasokan makanan kepada dewan kota Sukot sehingga dia dan orang-orangnya dapat melanjutkan  pengejaran mereka atas 2 raja Midian: Zebah dan Salmuna (Hakim-Hakim 8:12), yang sejauh ini, belum mengalami nasib yang sama sebagaimana telah dialami putera-putera  mereka Oreb dan Zeeb. Bersama dengan penguasa yang lebih rendah (pangeran Oreb dan Zeeb), Zebah dan Salmuna bertanggungjawab atas komplotan-komplotan Midian dan Amalek yang merampok dan menyerang orang-orang Israel selama 7 tahun hingga TUHAN pada akhirnya menaklukan pasukan Midian melalui  manuver  berani yang dilakukan Gideon. Permintaan Gideon pada dewan kota Sukot (orang sebangsanya sendiri) adalah permintaan yang sah. Gideon dapat saja mengambil apa saja, tetapi dia tidak melakukannya. Doa mendemonstrasikan sikap hormat yang besar[1].


Sementara bagi para pejabat Sukot hal sebaliknyalah yang terjadi, yang begitu kokoh menolak permintaan Gideon “Tetapi jawab para pemuka di Sukot itu: "Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada tentaramu?" (Hakim-Hakim 8:6), ini sukar, kalau tidak mustahil, untuk mengatakan apakah jawaban mereka itu  merupakan sarkastik belaka, atau  apakah mereka sebetulnya sedang mempertanyakan kehormatan pasukan Gideon. Itu  juga bisa jadi bahwa keengganan  yang telah diperlihatkan oleh orang-orang Sukot bersumber dari  fakta bahwa mereka hidup di seberang   Yordan jauh dari Israel lainnya (relatif dekat dengan orang-orang Midian dan mereka memiliki ketakutannya sendiri bahwa jikalau mereka membantu Gideon dan pasukannya, sesuatu yang  buruk dapat menimpa mereka jika saja Gideon gagal menangkap Zebah dan Salmuna. Bagaimana  jika Zebah dan Salmuna  meloloskan diri dari Gideon dan mereka kembali ke Sukot dan melakukan pembalasan melawan mereka karena telah membantu Gideon? Sukar memastikan situasi-situasi persisnya di sini.


Tetapi kita memang mengetahui jawaban mereka membuat murka Gideon, yang perilaku diplomatiknya lenyap seketika dia merespon para pejabat Sukot dalam cara semacam ini “Lalu kata Gideon: "Kalau begitu, apabila TUHAN menyerahkan Zebah dan Salmuna ke dalam tanganku, aku akan menggaruk tubuhmu dengan duri padang gurun dan onak." Akibatnya, Gideon berkata pada para pemimpin Sukot bahwa dia akan mengambil tindakan hukum pada tangannya sendiri dan menghukum teman sebangsanya sendiri. Saat Gideon menangkap dua  raja Midian, dia mengancam kembali ke Sukot dan  menghukum cambuk orang-orang Sukot dengan dengan cambuk yang terbuat dari tanaman gurun berduri. Marah atas ketakhormatan yang diperlihatkan, Gideon bergerak maju ke desa berikutnya untuk mendapatkan pasokan makanan dan minuman “Maka berjalanlah ia dari sana ke Pnuel, dan berkata demikian juga kepada orang-orang Pnuel, tetapi orang-orang inipun menjawabnya seperti orang-orang Sukot” (Hakim-Hakim 8:12). Dicengangkan oleh penolakan ketaksediaan kedua dari teman-teman sebangsanya, Gideon membuat ancaman serupa kepada orang-orang Penuel, yang melakukan penolakan serupa pada Gideon. “Lalu berkatalah ia juga kepada orang-orang Pnuel: "Apabila aku kembali dengan selamat, maka aku akan merobohkan menara ini" (Hakim-Hakim 8:9). Gideon memandang hal ini sebagai sebuah penghinaan personal.


Dalam sorot dua insiden ini, jelas bahwa struktur suku Israel menjadi terpecah  pada relasi-relasinya. Satu suku Israel menolak membantu yang lainnya, karena mereka memiliki konflik kepentingan-kepentingan. Reaksi orang-orang Israel terhadap timur Yordan (di Gad) sepenuhnya tak seperti reaksi suku-suku di barat laut (Zebulon, Naftali, Asher, Manaseh) yang segera bergerak  memenuhi permintaan tolong Gideon. Reaksi dari suku Gad ke permintaan Gideon terlihat menjadi semacam titik balik dalam narasi. Dari ancaman-ancaman Gideon melawan orang-orang Sukot dan  Penuel (yang  gamblang telah memperlakukannya secara buruk), memang jelas bahwa Gideon memandang pasukan-pasukan yang dipimpinnya sebagai sebuah pasukan pribadi. Bukannya mencari kehendak Tuhan terkait bagaimana untuk bertindak—sebagaimana dia telah berulang kali melakukan sebelumnya—secara mendadak, Gideon membuat ancaman-ancaman melawan saudara-saudara sebangsanya dan beroperasi dalam hal-hal  kepentingan personal. Urapan apapun pada Gideon yang dimiliki Tuhan, sekarang seperti telah pergi. 300 orang Gideon sekarang melakukan kehendak Gideon, bukan melakukan kehendak TUHAN [2].


Mempersingkat, Gideon segera menangkap 2  targetnya. Seperti kita baca dalam ayat 10-12,
Sementara itu Zebah dan Salmuna ada di Karkor bersama-sama dengan tentara mereka, kira-kira lima belas ribu orang banyaknya, yakni semua orang yang masih tinggal hidup dari seluruh tentara orang-orang dari sebelah timur; banyaknya yang tewas ada seratus dua puluh ribu orang yang bersenjatakan pedang. Gideon maju melalui jalan orang-orang yang diam di dalam kemah di sebelah timur Nobah dan Yogbeha, lalu memukul kalah tentara itu, ketika tentara itu menyangka dirinya aman. Zebah dan Salmuna melarikan diri, tetapi Gideon mengejar mereka dan menawan kedua raja Midian itu, yakni Zebah dan Salmuna, sedang seluruh tentara itu diceraiberaikannya

Karkor sekitar 100 mil di sebelah timur Laut Mati, dan di sebelah barat laut negeri orang Midian. Mengambil rute yang digunakan oleh karavan-karavan perdagangan, Zebah dan Salmuna telah berupaya melarikan diri beserta dengan 15.000 orang  yang tersisa.


Jumlah besar mayoritas kekuatan Midian (120.000) telah disapu oleh 32.000 pasukan perang Israel ketika mereka berupaya melintasi  kembali Yordan, atau, sebagaimana juga mungkin dari teks, kombinasi pasukan Midian (dengan sekutu mereka orang-orang Amalek, dan sejumlah suku-suku tak bernama di Timur)  telah saling  berhadap-hadapan selama situasi panik dan saling memerangi satu sama lain. Bagaimanapun juga, 120.000 pasukan Midian sekarang telah menyusut hingga sekitar 15.000 orang. Gideon  dan orang-orangnya pada akhirnya menangkap Zebah dan Salmuna dan pasukan mereka tepat di sebelah utara apa yang sekarang di sebut kota Amman, Ibu kota Yordan. Sekali lagi, Gideon dan orang-orangnya telah mampu membuat orang-orang Midian dalam keterkejutan penuh, menghempaskan pasukan Midian yang telah mengalami kemunduran moral ke dalam panik lainnya lagi yang jauh berbeda,  sebagaimana juga menangkap dua raja yang dibenci, Zebah dan Salmuna. Midian  tidak lagi menjadi sebuah ancaman bagi Israel.

Sementara itu, pada perjalanan kembali ke Ofra dengan 2 tahanan yang ditarik, kita melihat  petunjuk  perubahan dramatik lainnya yang sungguh berbeda pada Gideon dalam ayat 13-14. “Kemudian kembalilah Gideon bin Yoas dari peperangan dengan melalui pendakian Heres; ditangkapnyalah seorang muda dari penduduk Sukot. Setelah ditanyai, orang itu menuliskan nama para pemuka dan para tua-tua di Sukot untuk Gideon, tujuh puluh tujuh orang banyaknya. Dalam perjalanan pulang, Gideon dan orang-orangnya  melewati Sukot, dimana mereka berjumpa dengan seorang pemuda dari kota tersebut yang kemudian dipaksa untuk menuliskan nama-nama dari 77 orang yang tak diragukan adalah para pemimpin Sukot. Para pria yang biasanya adalah para pemimpin dari berbagai klan yang tinggal sekitar kota. Orang-orang ini akan berkumpul di gerbang koya dan melaksanakan urusan kita, sangat mirip dengan sebuah dewan kota moderen. Dipastikan menggunakan daftar nama yang Gideon telah dapatkan dari pemuda itu, kita membaca dalam ayat 15:17 bahwa Gideon,
Lalu pergilah Gideon kepada orang-orang Sukot sambil berkata: "Inilah Zebah dan Salmuna yang karenanya kamu telah mencela aku dengan berkata: Sudahkah Zebah dan Salmuna itu ada dalam tanganmu, sehingga kami harus memberikan roti kepada orang-orangmu yang lelah itu?" Lalu ia mengumpulkan para tua-tua kota itu, ia mengambil duri padang gurun dan onak, dan menghajar orang-orang Sukot dengan itu. Juga menara Pnuel dirobohkannya dan dibunuhnya orang-orang kota itu.

Ancaman-ancaman pribadi Gideon telah dilaksanakan dengan pembalasan dendam yang dahsyat, selagi dia secara terbuka menghina orang-orang Sukot, memukuli mereka dengan cambuk atau tongkat sebagaimana ancaman yang sebelumnya telah dilontarkan.


Selanjutnya, Gideon pergi kePnuel dan menghancurkan menara kota (berangkali bagian utama perimeter pertahanan kota) dan kemudian memerintahkan kematian atas semua orang di kota itu. Mengingatkan anda, meski orang-orang Sukot dan Penuel semestinya datang mendapatkan pertolongan Gideon, orang-orang ini bukan orang-orang Kanaan. Orang-orang ini adalah saudara-saudara sebangsa Gideon. Meski beberapa komentator mengatakan bahwa peristiwa ini dalam hal Gideon memenuhi kata-katanya dan menghukum orang-orang ini karena   tindakan melawannya telah merupakan sebuah tindakan  hebat, saya berpendapat teks ini sedang memperlihatkan bahwa orang yang penuh kebimbangan ini (Gideon) telah berubah menjadi seorang penguasa perang yang bengis dan  haus darah, menuntaskan dendam terhadap saudara-saudaranya hanya karena tidak memenuhi permintaannya akan makanan dan minuman[3]. Kisah Gideon ini memang sungguh sebuah titik balik Gideon yang gelap dan sungguh tidak pantas. Gideon telah mengambil hukum ke dalam tangannya sendiri, dia telah menggunakan pasukannya untuk menuntaskan pembalasan dendam, dan tidak ada satu petunjuk bahwa Gideon mencari kehendak Tuhan sebelum  melakukan perilaku bengis dan tiranis ini.


Sisi hitam Gideon mengemuka kembali selagi Gideon sekarang menuntaskan pembalasan dendam terhadap 2 raja Midian yang telah mendatangkan begitu banyak penderitaan pada Israel. Bahkan di sini jelas bahwa Gideon tak peduli dengan  penghukuman secara adil, namun  dengan tindakan balas dendam. Kita melihat jal ini dalam pertanyaan yang diutarakan Gideon kepada tawanan-tawanannya.”Kemudian bertanyalah ia kepada Zebah dan Salmuna: "Di manakah orang-orang yang telah kamu bunuh di Tabor itu?"(8:18). Tabor tidak pernah disebut sebelumnya hingga di saat ini. Bahwa sesuatu yang personal sedang berlangsung dapat dilihat pada jawaban Zebah dan Salmuna. "Mereka itu serupa dengan engkau, sikap mereka masing-masing seperti anak raja" (8:18).  Sesuatu yang tragis telah terjadi di Tabor, telah dikemukakan oleh  2 raja Midian. Walau mereka berupaya menyanjung Gideon dengan mengatakan bahwa caranya berlaku dan penampilannya adalah seperti raja, akibatnya, Zebah dan Salmuna secara tak langsung mengakui telah menjatuhkan kematian pada orang-orang tersebut. Tidak ada petunjuk spesifik yang tersedia, tetapi jelas dari percakapan antara Gideon dan tawanannya tersebut, kedua belah pihak mengetahui secara persis apa  yang sudah berlangsung.


Dalam ayat 19 kita pada akhirnya kita belajar alasan bagi pertanyaan Gideon dan motif dibalik hasrat balas dendam. “Lalu kata Gideon: "Saudara-saudarakulah itu, anak-anak ibuku! Demi TUHAN yang hidup, seandainya kamu membiarkan mereka hidup, aku tidak akan membunuh kamu."  Sekarang  kita melihat mengapa hal ini menjadi begitu pribadi bagi Gideon. Zebah dan Salmuna telah membunuh saudara-saudaranya. Andai saja mereka tidak membunuhnya, Gideon akan membiarkan mereka hidup, tetapi karena mereka telah membunuh saudara-saudaranya, Gideon menyatakan hukuman mati bagi mereka, menggunakan  sebuah sumpah suci- demi TUHAN yang hidup, kamu akan mati. Tidak lagi ini mengenai keadilan, ini sekarang tentang balas dendam. Dan Gideon memanggil kuasa yang lebih tinggi, nama Tuhan untuk melakukannya.


Menolak untuk melakukan niat dirinya sendiri, Gideon memerintahkan puteranya sendiri untuk menjatuhkan hukuman mati pada dua raja tersebut. “Katanya kepada Yeter, anak sulungnya: "Bangunlah, bunuhlah mereka." Tetapi orang muda itu tidak menghunus pedangnya, karena ia takut, sebab ia masih muda” (8:20). Menggunakan momen yang memalukan ini untuk memperlihatkan perilaku nista dihadapan terhukum yang sudah amat dekat dengan kematian, kita membaca dalam ayat  21 bahwa “Lalu kata Zebah dan Salmuna: "Bangunlah engkau sendiri dan paranglah kami, sebab seperti orangnya, demikian pula kekuatannya." Maka bangunlah Gideon, dibunuhnya Zebah dan Salmuna, kemudian diambilnya bulan-bulanan yang ada pada leher unta mereka.”Jelas  ini  teramat  personal. Mendengarkan hinaan dari tawanannya, dalam murka  yang besar Gideon telah membunuh 2 raja Midian itu dengan tangannya sendiri, mengambil ornamen bulan sabit dari unta-unta raja itu sebagai sebuah tindakan  final balas dendam. Seorang bimbang yang yang menyembunyikan gandumnya  dalam sebuah pemerasan anggur, telah menjadi seorang pahlawan perkasa. Sekarang dia adalah seorang tiran yang  bengis, menuntaskan dendam terhadap bangsanya sendiri sebagai musuh-musuh pribadinya. Transformasi Gideon komplit dan gambarnya  bukan sebuah gambar yang cantik.[4


Kala catatan karir militer  Gideon menjelang kesudahan, dalam ayat 22-35, fokus beralih ke legasi Gideon kepada Israel. Ini juga buka sebuah gambar yang bagus.


Sementara penulis Hakim-Hakim   sangat tidak diimpresikan  denga perilaku Gideon, orang Israel memandang Gideon sebagai seorang pria yang dapat memimpin bangsa ini. Mengacu pada ayat 22, “Kemudian berkatalah orang Israel kepada Gideon: "Biarlah engkau memerintah kami, baik engkau baik anakmu maupun cucumu, sebab engkaulah yang telah menyelamatkan kami dari tangan orang Midian." Jelas bahwa peran Gideon dalam penaklukan mencengangkan pasukan Midian oleh Israel, diiringi dengan kematian mengerikan pangeran Oreb dan Zeeb, dan  pangeran Zebah dan Salmuna, telah membuat bangsa Israel untuk mengagumi Gideon dalam cara yang hebat. Ketakutan bahwa bangsa tetangga lainnya akan datang dan melakukan apa yang telah dilakukan Midian, orang-orang Israel ingin Gideon untuk memerintah atas Israel. Ini akan menyatukan bangsa itu.


Sementara kata “raja” tak digunakan di sini, jelas bahwa “kerajaan”(pembentukan sebuah monarki) adalah apa yang  ada di dalam benak bangsa Israel, karena  orang-orang Israel memang memperjelas apa  yang mereka kehendaki atas anak-anak dan cucu Gideon menjadi penerus-penerusnya. Ironis, Gideon sendiri mungkin telah memicu hal ini ketika dia telah mengambil ornamen-ornamen bulan sabit (simbol-simbol raja) dari 2 raja Midian. Jika orang-orang Midian memiliki raja-raja, mengapa tidak orang-orang Israel? Fakta menyedihkan adalah, bahwa tidak ada indikasi bahwa  ini memang apa yang sedang dilakukan- menjadi yang diinginkan TUHAN, sebaliknya orang Israel  menganugerahkan Gideon karena dia telah membawa bangsa ini pada sebuah kemenangan besar. Dan mereka memperhitungkannya pada Gideon, bukan TUHAN untuk membela mereka di masa mendatang[5]


Tanggapan Gideon terhadap tawaran ini merupakan indikasi  kuat lainnya pada bagaimana hakim-hakim Israel adalah sebuah  tas yang berisi macam-macam barang. Dalam kaitan dengan jawabannya terhadap permintaan bangsanya. Jawaban Gideon  (dalam ayat 23) lugas. “Jawab Gideon kepada mereka: "Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang memerintah kamu." Gideon tahu bahwa TUHAN tidak memberikan hal ini, dan dia berkata tidak mau menjadi bagian tersebut. TUHAN adalah raja Israel. Sejauh ini, begitu bagus. Tetapi kembali, itu adalah apa yang Gideon tak katakan yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Dan meskipun Gideon mematikan dan menolak menjadi raja, dia  tidak menyebutkan peran TUHAN dalam kemenangan Israel. Selagi orang-orang Israel memuji Gideon  untuk kemenangan atas  Oreb, Zeeb, Zebah dan Salmuna, pembaca  telah mengetahui bahwa banyak dari keberanian Gideon sesungguhnya sebuah hasrat balas dendam. Sementara Gideon kerap dipuji dalam  hal semacam ini dan bahwa Gideon tidak  bersedia  menjadi raja, dia telah memfungsikan diri menjadi  raja[6]. Dan  fakta menyedihkannya adalah, bangsa Israel semestinya memuji Tuhan, bukan Gideon, karena kemenangan atas orang-orang Midian.


Tanggapan Gideon secara tehnik benar, tetapi apa yang datang kemudian memperlihatkan kepada kita bahwa tindakan-tindakan Gideon tidak selaras dengan kata-katanya. Sebagaimana kita baca dalam ayat 24-25, “Selanjutnya kata Gideon kepada mereka: "Satu hal saja yang kuminta kepadamu: Baiklah kamu masing-masing memberikan anting-anting dari jarahannya." --Karena musuh itu beranting-anting mas, sebab mereka orang Ismael. Jawab mereka: "Kami mau memberikannya dengan suka hati." Dan setelah dihamparkan sehelai kain, maka masing-masing melemparkan anting-anting dari jarahannya ke atas kain itu.” Ketika Gideon meminta meminta rakyatnya atas barang-barang rebutan perang, mereka memenuhi Gideon, tepat seperti orang tunduk pada seorang raja. Ketika Gideon menerima emas mereka, dia sedang melakukan apa yang dilakukan setiap raja pada era itu-mengumpulkan harta kerajaan. “Adapun berat anting-anting emas yang dimintanya itu ada seribu tujuh ratus syikal emas, belum terhitung bulan-bulanan, perhiasan telinga dan pakaian kain ungu muda yang dipakai oleh raja-raja Midian, dan belum terhitung kalung rantai yang ada pada leher unta mereka” (ayat 26). Semua ini dikemas dalam simbolisme raja. Ya, Gideon telah berkata  tidak ingin menjadi raja karena TUHAN adalah raja Israel. Tetapi demikian di keseluruhan waktu, Gideon bertingkah seperti raja Israel.


Itu apa yang dilakukan Gideon dengan mengumpulkan emas dari bangsanya sehingga menyingkapkan kedalaman  pementingan dirinya sendiri. Berdasarkan ayat 27, “Kemudian Gideon membuat efod dari semuanya itu dan menempatkannya di kotanya, di Ofra. Di sanalah orang Israel berlaku serong dengan menyembah efod itu; inilah yang menjadi jerat bagi Gideon dan seisi rumahnya.” Sebuah efod adalah  plat dada dan pakain imam besar. Bukan hanya Gideon tak punya hak untuk menciptakan hal semacam itu—dalam Keluaran  28, Tuhan telah memerintahkan Musa untuk membuat sebuah efod agar digunakan oleh imam besar saja, dan Gideon bukan Musa, atau juga bukan imam besar—ini adalah indikasi tersedih kesehatan rohani Israel. Apa yang buruk, telah dikatakan bahwa semua Israel telah datang menyembah efod Gideon.


Ironi pahitnya adalah bahwa orang yang sama yang telah diberikan  Roh Tuhan dan telah membebaskan Israel dari Midian yang mengerikan, sekarang sedang bertingkah seperti seorang raja dan bahkan menciptakan sebuah berhala—sebuah berhala yang segera menjadi sebuah jerat baik bagi Gideon dan keluarganya. Sebuah jerat yang pasti bertalian dengan keterlibatan paganisme dan sesuatu yang membawa umat Tuhan menjauh darinya[7]. Sebagaimana kita baca dalam ayat 29-31, kemunduran terus berlanjut. “Lalu Yerubaal bin Yoas pergilah dan diam di rumahnya sendiri. Gideon mempunyai tujuh puluh anak laki-laki, semuanya anak kandungnya, sebab ia beristeri banyak; juga gundiknya yang tinggal di Sikhem melahirkan seorang anak laki-laki baginya, lalu ia memberikan nama Abimelekh kepada anak itu.” Walaupun Gideon telah menolak untuk menjadi raja, dia menegakkan sebuah dinasti semacam bangsawan di kotanya sendiri, dia mengambil seorang  gundik Kanaan sebagai tambahan selain isterinya—sebuah pelanggaran langsung terhadap perintah Mosaik untuk tidak melakukan hal semacam ini. Sedihnya, perempuan Kanaan ini akan memberikan seorang putera bagi Gideon, Abimelekh (yang memiliki arti “Ayahku adalah seorang raja”). Sebagaimana kita akan melihatnya ketika kita kembali ke serial kita, Abimelekh akan melakukan tindakan penghancuran yang meluas terhadap bangsa dan terhadap seluruh keluarga Gideon.


Dalam ayat 28, kita belajar bahwa Gideon telah menjaga 40 tahun damai bagi  umat Tuhan-“Demikianlah orang Midian tunduk kepada orang Israel dan tidak dapat menegakkan kepalanya lagi; maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon.” Namun ayat –ayat  penutup kisah Gideon, mengatakan kepada kita bawa meskipun Gideon percaya pada janji Tuhan, legasi atau warisannya pada Israel  paling baik adalah sebuah tas yang berisi macam-macam barang. Mengacu pada ayat 32-35,
“Gideon bin Yoas mati pada waktu rambutnya telah putih, lalu dikuburkan dalam kubur Yoas, ayahnya, di Ofra kota orang Abiezer. Setelah Gideon mati, kembalilah orang Israel berjalan serong dengan mengikuti para Baal dan membuat Baal-Berit menjadi allah mereka; orang Israel tidak ingat kepada TUHAN, Allah mereka, yang telah melepaskan mereka dari tangan semua musuhnya di sekelilingnya, juga tidak menunjukkan terima kasihnya kepada keturunan Yerubaal-Gideon seimbang dengan segala yang baik yang telah dilakukannya kepada orang Israel.”

Karena  Gideon telah disebutkan dalam Ibrani 11, Gideon telah percaya pada janji Tuhan dan membawa Israel ke kemenangan atas musuh-musuh mereka. Tetapi Gideon juga telah meninggalkan bangsa ini  dalam bentuk yang lebih  buruk daripada saat dia mendapatkan bangsa itu. Bangsanya sendiri melawan dia—sebuah pengingat yang sedih bahwa mereka yang mengeksploitasi kekuasaan mereka tak terelakan dibenci oleh mereka yang diperintah mereka. Gideon adalah seoran pendosa yang dibenarkan dan meski ia menyelamatkan bangsa itu dari bahaya namun dosa sendiri menyebabkannya jatuh. Sekali lagi, kita melihat  bahwa ini akan memerlukan Tuhan dalam  rupa manusia untuk menyelamatkan kita dari dosa-dosa.


Apa kemudian yang dapat kita ambil dari nas ini?
Dalam 1 Timotius 6, rasul Paulus memperingatkan  kita akan banyak hal serupa yang Gideon bawa terhadap Israel. Dia berkata  tentang orang-orang yang “mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat--yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus--dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita.” Ironisnya, Gideon telah melakukan hal ini ketika dia membuat sebuah efod dan mengambil seorang isteri Kanaan, kedua hal ini telah menjadi sebuah hal sandungan bagi Israel dan telah memandu pada pelanggaran-pelanggaran perintah-perintah Tuhan.


Apa lagi. Gideon secara pasti tidak memperhatikan prinsip penting dibalik kata-kata Paulus dalam ayat-ayat 6-10
Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Gideon mencintai kekuasaannya, dan dia telah menggunakan posisi otoritasnya untuk melakukan hal yang sepenuhnya kepentingannya sendiri-seperti menciptakan sebuah efod, memindahkan pusat kehidupan Israel ke kotanya sendiri, dan berupaya untuk membangun semacam dinasti bangsawan—walau dia telah menyangkalinya, itulah yang dia sedang lakukan. Seperti Paulus memperingatkan bahwa kekayaan dapat menjebak kita, kuasa Gideon telah merupakan jebak baginya. Dalam semua ini, Gideon adalah sebuah contoh bagi kita, karena dia persis seperti kita!Dia adalah contoh sempurna bagaimana kekuasaan merusak dan bagaimana berkat-berkat Tuhan telah menjadi sebuah jebak bagi kita, jika kita melupakan sumber dan tujuan  pemberian-pemberian itu. Gideon adalah contoh sempurna bagi kita bagaimana tidak menerima sepenuhnya kerja atau karya Tuhan dalam  kehidupan-kehidupan kita, dan menggunakannya bagi kepentingan dan kepentingan diri sendiri. Saya kira kita tidak akan berakhir dengan sebuah gelang “Apa yang akan dilakukan Gideon?” dalam waktu dekat  ini.


Tak diragukan, Gideon telah mengakui  kebenaran ketika dia telah menyatakan pada saudara-saudara sebangsanya,”Tuhan akan memerintahmu.” Tetapi kemudian Gideon bertingkah seperti seorang raja. Seperti hakim-hakim Israel lainnya, Gideon adalah orang kudus dan orang berdosa. Sangat berbeda dengan Juru selamat kita Yesus, yang Paulus katakan,dengan penuh rendah hati berdiri di hadapan Pilatus (seorang birokrat Roma) dan telah memberikan pengakuan bagus. Yesus dapat memerintahkan selegiun malaikat-malaikat. Dia bisa menghancurkan istana ke atas kepala Pilatus. Tetapi tidak, Yesus merendahkan dirinya sendiri  untuk menggenapi perintah-perintah Tuhan, dan telah bersedia untuk bahkan pergi ke salib, dimana dia telah menyelamatkan kita dari dosa-dosa kita. Yesus yang sama inilah yang adalah TUHAN yang telah memerintah atas Israel pada era Gideon. Yesus ini adalah raja yang sama yang telah menyerahkan hidupnya bagi dosa-dosa kita dan kemudian telah dibangkitkan dari kematian. Saudara-saudari kekasih, Yesus adalah Tuhan yang memerintah atas dirimu, dan tak seperti Gideon, Yesus melakukan pengakuan yang baik dan kemudian memenuhi semua kebenaran  melalui kepatuhannya yang sempurna.



Karena itu, bersama Paulus, mari kita semua mengaku bahwa [Yesus] adalah  Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan yang terberkati dan satu-satunya yang berdaulat, yang satu-satunya kekal, yang berdiam di dalam cahaya yang tak dapat didekati, yang tak satupun pernah  atau dapat melihat. Bagi dia hormat dan kekuasaan kekal. Amin.
Amin


The Lord Will Rule Over You The ninety-ninth in a series: "I Will Be Your God and You Will Be My People."|diterjemahkan dan diedit oleh: Martin Simamora

Catatan Kaki
1Block, Judges, Ruth, 289.
2Block, Judges, Ruth, 290.
3Contrast the approaches of Cundall, Judges & Ruth (118-119) with that of Block, Judges, Ruth, who sees Gideon as an out of control general, no longer acting according to the rules of civility or nationality (292-293).
4Block, Judges, Ruth, 295-296.
5Block, Judges, Ruth, 296-298.
6Block, Judges, Ruth, 299.
7Block, Judges, Ruth, 300.


No comments:

Post a Comment