Pages

29 October 2014

Pikiran-Ku Bukan Pikiranmu (6): Hal-Hal Mengerikan Di Sekitar Yesus



Oleh: Martin Simamora

Pikiran-Ku Bukan Pikiranmu (6): Hal-Hal  Mengerikan Di Sekitar Yesus



Lalu  keluarlah orang-orang  Farisi itu dan  bersekongkolah untuk membunuh Dia – Matius 12:14.”
Bacalah lebih dulu bagian 5
Sekarang, kita akan melihat hal-hal mengerikan di sekitar Yesus. Maksudnya, hal-hal mengerikan itu sangat dekat dengan diri Yesus dan telah diketahui oleh Yesus dalam sebuah cara  yang akan membuat anda dan siapapun akan terhenyak melihatnya. Yesus  dapat dikatakan sebagai manusia yang begitu menguasai peristiwa-peristiwa buruk yang “hilir-mudik” dan berusaha menggagalkan hingga meremukan misi besar yang telah dimandatkan oleh Bapa kepada-Nya. 


Hal-Hal mengerikan itu melibatkan banyak oknum mulai dari orang biasa sampai dengan tokoh-tokoh Yahudi,  para prajurit Roma, bahkan muridnya sendiri, hingga penguasa dalam peristiwa-peristiwa alamiah.

Tak dapat dihindarkan, hal-hal mengerikan disekitarnya merupakan hal-hal yang telah sangat diketahui oleh Yesus secara baik jauh di depan (Yohanes 18:4). Sebuah predestinasi peristiwa-peristiwa mengerikan terjadi di sekitar Yesus. 


Mari kita melihat bagaimana kasih Yesus secara konstan mendatangkan hal-hal mengerikan baginya; kasih Yesus  justru melahirkan kelicikan dan kejahatan-kejahatan terkeji dari dalam hati manusia yang memuncak dalam nafsu dan tindakan.


Hal Mengerikan dan Dia Yang Mengetahui Semuanya
Memahami Yesus dari sudut pandang manusia hanya akan melahirkan konflik demi konflik terhadap dirinya, bukan sebuah harmoni antara apa yang aku harapkan dengan apa yang aku lihat pada dirinya atau apa yang akan aku alami kala Dia menjadi Juru selamat dan Tuhanku.


Jika saja setiap orang yang mengakukan dirinya adalah murid dan pengikut Kristus sungguh-sungguh memberikan dirinya untuk dididik oleh kesaksian-kesaksian Yesus dalam kitab suci, maka kita dapat menerima apa adanya Yesus dengan segala ketaksesuain-ketaksesuainya dengan apa yang  menjadi pengharapan-pengharapan kita akan dia.


Apa yang menarik dengan  persekongkolan jahat orang-orang  Farisi, bukan pada persekongkolan itu sendiri namun diri Yesus. Coba perhatikan hal ini:

Matius 12:15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana.


Hal mengerikan ini, bukan disebabkan oleh sebuah kejahatan, tetapi belas kasihan Yesus! Kesalahan Yesus adalah melaksanakan belas kasihannya pada hari Sabat, inilah akar masalah dalam pandangan manusia, orang-orang Yahudi. 


Ini adalah perilaku yang dinilai masyarakatnya sebagai janggal untuk seorang yang besar dalam keluarga Yahudi dan dibesarkan dengan nilai-nilai Taurat.

Matius 12:1-4 Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.(2) Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."(3) Tetapi jawab Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar(4) bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?

Yesus adalah sosok yang selalu diamat-amati segala gerak-geriknya, tindakannya dan perkataannya. Dia diamati seperti sebuah mesin yang diobservasi, apakah bekerja dalam sebuah mekanika yang sempurna; sebuah mekanika yang memiliki sebuah cetak biru yang bernama Taurat.


Jelas terlihat  bahwa orang-orang Farisi bagaikan mekanik-mekanik yang  bergerak dalam sebuah keselarasan yang sempurna dengan cetak biru bernama Taurat itu. Maka terjadilah pada suatu momen dimana Yesus berjalan di ladang gandum bersama murid-muridnya dan nampaknya para murid sudah kelaparan dan Yesus belum juga mengajak mereka untuk berhenti dan memberi para murid makanan yang sewajarnya.  Maka para murid memetik bulir-bulir gandum dan memakannya, entah kenapa Yesus tidak  mencegahnya dan membiarkan mereka melakukan hal itu.


Maka, para Farisi yang senantiasa mengarahkan matanya pada Yesus segera mengetahui bahwa  murid-muridnya telah melakukan kesalahan dan Yesus adalah orang yang paling bertanggungjawab atas kesalahan itu, dan berkata kepada Yesus :“Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat .“


Sebetulnya, apa yang dilakukan oleh murid-murid Yesus bukan sebuah pelanggaran. Para murid tidak mencuri  hasil ladang orang lain, sebab apa  yang dilakukan oleh para murid memang diperbolehkan oleh hukum Taurat:

Ulangan 23:25 Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu." 

Tapi terlihat yang menjadi sorot kesalahan adalah melakukannya pada hari Sabat, dalam pandangan para Farisi.


Yesus sendiri menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh murid-muridnya memang dapat dinilai atau akan dipandang  sebagai sebuah pelanggaran terhadap ketentuan Taurat, namun lihatlah bagaimana Yesus menjelaskan mengapa dia tidak mencegah tindakan para murid yang sedang lapar itu : “...Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar ... masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam?”


Apa yang  Yesus sedang lakukan adalah merujukan keputusannya dan pemetikan gandum pada Sabat pada  peristiwa serupa kala Daud dan para pengikutnya lapar:

1 Samuel 21:1-6 (1) Sampailah Daud ke Nob kepada Ahimelekh, imam itu. Dengan gemetar Ahimelekh pergi menemui Daud dan berkata kepadanya: "Mengapa engkau seorang diri dan tidak ada orang bersama-sama dengan engkau?"(2) Jawab Daud kepada imam Ahimelekh: "Raja menugaskan sesuatu kepadaku, katanya kepadaku: Siapapun juga tidak boleh mengetahui sesuatu dari hal yang kusuruh kepadamu dan yang kutugaskan kepadamu ini. Sebab itu orang-orangku telah kusuruh pergi ke suatu tempat.(3) Maka sekarang, apa yang ada padamu? Berikanlah kepadaku lima roti atau apapun yang ada."(4) Lalu jawab imam itu kepada Daud: "Tidak ada roti biasa padaku, hanya roti kudus yang ada; asal saja orang-orangmu itu menjaga diri terhadap perempuan."(5) Daud menjawab imam itu, katanya kepadanya: "Memang, kami tidak diperbolehkan bergaul dengan perempuan, seperti sediakala apabila aku maju berperang. Tubuh orang-orangku itu tahir, sekalipun pada perjalanan biasa, apalagi pada hari ini, masing-masing mereka tahir tubuhnya."(6) Lalu imam itu memberikan kepadanya roti kudus itu, karena tidak ada roti di sana kecuali roti sajian; roti itu biasa diangkat orang dari hadapan TUHAN, supaya pada hari roti itu diambil, ditaruh lagi roti baru.


Yesus menunjukan sebuah peristiwa ratusan tahun lampau, kala Daud masuk ke dalam Rumah Allah dan meminta roti untuk kepentingan para pengikutnya. Akan tetapi roti biasa tidak ada, hanya roti kudus (Keluaran 25:30, Imamat 24:5-7) yang  ada, jenis yang hanya boleh dimakan oleh imam-imam (Imamat 24:9). Imam itu dapat dinilai melanggar ketentuan ini.

Yesus tak hanya merujukan pada Daud dan pengikut-pengikutnya, tetapi menyingkapkan bahwa para imam melakukan pelanggaran pada hari-hari Sabat DALAM BAIT ALLAH namun TIDAK BERSALAH :

Matius 12:5 Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah?


Yesus sedang membicarakan bahwa para imam  di dalam Bait Allah pun tak senantiasa dapat secara sempurna memenuhi ketentuan dan secara sempurna mematuhinya – tanpa cela setitik pun:

  • Bilangan 28:9 Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya  

  • Imamat 24:5 Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa;


Untuk memenuhi sebuah ketentuan Tuhan yang sempurna dan HARUS, tidak hanya membutuhkan sebuah koordinasi yang baik antarpihak yang berwenang dan bertanggunjawab, tetapi sebuah kepresesian yang HARUS senantiasa SEMPURNA tanpa SETITIK saja PENYIMPANGAN. Ini belum bicara pelaksanaan  ketentuan Taurat yang  memiliki kemungkinan untuk melanggar Sabat oleh sebab  perhitungan pelaksanaannya  yang tak pasti oleh karena dihitung berdasarkan hari kelahiran, seperti:
Imamat 12:3 Dan pada hari yang kedelapan haruslah dikerat daging kulit khatan anak itu
Dan Yesus menyatakan bahwa dalam semua upaya mereka  untuk memenuhi ketentuan-ketentuan Tuhan tersebut,  tidak bersalah atau dibenarkan oleh Yesus walau tidak sempurna atau presesi.

Yesus bahkan menyatakan dirinya adalah lebih dari Bait Allah itu sendiri; bahwa dia sendiri adalah  penentu segala ketentuan dalam Bait Allah dan mengetahui secara pasti keterbatasan manusia-manusia untuk secara sempurna memenuhi ketentuan sangat sempurna, harus dipenuhi dan dilaksanakan :
Matius 12:6 Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah.
Bandingkanlah pernyataan Yesus ini dengan pernyataannya pada kesempatan lain:

  • Yohanes 2:19, (19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali. (21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri.


  • Markus 15:29 Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia, dan sambil menggelengkan kepala mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari (30) turunlah dari salib itu dan selamatkan diri-Mu!"


  • Matius 12:40-41 (40) Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.(41) Pada waktu penghakiman, orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus!


Jika Yesus tidak menyalahkan para imam yang kerap  gagal memenuhi ketetapan hukum-Nya yang sempurna dan ketat dalam Bait Allah, lalu mengapa orang-orang Farisi gagal untuk memiliki sikap yang sama seperti Yesus?

Beginilah Yesus menjelaskannya:

Matius 12:7 Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah.


Perhatikan, dalam hal ini Yesus tidak hanya tidak menghukum tetapi menyatakan tidak bersalah. Yesus tidak menyalahkan Daud dan para imam yang memang sebenarnya menyalahi apa yang telah ditentukan harus dilakukan dalam  Rumah Allah, namun tidak menyalahkannya, atau dalam hal ini Yesus membenarkan. Itulah sebabnya Yesus menyatakan :“Di sini ada yang melebihi Bait Allah.” Di dunia ini ada seorang yang lebih besar daripada Bait Allah; di hadapanmu ada seorang  berdiri dan lebih besar daripada Bait Allah. Ini adalah sebuah pernyataan yang tidak main-main, sebab ini setidak-tidaknya menyatakan bahwa Yesus adalah penulis dan penentu segala ketetapan dalam Bait Allah. Dia adalah yang paling memahami segala sesuatu yang tersimpan didalam semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam Bait Allah. Yesus sedang menyatakan apa tujuan tertinggi dari semua peraturan dalam Bait Allah dan Bait Allah itu sendiri!

Bandingkan pernyataan Yesus :”Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahandengan  Hosea 6:6:

Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.”


Di sini ada yang melebih Bait Allah. Apakah persisnya makna pernyataan ini, sebesar dan setinggi apakah Yesus melebih Bait Allah yang merupakan simbol segala ketetapan-ketetapan Allah yang mengikat setiap umat Allah? Pernyataan Yesus ini menjelaskannya kepada kita, sebuah penjelasan yang sangat kontroversial bahkan hingga masa kini:

Matius 12:8  Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat."

Yesus adalah κύριος  kurios atau  pemilik absolut atau tuan/Tuhan yang memiliki hak penuh atas pelaksanaan hari Sabat.

Hal mengerikan bisa timbul oleh sebab hal yang teramat natural pada diri Yesus yang semacam ini. Manusia tetapi menyatakan dirinya sebagai tuan atau pemilik absolut yang  memiliki hak penuh atas hari sabat? Siapa yang akan dapat menerimanya? Pernyataan-pernyataan semacam ini memang tak dapat dihindarkan dan kelak akan menimbulkan hal mengerikan.

Tak peduli bahwa Yesus sedang memberitahukan bahwa apa yang dikehendaki Tuhan sejak mulanya adalah  belas kasihan dan pengenalan akan Tuhan. Bahwa dalam setiap ketetapan-ketetapan yang luar biasa sempurna dan ketat namun gagal dipenuhi secara konstan dan sempurna oleh sebab kesempurnaan ketentuan-ketentuan-Nya dan Tuhan tidak menghukumnya, sebab Tuhan memang menghendaki belas kasihan atas manusia-manusia yang tidak mungkin memenuhi keinginan-keinginan-Nya yang sempurna. Yesus tidak menyalahkannya;Yesus mengingatkan orang-orang Farisi bahwa yang dikehendaki  Tuhan adalah mengenal kehendak-Nya.

Orang-orang Farisi tersebut boleh saja bekerja bagaikan sebuah mekanika sempurna yang setia pada cetak birunya. Sayangnya, sebagaimana Yesus kemukakan, apa yang dituntutnya bukan agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang terikat pada peraturan itu sendiri namun kepada Tuhan. Sebab terikat pada peraturan-peraturan yang mustahil mereka penuhi secara sempurna bukan merupakan tujuan Allah. Bahwa mereka memiliki pengenalan yang benar akan Allah itu adalah kehendak atau tujuan-Nya. Itu tidak  pernah akan terjadi sekalipun mereka begitu loyal dan militan dalam menjalankan ketetapan-ketetapan Tuhan itu, tetap saja mereka adalah manusia-manusia yang hampa akan kasih Allah dan hampa pengenalan akan Allah.

Manusia-manusia yang hampa akan kasih Tuhan pada dasarnya adalah manusia-manusia jahat atau manusia-manusia pembunuh bagi sesamanya dalam banyak cara  yang bahkan sangat terlihat mulia dan sedang memenuhi kehendak Tuhan. Mari kita awasi diri ini, jangan sampai kita  berpikir sedang memenuhi ketetapan Tuhan tetapi sesungguhnya sedang membunuh sesama kita sendiri.

Kepada orang-orang Farisi yang militan pada segenap ketentuan Taurat namun hampa akan kasih Tuhan. Yesus tetap  menyingkapkan kepada mereka apa sesungguhnya yang menjadi tuan atas  hari Sabat. Mari kita  melihat pada Yesus saat berinteraksi dengan orang-orang yang memenuhi bait suci:


  • Matius 12:10 Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepada-Nya: "Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?" Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia.
  • Matius 12:11-12 (11)Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."


Yesus sedang melakukan sebuah pembandingan terkait kasih  atau kepedulian terhadap hewan ternak atau peliharaan milik sesamamu, dengan manusia pada Matius 12:11-12. Memang dalam Taurat hal terkait hewan ternak atau peliharaan diatur, misal:


Ulangan 22:4 Apabila engkau melihat keledai saudaramu atau lembunya rebah di jalan, janganlah engkau pura-pura tidak tahu; engkau harus benar-benar menolong membangunkannya bersama-sama dengan saudaramu itu."


Perhatikan, ketentuan semacam ini atau peristiwa semacam ini tentu bisa terjadi kapan saja, bahkan tak peduli pada  hari sabat sekalipun. Jika anda melihat maka JANGANLAH PURA-PURA TIDAK TAHU DAN HARUS BENAR-BENAR MENOLONG.

Atau perhatikan

Keluaran 23:4-5 Apabila engkau melihat lembu musuhmu atau keledainya yang sesat, maka segeralah kaukembalikan binatang itu. Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia dengan membongkar muatan keledainya.


Perhatikan,ketentuan semacam ini atau peristiwa semacam ini  tentu bisa terjadi kapan saja, bahkan tak peduli pada hari Sabat sekalipun! Artinya, kalaupun itu terjadi pada hari Sabat dan diderita oleh musuhmu maka anda diminta BERSEGERA, JANGANLAH ENGGAN, HARUS.


Sabat tidak bisa lebih agung daripada kasih sebab  Kasih Allah tidak dapat dikurung oleh Sabat dan mustahil Allah melakukan hal demikian. Sabat tidak dapat mengekang mengasihi sesamamu bahkan mengasihi musuhmu, bahkan hal ini dinyatakan oleh Yesus sebagai hukum pertama (Matius 22:39). Melakukan hal ini selaras dengan  hukum Taurat semua kitab para nabi (Matius 22:40).

Berdasarkan hal semacam inilah, sebuah kepastian bahwa Yesus tidak melanggar apapun juga yang tertulis dalam hukum Taurat maka Yesus menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya:

Matius 12:13 Lalu kata Yesus kepada orang itu: "Ulurkanlah tanganmu!" Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain.


Kasih atau mengasihi sesama manusia adalah dasar bagi Yesus untuk melakukan penyembuhan. Sama seperti apa yang telah diatur pada hukum Taurat yang mendorong umat Tuhan untuk  tak hanya mengasihi hewan milik sesama/saudara tetapi juga milik musuh! Jika pada hewan milik manusia saja, Tuhan meminta untuk menolong segera dan harus, tidak boleh  pura-pura tidak tahu maka terlebih lagi terhadap manusia. Yesus berkata: Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Dan memang manusia jauh lebih berharga dari pada hewan. Saya yakin tidak ada manusia yang akan membantah hal ini.


Tetapi, kasih Yesus yang agung ini justru mendatangkan  hal mengerikan di sekitar dirinya, oleh sebab mereka tidak mengenal Allah sekalipun mereka sangat akrab dan fasih dengan hukum-hukum atau ketentuan Tuhan. Kasih tidak dapat diperoleh dengan kefasihan dan keakraban dengan hukum dan ketentuan Tuhan bila tanpa pengenalan akan Tuhan yang sesungguh-sungguhnya. Tanpa pengenalan Tuhan maka hasrat membunuh sesama yang lahir bukan hasrat mengasihi. Yesus datang untuk memampukan manusia dapat mengenal Bapa dan memiliki kasih yang dimiliki oleh Bapa dan Anak.


Yesus sedang mendemonstrasikan natur manusia yang tidak memiliki kasih Allah, yaitu hasrat membunuh. Dan memang pada akhirnya hal mengerikan senantiasa hadir di sekitar Yesus, tak terkecuali datang dari salah satu muridnya. Kita dapat mengatakan kondisi manusia semacam ini adalah natur manusia.


Selamat membaca dan  merenungkannya.


Bersambung ke  bagian 7

Amin


No comments:

Post a Comment