Pages

18 October 2014

Pastor Hillsong Brian Houston Dihentakan Pertanyaan Tentang Pelecehan Seks & Pernikahan Sesama Jenis



Oleh: Martin Simamora

Pastor Hillsong Brian Houston  Dihentakan Pertanyaan Tentang  Pelecehan Seks & Pernikahan Sesama Jenis

Pastors Brian Houston and Bobbie Houston of Hillsong Church appear at a press conference on Thursday, Oct. 16, 2014, at The Eventi Hotel in New York City. The press conference came on the occasion of the Hillsong Conference being held at Madison Square Garden from Oct. 16-18 in NYC.
(Photo: The Christian Post/Scott Liu)

Konferensi pers yang sejatinya terkait  dengan Hillsong Conference  yang digelar 16-18 Oktober 2014  di Madison Square Garden, digelar beberapa jam sebelum senior pastor Hillsong Brian Houston berkhotbah dihadapan 5.000 peserta konfrensi, mendadak berubah menjadi ajang pertanyaan sekitar pelecehan seks, homoseksualitas dan keuangan gereja. Dapat dikatakan konfrensi pers yang digelar di Eventi Hotel , New York City pada 16 Oktober 2014 kemarin   telah menjadi sesi yang memaksanya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan sensitif tersebut. Houston, 60 tahun , terlihat gugup  saat duduk didampingi oleh isterinya dan co pastor Hillsong Bobbie  Houston dan puteranya yang menjadi pemimpin pujian atau song leader pada Hillsong United, Joel Houston, yang juga menggembalai Hillsong NYC bersama dengan Carl Lentz. Lentz melengkapi kuartet representatif  gereja pada konferensi pers tersebut, dimana grup musik ini menyambut media lokal untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan  terkait penyelenggaraan konferensi pada malam harinya dan isu-isu terkait pelayanan mereka  melalui megachurch yang ada di sejumlah kota.

Akan  tetapi, segera setelah  floor atau kesempatan bertanya bagi para awak media dibuka untuk pertanyaan-pertanyaan, telah menjadi jelas bahwa beberapa anggota press lebih berminat untuk mendengarkan pelecehan seks yang telah dilakukan oleh  ayah Brian Houston pada  sekitar tahun 1970-an, bagaimana Hillsong Church membelanjakan keuangannya, dan bagaimana senior pastor gereja tersebut menangani isu-isu terkait budaya, secara khusus pada isu-isu seksualitas.


Apakah Yang Akan Anda Lakukan Secara Berbeda?


Pastor Brian Houston of Hillsong Church speaksa at a press conference on Thursday, Oct. 16, 2014,
 at The Eventi Hotel in New York City.
(Photo: The Christian Post/Scott Liu)

Kasus pelecehan seks, yang mana ayah Pastor Houston, William “Frank” Houston, tidak pernah diajukan ke proses peradilan, telah kembali mengemuka minggu lalu, pada sebuah  acara dengar pendapat publik mengenai bagaimana lembaga-lembaga religius menangani kasus-kasus semacam ini di Australia. William Houston sendiri telah meninggal dunia pada usia 82 tahun pada 2004, dan telah dibebas tugaskan dari semua  tugas-tugas gereja oleh puteranya, ketika dia telah menyampaikan pengakuan pada 1999,  melakukan pelecehan seksual di Selendia Baru pada dekadean sebelumnya. Saat itu William Houston menjabat sebagai presiden nasional Gereja Sidang Jemaat Allah – Assemblies of God di Australia (sekarang Australian Christian Churches, yang merupakan gereja ayahnya- yang dipionirinya,  Sydney Christian Life Centre.

Houston telah menyampaikan keterangan kepada  royal commission, menjadikan kasus ini dalam penanganan yang institusional  atau kelembagaan, pada minggu lalu yang mana dia meyakini adanya kemungkinan korban-korban tambahan lebih banyak lagi, daripada yang telah diakui oleh ayahnya. Sidney Morning Herald, melaporkan bahwa Houston telah menyampaikan kepada komisi, bahwa dia telah mempelajari hal tersebut, setelah pengakuan ayahnya, bahwa “terdapat  klaim-klaim lebih lanjut yang melibatkan  enam anak laki-laki di Selendia Baru.”


Founding Pastor Hillsong Church telah menegaskan kembali keyakinannya tersebut pada Kamis, selama konferensi pers di NYC tersebut, ketika dia ditanyai oleh wartawan Religion News Service, jikalau ada hal lainnya yang akan dia lakukan secara berbeda ketika dia pertama kali  mempelajari tuduhan-tuduhan seputar ayahnya. Telah dicatat bahwa Houston tidak pernah melaporkan hal ini kepada polisi dan  telah membolehkan ayahnya, yang dia katakan sebagai seorang pedophile, untuk menerima hak pensiunnya. Pastor Bobbie juga melakukan  interupsi dan bantahan terhadap pandangan yang tak disetujuinya, yang disampaikan terhadapnya, sebagaimana dapat anda dengarkan di “Pastor Brian Houston Comments on Father’s Child Sex Abuse Case.”


Houston  telah menyebut hari dimana dia menanyakan perihal ini kepada ayahnya, adalah “hari tergelap” dalam kehidupannya, dan  sempat beberapa kali dia harus terhenti dalam  penjelasan kasus tersebut, saat konferensi pers  yang digelar di Eventi Hotel tersebut.



Relevansi Kultural dan  Pernikahan Homoseksual


Pastor Brian Houston of Hillsong Church looks on as Hillsong NYC pastor Carl Lentz speaks during a press conference on Thursday, Oct. 16, 2014, at The Eventi Hotel in New York City. The press conference came on the occasion of the Hillsong Conference being held at Madison Square Garden from Oct. 16-18 in NYC.
(Photo: The Christian Post/Scott Liu)
Terkait isu ini, menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh The New York Times, terlihat jelas bahwa Hillsong Church  tidak berani untuk  mengatakan secara tegas YA atau TIDAK terhadap PERNIKAHAN SEJENIS.

Hillsong Church  memiliki 12 kampus global dan  2 diantaranya beroperasi di Los Angeles dan New York City, kedua kota ini majemuk dan kota-kota yang progresif dimana  pernikahan sejenis atau same-sex marriage adalah legal.

Ketika  menanyakan  bagaimana  Hillsong berupaya menjadi relevan  sebagaimana  opini-opini dan nilai-nilai sekular yang  terus saja berbenturan dengan doktrin-doktrin tradisional Krsiten, secara khusus dengan seksualitas manusia, Pastor Houston mengakui bahwa memang ada  tantangan-tantangan.

“Saya pikir dengan gereja, pesannya adalah kudus tetapi metoda-metodanya harus  berubah agar gereja tetap relevan,” ujar Houston sebagaimana dilansir christianpost.com. “Dan hal itu menantang. Adalah menantang bagaimana agar tetap relevan. Saya maksudkan, jika kita  membicarakan  hal satu ini yang menjadi satu topik besar yang hangat, barangkali bagi gereja-gereja....sekarang dengan  telah dilegalisasikanya pernikahan homosekesual, dan gereja-gereja ada selama bergenerasi-generasi, yang menganut seperangkat keyakinan-keyakinan yang bersumber dari apa yang mereka yakini sebagai Firman Tuhan,  yang Alkitab katakan. Sekejab saja  dalam banyak lingkaran-lingkaran gereja dapat terlihat seperti seorang yang tersingkirkan, karena banyak orang  begitu tidak irelevan saat ini.....Sehingga tetap relevan adalah sebuah tantangan besar. Saya pikir itu lebih dari sekedar  menyanyikan lagu-lagu yang lebih kontemporer dan warna-warni yang anda catkan pada tembok-tembok atau apapun.”


Ketika ditanyai The New York Times untuk memperjelas posisinya terhadap pernikahan sesama jenis, Houston menyatakan, mempertanyakan posisinya  terhadap homoseksualitas adalah “terlampau penting untuk  mereduksinya” hingga menjadi sebuah jawaban YA atau TIDAK  pada sebuah kanal media.


Posisi  pastor Brian yang tidak mau memperjelas posisinya terhadap pernikahan sejenis menggaungkan posisi yang sama sebagaiman telah dinyatakan oleh Carl Lents pada  wawancara-wawancara sebelumnya, dimana dia menyatakan “Jesus Never Discussed Homosexuality Publicly,” untuk menghindari sebuah jawaban yang sangat sensitif terkait posisinya terhadap homoseksualitas yang kini meluas begitu masif, bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari termasuk kehidupan jemaat.


Dengarkanlah tanggapan kedua pastor Hillchurch terkait isu ini pada Hillsong Press Conference Homosexuality, dimana anda akan terlebih dulu mendengarkan tanggapan  pastor Houston dan kemudian pastor Lentz.


Christianpost | Martin Simamora
ooOoo

No comments:

Post a Comment