Pages

17 September 2014

KRISTOLOGI XII : THE HUMILIATION OF CHRIST (PERENDAHAN KRISTUS)




Rabu, tgl 3 September 2014, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.


THE HUMILIATION OF CHRIST
(PERENDAHAN KRISTUS)

kristologi (12)

Bacalah lebih dulu bagian11

Selanjutnya, dalam membahas ketidak-berubahan LOGOS baik dalam hakekat, sifat, maupun kegiatanNya pada saat berin­karnasi ini, kita perlu membahas suatu ajaran yang disebut Teori Kenosis [= teori pengosongan diri]. Teori Kenosis ini merupakan suatu ajaran yang sangat populer, tetapi salah / sesat!

Teori Kenosis ini, yang didasarkan pada Fil 2:6-7, mengatakan bahwa Anak Allah mengesampingkan / membuang sebagian / seluruh sifat-sifat ilahiNya supaya Ia bisa menjadi manusia yang terbatas (Contoh: Mat 24:36 menunjukkan Yesus tidak maha tahu).


Fil 2:6-7 - “(6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, (7) melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

          
Kesalahan dari Teori Kenosis ini:


a)   Yesus adalah Allah dan karena itu Ia tidak bisa berubah.


Maz 102:26-28 - “(26) Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tanganMu. (27) Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah; (28) tetapi Engkau tetap sama, dan tahun-tahunMu tidak berkesudahan.”.

Mal 3:6 - “Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah, dan kamu, bani Yakub, tidak akan lenyap.”.

Yak 1:17 - “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.”.


Allah tidak bisa berhenti menjadi Allah, sekalipun hanya untuk sementara!


b) Kalau Teori Kenosis itu benar, maka pada saat Yesus menjadi manusia, Allah Tritunggal bubar!

c)  Kalau Teori Kenosis itu benar, maka Kristus bukanlah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia! Ia hanya manusia biasa, tanpa keilahian! Dan kalau ini benar, maka Ia tak bisa menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan penebusanNya tidak bisa mempunyai nilai yang tidak terbatas.

Dalam tafsirannya tentang Fil 2:7, Calvin mengatakan bahwa istilah ‘mengosongkan diri’ itu tidak berarti bahwa Kristus melepaskan atau membuang keilahianNya, tetapi hanya menyembunyikannya dari pandangan manusia.


Calvin: “Christ, indeed, could not divest himself of Godhead; but he kept it concealed for a time, that it might not be seen, under the weakness of the flesh. Hence, he laid aside his glory in the view of men, not by lessening it, but by concealing it (= Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan menyembunyikannya).


Herman Hoeksema menambahkan bahwa sekalipun pada saat inkarnasi itu kemuliaan Kristus disembunyikan, tetapi kadang-kadang tetap bisa terlihat sekilas, misalnya pada waktu Ia melakukan mujijat.

Herman Hoeksema: “This does not mean that the Son of God temporarily laid aside the divine nature, in order to exchange it with the human nature. This would be impossible, for the divine nature is unchangeable. ... But it certainly means that He entered into the state of man in such a way that before man His divine glory and majesty was hid, although even in the state of humiliation it flashed out occasionally, as, for instance, in the performance of His wonders” (= Ini tidak berarti bahwa Anak Allah untuk sementara waktu mengesampingkan hakekat ilahi, untuk menukarnya dengan hakekat manusia. Ini mustahil, karena hakekat ilahi tidak bisa berubah. ... Tetapi itu berarti bahwa Ia masuk ke dalam keadaan manusia sedemikian rupa sehingga di depan manusia kemuliaan dan keagungan ilahiNya tersembunyi, sekalipun bahkan dalam saat perendahanpun itu kadang-kadang memancar keluar, seperti misalnya dalam pelaksanaan / pertunjukan keajaibanNya) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 399.


F)  Inkarnasi menjadikan Kristus manusia yang sama dengan kita.

Ajaran Anabaptist mengatakan bahwa Kristus membawa hakekat manusiaNya dari surga (berdasarkan 1Kor 15:47b) dan bahwa Maria hanya merupakan saluran melalui mana Ia datang ke dunia.

1Kor 15:47 - “Manusia pertama berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua berasal dari sorga.”.


Jadi hakekat manusiaNya betul-betul merupakan ciptaan yang baru, yang serupa / mirip dengan kita tetapi secara organik tidak berhubungan dengan kita.
Kalau ini benar, maka boleh dikatakan bahwa Kristus adalah semacam bayi tabung yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria!


Ajaran Reformed menentang ajaran Anabaptist tersebut di atas, dan mengajarkan bahwa Kristus mendapatkan hakekat manusiaNya dari ibuNya / Maria. Dengan kata lain, sebagai manusia, Yesus berasal dari sel telur Maria.

Dasar Kitab Suci pandangan ini:

1) Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut;”.


Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.

Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.

Ro 8:3 - “Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.

Kalau kita membandingkan dengan terjemahan Alkitab-Alkitab bahasa Inggris maka dari 4 ayat di atas, hanya Ibr 2:14 yang memang menggunakan kata ‘sama’, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘seperti’.


Ibr 2:14 (KJV): Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also himself likewise took part of the same; that through death he might destroy him that had the power of death, that is, the devil;.
Ibr 2:17 (KJV): Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things pertaining to God, to make reconciliation for the sins of the people..
Fil 2:7 (KJV): ‘But made himself of no reputation, and took upon him the form of a servant, and was made in the likeness of men:’.
Ro 8:3 (KJV): For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God sending his own Son in the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh:.


Lalu, mengapa yang lain menggunakan kata ‘seperti’? Untuk menjawab ini, saya mengutip ulang tafsiran Calvin dan William Hendriksen tentang Ro 8:3 di sini:


Calvin (tentang Ro 8:3): “he says, that he came in the likeness of the flesh of sin; for though the flesh of Christ was polluted by no stains, yet it seemed apparently to be sinful, inasmuch as it sustained the punishment due to our sins, and doubtless death exercised all its power over it as though it was subject to itself. ... Christ underwent our infirmities, that he might be more inclined to sympathy, and in this respect also there appeared some resemblance of a sinful nature.” [= ia berkata, bahwa Ia datang dalam keserupaan dari daging dari dosa; karena sekalipun daging Kristus tidak dikotori oleh noda / kotoran, tetapi itu kelihatannya berdosa, karena daging itu menahan / menderita hukuman karena dosa-dosa kita, dan tak diragukan kematian melaksanakan semua kuasanya atasnya seakan-akan daging itu tunduk kepada dirinya sendiri. ... Kristus mengalami kelemahan-kelemahan kita, sehingga Ia bisa lebih condong pada simpati, dan dalam hal ini juga disana kelihatan suatu kemiripan dengan suatu hakekat yang berdosa.].

William Hendriksen (tentang Ro 8:3): In his incarnation the divine Son assumed the human nature, ... But he took on that human nature not as it came originally from the hand of the Creator (‘and behold it was very good,’ Gen. 1:31), but weakened by sin, though remaining itself without any sin. [= Dalam inkarnasiNya Anak yang ilahi mengambil hakekat manusia, ... Tetapi Ia mengambil hakekat manusia bukan sebagaimana itu datang seperti asalnya dari tangan sang Pencipta (‘dan lihatlah itu adalah sangat baik’, Kej 1:31), tetapi dilemahkan oleh dosa, sekalipun dalam dirinya tetap tanpa dosa apapun.].

Jadi, sebetulnya Yesus memang mengambil hakekat manusia yang sama dengan kita, tetapi digunakan kata ‘seperti’ karena hakekat manusia yang diambil bukanlah hakekat manusia sebagaimana itu pertama kali diciptakan oleh Allah (Kej 1:31 - ‘sungguh amat baik’), tetapi yang sudah dilemahkan oleh dosa, sekalipun hakekat manusia itu sendiri tanpa dosa.

Kalau Yesus memang sungguh-sungguh adalah manusia, Ia haruslah sungguh-sungguh anak Maria.

 
2) Kalau hakekat manusia Kristus tidak diturunkan dari Maria, dan Kristus hanya serupa / mirip dengan kita, maka sebetulnya tidak ada hubungan antara Kristus dengan kita sehingga Ia tidak bisa menjadi Pengantara antara kita dengan Allah dan Ia juga tidak bisa menjadi Penebus kita.


Bdk. Ibr 2:14-17 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani. (17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.


3)  Yesus disebut ‘tunas Daud’, ‘tunas yang keluar dari tunggul Isai’, ‘taruk dari pangkal Isai’.


Yes 11:1,10 - “(1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. ... (10) Maka pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia.”.

Yes 4:2 - “Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput.”.

Yes 53:2 - “Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya.”.

Yer 23:5 - “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.”.

Wah 5:5 - “Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: ‘Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.’”.

Wah 22:16 - “‘Aku, Yesus, telah mengutus malaikatKu untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.’”.


Perlu diingat bahwa ‘tunas’ menunjukkan bahwa Ia betul-betul adalah keturunan Daud, dan mempunyai hubungan organic dengan Daud.

4)  Ibr 7:14 mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yehuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.

5)  Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.

a)  Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (= manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.

TB2-LAI hampir sama dengan TB1.
NASB: ‘are all of one Father’ (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.

NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).
RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal mula).
KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).

Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.

Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!

Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontext menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan konteks ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).

John Calvin: In this sense he also says that ‘the Author of sanctification and those who are sanctified have all one origin’ (Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers to the fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is why he is not ashamed to call them brethren’ (Hebrews 2:11b). [= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Konteks menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara’ (Ibr 2:11b).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!

b)  Itu menyebabkan Ia tidak malu menyebut mereka ‘saudara’ (Ibr 2:11b).

Ibr 2:11 - “Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara,”.

Kalau Yesus tidak berasal dari sel telur Maria, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’.

c) Bandingkan juga dengan Ibr 2:14-17 yang menunjukkan bahwa untuk bisa menjadi Penebus kita, Ia harus menjadi manusia yang sama dengan kita!

6)  Yesus disebut sebagai:

a)  Keturunan perempuan / Hawa (Literal: ‘seed of the woman’) - Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya (KJV/RSV/NASB: ‘her seed’); keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

b)  Keturunan Abraham [Literal: ‘your seed’ (= benihmu)] - Kej 22:18 (bdk. Kis 3:25).
Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu.’”.


Catatan: kata keturunan ada dalam bentuk tunggal.
Bdk. Gal 3:16 - “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu’, yaitu Kristus.”.


Kis 3:25 - “Kamulah yang mewarisi nubuat-nubuat itu dan mendapat bagian dalam perjanjian yang telah diadakan Allah dengan nenek moyang kita, ketika Ia berfirman kepada Abraham: Oleh keturunanmu semua bangsa di muka bumi akan diberkati.”.

Catatan: di sini kata keturunan juga ada dalam bentuk tunggal.



c)   Keturunan Daud (Literal: ‘seed of David’) - 2Tim 2:8.

2Tim 2:8 - “Ingatlah ini: Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, yang telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.”.


Istilah ‘seed’ (= benih / keturunan) jelas menunjukkan adanya hubungan organik!


7)  Luk 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.


Dalam Luk 1:42, Elisabet menyebut Yesus sebagai ‘buah rahim’ dari Maria (NASB / Literal: ‘the fruit of your womb’).
Catatan: perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!


John Calvin: Now, if he had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point of this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)? [= Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.

Ini jelas menunjukkan bahwa Yesus memang berasal dari benih / sel telur Maria.


8) Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Dalam Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:

a) Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau. Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.

William Hendriksen (tentang Luk 1:35): The answer is cast in the form of synonymous parallelism, so that ‘The Holy Spirit’ is paired with ‘the power of the Most High,’ and ‘will come upon you’ with ‘will overshadow you.’ Resultant meaning: The personal Holy Spirit will bring about this wonder in Mary’s womb by exerting his divine power. ... Nevertheless, something must perhaps be added. The ‘overshadowing’ or ‘covering’ of which Luke speaks here is not static but active. It is creative, productive. It causes Mary to conceive a child. Our thoughts are therefore also - and perhaps especially - directed to the Spirit of God creatively hovering over the waters at the time of creation (Gen. 1:2). In this same connection see Ps. 104:30, expressed poetically in the line: ‘Thy Spirit O God makes life to abound.’ The overshadowing Spirit, therefore, not only protects but also creates. It brings about conception within Mary’s womb. [= Jawaban diberikan dalam bentuk paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan / menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’ atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan. Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah, membuat kehidupan berlimpah-limpah’. Karena itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.
Maz 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.


b)  Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, maka tentu tidak dibutuhkan pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.


Bahwa ini memang ajaran Reformed terlihat jelas karena hal ini masuk dalam ‘Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 yang berbunyi:

The Son of God, the second person in the Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when the fulness of time was come, take upon Him man’s nature, with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet with­out sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man. (= Anak Allah, pribadi kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).


Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: “28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man.  29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.” (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia.  29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.



Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari sel telur Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.

Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not made’ (= ‘diperanakkan, bukan dicipta’) dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan / hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.

Perhatikan beberapa kutipan pendukung di bawah ini.

John Owen:
“The framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb of the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ... The act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not, indeed, like the first creating act, which produced the matter and substance of all things out of nothing, causing that to be which was not before, neither in matter, nor form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation, whereby, out of matter before made and prepared, things were made that which before they were not, and which of themselves they had no active disposition unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust of the earth, and woman of a rib taken from man. There was a previous matter unto their creation, but such as gave no assistance nor had any active disposition to the production of that particular kind of creature whereinto they were formed by the creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or made of the substance of the blessed Virgin.” [= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif; tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati.] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.

·       “Even though Christ has assumed a human nature which is finite and limited and which began in time, as person, as Self, Christ does not in Scripture stand on the side of the creature but on the side of God” (= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi sebagai pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.

·    “The relationship is that of Creator and creature, and the creature from the nature of his being can never become Creator, nor have the significance and worth for us human beings of the Creator” (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan keadaan alamiah keberadaannya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
·    That human nature did not exist beforehand. ... But in the incarnation, also, Scripture holds to the goodness of creation and to the Divine origin of matter” (= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul ilahi dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.

·       “Just as the human nature of Christ did not exist before the conception in Mary, so it did not exist for sometime before, nor some time after, in a state of separation from Christ” (= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

·    “In short, to one and the same subject, one and the same person, Divine and human attributes and works, eternity and time, omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely weakness are ascribed” (= Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

Calvin tentang kata-kata seperti anak manusia’ dalam Daniel 7:13:
“We must now see why he uses the word ‘like’ the Son of man; ... the Prophet says, ‘He appeared’ to him ‘as the Son of man,’ as Christ had not yet taken upon him our flesh. And we must remark that saying of Paul’s: When the fulness of time was come, God sent his Son, made of a woman. (Gal. 4:4.) Christ then began to be a man when he appeared on earth as Mediator, for he had not assumed the seed of Abraham before he was joined with us in brotherly union. This is the reason why the Prophet does not pronounce Christ to have been man at this period, but only like man; for otherwise he had not been that Messiah formerly promised under the Law as the son of Abraham and David. For if from the beginning he had put on human flesh, he would not have been born of these progenitors. It follows, then, that Christ was not a man from the beginning, but only appeared so in a figure. ... This was a symbol, therefore, of Christ’s future flesh, although that flesh did not yet exist [= Sekarang kita harus melihat mengapa ia menggunakan kata seperti Anak  manusia; ... sang Nabi berkata, ‘Ia kelihatan’ kepadanya ‘seperti Anak  manusia’, karena Kristus belum mengambil kepadaNya daging kita. Dan kita harus memperhatikan perkataan Paulus itu: ‘Pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, Allah mengutus AnakNya, dibuat dari seorang perempuan.’ (Gal 4:4). Maka Kristus mulai menjadi / adalah seorang manusia pada waktu Ia muncul di bumi sebagai Pengantara, karena Ia belum mengambil benih / keturunan Abraham sebelum Ia digabungkan dengan kita dalam persatuan persaudaraan. Inilah alasannya mengapa sang Nabi tidak mengumumkan Kristus sudah adalah manusia pada masa ini, tetapi hanya seperti manusia; karena kalau tidak Ia bukanlah Mesias itu yang sebelumnya dijanjikan di bawah hukum Taurat sebagai anak / keturunan Abraham dan Daud. Karena seandainya dari semula Ia telah mengenakan daging manusia, Ia tidaklah dilahirkan oleh nenek moyang ini. Maka akibatnya adalah bahwa Kristus bukanlah seorang manusia dari semula, tetapi hanya kelihatan demikian dalam suatu bentuk jasmani. ... Karena itu, ini adalah suatu simbol dari daging Kristus yang akan datang, sekalipun daging itu belum ada (pada saat itu).] - hal 41.

Daniel 7:13 - “Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapanNya.”.
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.


Calvin menambahkan: jadi kalau dalam ayat-ayat seperti Fil 2:7 digunakan kata ‘seperti’, maka alasannya berbeda dengan pada waktu kata ‘seperti’ itu digunakan dalam Dan 7:13. Dalam Fil 2:7 (juga Ro 8:3  Ibr 2:17) kata ‘seperti’ itu digunakan karena daging yang telah diambil oleh Kristus itu bukan seperti daging dari Adam sebelum ia jatuh ke dalam dosa, tetapi daging yang sekalipun tidak berdosa tetapi telah dilemahkan oleh dosa. Sedangkan dalam Daniel 7:13, kata ‘seperti’ itu digunakan karena pada saat itu daging Kristus memang belum ada, dan yang dilihat oleh Daniel pada saat itu hanyalah simbol dari daging Kristus yang akan datang.
Catatan: untuk Fil 2:7 dan Ibr 2:17 lihat KJV.

Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
“the Prophet could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with the divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been absurd.” [= sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging tidaklah begitu tua, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka (keilahian dan kemanusiaan Kristus) bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan / konyol.] - hal 299.
Mikha 5:1 - “Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.”.


Philip Schaff: “The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father” [= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18)] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.


Robert M.Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word, which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning, with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that the Word was continuing to exist at the beginning of created time is simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to say that this uncreated Logos ‘became’ (egeneto) flesh (1:14), John draws another contrast between the two natures of Christ. To put it in the classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with respect to his humanity” [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.



-bersambung-


No comments:

Post a Comment