Pages

17 September 2013

ALLAH TRITUNGGAL (1)

By. Pdt. Budi Asali, M.Div





Pendahuluan.

Doktrin Allah Tritunggal berada di antara 2 doktrin lain yaitu:

1) Allah itu tunggal mutlak (seperti dalam Islam / Saksi Yehuwa).
2) Polytheisme (= kepercayaan / ajaran akan adanya banyak allah / dewa).
Tidak ada kemungkinan mencari titik temu dari 3 doktrin yang memang berbeda / bertentangan ini!


A) Pernyataan tentang doktrin Allah Tritunggal.
1)   Dalam diri Allah hanya ada 1 hakekat yang tidak terbagi-bagi (one indivisible essence).
2)   Dalam diri Allah ada 3 pribadi yaitu Bapa, Anak & Roh Kudus.


Allah menyatakan diriNya dalam 3 pribadi bukan karena Ia memilih / menghendaki hal itu, tetapi karena memang Ia adalah demikian.


Louis Berkhof: “This tri-personal existence is a necessity in the Divine Being, and not in any sense the result of a choice of God.  He could not exist in any other than the tri-personal form” (= Keberadaan yang bersifat tiga pribadi ini adalah suatu keharusan dalam diri Allah, dan sama sekali bukanlah hasil dari pilihan Allah. Ia tidak bisa berada dalam sesuatu yang lain dari pada bentuk tiga pribadi) - ‘Systematic Theology’, hal 84.


3)   Seluruh hakekat Allah yang tidak terbagi-bagi itu dimiliki oleh ketiga pribadi itu.

a)   Hakekat ilahi itu tidak mempunyai keberadaan di luar / terpisah dari ketiga pribadi itu.


b) Kalau berbicara tentang ‘Essential Being’ (= keberadaan secara hakiki) dari pribadi-pribadi dalam diri Allah, maka mereka betul-betul setingkat, tidak ada yang lebih tinggi / rendah.


c) Dalam persoalan hubungan ketiga pribadi ini dengan hakekat illahi, semua analogi tidak berguna dan kita harus menyadari bahwa Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang jauh melampaui pengertian kita.


4)   Ketiga pribadi dalam diri Allah itu ditandai dengan urut-urutan (order) yang tertentu.

Allah Bapa adalah yang pertama;  Allah Anak yang ke 2; dan Allah Roh Kudus yang ke 3. Urut-urutan ini tidak berhubungan dengan waktu atau hakekat, tetapi hanya dengan urut-urutan asal mula mereka secara logika.


Louis Berkhof: “It need hardly be said that this order does not pertain to any priority of time or of essential dignity, but only to the logical order of derivation (= Hampir tidak perlu dikatakan bahwa urut-urutan ini tidak berhubungan dengan keberadaan lebih dulu atau kewibawaan hakiki, tetapi hanya dengan urut-urutan asal mula secara logika) - ‘Systematic Theology’, hal 88-89.

5) Ada sifat-sifat / milik-milik pribadi (personal attributes) yang membedakan ketiga pribadi dalam diri Allah. Ini disebut ‘opera ad intra’, karena hal-hal ini merupakan pekerjaan-pekerjaan dalam diri Allah yang tidak berhubungan dengan ciptaanNya. Hal-hal ini merupakan pekerjaan pribadi yang tidak dilakukan oleh ketiga pribadi secara bersama-sama. Hal ini merupakan sesuatu yang tidak dapat diberikan (incommunicable).



Generation (= pekerjaan melahirkan) hanyalah merupakan pekerjaan Allah Bapa. Filiation (= descent from aparent / kelahiran) hanya bisa ditujukan terhadap Allah Anak. Procession hanya dapat ditujukan terhadap Allah Roh Kudus.



Opera ad intradibedakan denganopera ad extra’ yang merupakan pekerjaan-pekerjaan dengan mana Allah Tritunggal dimanifestasikan keluar. Sekalipun pekerjaan-pekerjaan tertentu lebih ditujukan kepada pribadi-pribadi tertentu (Misalnya: penciptaan - Allah Bapa; penebusan - AllahAnak; pengudusan - Allah Roh Kudus), tetapi pekerjaan-pekerjaan itu bukanlah pekerjaan-pekerjaan dari pribadi-pribadi tertentu saja, melainkan pekerjaan-pekerjaan dari seluruh Allah Tritunggal.

6)   Doktrin Allah Tritunggal adalah suatu misteri yang melampaui pengertian manusia.

a)   Manusia tidak dapat mengertinya atau membuatnya bisa dimengerti.

Dalam doktrin Allah Tritunggal diajarkan bahwa Allah itu satu hakekatnya tetapi mempunyai 3 pribadi, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bapa itu Allah sepenuhnya; Anak itu Allah sepenuhnya; dan Roh Kudus itu juga Allah sepenuhnya. Tetapi kita tidak mempercayai 3 Allah (Tritheisme); kita tetap mempercayai Allah itu satu.

Tidak masuk akal? Bukan tidak masuk akal tetapi melampaui akal, dan ini yang justru masuk akal. Otak kita yang terbatas tidak mungkin bisa mengerti sepenuhnya tentang Allah yang tak terbatas! Seseorang pernah berkata bahwa kalau ada seseorang yang bisa mengajarkan Doktrin Allah Tritunggal sehingga bisa dimengerti sepenuhnya, maka itu pasti adalah ajaran sesat. Kalau Allah yang tidak terbatas bisa dimengerti seluruhnya oleh otak manusia yang begitu terbatas, itu justru tidak masuk akal!


Bandingkan dengan ayat-ayat ini:

  • Ayub 11:7-9 - “(7) Dapatkah engkau memahami hakekat Allah, menyelami batas-batas kekuasaan Yang Mahakuasa? (8) Tingginya seperti langit - apa yang dapat kaulakukan? Dalamnya melebihi dunia orang mati - apa yang dapat kau  ketahui? (9) Lebih panjang dari pada bumi ukurannya, dan lebih luas dari pada samudera”.


Pertanyaan dalam Ayub 11:7 itu jelas harus dijawab ‘Tidak!’.


  • Ayub 36:26 - “Sesungguhnya, Allah itu besar, tidak tercapai oleh pengetahuan kita, jumlah tahunNya tidak dapat diselidiki”.


NIV: ‘How great is God - beyond our understanding! The number of his years is past finding out’ (= Alangkah besarnya Allah - melampaui pengertian kita! Jumlah tahun-tahunNya tidak bisa diketahui / diselidiki).


  • Ayub 37:22-23 - “(22) Dari sebelah utara muncul sinar keemasan; Allah diliputi oleh keagungan yang dahsyat. (23) Yang Mahakuasa, yang tidak dapat kita pahami, besar kekuasaan dan keadilanNya; walaupun kaya akan kebenaran Ia tidak menindasnya”.

b)  Kesulitan yang terbesar terletak pada hubungan antara pribadi-pribadi dalam diri Allah dengan hakekat illahi dan hubungan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Kesulitan-kesulitan ini tidak pernah bisa dipecahkan oleh manusia.
Kita hanya berusaha untuk menyatakan doktrin Allah Tritunggal ini sedemikian rupa, sehingga kita terhindar / terlindung dari ajaran-ajaran sesat tentang Allah Tritunggal.


B) Istilah ‘hakekat’ dan ‘pribadi’.

Mengapa digunakan istilah-istilah seperti person (= priba­di) dan essence (= hakekat), padahal istilah-istilah terse­but tidak ada dalam Kitab Suci?

Calvin (pada waktu ia berbicara tentang Allah Tritunggal dalam Yoh 1:1-2) menjawab pertanyaan tersebut sebagai berikut:


“And yet the ancient writers of the Church were excusable, when, finding that they could not in any other way maintain sound and pure doctrine in opposition to the perplexed and ambiguous phraseology of the heretics, they were compelled to invent some words, which after all had no other meaning than what is taught inthe Scriptures. They said that there are three Hypostases, or Subsistences, or Persons, in the one and simple essence of God”


(= Dan penulis-penulis kuno dari gereja bisa dibenarkan, karena pada waktu mereka melihat bahwa tidak ada jalan lain untuk mempertahankan doktrin yang sehat dan murni untuk menentang penyusunan kata yang membingungkan dan berarti dua dari orang-orang sesat, maka mereka terpaksa menciptakan beberapa kata-kata, yang sebetulnya tidak mempunyai arti lain daripada apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Mereka berkata bahwa ada tiga pribadi dalam hakekat Allah yang satu dan sederhana)
.

Herman Bavinck (‘Our Reasonable Faith’, p 322) mengatakan sebagai berikut:

“It is of course self-evident that this confession of Nicea and Chalcedon may not lay claim to infallibility. The terms of which the church and its theology make use, such as person, nature, unity of substance, and the like, are not found in Scripture, but are the product of reflection which Christianity gradually had to devote to this mystery of salvation. The church was compelled to do this reflecting by the heresies which loomed up on all sides, both within the church and outside of it. All those expressions and statements which are employed in the confession of the church and in the language of theology are not designed to explain the mystery which in this matter confronts it, but rather to maintain it pure and unviolated over against those who would weaken or deny it”



(= Jelaslah bahwa penga­kuan iman Nicea dan Chalcedon tidak bisa dianggap infalli­ble / tak bisa salah. Istilah-istilah yang digunakan oleh gereja dan theologinya, seperti pribadi, hakekat, kesatuan hakekat / zat, dan sebagainya, tidak ditemukan dalam Kitab Suci, tetapi merupakan hasil pemikiran yang secara bertahap / perlahan-lahan harus diberikan oleh kekristenan kepada misteri tentang keselamatan ini. Gereja dipaksa untuk melakukan pemikiran ini oleh bidat-bidat yang muncul dan mengancam dari semua sisi, baik di dalam maupun diluar gereja. Semua istilah dan pernyataan yang digunakan dalam pengakuan iman gereja dan dalam bahasa theologia, tidak dimaksudkan untuk menjelaskan misteri yang dihadapi, tetapi untuk menjaganya supaya tetap murni dan tak terganggu dari mereka yang ingin melemahkan atau menyangkalnya)
.

Bavinck melanjutkan lagi:

“There have been many, and there still are many, who look down upon the doctrine of the two natures from a lofty vantage point, and try to supplant it by other words and phrases. What differences does it really make, they begin by saying, whether we agree with this doctrine or not? What matters is that we ourselves possess the person of Christ, He who stands high and exalted above this awkward confes­sion. But before long these same persons begin introducing words and terms themselves in order to describe the person of Christ whom they accept. ... And then history has taught that the terms of the attackers of the Doctrine of the Two Natures are far poorer in worth and force, and that they often, indeed, involve doing injustice to the incarnation as Scripture explains it to us”



(= Pernah ada banyak orang, dan sampai sekarang masih ada banyak orang, yang dari tempat yang tinggi dan menguntungkan, meremehkan / meman­dang rendah doktrin tentang 2 hakekat ini, dan mencoba untuk menggantinya dengan kata-kata dan ungkapan-ungkapan yang lain. Mereka memulainya dengan berkata: apa bedanya apakah kami menyetujui doktrin ini atau tidak? Yang penting adalah bahwa kami memiliki pribadi Kristus, yang berdiri jauh di atas pengakuan yang aneh ini. Tetapi sebentar lagi, orang-orang ini sendiri mulai memperkenalkan kata-kata dan istilah-istilah untuk  menggambarkan pribadi Kristus yang mereka terima. ... Dan sejarah telah mengajar bahwa isti­lah-istilah dari para penyerang doktrin  tentang 2 hakekat ini, jauh lebih jelek dalam nilainya dan kekuatannya, dan bahwa mereka bahkan sering terlibat dalam perlakuan yang tidak benar terhadap inkarnasi seperti yang dijelaskan oleh Kitab Suci kepada kita)
.

Catatan: Bavinck di sini berbicara bukan tentang Allah Tritunggal, tetapi tentang Kristus. Karena itu ia mengatakan dua hakekat. Kristus memang mempunyai 2 hakekat tetapi satu pribadi.


C) Dasar Kitab Suci dari doktrin Allah Tritunggal.

I) Kitab Suci menunjukkan ketunggalan Allah.


1) Ayat-ayat Kitab Suci yang secara explicit menyatakan bahwa Allah itu satu.


  • Ul 6:4 - “Dengarlah, hai orang Israel:TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.


  • 1Kor 8:4 - “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’”.


  • 1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus”.


  • Yak 2:19 - “Engkau percaya,bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar”.


2)Penggunaan kata-kata bentuk tunggal untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:


a)   Penggunaan kata ganti orang bentuk tunggal.
Contoh:

  1. Kalau Allah berbicara tentang diriNya sendiri, maka pada umum­nya Ia menggunakan kata ‘Aku’ (bahasa Inggris: ‘I’).

  2. Kalau orang lain berbicara tentang Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Dia’ (bahasa Inggris: ‘He’).

  3. Kalau orang berbicara kepada Allah, maka pada umumnya digunakan kata ‘Engkau’ (bahasa Inggris: ‘You’). Dalam bahasa Yunani maupun Ibraninya terlihat bahwa yang digunakan adalah ‘You’  dalam bentuk tunggal.


b)   Penggunaan kata kerja bentuk tunggal.
Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata ‘menciptakan’ dalam Kej 1:1 adalah kata kerja bentuk tunggal.

Kej 1:1 - “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”.


c)   Penggunaan kata sifat bentuk tunggal.
Contoh: dalam bahasa Ibraninya, kata-kata ‘baik’ dan ‘benar’ dalam Maz 25:8 adalah kata sifat bentuk tunggal.

  • Maz 25:8 - “TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat”.

3)Allah mempunyai sifat self-existent, dan sifat ini tidak me­mungkinkan adanya lebih dari satu makhluk seperti Dia.


a)   Sifat self-existent (= ada dengan sendirinya / ada dari dirinya sendiri) dari Allah, jelas merupakan ajaran dalam Kitab Suci, karena Kitab Suci menunjukkan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah (Kej 1:1-31  Yoh 1:3,10), tetapi Kitab Suci tidak pernah menceritakan tentang terjadinya Allah, dan ini menunjukkan bahwa Allah sendiri tidak pernah diciptakan / dijadikan oleh siapapun / apapun juga.



b)   Sifat self-existent ini mempunyai 2 perwujudan:
1.   Allah adalah makhluk yang independent (=bebas / tak tergan­tung) secara mutlak.
a.   DiriNya / keberadaanNya / hidupNya independent (Yoh 5:26).
Yoh 5:26 - “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri”.

b.   PikiranNya / rencanaNya / kehendakNya / tindakanNya independent.

  • Ro 11:33-34 - “(33) O,alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya! (34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.


  • Ro 9:10-24 - “(10) Tetapi bukan hanya itu saja. Lebih terang lagi ialah Ribka yang mengandung dari satu orang, yaitu dari Ishak, bapa leluhur kita. (11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, - supaya rencana Allah tentang pemilihanNya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilanNya - (12) dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ (13) seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.’ (14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! (15) Sebab Ia berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.’



    (16) Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. (17) Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: ‘Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasaKu didalam engkau, dan supaya namaKu dimasyhurkan di seluruh bumi.’ (18) Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendakiNya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendakiNya. (19) Sekarang kamu akan berkata kepadaku: ‘Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkanNya? Sebab siapa yang menentang kehendakNya?’ (20) Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: ‘Mengapakah engkau membentuk aku demikian?’



    (21) Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? (22) Jadi, kalau untuk menunjukkan murkaNya dan menyatakan kuasaNya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaanNya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan - (23) justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaanNya atas benda-benda belas kasihanNya yang telah dipersiapkanNya untuk kemuliaan, (24) yaitu kita, yang telah dipanggilNya bukan hanya dari antara orang Yahudi, tetapi juga dari antara bangsa-bangsa lain”
    .


  • Dan 4:35 - “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendakNya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tanganNya dengan berkata kepadaNya: ‘Apa yang Kaubuat?’”.

  • Ef 1:5 - “Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendakNya.

  • Maz 115:3 - “Allah kita disorga; Ia melakukan apa yang dikehendakiNya!”.
  • 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya.


2.   Segala sesuatu ada hanya melalui Dia, dan segala sesuatu ter­gantung kepada Dia.
  • Neh 9:6 - “‘Hanya Engkau adalah TUHAN! Engkau telah menjadikan langit, ya langit segala langit dengan segala bala tentaranya, dan bumi dengan segala yang ada di atasnya, dan laut dengan segala yang ada di dalamnya. Engkau memberi hidup kepada semuanya itu dan bala tentara langit sujud menyembah kepadaMu”.

  • Yoh 1:3 - “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan”.

  • 1Tim 6:13a - “Di hadapan Allah yang memberikan hidup kepada segala sesuatu dan di hadapan Kristus Yesus yang telah mengikrarkan ikrar yang benar itu juga di muka Pontius Pilatus, kuserukan kepadamu”.

  • Kis 17:28 - “Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari keturunan Allah juga”.

  • Ibr 1:3 - “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang adadengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakanpenyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi”.

  • Maz 104:27-30 - “(27)Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya; apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29) Apabila Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. (30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi”.

c)  Dari semua ini bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin ada lebih dari satu makhluk yang seperti itu! Karena tidak mungkin bisa ada 2 makhluk yang sama-sama tidak tergantung apapun / siapapun, dan yang membuat segala sesuatu tergantung dirinya.

II) Kitab Suci menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.

Catatan: Perhatikan bahwa saya tidak menyebut adanya ‘banyak Allah’, tetapi adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’. Jadi, saya tetap percaya pada ketunggalan / keesaan Allah, tetapi dalam keesaanNya itu terdapat suatu kejamakan tertentu.


1)   Dalam Perjanjian Lama.

a)   Penggunaan kata ‘ELOHIM’ untuk Allah (Kej 1:1 dll) yang merupa­kan kata bentuk jamak / plural.

1.   Dalam membahas tentang kata ELOHIM ini, Pdt. Stephen Tong dalam seminar dan bukunya berkata bahwa dalam bahasa Ibrani ada bentuk singular(= tunggal), bentuk dual (= ganda /dobel), dan bentuk plural (= jamak). Dan ia lalu berkata, bahwa penggunaan bentuk singular berarti kita membicarakan hanya satu, bentuk dual berarti kita membicarakan dua, sedangkan bentuk plural berarti kita membicarakan tiga atau lebih. Istilah ELOHIM tidak ada dalam bentuk singular, tidak di dalam bentuk dual, tetapi ada dalam plural, dan ini menunjukkan tiga atau lebih (dalam hal ini tentu ia memilih tiga, bukan lebih dari tiga) - Stephen Tong, ‘Allah Tritunggal’, hal 28.

Pembahasan ini boleh jadi menarik tetapi sangat salah! Mengapa? Karena penjelasan ini tidak sesuai dengan gramatika bahasa Ibrani. Perlu diketahui bahwa dalam bahasa Ibrani:
a. Tidak ada kata benda yang mempunyai bentuk singular, dual dan plural. Kalau kata benda mempunyai bentuk singular dan dual, maka kata itu tidak mempunyai bentuk plural, dan kalau kata benda itu mempunyai bentuk singular dan plural, maka kata itu tidak mempunyai bentuk dual.

b. Bentuk dual adalah bentuk plural dari kata benda yang biasanya ada dalam bentuk ganda / dobel, seperti tangan, kaki, telinga, dada, mata, dsb. Karena itu, kalau kita ingin mengatakan ‘tiga tangan’, maka kita tetap menggunakan bentuk dual, bukan bentuk plural, karena kata ‘tangan’ tidak mempunyai bentuk plural!

c.Sebaliknya kalau kita mengatakan ‘dua meja’, maka kita tetap menggunakan bentuk plural, bukan bentuk dual, karena kata ‘meja’ tidak mempunyai bentuk dual. Demikian juga kalau kita mau berkata ‘dua allah’, maka kita tetap harus menggunakan bentuk plural ELOHIM, karena kata itu memang tidak mempunyai bentuk dual.

Kesimpulan: tidak beralasan untuk mengatakan bahwa bentuk plural ELOHIM berarti tiga atau lebih!



2.   Kata ‘ELOHIM’ mempunyai bentuk tunggal / singular yaitu ‘ELOAH’ yang digunakan antara lain dalam Ul 32:15-17 dan Hab 3:3.
Tetapi dalam Perjanjian Lama kata ‘ELOAH’ hanya digunakan sebany­ak 250 x, sedangkan kata ‘ELOHIM’ sekitar 2500 x. Penggunaan kata bentuk jamak / plural yang jauh lebih banyak ini menunjukkan adanya ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Memang harus diakui bahwa ELOHIM sering dianggap sebagai bentuk tunggal, tetapi yang perlu dipertanyakan adalah: kalau memang Allah itu tunggal secara mutlak, mengapa tidak digunakan ELOAH saja terus menerus? Mengapa digunakan ELOHIM, dan lebih lagi, mengapa digunakan ELOHIM jauh lebih  banyak dari ELOAH?


3.   Dalam persoalan ini, buku dari sekte Saksi Yehuwa yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’ memberikan suatu serangan yang bagus, yang saya kutip di bawah ini:
“‘ELOHIM’ bukan berarti ‘pribadi-pribadi’, melainkan ‘allah-allah’. Jadi mereka yang berkukuh bahwa kata ini menyatakan suatu Tritunggal menjadikan diri sendiri politeis, penyembah lebih dari satu Allah. Mengapa? Karena ini berarti ada tiga allah dalam Tritunggal” (hal 13).

Untuk menjawab serangan ini kita bisa memberikan jawaban sebagai beri­kut:
1.   ELOHIM tidak boleh diartikan ‘Allah-Allah’, karena ini akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH. Sedangkan ELOAH tidak boleh diartikan ‘Allah yang satu secara mutlak’, karena akan bertentangan dengan ayat-ayat yang menggunakan ELO­HIM. Jadi untuk mengharmoniskan ayat-ayat yang menggunakan ELOAH dengan ayat-ayat yang menggunakan ELOHIM, haruslah diartikan bahwa Allah itu tunggal dalam hakekatNya, tetapi jamak dalam pribadiNya.

2.   Allah itu begitu besar, ajaib, dan ada di luar jangkauan akal manusia. Karena itu jelaslah bahwa tidak ada bahasa manusia (termasuk bahasa Ibrani), yang bisa menggambarkan Allah dengan sempurna. Tata bahasa dan kata-kata dari bahasa Ibrani (atau bahasa lain apa­pun) tidak bisa menggambarkan bahwa Allah itu satu hakekat tetapi tiga pribadi. Kalau selalu digunakan kata bentuk tunggal(ELOAH), maka akan menunjuk pada Allah yang tunggal secara mutlak. Sedang­kan kalau selalu digunakan bentuk jamak (ELOHIM), maka akan menunjuk pada banyak Allah. Karena itu maka ayat-ayat tertentu menggunakan ELOAH dan ayat-ayat tertentu menggunakan ELOHIM.


b)   Penggunaan kata bentuk jamak untuk Allah atau dalam hubungannya dengan Allah:

1.    Kata ganti orang bentuk jamak.

Contoh: Kej 1:26  3:22  11:7.
  • Kej 1:26 - “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi.’”.

  • Kej 3:22 - “Berfirmanlah TUHAN Allah: ‘Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-lamanya.’”.

  • Kej 11:7 - “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sanabahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing.’”.

Ada yang mengatakan bahwa pada waktu Allah menggunakan ‘Kita’ dalam Kej 1:26, maka saat itu Ia berbicara kepada para malaikat. Jadi itu tidak menunjukkan ‘kejamakan dalam diri Allah’. Tetapi ini tidak mungkin, sebab kalau dalam Kej 1:26 diartikan bahwa ‘Kita’ itu menunjuk kepada Allah dan para malaikat, maka haruslah disim­pulkan bahwa:


a.   Manusia juga diciptakan menurut gambar dan rupa malaikat.
b.  Allah mengajak para malaikat untuk bersama-sama menciptakan manusia, sehingga kalau Allah adalah pencipta / creator, maka malaikat adalah co-creator (= rekan pencipta).

Disamping itu, kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menyatakan Allah, keluar sekaligus dalam satu ayat, yaitu dalam Yes 6:8 yang dalam versi NASB menterjemahkan:  “Whom shall I send and who will go for Us?” (= Siapa yang akan Kuutus dan siapa yang mau pergi untuk Kami?).

Catatan: Dalam Yes 6:8 ini, Kitab Suci bahasa Indonesia (baik terjemahan lama maupun baru) salah terjemahan!
Yes 6:8 - “Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: ‘Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?’ Maka sahutku: ‘Ini aku, utuslah aku!’”.

2.  Kata kerja dalam bentuk jamak.
Contoh:

a. Kej 20:13- “Ketika Allah menyuruh aku mengembara keluar dari rumah ayahku, berkatalah aku kepada isteriku: Tunjukkanlah kasihmu kepadaku, yakni: katakanlah tentang aku di tiap-tiap tempat di mana kita tiba: Ia saudaraku.’”.

Kata-kata ‘menyuruh aku mengembara’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.


b. Kej 35:7- “Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya”.

Kata ‘telah menyatakan’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.


c. 2Sam 7:23- “Dan bangsa manakah di bumi seperti umatMu Israel, yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi umatNya, untuk mendapat nama bagiNya dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat bagi mereka, dan dengan menghalau bangsa-bangsa dan para allah mereka dari depan umatNya?”.

Kata ‘pergi’ dalam bahasa Ibraninya adalah kata kerja bentuk jamak.

d. Maz 58:12 - “Dan orang akan berkata: ‘Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi.’”.

Kata-kata ‘memberi keadilan’ dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak (sebetulnya ini bukan kata kerja tetapi parti­ciple).


Padahal dalam ayat-ayat di atas ini, subyeknya adalah kata ‘ELOHIM’ yang digunakan untuk menyatakan Allah yang esa.

3.  Kata-kata bentuk jamak lainnya seperti dalam:
a.  Pkh 12:1- “Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: ‘Tak ada kesenangan bagiku didalamnya!’,”.
Kata ‘pencipta’ (creator), dalam bahasa Ibraninya ada dalam bentuk jamak, sehingga seharusnya terjemahan­nyaadalah ‘creators  (=pencipta-pencipta).

b. Maz 149:2- “Biarlah Israel bersukacita atas Yang menjadikannya, biarlah bani Sion bersorak-sorak atas raja mereka!”.
Kata-kata ‘yang menjadikannya’, dalam bahasa Ibrani­nya ada dalam bentuk jamak.

c Yos 24:19- “Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: ‘Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu”.
Dalam bahasa Ibraninya, kata ‘kudus’ ada dalam bentuk jamak, tetapi kata ‘cemburu’ ada dalam bentuk tunggal.

Jadi, kalau dalam Yes 6:8 digunakan kata ganti orang bentuk tunggal dan jamak untuk menunjuk kepada Allah, maka di sini digunakan kata sifat bentuk tunggal dan jamak terhadap diri Allah.


c)   Beberapa ayat dalam Kitab Suci membedakan Allah yang satu dengan Allah yang lain (seakan-akan ada lebih dari satu Allah).

1. Maz 45:7-8- “(7) Takhtamu kepunyaan Allah,tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran. (8) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu”.


Karena dalam ayat ini Kitab Suci Indonesia kurang tepat terjema­hannya, mari kita lihat terjemahan NASB di bawah ini.

Psalm 45:6-7 (NASB): ‘Thy throne, O God, is forever and ever ... Therefore God, Thy God has anointed Thee’(= TahtaMu, Ya Allah, kekal selama-lamanya. Karena itu, Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau).


Bandingkan dengan Ibr 1:8-9 - “(8) Tetapi tentang (kepada) Anak Ia berkata: ‘TakhtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanMu adalah tongkat kebenaran. (9) Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutuMu.’”.

2. Maz 110:1- [Mazmur Daud.] Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: ‘Duduklah di sebelah kananKu, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.’”.

Juga untuk ayat ini perhatikan terjemahan NASB di bawah ini.

Psalm 110:1 (NASB): The LORD says to my Lord ...’ (= TUHAN berkata kepada Tuhanku).


Bandingkan dengan Mat 22:44-45 - “(44) Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: duduklah di sebelah kananKu, sampai musuh-musuhMu Kutaruh di bawah kakiMu. (45) Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya pula?’”.




Catatan: dalam Maz 110:1, RSV menterjemahkan ‘lord’  (= tuhan / tuan), tetapi KJV/NIV/NASB menterjemahkan ‘Lord’ (= Tuhan). Sedangkan dalam Mat 22:43,44,45, KJV/RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan ‘Lord’ (=Tuhan). Jelas bahwa terjemahan yang benar adalah ‘Lord’ (= Tuhan), karena dalam Mat 22:41-46 itu jelas bahwa Yesus sedang berusaha untuk membuktikan keilahianNya kepada orang-orang Yahudi.


H. P. Liddon: “David’s Son is David’s Lord. ... David describes his great descendant Messiah as his ‘Lord’ (Psa. 110:1). ... He is David’s descendant; the Pharisees knew that truth. But He is also David’s Lord. How could He both if He was merely human? The belief of Christendom can alone answer the question which our Lord addressed to the Pharisees. The Son of David is David’s Lord because He is God; the Lord of David is David’s Son because He is God incarnate”


[= ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’. ... Daud menggambarkan keturunannya yang agung, Mesias, sebagai ‘Tuhan’nya (Maz 110:1). ... Ia adalah keturunan dari Daud; orang-orang Farisi mengetahui kebenaran itu. Tetapi Ia juga adalah ‘Tuhan dari Daud’. Bagaimana Ia bisa adalah keduanya jika Ia hanya manusia semata-mata? Hanya kepercayaan dari orang-orang kristen yang bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan oleh Tuhan kita kepada orang-orang Farisi. ‘Anak dari Daud’ adalah ‘Tuhan dari Daud’ karena Ia adalah Allah; ‘Tuhan dari Daud’ adalah ‘Anak dari Daud’ karena Ia adalah Allah yang berinkarnasi /menjadi manusia]
- ‘The Divinity of the Lord and Saviour Jesus Christ’, hal 43.



3.   Hos 1:7- “Tetapi Aku akan menyayangi kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka demi TUHAN, Allah mereka. Aku akan menyelamatkan mereka bukan dengan panah atau pedang, dengan alat perang atau dengan kuda dan orang-orang berkuda.’”.
NASB: ‘But I will have compassion on the house of Judah and deliver them by the LORD their God, and will not deliv­er them by bow, sword, battle, horses, or horseman’ (= Tetapi Aku akan berbelas kasihan kepada kaum Yehuda dan menyelamatkan mereka dengan /oleh TUHAN Allah mereka, dan tidak akan menyelamatkan mereka oleh / dengan busur, pedang, pertempuran, kuda-kuda, atau penunggang-penunggang kuda).


4.   Kej 19:24- “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodomdan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit.

5.   Amsal 8 berbicara tentang ‘hikmat Allah’.

Amsal 8:22-31- “(22) TUHAN telah menciptakan [KJV/NASB: ‘possessed’ (= memiliki)] aku sebagai permulaan pekerjaanNya, sebagai perbuatanNya yang pertama-tama dahulu kala. (23) Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk [Literal: ‘I was appointed’ (= Aku telah ditetapkan)], pada mula pertama, sebelum bumi ada. (24) Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir, sebelum ada sumber-sumber yang sarat dengan air. (25) Sebelum gunung-gunung tertanam dan lebih dahulu dari pada bukit-bukit aku telah lahir; (26) sebelum Ia membuat bumi dengan padang-padangnya atau debu dataran yang pertama. (27) Ketika Ia mempersiapkan langit, aku di sana, ketika Ia menggaris kaki langit pada permukaan air samudera raya, (28) ketika Ia menetapkan awan-awan di atas, dan mata air samudera raya meluap dengan deras, (29) ketika Ia menentukan batas kepada laut, supaya air jangan melanggar titahNya, dan ketika Ia menetapkan dasar-dasar bumi, (30) aku ada sertaNya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenanganNya, dan senantiasa bermain-main di hadapanNya; (31) aku bermain-main di atas muka bumiNya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku”.


Kalau dilihat dari istilahnya, yaitu ‘hikmat Allah’ [the wisdom of God (= hikmat dari / milik Allah)], maka jelas bahwa ‘hikmat Allah’ ini tidak sama dengan Allah.


Tetapi Amsal 8 ini lalu mempersonifikasikan ‘hikmat Allah’ itu dan menunjukkannya sebagai seorang pribadi yang bersifat kekal (Yesus). Dengan kata lain, hikmat Allah itu juga adalah Allah (bdk. 1Kor 1:24 - “Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”).


6.   Penampilan dari Malaikat TUHAN (Kej 16:2-13 22:11,16 31:11,13  48:15,16 Kel 3:2,4,5  Hak 13:20-22).

Sama seperti istilah ‘hikmat Allah’ di atas, maka istilah ‘Malai­kat TUHAN’ ini juga menunjukkan bahwa ‘Malaikat TUHAN’ (the Angel of the LORD) ini tidak sama dengan Allah.


Tetapi, sekalipun dalam bagian-bagian tertentu Malaikat TUHAN itu disebut sebagai Malaikat TUHAN, dalam bagian-bagian lain Ia juga disebut sebagai Allah / TUHAN sendiri.


Contoh:
a.   Kej 16:7-13- “(7) Lalu Malaikat TUHAN menjumpainya dekat suatu mata air di padang gurun, yakni dekat mata air di jalan ke Syur. (8) Katanya: ‘Hagar, hamba Sarai,dari manakah datangmu dan ke manakah pergimu?’ Jawabnya: ‘Aku lari meninggalkan Sarai, nyonyaku.’ (9) Lalu kata Malaikat TUHAN itu kepadanya:‘Kembalilah kepada nyonyamu, biarkanlah engkau ditindas di bawah kekuasaannya.’(10) Lagi kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Aku akan membuat sangat banyak keturunanmu, sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya.’ (11) Selanjutnya kata Malaikat TUHAN itu kepadanya: ‘Engkau mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan akan menamainya Ismael, sebab TUHAN telah mendengar tentang penindasan atasmu itu. (12) Seorang laki-laki yang lakunya seperti keledai liar, demikianlah nanti anak itu; tangannya akan melawan tiap-tiap orang dan tangan tiap-tiap orang akan melawan dia, dan ditempat kediamannya ia akan menentang semua saudaranya.’ (13) Kemudian Hagar menamakan TUHAN yang telah berfirman kepadanya itu dengan sebutan: ‘Engkaulah El-Roi.’ Sebab katanya: ‘Bukankah di sini kulihat Dia yang telah melihat aku?’”.
Dalam ay 7,9,10,11 - disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’; tetapi dalam ay 13 disebut sebagai ‘TUHAN’ sendiri.

b.   Kej 22:11-16- “(11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: ‘Abraham, Abraham.’ Sahutnya: ‘Ya, Tuhan.’ (12) Lalu Ia berfirman: ‘Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.’ (13) Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. (14) Dan Abraham menamai tempat itu: ‘TUHAN menyediakan’; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ‘Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.’ (15) Untuk kedua kalinya berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepada Abraham, (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demi diriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN -: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, ...”.
Dalam dalam ay 11a,15 disebut sebagai ‘Malaikat TUHAN’, tetapi dalam ay 11b disebut sebagai ‘Tuhan’.



c.Hal lain yang menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri adalah:
Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri (Kej 22:16a).


Hal seperti ini tidak dilakukan oleh seorang malaikat biasa, tetapi oleh Allah sendiri.



Bdk.Ibr 6:13,16,17 - “(13) Sebab ketika Allah memberikan janjiNya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari padaNya, ...(16) Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan. (17) Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusanNya, Allah telah mengikat diriNya dengan sumpah,”.


Hanya Allah yang bersumpah demi diriNya sendiri, karena tidak ada yang lebih tinggi dari Dia. Bandingkan dengan:


  • Kel 32:13- “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.’”.

  • Yer 22:5- “Tetapi jika kamu tidak mendengarkan perkataan-perkataan ini, maka Aku sudah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa istana ini akan menjadi reruntuhan”.

  • Yer 44:26- “Maka dengarkanlah firman TUHAN, hai semua orang Yehuda yang diam di tanah Mesir: Sesungguhnya, Aku telah bersumpah demi namaKu yang besar - firman TUHAN - bahwa namaKu tidak akan diserukan lagi oleh seseorang Yehuda di segenap tanah Mesir, dengan berkata: Demi Tuhan ALLAH yang hidup!”.


  • Yer 49:13- “Sebab Aku telah bersumpah demi diriKu, demikianlah firman TUHAN, bahwa Bozra akan menjadi ketandusan, cela,keruntuhan dan kutuk, dan segala kotanya akan menjadi reruntuhan yang kekal.’”.

  • Yer51:14 - TUHAN semesta alam telah bersumpah demi diriNya sendiri: Sungguhpun engkau penuh dengan manusia-manusia seperti belalang, tetapi orang akan mengangkat pekik pertempuran terhadapmu”.

  • Amos 6:8- Tuhan ALLAH telah bersumpah demi diriNya, - demikianlah firman TUHAN, Allah semesta alam - : ‘Aku ini keji kepada kecongkakan Yakub, dan benci kepada purinya; Aku akan menyerahkan kota serta isinya.’”.


Seorang malaikat biasa akan bersumpah demi nama Tuhan, bukan demi dirinya sendiri / namanya sendiri. Bandingkan dengan:

  • Daniel12:7 - “Lalu kudengar orang yang berpakaian kain lenan, yang ada di sebelah atas air sungai itu bersumpah demi Dia yang hidup kekal, sambil mengangkat tangan kanan dan tangan kirinya ke langit: ‘Satu masa dan dua masa dan setengah masa; dan setelah berakhir kuasa perusak bangsa yang kudus itu, maka segala hal ini akan digenapi!’”.

Catatan: bahwa ‘orang’ ini adalah malaikat bisa terlihat dari Daniel 10.


  • Wah10:5-6 - “(5) Dan malaikat yang kulihat berdiri di atas laut dan di atas bumi, mengangkat tangan kanannya ke langit, (6) dan ia bersumpah demi Dia yang hidup sampai selama-lamanya, yang telah menciptakan langit dan segala isinya, dan bumi dan segala isinya, dan laut dan segala isinya, katanya: ‘Tidak akan ada penundaan lagi!”.

Jadi, dari fakta bahwa Malaikat TUHAN itu bersumpah demi diriNya sendiri, jelas bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Tuhan / Allah sendiri.


Malaikat TUHAN ini mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa.
  • Kel 23:20-23- “(20) ‘Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. (21) Jagalah dirimu di hadapannya dan dengarkanlah perkataannya, janganlah engkau mendurhaka kepadanya, sebab pelanggaranmu tidak akan diampuninya, sebab namaKu ada di dalam dia.(22) Tetapi jika engkau sungguh-sungguh mendengarkan perkataannya, dan melakukan segala yang Kufirmankan, maka Aku akan memusuhi musuhmu, dan melawan lawanmu. (23) Sebab malaikatKu akan berjalan di depanmu dan membawa engkau kepada orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Kanaan, orang Hewi danorang Yebus, dan Aku akan melenyapkan mereka”.
Ada2 hal yang perlu dipersoalkan:

Dari kata-kata ‘namaKu ada di dalam dia’, Adam Clarke menganggap bahwa malaikat ini adalah Malaikat Perjanjian, yaitu Yesus Kristus sendiri.

Semua  ini menunjukkan bahwa Malaikat TUHAN itu adalah Allah / TUHAN sendiri.


Tentang kata-kata ‘pelanggaranmu tidak akan diampuninya’, Adam Clarke memberikan komentar sebagai berikut:


AdamClarke: “‘He will not pardon your transgressions.’ He is not like a man, with whom ye may think that ye may trifle, were he either man or angel, in the common acceptation of the term, it need not be said, He will not pardon your transgressions, for neither man nor angel could do it”


(= ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’. Ia bukan seperti seorang manusia, dengan siapa engkau bisa berpikir / menganggap bahwa engkau boleh menyepelekan; seandainyaIa adalah manusia atau malaikat, dalam arti yang biasa diterima, tidak perlu dikatakan, ‘Ia tidak akan mengampuni pelanggaranmu’, karena baik manusia maupun malaikat tidak bisa melakukannya)
.


d)  Penggunaan nama ‘TUHAN’ (YAHWEH) 3 x berturut-turut dalam Bil 6:24-26 dan sebutan ‘kudus’ bagi Allah 3 x berturut-turut dalam Yes 6:3.
Bil 6:24-26 - “(24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; (25) TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; (26) TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”.


Yes 6:3 - “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: ‘Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!’”.


Tidak anehkah bahwa ayat-ayat itu menyebutkan ‘TUHAN’ dan ‘kudus’ sebanyak 3 kali? Mengapa tidak 2 kali, atau 5 kali, atau 7 kali? Jelas karena ada hubungannya dengan Allah Tritunggal!

e)   Kata ‘esa / satu’ yang digunakan dalam Ul 6:4, dalam bahasa Ibraninya adalah EKHAD.
Para Saksi Yehuwa mengatakan bahwa kata EKHAD ini berarti ‘satu yang mutlak’ dan tidak mengandung kejamakan.


Untuk itu perhatikan kutipan dari buku mereka yang berjudul ‘Haruskah anda percaya kepada Tri­tunggal?’, hal 13, di bawah ini:
“Kata-kata tersebut terdapat dalam Ulangan 6:4. New Jerusalem Bible (NJB) Katolik berbunyi: ‘Dengarlah Israel:Yahweh Allah kita adalah esa, satu-satunya Yahweh’. Dalam tatabahasa dari ayat itu kata ‘esa’ tidak mengandung sifat jamak untuk menyatakan bahwa kata itu mempunyai arti yang lain, yaitu bukan satu priba­di”.


Tetapi pandangan Saksi Yehuwa ini justru salah, dan mereka mendukung kesalahannya itu dengan mengutip suatu versi Alkitab yang justru salah terjemahan, yaitu New Jerusalem Bible Katolik!
Bahwa kata EKHAD ini sering berarti ‘satu gabungan / a compound one’, bukansatu yang mutlak/ an absolute one, bisa terlihat dari contoh-contoh di bawah ini:
1. Kej 1:5- gabungan dari petang dan pagi membentuk satu (EKHAD) hari.

Kej 1:5 - “Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama (EKHAD).


2.   Kej 2:24- Adam dan Hawa menjadi satu (EKHAD) daging.
Kej 2:24 - “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu (EKHAD) daging”.


3.   Ezra 2:64- seluruh jemaat itu satu (EKHAD) tapi terdiri dari banyak orang (Catatan:ini hanya bisa terlihat dalam bahasa Ibraninya).


4.   Yeh 37:17 - dua papan digabung menjadi satu (EKHAD) papan.
Yeh 37:17 - “Gabungkanlah keduanya menjadi satu papan, sehingga keduanya menjadi satu (EKHAD) dalam tanganmu”.



Sebetulnya ada sebuah kata lain dalam bahasa Ibrani yang berartisatu yang mutlak’ atau ‘satu-satunya’. Kata itu adalah YAKHID.
Contoh: Kej 22:2,16 - “(2) FirmanNya: ‘Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.’ ... (16) kataNya: ‘Aku bersumpah demidiriKu sendiri - demikianlah firman TUHAN - : Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu”.


Kalau Musa memang mau menekankan tentangkesatuan yang mutlak’ dari Allah dan bukannya ‘kesatuan gabungan’ (a compound unity), maka dalam Ul 6:4 itu ia pasti menggunakan kata YAKHID dan bukan­nya EKHAD. Tetapi ternyata Musa menggunakan kata EKHAD, dan ini menunjukkan bahwa Allah itu tidak satu secara mutlak, tetapi ada kejamakan dalam diri Allah.

f)    Dasar yang salah dari Perjanjian Lama tentang Allah Tritunggal.

Pdt Stephen Tong dalam seminar dan buku ‘Allah Tritunggal’ (hal 82), menggunakan Kej 1:1-3 sebagai dasar dari Tritunggal.


Kej 1:1-3- “(1) Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (2) Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. (3) Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah terang.’ Lalu terang itu jadi”.


Ia berkata bahwa dalam Kej 1:1 ada ‘Allah’ (Bapa), dalam Kej 1:2 ada ‘Roh Allah’ (Roh Kudus), dan dalam Kej 1:3 ada kata ‘berfirmanlah’ dan kata ‘firman’ ini diartikan sebagai Yesus.



Bdk
. Yoh 1:1,14 - “(1)Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran”.


Tetapi saya tidak setuju dengan penafsiran ini, karena saya berpendapat bahwa sekalipun kata ‘Firman’ dalam Yoh 1:1,14 menunjuk kepada Yesus, tetapi tidak setiap kata ‘firman’ dalam Kitab Suci menunjuk kepada Yesus. Biasanya / pada umumnya kata ‘firman’ menunjuk kepada ‘kata-kata Allah’, termasuk dalam Kej 1:3. Kalau ‘kata-kata Allah’ dianggap menunjuk kepada Yesus, itu berarti Yesus bukan seorang pribadi!


Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari berhubung dengan sebutan ‘Firman’ bagi Yesus:
1. Kata ‘Firman’ hanya menunjuk kepada Yesus dalam 4 ayat dalam Alkitab, yaitu Yoh 1:1,14  1Yoh 1:1  Wah 19:13.

  • 1Yoh 1:1- “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu”.

  • Wah 19:13- “Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan namaNya ialah: ‘Firman Allah.’”.

Dalam bagian-bagian Kitab Suci yang lain, kata ‘firman’ menunjuk pada ‘kata-kata Allah’, dan tidak menunjuk kepada Yesus!

2. Mengapa dalam ayat-ayat tertentu itu Yesus disebut ‘Firman / Word’?
a.Karena ‘Word / Kata’ berfungsi untuk menyatakan diri kita, pikiran kita, kehendak kita, dan apa yang ada dalam diri kita kepada orang lain. Yesus disebut ‘Word / Kata’, karena Ia menyatakan Allah, pikiran Allah, kehendak Allah kepada kita (bdk. Yoh 1:18  Mat 11:27  Ibr 1:1).


b.   Karena Yesus merupakan subyek utama dalam Kitab Suci, yang merupakan Firman yang tertulis.

2)    Dalam Perjanjian Baru.

a)   Ayat-ayat Perjanjian Baru yang bisa dijadikan senjata dalam mengajarkan / mempertahankan doktrin Allah Tritunggal ini adalah:

1.   Mat 28:19- “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.

Biarpun diikuti oleh 3 pribadi (Bapa, Anak, dan Roh Kudus), tetapi kata ‘nama’ ada dalam bentuk tunggal. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan ‘name’, bukan ‘names’. Ini menunjukkan kesatuan dari 3 pribadi tersebut.

2.   1Kor 8:4-6 - “(4) Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: ‘tidak ada berhala didunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ (5) Sebab sungguhpun ada apa yang disebut ‘allah’, baik di sorga, maupun di bumi - dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan banyak ‘tuhan’ yang demikian - (6) namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup”.

Ada hal-hal yang perlu diperhatikan:

a.   Kata ‘allah’dan ‘tuhan’ dalam ay 5, yang diawali dengan huruf kecil, dan dikatakan ada banyak, jelas menunjuk bukan kepada Allah dan Tuhan yang sungguh-sungguh, tetapi kepada berhala-berhala dan dewa-dewa. Bdk. juga dengan ay 4b.

b.   Jadi, kata ‘Allah’dan ‘Tuhan’ dalam ay 6nya, yang diawali dengan huruf besar, dan dikatakan hanya ada satu, jelas menunjuk kepada Allah dan Tuhan yang sungguh-sungguh.
c.   Saksi Yehuwa dan Unitarianisme sering menggunakan ay 6a-nya saja dan berkata ‘hanya ada satu Allah yaitu Bapa’, dan ini menunjukkan bahwa Yesus bukan Allah. Tetapi kalau kata-kata ‘hanya ada satu Allah yaitu Bapa’ diartikan Yesus bukan Allah, maka kata-kata ‘dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus’ (ay 6b) harus diartikan bahwa Bapa bukan Tuhan. Dalam theologia dari Saksi Yehuwa maupun Unitarianisme, karena mereka mempercayai bahwa Yesus dan Bapa adalah 2 pribadi yang terpisah secara total, maka mereka pasti pusing menafsirkan ayat ini. Kalau mereka mengatakan Bapa bukan Tuhan, itu tidak masuk akal dan tidak Alkitabiah. Kalau mereka mengatakanbahwa Bapa adalah Tuhan, maka itu berarti ada 2 Tuhan, dan itu bertentangandengan ay 6b, yang mengatakan ‘dan satuTuhan saja, yaitu Yesus Kristus’.

Satu-satunya cara menafsirkan bagian ini adalah dengan doktrin Allah Tritunggal. Bagi orang Kristen yang mempercayai doktrin Allah Tritunggal, maka 1Kor 8:6 ini bukan problem. Memang ‘hanya ada satu Allah yaitu Bapa’, tetapi Yesus juga adalah Allah. Ini tidak bertentangan dengan kata-kata ‘hanya ada satu Allah’ karena kita mempercayai Yesus dan Bapa itu satu (Yoh 10:30). Juga ‘dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus’ (ay 6b), tetapi kita tetap mempercayai Bapa sebagai Tuhan, dan ini tidak bertentangan dengan kata-kata ‘hanya ada satu Tuhan’,karena kita mempercayai Bapa dan Yesus itu satu.


Bandingkan denganPengakuan Iman Athanasius

“15.Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God. 16. And yet there are not three Gods, but one God. 17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord. 18. And yet there are not three Lords, but one Lord. 19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords”(= 15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah. 16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah. 17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan. 18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan. 19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.


b)   Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang lebih jelas tentang pribadi-pribadi yang berbeda dalam diri Allah.

1. Kalau dalam Perjanjian Lama YAHWEH / YEHOVAH disebut sebagai Penebus dan Juruselamat (Maz 19:15  78:35  Yes 43:3,11,14 47:4  49:7,26 60:16), maka dalam Perjanjian Baru, Anak Allah / Yesus­lah yang disebut demikian (Mat 1:21 Luk 1:76-79  Luk 2:11  Yoh 4:42 Gal 3:13  4:5  Tit 2:13).

2. Kalau dalam Perjanjian Lama dikatakan bahwa YAHWEH / YEHOVAH tinggal di antara bangsa Israel dan di dalam hati orang-orang yang takut akan Dia (Maz 74:2  Maz 135:21  Yes 8:18 Yes 57:15  Yeh 43:7,9  Yoel 3:17,21  Zakh 2:10-11), maka dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa Roh Kuduslah yang mendiami Gereja / orang percaya (Kis 2:4  Ro 8:9,11 1Kor 3:16  Gal 4:6  Ef 2:22 Yak 4:5).


3. Perjanjian Baru memberikan pernyataan yang jelas tentang Allah yang mengutus AnakNya kedalam dunia (Yoh 3:16 Gal 4:4  Ibr 1:6  1Yoh 4:9), dan tentang Bapa dan Anak yang mengutus Roh Kudus (Yoh 14:26 15:26  16:7  Gal 4:6).


4. Dalam Perjanjian Baru kita melihat Bapa berbicara kepada Anak (Mark 1:11) dan Anak berbicara kepada Bapa (Mat 11:25-26 26:39  Yoh 11:41  12:27) dan Roh Kudus berdoa kepada Allah dalam hati orang percaya (Ro 8:26).


5. Dalam Perjanjian Baru kita melihat ketiga pribadi dalam diri Allah disebut dalam satu bagian Kitab Suci (Mat 3:16-17 Mat 28:19  1Kor 12:4-6  2Kor 13:13 1Pet 1:2  Wah 1:4-5).

Untuk ini ada komentar / serangan dari Saksi Yehuwa dalam buku ‘Haruskah anda percaya kepada Tritunggal?’:
a. “Apakah ayat-ayat ini menyatakan bahwa Allah, Kristus, dan roh kudus membentuk suatu Keilahian Tritunggal, bahwa ketiganya sama dalam bentuk, kekuasaan, dan kekekalan? Tidak, tidak demikian, sama halnya menyebutkan tiga orang, seperti Amir, Budi dan Bam­bang, tidak berarti bahwa mereka tiga dalam satu” (hal 23).

b. “Ketika Yesus dibaptis, Allah, Yesus, dan roh kudus juga dise­butkan dalam konteks yang sama. Yesus ‘melihat roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya’ (Matius3:16). Tetapi, ini tidak berarti bahwa ketiganya adalah satu. Abraham, Ishak,dan Yakub banyak kali disebutkan bersama-sama, tetapi hal itu tidak membuat mereka menjadi satu. Petrus, Yakobus dan Yohanes disebutkan bersama-sama, tetapi itu tidak membuat mereka menjadi satu juga” (hal 23).


Kita bisa menjawab serangan ini dengan berkata:
a.   Jelas bahwa doktrin Allah Tritunggal tidak bisa didapatkan seluruhnya hanya dari ayat-ayat tersebut. Ayat-ayat itu hanyalah salah satu dasar dari doktrin Allah Tritunggal, sehingga kalau kita hanya menyoroti ayat-ayat itu saja, maka mungkin sekali memang tidak bisa dihasilkan doktrin Allah Tritunggal!


b.  Memang adanya tiga nama yang disebutkan bersama-sama tidak membuktikan bahwa mereka itu satu. Bahkan tidak selalu membukti­kan / menunjukkan bahwa mereka setingkat. Tetapi kadang-kadang memang bisa menunjukkan bahwa mereka itu setingkat. Itu tergan­tung dari konteksnya; dan karena itu harus dipertanyakan: dalam situasi dan keadaan apa ketiga orang itu disebutkan bersama-sama?


Dalam ayat-ayat di atas, Bapa, Anak, dan Roh Kudus disebutkan dalam kontex yang sakral, seperti formula baptisan (Mat28:19), berkat kepada gereja Korintus (2Kor 13:13), baptisan Yesus (Mat 3:16-17), dan sebagainya Karena itu ayat-ayat itu bisa dipakai sebagai dasar untuk menunjukkan bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus itu setingkat.


c.  Dalam Mat 28:19 dikatakan ‘dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus’.
Sekalipun di sini disebutkan 3 pribadi, tetapi kata ‘nama’ itu ada dalam bentuk tunggal, bukan bentuk jamak!

III) Kesimpulan dari ‘ketunggalan Allah’ dan ‘adanya kejamakan dalam diri Allah’.

Kita sudah mempelajari bahwa dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah dan juga ada ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah. Ada 2 sikap ekstrim yang salah dalam persoalan ini:

1)   Menekankan ‘kejamakan dalam diri Allah’ dan mengabaikan ‘kesatuanNya’.

Ini menjadi Tritheisme (= kepercayaan kepada tiga Allah). Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan Allah, berarti mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.

2)   Menekankan ‘kesatuan Allah’ dan membuang / mengabaikan ‘kejamakan dalam diri Allah’.
Kita tidak bisa hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan lalu mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak. Karena kalau kita melakukan hal itu, lalu apa yang akan kita lakukan dengan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri Allah? Membuangnya? Mengabaikannya? Ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh orang yang mempercayai Kitab Suci sebagai Firman Tuhan! Tetapi sikap inilah yang diambil oleh Unitarianisme!

Orang-orang yang sungguh-sungguh percaya pada Kitab Suci harus memperhatikan kedua kelompok ayat ini, dan doktrin Allah Tritunggal merupa­kan satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan kedua grup ayat tersebut.



Kalau kita mau menerima doktrin Allah Tritunggal, maka kita bisa mengharmoniskan kedua golongan ayat tersebut. Kalau kita menolak doktrin Allah Tritunggal, ini berarti kita harus menghadapi kontradiksi yang tidak mungkin bisa diharmoniskan dalam Kitab Suci! Yang mana yang menjadi pilihan saudara?


Bersambung ke Bagian 2

No comments:

Post a Comment