Pages

02 August 2013

YESUS TERTIDUR PULAS DENGAN KEPALANYA DI ATAS BANTAL

Oleh : Charles H Spurgeon

Apapun yang terjadi, Dia  telah menyerahkannya kedalam tangan  sang Pemelihara agung; dan apakah lagi yang lebih dibutuhkan? Jika seorang penjaga telah ditempatkan untuk menjaga rumahku, jika aku tidak dapat mempercayai dia untuk menjaga?“Lemparkanlah bebanmu kepada Tuhan (Maz 55:22)…Disini, mari kita teladani Yesus. Milikilah keyakinan diri seperti anak kecil kepada Bapa yang agung. Yesus telah beristirahat di buritan kapal, memilih sebuah bantal, sepenuhnya membaringkan diri diatas bantal, dan tidur; dan sekalipun kapal itu dipenuhi dengan air, dan  diombang-ambingkan sedemikian  hebatnya. Yesus tetap tidur. Tidak ada yang dapat merusak damai pada jiwa yang tenang



Di buritan perahu itu, Yesus sedang tidur dengan kepala-Nya di atas bantal. Pengikut-pengikut-Nya membangunkan Dia. Mereka berkata, "Bapak Guru, apakah Bapak tidak peduli, kita celaka?"  Yesus bangun, lalu membentak angin itu, dan berkata kepada danau, "Diam, tenanglah!" Angin pun reda, dan danau menjadi sangat tenang
. –Markus 4:38-39
 



 

Yesus membawa murid-murid berserta-Nya naik kedalam sebuah kapal untuk mengajarkan sebuah pengajaran praktis. Adalah sebuah hal tersendiri untuk menyampaikan kepada  orang-orang  mengenai kesatuan kita dengan mereka (murid-murid), dan tentang bagaimana mereka seharusnya menjalankan iman mereka dalam saat yang  berbahaya, dan mengenai keamanan mereka yang nyata dalam bahaya yang terlihat nyata, tetapi adalah hal lainnya lagi, dan hal yang jauh lebih baik, untuk turut masuk kedalam kapal bersama dengan  mereka untuk merasakan teror badai dan kemudian bangun dan menghardik angin badai dan berkata kepada laut, “Damai, jadilah  tenang.” Yesus telah memberikan semacam  pelajaran  Taman Kanak-Kanak  kepada murid-murid-Nya, dan ini adalah sebuah khotbah dalam perbuatan, dimana kebenaran telah dibuat menjadi terlihat nyata dihadapan murid-murid. Pengajaran semacam ini telah menghasilkan sebuah efek yang mengagumkan terhadap kehidupan mereka.  


Semoga kita mendapatkan pelajaran dari peristiwa ini!

Dalam teks kita ada dua ketenangan besar; pertama adalah, ketenangan didalam hati sang Juru selamat, dan kedua adalah, ketenangan yang telah Dia ciptakan dengan sebuah kata kepada angin badai yang sedang mengguncangkan laut.


 I. DIDALAM TUHAN TERDAPAT SEBUAH KETENANGAN BESAR, dan itu sebabnya sebegitu cepatnya sebuah ketenangan besar meliputi Dia; karena apa yang ada didalam Tuhan keluar dari Tuhan. Karena ada sebuah ketenangan dalam Kristus untuk dirinya sendiri, ada sebuah  ketenangan   yang mengikuti  keluar untuk orang-orang lain. Betapa menakjubkannya ketenangan  yang ada didalam diri Yesus! “ Dia ada dibagian belakang kapal, tertidur pulas diatas sebuah bantal.”



Yesus memiliki  kepercayaan sempurna kepada Tuhan, bahwa semuanya baik-baik saja. Ombak-ombak mungkin mengaum, angin-angin mungkin mengamuk, tetapi Yesus sama sekali tidak terusik ketenangannya oleh kedahsyatan ombak dan angin. Dia telah mengetahui bahwa perairan tersebut  ada didalam tangan Bapa-Nya, dan setiap angin  adalah hembusan udara dari mulut Bapa-Nya (coba bandingkan-- untuk mendapatkan pedoman bahwa Bapa berkuasa atas apapun di dunia /alam semesta ini--dengan  membaca Ayub 37:2-13, Maz 147:17-18, Maz 104:4, Ayub 38:1-7 dan juga sebaiknya keseluruhan 38 &39, Maz 33:6-9, Maz 24:1-2, Maz 89:11, Wahyu 4:11, Kolose 1:16, Maz 65:9-10, Maz 147: 7-9, Yeremia 10:13, Maz 104: 21-30, Matius 5:44-45, Matius 6:28-32, Matius 10:29-31, Amsal 8:22-31, Keluaran 19:16-20, Maz 97:1-6, Ulangan 11:10-12,Keluaran 15:3-12, Keluaran 23:28, Yosua 10:11-14, 2 Samuel 22:17-18, Kejadian 1:24-31, Matius 2:1-2 & 9-11, Yohanes 2:1-11, Lukas 19:39-40, Lukas 23:44-47, Matius 27:50-54, Yesaya 13:9-13, Yoel 2:30-32, Amos 8:7-9, Matius 24:29-31, Wahyu 6:12-13, Wahyu 8:12, Wahyu 21:1-22:5); dan dengan demikian  dia tidak terganggu; bukan itu , yang benar adalah Dia bahkan tidak  memiliki sebuah pikiran untuk berhati-hati, Dia   merasa sedemikian nyamannya sama seperti  pada sebuah hari yang cerah. Hati dan pikirannya merdeka dari setiap jenis  keberhati-hatian, karena itulah ditengah-tengah badai yang sedang menggelora Dia secara sengaja membaringkan dirinya, dan telah tertidur pulas seperti seorang anak yang keletihan.


Yesus pergi ke bagian belakang kapal, tempat yang paling mungkin untuk mengalami luka yang parah; Yesus mengambil sebuah bantal, dan menempatkannya dibawah  kepalanya, dan dengan niat yang kokoh dia merebahkan dirinya untuk tidur. Ini adalah tindakannya sendiri dan   melakukan tindakan tidur dalam badai; Dia tidak  memiliki hal apapun untuk membuatnya terjaga, sedemikian murni dan sempurna kepercayaan-Nya kepada Bapa yang  hebat. Betapa ini adalah sebuah contoh bagi kita! Kita tidak memiliki setengah kepercayaan kepada Tuhan  yang seharusnya kita miliki, bahkan tidak yang terbaik dari diri kita. Tuhan berhak mendapatkan kepercayaan tanpa kekang dari diri kita, kepercayaan kita yang  tanpa perlu  Tanya, kebergantungan kita yang  tanpa bimbang. OH..., hal itulah yang harus kita  berlakukan kepada Dia sebagaimana sang Juru selamat telah melakukannya!



Terdapat juga perpaduan iman-Nya kepada Bapa sebuah keyakinan yang manis dalam ke-Anakan-Nya. Yesus tidak meragukan bahwa bahwa Dia adalah Anak dari Yang Maha Tinggi. Saya mungkin tidak mempertanyakan kuasa Tuhan untuk membebaskanku, tetapi saya mungkin terkadang mempertanyakan hakku untuk mengharapkan kelepasan; dan jika ini yang terjadi, maka kenyamananku lenyap. Tuhan kita sudah lama telah mendengarkan  kata yang berbunyi,” Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Mat 3:17);” Yesus telah sedemikian hidup dan berjalan bersama dengan Tuhan yang  bersaksi dalam dirinya secara terus-menerus, sehingga Dia tidak mempertanyakan kasih Bapa terhadap Dia sebagai Putera-Nya sendiri.” Terguncang di buaian dalam  lambung kapal,” Bapa-Nya mengamati dirinya,--apa  yang dapat dilakukan seorang anak selain lebih baik pergi tidur dalam sebuah posisi yang bahagia? Dan seperti itulah Dia. Yesus tidak memiliki keraguan apapun yang semacam ini.

Anda dan saya, juga, menginginkan sebuah jaminan yang  lebih penuh atas ke-anak-an kita jika kita  mau mendapatkan damai yang lebih besar dari Tuhan. Iblis mengetahui hal ini, dan oleh karena itulah iblis akan datang kepada kita dengan anjuran yang menghasut, “Jika engkau adalah anak Tuhan.” Jika kita memiliki roh adopsi (diangkat oleh Bapa menjadi anak Tuhan melalui Yesus Kristus : Efesus 1:5-6, Galatia 4:5-7, 1 Yohanes 3:2, Yohanes 1:12, Galatia 3:26, 1 Yohanes 3:1, Roma 8:14-19, Yohanes 1:13, Filipi 2:15, Ibrani 2:13 - Ibrani 2:16- Galatia 3:29,1 Yohanes 3:10, Ibrani 12:6, Ibrani 12:7, Ibrani 12:9, Galatia 4:4-5 -editor Anchor of Life Fellowship) dalam diri kita, kita pasti akan seketika itu juga mengusir pendakwa itu, dengan memperhadapkan Saksi yang ada didalam diri kita terhadap pertanyaan si Iblis yang datang dari luar. Kemudian kita pasti dipenuhi dengan ketenangan besar, karena kita memiliki keyakinan diri didalam Bapa kita, dan jaminan atas ke-anak-an kita.

Kemudian Dia  memiliki sebuah cara yang manis  Yesus kita yang terberkati ini— menyerahkan semuanya kepada  Tuhan .  Dia tidak  menggunakan jam, Dia  tidak menjadi resah; tetapi dia pergi tidur. Apapun yang terjadi, Dia  telah menyerahkannya kedalam tangan  sang Pemelihara  agung; dan apakah lagi yang lebih dibutuhkan? Jika seorang penjaga telah ditempatkan untuk menjaga rumahku, jika aku tidak dapat  mempercayai dia untuk menjaga? “Lemparkanlah bebanmu kepada Tuhan (Maz 55:22);” tetapi jika engkau telah melakukannya, maka  tinggalkanlah semuanya itu  pada Tuhan, dan jangan pernah  mencoba untuk membawanya  sendiri.  Hal itu akan  menjadi sebuah olokan bagi Tuhan, memiliki nama Tuhan, tetapi dalam dunia nyata tidak memiliki nama Tuhan. Letakanlah semua kuatir, bahkan seperti yang Yesus  telah lakukan ketika dia  dalam tenang  pergi ke bagian belakang kapal, dan  diam-diam mengambil sebuah bantal dan tidur.



Tetapi aku--pikirku-- mendengar seseorang berkata, “Aku  dapat melakukan hal itu jika  semua hal sepenuhnya aku sendiri yang urus.” Ya, berangkali kamu dapat;dan tetap saja kamu tidak dapat menyerahkan semua bebanmu dalam merawat anak-anak. Tetapi Yesusmu telah mempercayakan kepada Bapa semua orang yang mengasihinya ? Jika kapal itu karam, apakah yang akan terjadi pada Petrus? Apakah yang dapat terjadi pada “murid yang Yesus kasihi”? Yesus memperhitungkan dengan kasih  sayang  yang  hebat atas smereka yang telah Dia pilih dan telah Dia panggil, dan  yang telah ada bersama-sama dengan dia didalam dalam pencobaan-Nya, namun demikian Dia begitu sangat yakinnya untuk meninggalkan mereka semua didalam pemelihraan Bapa-Nya, dan pergi tidur.


Kamu menjawab,”Ya, tetapi masih ada  orang-orang pada lingkar yang lebih lebar lagi, melihat apa yang akan terjadi padaku, dan kepada apa yang telah Yesus lakukan dimana aku terhubungkan. Saya berkewajiban untuk menjaganya, apakah aku akan dapat  melakukanya atau tidak. “Jika itu masalahmu, maka, ini upaya yang lebih besar daripada apa yang telah Yesus lakukan? Apakah kamu lupa bahwa “terdapat juga bersama dengan Dia banyak  kapal-kapal kecil lainya”?



Ketika badai menghempas kapalmu, kapal-kapal kecil  mereka bahkan lebih lagi dalam bahaya; dan Yesus peduli dengan  mereka semua. Namun sekalipun demikian, Dia  pergi tidur, karena Dia telah menyerahkan mereka kedalam tangan pemeliharaan Bapa-Nya bahkan dalam pemeliharaan dan perlindungan kemurahan dan simpati-Nya. Kita, saudara-saudaraku, yang jauh lebih lemah daripada Yesus, pasti akan menemukan kekuatan dalam melakukan hal yang sama.


Menyerahkan semua  hal  kepada Bapa-Nya, Yesus telah melakukan hal  paling bijaksana yang mungkin. Dia telah melakukan tepat pada saat yang memang diperlukan. “Mengapa,” katamu, “Dia pergi tidur!” Itu adalah hal terbaik yang dapat  Yesus lakukan; dan terkadang itu adalah hal terbaik  yang dapat kita lakukan. Kristus  lelah dan  letih, Yesus tidur, dan  merupakan hal yang baik untuk tidur, Kerap kali ketika kita menjadi risau dan kuatir, kita mesti  memuliakan  Tuhan lebih jauh lagi daripada cuma tidur secara hurufiah. Memuliakan Tuhan dengan tidur tidak terlampau sulit sebagaimana beberapa  mungkin pikirkan; setidaknya, bagi Yesus itu adalah alami.


Disini kamu kuatir, sedih, berbeban berat; dokter memberikan resep  bagimu; obatnya tidak mendatangkan kesembuhan utuh,  tetapi oh! Jika kamu masuk kedalam damai dengan Tuhan, dan pergi tidur, kamu akan  bangun jauh lebih disegarkan yang dapat kamu bayangkan daripada oleh obat apapun. Tidur yang  Tuhan berikan kepada kekasih-Nya benar-benar sejuk-menyegarkan. Carilah itu sebagaimana Yesus telah mencarinya. Pergilah tidur, saudara, dan kamu lebih baik mengimitasi Yesus daripada memberikan dirimu semangat yang buram; dan mengkuatirkan orang lain.



Ada sebuah tidur rohani dimana kita harus meniru Yesus. Betapa sering saya mengkuatirkan gerejaku dengan otakku yang buruk, sampai saya menyadari, dan kemudian saya berkata kepada diriku,”Betapa bodohnya kamu ini! Tidak dapatkah kamu bergantung pada Tuhan? Bukankah persoalan ini lebih merupakan sebuah hal yang ada di tangan Tuhan  daripada dirimu?” Kemudian saya mengeluarkan beban dalam doa, dan meninggalkannya pada Tuhan.


Saya katakan,”Di dalam nama Tuhan, hal ini tidak akan pernah mengkuatirkanku lagi,” dan saya telah meletakan  kecemasanku yang  mendesak  pada Dia, dan mengakhirinya selama-lamanya. Saya dengan sepenuh hati melepaskan banyak  upaya untuk mengatasi kekuatiran kedalam pemeliharaan Tuhan, kala setiap sahabatku  berkata padaku,” Bagaimana dengan itu dan ini?” Saya hanya menjawab,”Saya tidak tahu,dan saya tidak  lagi  berupaya untuk mengetahuinya.”


Tidak pernah merupakan kesalahan besar dalam hal bagaimanapun dimana saya telah  meletakannya didalam penjagaan Ilahi. Tanganku yang diam telah merupakan kebijaksanaan.”Tetap tenang, dan memandang keselamatan dari Tuhan,” adalah pedoman atau panduan Tuhan sendiri.


Disini mari kita teladani Yesus. Milikilah keyakinan diri seperti anak kecil kepada Bapa yang agung, Yesus telah beristirahat di buritan kapal, memilih sebuah bantal, sepenuhnya membaringkan diri diatas bantal, dan tidur; dan sekalipun kapal itu dipenuhi dengan air, dan diombang-ambingkan sedemikian  hebatnya. Yesus tetap tidur. Tidak ada yang dapat merusak damai pada jiwa yang tenang.



Setiap awak  kapal di geladak terlempar sana sini, dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan situasi dan upaya mereka telah berada  diujung  pemahaman mereka untuk mengatasinya; tetapi Yesus  tidak juga  pada ujung pemahamannya atau sampai kepada keputusan untuk mengatasi, tidak juga dia terhuyung-huyung, karena Dia beristirahat dalam kepolosan yang sempurna, dan kepercayaan diri yang tak terusik. Hatinya bahagia didalam Allah, dan oleh karena itu Dia tetap tidur terbaring. Oh, adalah anugerah untuk bisa meniru Dia!



Bersambung ke Bagian 2


Jesus Asleep On A Pillow | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment