Pages

31 July 2013

Kunjungan-Kunjungan Misterius (Bagian 1)



Oleh : Charles H Spurgeon

Memeriksa dengan tajam,  tatapan sekelebat  mata  Yesus, tatapan  yang telah menyingkapkan dosaku, dan telah menyebabkanku pergi dan meratap  pedih. Seperti kala Tuhan mengunjungi Adam, dan memanggil dia berdiri telanjang dihadapan Tuhan, seperti itu jugalah aku , kebenaranku telah dilucuti dihadapan wajah Tuhan yang maha tinggi. Namun kunjungan itu  tidak berakhir disini; karena sebagaimana Tuhan telah menyematkan pakaian pada  moyang pertama kita dengan  kulit hewan, demikian juga Dia telah  menutupi ketelanjanganku dengan kebenaran yang berasal dari pengorbanannya yang agung…. Lihatlah! Kapal itu mulai menurun, terus  menurun oleh muatan ikan yang berat, sampai air  mengancam untuk menelannya, dan Petrus, dan ikan tersebut, dan semuanya. Kemudian Petrus jatuh tersungkur di  lutut Yesus, dan berteriak, “Pergilah dariku; karena aku adalah seorang yang sangat berdosa, O  Tuhan!” (Lukas 5:8).

Kemudian Petrus jatuh tersungkur di  lutut Yesus,
dan berteriak, “Pergilah dariku; karena aku adalah
seorang yang sangat berdosa, O  Tuhan!
” (Lukas 5:8).
Biblical illustrations : by Jim Padgett, courtesy of
Sweet Publishing, Ft. Worth, TX, and Gospel Light,
Ventura, CA. Copyright 1984



Engkau datang menyelidiki aku di waktu malam.”—Mazmur 18:3

Ini adalah sebuah tema untuk ketakjuban bahwa  Tuhan yang mulia  mau mengunjungi manusia yang sangat berdosa.” Apakah manusia, sehingga Engkau mempedulikannya? Dan anak manusia, sehingga engkau telah mengujunginya?” Sebuah kunjungan ilahi adalah sebuah suka cita  yang harus dihargai manakala diistimewakan dengan hal ini. Daud  berbicara  tentang hal ini dalam keseriusan yang besar. Sang Pemazmur tidak sekedar menuangkan semata perkataan; tetapi dia telah menuliskan dalam istilah-istilah yang gamblang, sehingga tulisan ini dapat dikenali    oleh segenap generasi: “Engkau telah mengunjungiku  pada malam hari.”  



Saudara  kekasih, jika Tuhan pernah mengunjungimu, kamu juga akan takjub akan hal ini, akan menyimpannya dalam ingatanmu, akan memperkatakannya kepada teman-temanmu, dan akan mencatatnya dalam buku harianmu sebagai sebuah peristiwa yang patut dicatat dalam hidupmu. Diatas semuanya, kamu akan mengatakan hal itu kepada Tuhan  juga, dan mengatakannya dengan pengucapan syukur dalam kagum, “Engkau telah mengunjungiku pada malam hari.” Kejadian ini pasti menjadi sebuah bagian sangat penting pada ibadah untuk mengenang dan  member tahu tentang Tuhan yang melawat, dan  mengatakan, baik dalam doa yang  rendah hati dan dalam mazmur yang  bersuka cita, “Engkau telah mengunjungi ku.”



Kepada anda, sahabat-sahabat kekasih, yang berkumpul bersama-sama denganku pada meja komuni ini, aku akan  menyampaikan pengalamanku sendiri, tidak ada keraguan bahwa ini adalah juga pengalaman-pengalamanmu. Jika Tuhan kita pernah  mengunjungi setiap kita, secara pribadi, oleh Roh Kudus, dua  akibat  menyertai kunjungan itu: kunjungan itu secara  tajam menyelidiki, dan kunjungan itu secara manis merupakan pelipur lara.




Ketika pertama-tama Tuhan mendekat kepada hati, jiwa yang gemetar menangkap secara jernih  pemeriksaan karakter oleh kunjungan-Nya. Ingatlah bagaimana  Ayub telah menjawab Tuhan: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5). Kita dapat membaca tentang Tuhan, dan mendengar tentang Tuhan,dan sedikit saja tergugah; tetapi ketika kita merasakan kehadirannya, itu sebuah soal yang lain.



Saya   pikir rumahku cukup baik untuk didatangi raja-raja; tetapi ketika Raja diatas segala raja mendatangi  kediamanku, saya melihat hal  rumahku adalah gubug   yang sangat tidak cocok untuk-Nya mendiami.

Credit: godaily.net


Saya tidak pernah tahu dosa  menjadi begitu “luar biasanya sangat berdosa” jika saya tidak mengenal Tuhan  begitu sempurna kudusnya. Aku tidak pernah memahami kerusakan total natur manusiaku jika saya tidak  memiliki pengenalan natur kekudusan Tuhan.



Ketika kita melihat Yesus, kita jatuh tersungkur pada kakinya sebagai  orang mati; sampai kemudian, kita menjadi hidup dengan  sebuah kepastian/keterjaminan. Jika huruf-huruf dituliskan oleh sebuah tangan misterius pada tembok (Daniel 5:5) telah  menyebabkan  otot-otot persendian raja Belsyazar  lemas,  ketakjuban seperti apakah yang menaklukan roh-roh kita ketika kita melihat Tuhan  itu sendiri!



Dalam hadirat yang sorot sinarnya menerangi maka  cela-cela dan kerut-kerut menjadi tersingkap, dan kita sama sekali menjadi malu. Kita menjadi seperti Daniel yang berkata,” demikianlah aku tinggal seorang diri. Ketika aku melihat penglihatan yang besar itu, hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku”(Daniel 10:8). Hal ini terjadi ketika Tuhan mengunjungi kita dimana kita melihat ketidaakadaan kita, dan bertanya; “Tuhan, apakah manusia?”




Saya sangat ingat  ketika Tuhan pertama kali mengunjungiku; dan pasti merupakan natur malam, kebebalan, natur dosa. Kunjungannya memiliki efek yang sama terhadapku  seperti yang telah menimpa Saul dari Tarsus ketika Tuhan telah berkata kepadanya dari surga.

Credit : Rodrigo Bravo- flickr.com


Dia  telah menjungkalkanku dari kuda yang tinggi, dan telah menyebabkanku terjatuh ke tanah; oleh kecemerlangan  terang Roh-Nya Dia telah membuatku meraba-raba dalam kebutaan; dan dalam kehancuran hatiku aku telah berteriak, “Tuhan apa yang Engkau inginkan untuk aku harus lakukan?”


Saya merasa bahwa saya selama ini telah memberontak melawan Tuhan, menendangi duri-duri yang menusuk, dan melakukan kejahatan  sebisaku; dan jiwaku telah dipenuhi kesedihan mendalam  saat aku menyadarinya.


Memeriksa dengan tajam,  tatapan sekelebat  mata  Yesus, tatapan  yang telah menyingkapkan dosaku, dan telah menyebabkanku pergi dan meratap  pedih. Seperti kala Tuhan mengunjungi Adam, dan memanggil dia berdiri telanjang dihadapan Tuhan, seperti itu jugalah aku , kebenaranku telah dilucuti dihadapan wajah Tuhan yang maha tinggi. Namun kunjungan itu  tidak berakhir disini; karena sebagaimana Tuhan telah menyematkan pakaian pada  moyang pertama kita dengan  kulit hewan, demikian juga Dia telah  menutupi ketelanjanganku dengan kebenaran yang berasal dari pengorbanannya yang agung, dan Dia telah memberikanku nyanyian-nyanyian di malam hari tersebut, namun kunjungan tersebut bukanlah mimpi; faktanya, aku ada disana dan kemudian mimpi itu berhenti, dan mulai berhadapan dengan realita atas hal-hal tersebut.




Saya pikir  kamu akan  ingat bahwa, ketika Tuhan pertama kali mengunjungi pada malam hari, hal itu terjadi padamu seperti halnya pada Petrus ketika Yesus mendatangi dia. Petrus telah bekerja keras dengan jaringnya di sepanjang malam, dan tidak ada sama sekali hasilnya; tetapi ketika  Yesus menaiki perahunya, dan  memintanya untuk melemparkan jala ke perairan yang dalam, dan membiarkan jaringnya disarati dengan muatan, dia telah menangkap ikan –ikan yang luar biasa banyaknya sehingga kapalnya hampir tenggelam.




Lihatlah! Kapal itu mulai menurun,terus menurun oleh muatan ikan yang berat, sampai air  mengancam untuk menelannya, dan Petrus, dan ikan tersebut, dan semuanya. Kemudian Petrus jatuh tersungkur di  lutut Yesus, dan berteriak, “Pergilah dariku; karena aku adalah seorang yang sangat berdosa, O  Tuhan!” (Lukas 5:8).



Kehadiran Yesus  terlampau hebat baginya: kesadarannya akan ketaklayakan membuat dirinya  tenggelam seperti kapalnya, dan  menyusut dari  Tuhan yang Ilahi. Saya mengingat juga sensasi ini; karena aku  cenderung untuk berteriak seperti yang diteriakan oleh orang kerasukan di Gadara, “"Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi? “ (Markus 5:7). Itu merupakan  penemuan pertama   atas kasih-Nya yang terciderai  lagi  terlampau kuat;   harapan akan semakin mendalamnya kesedihanku yang pedih telah meningkat; karena kemudian aku telah melihat bahwa aku telah membantai Tuhan  yang telah datang untuk menyelamatkanku. Aku telah melihat bahwa tangankulah   yang telah menghantamkan palu itu, dan menghujamkan paku-paku itu yang telah mengunci  tangan-tangan dan kedua kaki Sang  Penebus  pada kayu salib  yang kasar itu.



Ini adalah pemadangan  benih-benih pertobatan :” mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia (Zak 12:10).” Ketika  Tuhan mengunjungi kita, Dia membuat kita menjadi rendah hati, menyingkirkan semya kekerasan dalam hati kita, dan menuntun kita  menuju kaki sang Juru selamat.


Bersambung ke Bagian2



Mysterious Visits |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment