Pages

11 July 2013

KELAHIRAN PERAWAN DAN YESAYA 7:14 (Bagian 3 Selesai)


Oleh : Charles L. Feinberg, Th.D.,Ph.D.

Mantan Dekan dan Profesor Perjanjian Lama
Talbot Theological Seminary – La Mirada, CA

[Bagian 2]"dalam 77:7  (pada teks Ugarit) si mempelai perempuan disebut  persis sama secara etimologi  dengan  yang digunakan dalam  bahasa Ibrani  ‘almâ “perempuan muda”… Perjanjian Baru mengartikan  ‘almâ sebagai “perawan” untuk Yesaya 7:14 yang berpijak pada interpretasi Yahudi yang lebih tua  sebagaimana  kenyataannya, tidak ada tempat diantara tujuh pemunculan ‘almâ dalam Perjanjian Lama dimana kata tersebut secara  jelas digunakan seorang wanita yang bukan seorang perawan

Replika tablet Ugaritic.
Ugarit adalah bahasa tulisan purba (Syria) yang kini lenyap,
bahasa yang digunakan di zaman Alkitab -
Sumber : nationalgeographic.com
Manfaat kecil dapat dipetik dengan mengulangi eksposisi-eksposisi  yang telah dipelajari, yang telah disumbangsihkan oleh  para pakar Ibrani dalam upaya mereka untuk mengklarifikasi   inti permasalahannya. Ini semua bermuara di sini: ketidakserupaan  kata Ibrani untuk “perawan” adalah betûlâ, sementara ‘almâ berarti seorang “wanita muda” yang mungkin seorang perawan, tetapi tidak selalu begitu. Tujuan dari catatan ini lebih pada untuk meminta perhatian kita pada sebuah sumber yang saat ini belum dibawa masuk kedalam diskusi.

Sumber yang berasal dari Ugarit sekitar tahun 1400 Sebelum Masehi ada sebuah teks perayaan pernikahan pria dan perempuan dewa-dewa bulan. Dalam teks  tersebut memprediksikan bahwa mereka akan  melahirkan seorang anak…. Terminologinya luar biasa  dekat dengan terminologi dalam Yesaya 7:14. Akan tetapi, pernyataan  teks Ugarit bahwa mempelai perempuan  akan mengandung seorang anak laki-laki sayangnya memberikan bentuk paralellistik; dalam 77:7  (pada teks Ugarit) si mempelai perempuan disebut  persis sama secara etimologi  dengan  yang digunakan dalam  bahasa Ibrani  ‘almâ “perempuan muda”; dalam 77:5 (pada teks Ugarit) si mempelai perempuan  disebut persis sama secara etimologi dengan yang digunakan dalam bahasa Ibrani betûlâ “perawan.”
Stela atau Lempeng Batu
dengan ukiran BAAL ditemukan
di Kuil  dataran tinggi Ugarit-
Louvre Museum-Paris
(St.Louis Community College)





Oleh karena itu, Perjanjian Baru mengartikan  ‘almâ sebagai “perawan” untuk Yesaya 7:14 yang berpijak pada interpretasi Yahudi yang lebih tua, yang pada gilirannya  telah menopang secara   tepat formula pengumuman ini oleh sebuah teks yang tidak hanya pra Yesaya tetapi   juga pra Mosaik dalam bentuk  tablet tanah liat yang sekarang kita miliki”[ Cyrus H. Gordon, “Almah in Isaiah 7:14,” JBR 21, no. 2 (April, 1953): 106.  Beberapa orang telah mengabaikan atau  meminimalisasikan fakta bahwa Yoel 1:8  mengindikasikan seorang betûlâ telah menikah dan kehilangan suaminya. Lihatlah referensi menarik dari  William S. LaSor  dalam bukunya “Isaiah 7:14—’Young Woman’ or‘Virgin’?”(Altadena, CA: By Author, 1953), 3–4; secara khusus pada isu-isu  lebih besar  yang terlibat di akhir sorotannya.].



Posisi yang dianut disini  telah dibangun secara cakap oleh banyak orang, tetapi tidak ada  pemaparan yang lebih meyakinkan daripada  yang dilakukan Machen, menyatakan: “Pertanyaan, yang kita pikir, tidak
J.Gresham Madchen-
Pendiri

Westminster Seminary Philadelphia
dapat diselesaikan semata-mata oleh sebuah pertimbangan akan makna kata Ibrani
‘almâ. Memang  benar telah ditegaskan, pada satu sisi bahwa bahasa Ibrani memiliki sebuah kata yang secara sempurna untuk menyatakan “perawan,” betûlâ, dan  jika “perawan”  telah dimaknakan maka kata itulah yang akan digunakan. Tetapi sebagaimana  kenyataannya, tidak ada tempat diantara tujuh pemunculan ‘almâ dalam Perjanjian Lama dimana kata tersebut secara  jelas digunakan seorang wanita yang bukan seorang perawan. Ini mungkin mudah diterima bahwa ‘almâ tidak benar-benar mengindikasikan keperawanan, sebagaimana betûlâ; ini sebetulnya bermakna “seorang perempuan muda pada usia yang patut untuk menikah.” Tetapi pada sisi lain orang boleh saja menjadi ragu, dalam sudut pandang penggunaan, apakah itu adalah sebuah kata alami untuk digunakan pada siapapun yang  tidak dalam keadaan seorang perawan”[ J. Gresham Machen, The Virgin Birth of Christ (New York: Harper, 1930), 288.]




Rujukannya tidak meragukan lagi kepada perawan Maria, sebuah fakta secara jelas terbukti kebenarannya oleh Matius 1. Mereka yang tidak dapat menginterpretasikan ‘almâ sebagai perawan  menghadirkan  variasi pandangan-pandangan terkait identitas perempuan muda  tersebut. Beberapa orang menyatakan ‘almâ adalah pasangan/isteri Ahas, pernyataan kontemporer menyatakan  adalah isteri Yesaya, salah satu  selir Ahas, seorang  puteri di istana Ahas. Nyatanya, semua ini tidak memenuhi persyaratan-persyaratan konteks untuk peristiwa yang bersifat ajaib.
Peta topografi Ugarit (1955): area istana (garis merah) dan
area kuil (garis biru)- Sumber :St.Louis Community College



Jika ada perbedaan pemikiran atas identitas ibu dari anak tersebut, tidak ada kesepakatan yang  berkuarang pada anak itu sendiri. Sebuah posisi adalah bahwa anak tersebut adalah seorang bayi yang tidak diketahui  dimana kelahirannya pada hari tersebut untuk mengkonfirmasikan nubuat Yesaya.




Beberapa yang lain berpendapat bahwa anak laki-laki tersebut adalah anak laki-laki Yesaya. Masih ada juga orang lain yang berpendapat bahwa anak tersebut adalah Hizkia, tidak menyadari atau mengabaikan kesulitan yang bersifat kronologis di sini. Sejumlah ekspositor berpendapat bahwa ini sebuah penggenapan ganda atau multi ganda, satu dalam masa Yesaya dan satu lagi dalam masa hidup Yesus Kristus sendiri. Alexander menyatakan sebuah bantahan yang valid: “Kelihatannya menjadi sebuah perasaan yang umum  bagi para pembaca yang terpelajar dan tidak terpelajar, bahwa walaupun sebuah pengertian ganda bukan hal yang tidak mungkin, dan harus  dianggap dalam kasus-kasus tertentu, adalah tidak berdasar untuk menganggapnya ketika penjelasan manapun dapat dipertimbangkan. Ketidakmungkinan dalam kasus ini ditingkatkan oleh kerinduan akan keserupaan diantara dua peristiwa, yang  seharusnya diprediksi dalam kata-kata yang persis sama,  peristiwa satu bersifat mujizat, yang lain tidak hanya peristiwa alami, tetapi umum, dan peristiwa yang sehari-hari”[ Alexander, Isaiah, 170. Agar dapat menghindari sejumlah kesulitan yang berkecamuk didalamnya, pandangan ini telah memperlakukan bahwa ayat 14 merujuk kepada Kristus, sementara itu ayat-ayat lainya dari nas tersebut, yaitu ayat 15 dan 16 berkaitan dengan Shear-jashub,  anak laki-laki Yesaya. Lihat William Kelly, Lectures on Isaiah (London: Morrish, 1871), 125.].



Menentang pandangan yang menyatakan bahwa ayat 14-16 berhubungan seutuhnya dan seluruhnya dengan kelahiran Yesus Kristus, posisi yang dianut disini, telah mengangkat dakwaan bahwa pandangan ini membuat nubuat tersebut tidak memiliki hubungan dengan hari dimana nubuat ini dinyatakan. Ini adalah sebuah soal serius, karena nabi harus berbicara kepada generasinya sendiri serta juga  kepada generasi-generasi yang mendatang. Bagi banyak orang penggenapan berabad-abad kemudian tidak akan bernilai bagi Ahas dan orang sezamannya dalam kesusahan mereka. Tetapi hal sebaliknyalah yang benar. Ahas dan anggota-anggota istana kerajaan sangat ketakutan dengan kemusnahan dinasti Davidik dan penyingkiran raja oleh seorang Syria yang merasa berhak untuk mengklaimnya.




Akan tetapi, lebih lama waktu yang diperlukan untuk menggenapi janji bagi kaum Davidik, semakin lama dinasti itu akan tetap bertahan ada untuk menyaksikan pewujudan prediksi tersebut. Hal ini dikemukan secara baik oleh Alexander:“…Keterjaminan bahwa Kristus harus dilahirkan di Yehuda, dari keluarga kerajaan Yehuda,  dapat menjadi sebuah tanda bagi Ahas, bahwa kerajaan itu tidak akan musnah dalam masanya; dan   sejauh ini telah  membuat terpencil  tanda tersebut, dalam kasus ini, dari menjadikannya absurd atau  tidak pantas, bahwa lebih jauh tanda itu, lebih kuat janji keberlangsungan Yehuda, yang telah dijaminkan”[ Alexander, Isaiah, 171.].




Kesimpulannya kemudian adalah tak  terelakan bahwa “…tidak ada dasar, secara   gramatika, sejarah, atau logika, untuk ragu pada poin utama,bahwa gereja di segala zaman telah benar terkait dengan nas ini sebagai sebuah pertanda dan prediksi eksplisit  mengenai  pembuahan yang bersifat ajaib dan kelahiran Yesus Kristus”[ Ibid., 172.]



THE VIRGIN BIRTH AND ISAIAH 7:14 |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora



============
Dr. Charles Lee Feinberg (1909–1995), ” Dekan Talbot Theological Seminary” dalam kurun waktu lama dan pakar Perjanjian Lama yang sangat dihormati,menjabat sebagai mentor Dr. John MacArthur dan profesor seminari favorit selama studinya untuk pelayanan di Talbot. Esai ini telah dipublikasikan oleh Dr.Freinberg dalam Is the Virgin Birth in Old Testament? (Whittier, CA: Emeth Publishing, 1967), 34– 48

No comments:

Post a Comment