Pages

08 July 2013

Kapankah Kita Menyikapinya Secara Tegas atau Lemah Lembut?

Oleh : Dr. R.C Sproul


…. terhadap para ahli taurat dan orang-orang Farisi. Ketika Yesus berurusan dengan orang-orang ini, Dia tidak  memberi ruang sama sekali bagi mereka dalam menghadapinya…. Ada banyak ketidaksepakatan-ketidaksepakatan yang kita miliki dengan saudara-saudara kita… tetapi juga yang kita miliki dengan mereka yang mengklaim menjadi saudara-saudara kita   tetapi yang pada kenyataannya  adalah serigala-serigala  berpakaian domba.

Setiap kali saya membaca  Injil-Injil, saya terpana oleh bagaimana Yesus terlihat mendapatkan dirinya sendiri  ada di tengah-tengah kontroversi kemanapun Dia pergi. Saya juga  terperanjat oleh bagaimana Yesus telah menangani  setiap kontroversi secara berbeda. Dia tidak mengikuti Leo ‘Sang Bibir” DeRosier, mantan manajer New York Giants dan memperlakukan setiap orang yang dia temui dalam cara yang sama. Walaupun Dia   mengharapkan setiap orang untuk bermain dengan aturan-aturan yang sama, Dia telah menggembalakan orang berdasarkan kebutuhan-kebutuhan spesifik mereka.


Perjanjian Lama menggambarkan Gembala yang Baik sebagai Orang yang  membawa sebuah  gada dan sebuah tongkat, karena tanggungjawab-Nya adalah untuk memandu domba-Nya dan untuk melindungi mereka dari serigala-serigala yang rakus sekali ( Mazmur 23:4).


Dalam Injil-Injil, kita melihat Yesus menggunakan gada perlindungan-Nya paling sering terhadap para ahli taurat dan orang-orang Farisi. Ketika Yesus berurusan dengan orang-orang ini, Dia tidak  memberi ruang sama sekali bagi mereka dalam menghadapinya. Ketika dia  mengutarakan penilaian Tuhan pada mereka secara terbuka, Dia menggunakan ucapan celaka  dari Tuhan  yang digunakan nabi-nabi Perjanjian Lama :” Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.” (Matius 23:15).




Yesus berhadapan dengan banyak pemimpin agama di masanya dalam cara  yang sangat tegas karena  kemunafikan hati mereka yang keras. Orang lain  yang menyadari akan dosa mereka dan malu akan dosanya—orang-orang ini Dia hadapi dengan kasih dan dorongan semangat. Perhatikan perempuan di sumur (Yohanes 4). Yesus duduk dan berbicara dengan seorang perempuan Samaria, yang  tidak akan didengarkan oleh  seorang rabi Yahudi dalam masa itu karena adanya bias-bias umum terhadap para perempuan dan orang-orang Samaria.

Yesus  telah menarik pengakuan dosanya secara sabar dan telah menyingkapkan jabatan Mesianiknya kepada dia. Yesus telah memperlakukan dia sebagai  buluh yang patah dan sumbu yang pudar nyalanya, dengan  lemah lembut dia ungkapan tetapi tidak menghancurkannya ( Matius 12:15-21- juga bandingkan dengan Yesaya 42:3)


Diantara banyak hal-hal lainnya, saya pikir contoh dari Kristus mengajarkan kita bagaimana kita harus berhadapan dengan  mereka yang tidak bersepakat dengan kita. Kadang-kadang kita harus tegas dan terkadang kita harus menjadi lemah lembut—sangat tegas   terhadap serigala-serigala dan lemah lembut dengan domba-domba Yesus.

Ada banyak ketidaksepakatan-ketidaksepakatan yang kita miliki dengan saudara-saudara kita, tetapi juga yang kita miliki dengan mereka yang mengklaim menjadi saudara-saudara kita   tetapi yang pada kenyataannya  adalah serigala-serigala  berpakaian domba. Serigala-serigala semacam ini selalu menghadirkan sebuah bahaya yang jelas bagi keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan domba Kristus. Tidak ada perteduhan dapat diberikan kepada serigala-serigala, tetapi kita diminta untuk melakukannya dalam kelemahlembutan terhadap mereka yang memiliki ketidaksepakatan dengan kita yang tidak  menyentuh jantung ortodoksi Kristen.

"Buluh yang patah  terkulai tidak akan diputusnya"
credit :  Redxena - deviantart.com



Untuk mengetahui perbedaan antara kapan menjadi lemah lembut dan kapan menjadi sangat tegas adalah salah satu soal yang sangat sulit bagi orang-orang Kristen dewasa untuk mengenalinya. Saya tidak memiliki formula yang secara mudah dapat diterapkan, tetapi saya sangat tahu bahwa kita selalu dipanggil untuk berhadapan dengan perselisihana-perselisihan dan ketidaksepakatan-ketidaksepakatan  yang kita miliki berdasarkan pada  kemurahan hati, yaitu, kasih.





Kemurahan hati dan Buah-Buahnya oleh Jonathan Edwards adalah eksposisi yang sangat mendalam atas 1 Korintus 13 yang saya ketahui. Saya telah membacanya setidaknya setengah lusin kali, berangkali lebih. Dalam eksposisi ini, Edward menulis:


A truly humble man, is inflexible in nothing but in the cause of his Lord and master, which is the cause of truth and virtue. In this he is inflexible because God and conscience require it; but in things of lesser moment, and which do not involve his principles as a follower of Christ, and in things that only concern his own private interests, he is apt to yield to others.


Seorang yang sungguh-sungguh rendah hati  adalah  orang yang berpendirian  kokoh hanya dalam kepentingan prinsip Tuan dan gurunya, yang  merupakan  kepentingan akan kebenaran dan kebajikan. Dalam hal ini dia berpendirian kokoh karena Tuhan dan  hati nurani memintanya; tetapi dalam hal-hal yang tidak penting, dan tidak melibatkan prinsip-prinsipnya sebagai pengikut Kristus, dan dalam hal-hal yang semata terkait dengan  kepentingan-kepentingan pribadinya sendiri, dia   secara tepat  mengalah terhadap orang-orang lain.
Kerendahan hari yang sedang dibicarakan Edwards disini adalah sebuah kerendahan hati yang harus diterapkan pada setiap ketidaksepakatan yang  merebak diantara orang-orang percaya. Ini adalah sebuah kerendahan hati yang pada  awal  sejarah gereja disebut Penilaian yang Murah Hati. Penilaian  Murah Hati adalah sesuatu yang  bekerja seperti ini : Ketika kita tidak bersepakat dengan orang lain, saya percaya bahwa kita dipanggil sebagai orang-orang Kristen untuk  memandang motif-motif orang lain yang dengannya kita tidak bersepakat adalah motif-motif yang murni. Ini adalah pendekatan yang harus kita miliki dengan mereka  yang memiliki sebuah perbedaan yang jujur dalam interpretasi Alkitab tetapi yang mencintai Alkitab dan tidak berupaya untuk merubah apa yang Alkitab ajarkan. Orang yang tidak mau mengkompromikan kebenaran-kebenaran esensial iman Kristen.



Sekarang, penilaian murah hari diyakini sebagai dasar dalam sebuah perselisihan Kristen, dimana brother dan sister yang dengannya kita tidak bersepakat adalah ketidaksepakatan yang terjadi secara tulus dan dengan integeritas pribadi.  Disini saya  memikirkan sahabatku  John MacArthur. Jika saya tidak bersepakat mengenai sesuatu dengan John—saya tidak peduli apakah itu---dan kita  menuju  gelanggang dan membicarakannya, John akan merubah posisinya—tak peduli apa resikonya—jika saya dapat meyakinkannya bahwa Alkitab  mengajarkan pandanganku dan bukan pandangannya. Itu karena apa yang lebih dia inginkan semata untuk setia kepada Firman Tuhan.


Itu yang saya maksudkan dengan penilaian yang murah hati. Kita tidak  meragukan motif-motif orang dan tidak menganggap hal terburuknya ketika kita tidak bersepakat dengan  mereka. Kita membuat sebuah pembedaan analisa skenario  kasus terbaik dan  analisa  skenario kasus terburuk. Problem yang kita semua miliki sebagai orang-orang berdosa yang ada disisi kemuliaan ini adalah bahwa kita  cenderung untuk mencadangkan analisa kasus  terbaik untuk motif-motif  kita sendiri dan memberikan analisa  kasus  terburuk terhadap motif-motif sister dan brother kita. Hal seperti  ini adalah lawan dari semangat yang kita sebut dalam istilah-istilah kerendahan  hati biblikal.



The Judgment of Charity – Tabletalk, Ligonier Ministries and R.C Sproul | diterjemahkan-diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment