Pages

23 April 2013

SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI (Bagian 1)

Khotbah Minggu : 14 April 2013

Serial Khotbah 7 Jemaat (Part 5a)
SARDIS : JEMAAT YANG HAMPIR MATI.
By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK.

Setelah melewati waktu yang cukup panjang, akhirnya kita bisa melanjutkan serial khotbah tentang 7 jemaat di Wah 2-3. Tahun lalu kita sudah membahas 4 jemaat yakni Efesus, Smirna, Pergamus dan Tiatira dan sekarang kita akan membahas jemaat yang kelima yakni jemaat Sardis. Mari kita baca teksnya :


Wah 3:1-6 – (1) "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis: Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu: Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. (3) Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba dating kepadamu. (4) Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. (5) Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya. (6) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarka apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat."



Saya akan membahas jemaat Sardis ini dalam beberapa poin  penting :
I. KOTA DAN JEMAAT SARDIS.
Sudah saya jelaskan kali lalu bahwa 7 jemaat yang dibicarakan di Wah 2-3 ini adalah jemaat-jemaat yang berada di kota-kota di propinsi Asia Kecil yakni negara Turki sekarang ini. Jadi Sardis juga adalah salah satu kota di negara Turki modern sekarang ini (sekarang bernama kota Sart). Kota Sardis ini adalah kota yang terletak kira-kira 40 km di sebelah selatan kota Tiatira.

Kejayaan kota Sardis sudah dimulai sejak tahun 700 SM di mana kota ini menjadi kota perdagangan yang aktif dan sangat kaya dan adalah ibukota Kerjaan Lydia yang menguasai Yunani dan sekitarnya. Yang menarik adalah bahwa kota ini terletak di atas gunung yang terjal.

William Barclay – Sardis terletak di tengahtengah dataran dari lembah Sungai Hermus. Di bagian utara dari dataran ini menjulang punggung Gunung Tmolus yang panjang; dari punggung gunung ini serangkaian bukit bermunculan seperti taji ayam, masing-masing membentuk dataran tinggi yang sempit. Di atas salah satu taji-taji ini, pada ketinggian seribu lima ratus kaki, berdirilah Sardis yang asli. Jelaslah posisi ini menjadikan Sardis sangat sulit diserang. Sisi-sisi punggung Gunung Tmolus terjal dan licin; dan satu-satunya daerah yang mungkin untuk memasuki Sardis hanya ada di bagian pertemuan antara taji bukit dan punggung gunung. Bahkan daerah ini keras dan curam. Orang mengatakan bahwa Sardis berdiri bagaikan menara pengawas berukuran raksasa yang menjaga lembah Hermus. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal. 166-167).



Simon Kistemaker - Jurang yang curam melindungi kota ini sehingga tidak dapat didaki. Demikianlah Jurang itu menjadi mekanisme pertahanan yang hebat bagi benteng itu. Sekeliling benteng itu terdapat tebing-tebing yang hampir tegak lurus.


Kota ini sering dijadikan tempat pertemuan para pembesar kerajaan.


Eddy Fances – Sardis juga disebut sebagai "Benteng raksasa" yang mengawasi lembah Hermus, karena letak geografisnya yang dikelilingi gunung tinggi, sehingga sulit diserang musuh. Kota ini sering dijadikan tempat pertemuan para raja, pejabat militer, dan para pedagang. (Wahyu Kepada Rasul Yohanes, hal. 73).


Raja yang terkenal dari Sardis adalah raja Croesus yang sangat kaya raya. Dan juga kota Sardis adalah kota yang sangat kaya. Di kota ini ada pabrik kain dan pakaian dari bulu domba. Tapi yang lebih terkenal dari Sardis adalah emasnya karena sungai Pactolus yang mengalir melalui kota Sardis ternyata pasirnya mengandung emas yang berlimpah ruah.


Simon Kistemaker - Bahkan alam sendiri memberi sumbangsih bagi kota Sardis, karena Herodutus menulis mengenai Sungai Pactolus yang mengalir melalui kota ini, “Arusnya yang turun dari gunung Tmolus dan membawa sejumlah debu emas ke Sardis, mengalir langsung menuju tempat-tempat pemasaran di kota itu.”
Karena itu di Sardis juga terdapat industri pembuatan logam emas.





Semua ini membuat Sardis menjadi kota yang maju dan mewah pada abad ketujuh SM (700 tahun SM). Kekayaan dan keamanan Sardis ini membuat raja Croesus dan masyarakat Sardis begitu sombong. Ketika Solon, seorang bijaksana dari Yunani mengunjungi Sardis, Croesus menunjukkan semua kemewahan dan kejayaan Sardis kepadanya dan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa mengakhiri kejayaan Sardis.


Tidak puas dengan kekuasaannya, raja Croesus lalu berpikir untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan yang lain. Ia lalu berpikir untuk menyerang kerajaan Persia yang saat itu diperintah oleh raja Cyrus atau Koresh. Dan untuk menyerang Persia, ia harus menyeberangi sungai Halys. Croesus yang percaya pada hal-hal yang bersifat mistik lalu meminta petunjuk pada seorang dukun perempuan dari Delphi. Dan dukun itu lalu mengatakan satu kalimat pada Croesus : “Jika engkau menyeberangi sungai Halys, engkau akan menghancurkan sebuah kerajaan besar”. Croesus lalu mengartikan kalimat itu sebagai nubuatan bahwa ia akan menghancurkan kerajaan Persia yang besar itu. Croesus pun lalu menyerang Persia pada tahun 549 SM dan berkecambuklah perang besar antara dua kerajaan tersebut.



Di luar dugaan Croesus, ternyata pasukan Persia sangat kuat sehingga justru ialah yang terdesak dan melarikan diri kembali ke Sardis. Tetapi tentara Persia yang marah terus mengikuti / mengejar pasukan Sardis dan mengepung kota Sardis.


Tapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Sardis karena letak Sardis yang ada di atas bukit dengan tebing yang terjal yang sukar untuk didaki. Croesus juga menyadari hal ini dan karena itu ia dengan sangat tenang dan santai ada di dalam kota Sardis tanpa mempedulikan tentara Persia yang mengepung kota Sardis. Ia sangat yakin tentara Persia tidak mungkin bisa naik ke atas kota Sardis. Bahkan saking percaya akan keamanan Sardis, ia hanya menempatkan beberapa tentara yang duduk santai di tembok kota.

Pada satu malam topi dari salah satu tentara Sardis yang sementara berjaga di tembok kota jatuh ke luar tembok dan si tentara itu turun pun turun mengambil topinya melalui jalan rahasia dan melalui jalan itu juga ia kembali naik dan masuk ke dalam kota. Sialnya itu justru dilihat oleh tentara-tentara Persia yang lalu menjadi tahu adanya jalan rahasia menuju kota. Pada malam itu juga mereka segera masuk melalui jalan rahasia itu dan berhasil mencapainya. Alangkah kagetnya mereka bahwa dalam situasi perang seperti itu pun, tidak ada pengawalan khusus bagi kota Sardis. Semua itu menunjukkan betapa percaya dirinya Sardis akan keamanannya bahkan ketika musuh sementara mengepung mereka. Pada malam itu juga bala tentara Persia menyerang Sardis seperti rombongan pencuri dan membunuh Croesus serta menaklukkan kota yang sombong itu. Sardis pun jatuh ke tangan Persia pada tahun 549 SM. Sejak itu kota Sardis mulai mengalami kemunduran dan kemerosotan.

Beberapa dekade setelah itu muncul sebuah kekuatan baru di dunia yakni kerajaan Yunani di bawah pemerintahan Alexander Agung yang menaklukkan begitu banyak bangsa. Kerajaan Persia pun ditaklukan oleh Alexander Agung dan karena itu semua bangsa di bawah kekuasaan Persia berpindah ke tangan Yunani termasuk kota Sardis. Alexander Agung lalu mengubah kota Sardis menjadi sebuah kota Yunani.


Sebagaimana kita ketahui bahwa Alexander Agung meninggal pada usia muda tanpa meninggalkan seorang anak pun dan karena itu kerajaannya lalu dibagi kepada 4 orang jenderalnya dan kota Sardis diberikan kepada jenderal Anthiochus.

Tetapi sebelum Anthiochus berbuat apa-apa, Sardis telah direbut dan dikuasai oleh jenderal Achaeus. Anthiochus yang masih sibuk mengurusi daerah-daerah kekuasaannya yang lain untuk sementara tidak peduli dengan Sardis. Tetapi dari waktu ke waktu kekuasaan Achaeus makin kuat di Sardis. Anthiochus pun berikhtiar untuk merebut kembali Sardis dari tangan Achaeus.

Ketika bala tentara Anthiochus sudah mengepung kota Sardis, Achaeus yang begitu percaya pada keamanan kota Sardis sama sekali tidak gentar. Ia bahkan sangat santai karena yakin bahwa bala tentara Anthiochus tidak mungkin bisa mencapat kota Sardis yang dilinduingi tebing yang terjal dan licin itu. Sebuah keyakinan yang sama besarnya dengan keyakinan Croesus. Tetapi sejarah terulang kembali.


Anthiochus dan bala tentaranya akhirnya berhasil masuk dan menaklukkan kota ini melalui jalan rahasia yang pernah dilalui oleh tentara Persia. Sardis pun jatuh ke tangan Anthiochus. Ini terjadi pada tahun 218 SM.

Dari sejarah ini terlihat bahwa kota Sardis dua kali ditaklukkan oleh musuh karebna kesombongan dan keteledoran mereka yang karena terlalu percaya diri menjadi tidak waspada / berjaga-jaga. Untuk itu maka ada semacam keinginan masyarakat Sardis untuk berjaga-jaga sehingga peristiwa itu tidak terulang untuk yang ketiga kalinya. Untuk itu masyarakat Sardis menciptakan kata tertentu yang harus selalu diucapkan di antara mereka setiap kali mereka bertemu. Kata itu adalah “Berjaga-jaga!”.

Kata-kata itu lalu menjadi populer dan akhirnya menjadi semacam kata khusus bagi semua orang Sardis seperti kata “Merdeka…! “ yang sering digunakan masyarakat Indonesia pada zaman perjuangan melawan Belanda.

Kekuasaan Yunani di dunia akhirnya pudar dengan bangkitnya kekuatan baru yakni Romawi. Romawi menaklukkan Yunani dan secara otomatis semua daerah kekuasaan Yunani berpindah pada Romawi. Termasuk Sardis yang lalu dikuasai oleh pihak Romawi pada tahun 189 SM. Pihak Romawi lalu mengubah Sardis menjadi sebuah kota yang penting dalam perdagangan.


William Barclay – Ia adalah pusat perdagangan barang-barang dari wol; dan ada klaim bahwa seni mencelup wol diciptakan di sana. Sardis menjadi kota persidangan Romawi. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Wahyu 1-5, hal.170).


Sayangnya pada tahun 17 M sebuah gempa bumi besar terjadi dan meluluhlantakkan kota Sardis ini. Tetapi untungnya kaisar Romawi pada saat itu yakni kaisar Tiberius membantu membangun kembali kota itu dengan memberikan sumbangan sebesar 10.000.000 sester atau setara dengan 800.000 dolar AS atau Rp. 8.000.000.000 (8 M) dan membebaskan kota ini dari pajak selama 5 tahun. Sardis kembali bangkit lagi sebagai sebuah kota yang cukup maju pada abad pertama Masehi.




Pada masa itu ada komunitas Yahudi yang cukup besar tinggal di Sardis. Josephus mengatakan ada sekitar 2000 keluarga Yahudi dalam wilayah Asia Kecil dan sebagian menetap di kota Sardis di samping kota-kota lainnya di wilayah Asia Kecil. Orang Yahudi di Sardis ternyata juga kaya-kaya dan mempunyai pengaruh yang cukup besar di Sardis dan karena itu juga di kota Sardis ini mereka mendirikan sebuah Sinagoge Yahudi berukuran 80 x 20 meter yang puing-puingnya masih ada hingga sekarang. (Lihat gambar di samping dan di bawah).
Hasil rekonstruksi para arkeolog memperlihatkan baghwa Sinagoge ini dulunya berbentuk seperti gambar berikut :

Tentang jemaat Kristen di Sardis, tidak ada data sama sekali bagaimana munculnya gereja Kristen di sana dan siapa yang mendirikannya. Satu-satunya informasi tentang gereja / jemaat Sardis adalah yang kita baca dalam Wahyu pasal 3 ini. Saat ini gereja Sardis juga sudah tidak ada. Yang ada hanyalah puing-puingnya saja.

Kira-kira demikianlah sekilas tentang kota dan jemaat Sardis.

II. KONDISI ROHANI JEMAAT SARDIS SECARA UMUM.
Lalu bagaimana kondisi rohani dari jemaat Sardis ini? Kita bisa mengetahuinya dari kata-kata Tuhan sendiri tentang mereka.

a. Tuhan mengatakan bahwa mereka mati / hampir mati.


Wah 3:1b-2a – (1b) "…. Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! (2a) Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati,…”

Memang ayat 1b mengatakan “mati” tetapi dari ayat 2a mengatakan “hamper mati”. Ini tidak bertentangan! Mungkin kondisi gereja ini sudah begitu parah sehingga walaupun mereka masih hidup tetapi gejala kehidupan nyaris tidak kelihatan sehingga lalu dikatakan mati dalam 1b. Karena itu gereja ini bias disebut mati ataupun hampir mati. Dan bahasa seperti ini akan saya pakai dalam pembahasan point ini.

Jadi di sini Tuhan menilai gereja Sardis sebagai gereja yang mati secara rohani. Tetapi menariknya dalam kalimat sebelumnya dikatakan “engkau dikatakan hidup”. Siapakah yang mengatakan mereka hidup? Pasti bukan Tuhan karena Tuhan justru menilai mereka mati. Kalau begitu siapa yang menilai mereka hidup? Kelihatannya itu menunjuk pada penilaian orang lain terhadap mereka.

Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan berikut :

CEV – “… I know what you are doing. Everyone may think you are alive (Setiap orang mungkin berpikir bahwa engkau hidup), but you are dead.
ERV - "…."I know what you do. People say that you are alive (Orang berkatabahwa engkau hidup), but really you are dead.


Alkitab Bahasa Kupang – “…Beta su lia bosong pung bekin di Sardis sana. Ada orang yang bilang bosong batĂșl-batĂșl idop iko Beta pung mau, padahal bosong sama ke sonde ada pung idop.

Berarti gereja Sardis ini di mata orang-orang pada saat itu adalah gereja yang hidup. Mereka mendapatkan penilaian yang sangat positif dari masyarakat.


Mereka mempunyai reputasi yang baik di mata orang lain. Sayangnya adalah Tuhan menilai mereka secara berbeda dari penilaian orang lain. Tuhan anggap mereka mati!


Pulpit Commentary - Laodikia menipu dirinya sendiri, mengira bahwa ia kaya; tetapi tidak dikatakan bahwa ia menipu orang lain. Gereja ini, Sardis, menipu orang lain; ia dianggap oleh mereka sebagai betul-betul hidup, sekalipun sesungguhnya ia mati; dan sangat mungkin ia juga menipu dirinya sendiri.


Steve Gregg - Ini adalah satu dari dua gereja (yang satunya adalah Laodikia) yang tidak menerima pujian dari Tuhan. Satu-satunya hal yang baik tentang gereja ini secara keseluruhan (tanpa mempertimbangkan sisa yang menang, ay 4- 5) adalah reputasinya. Gereja ini terkenal hidup, tetapi dalam hal ini dinilai sangat terlalu tinggi.

Semua ini harus mengajarkan pada kita bahwa cara Tuhan menilai tidak seperti manusia menilai. Manusia bisa menilai baik tetapi bagi Tuhan jelek! Sebaliknya manusia bisa menilai jelek tetapi Tuhan menilai baik! Manusia menilai hidup tetapi Tuhan menilai mati! Sebaliknya manusia menilai mati tetapi Tuhan menilai hidup! Manusia bisa menilai kaya tetapi Tuhan menilai miskin!


Sebaliknya manusia bisa menilai miskin tetapi Tuhan menilai kaya! Mengapa penilaian Tuhan seringkali berbeda daripada penilaian manusia? Karena manusia biasa menilai apa yang kelihatan tetapi Tuhan menilai yang tidak kelihatan, bahkan jauh ke dalam hati.


1 Sam 16:7 – "…. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."


Luk 16:15 - Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.

Kalau memang penilaian Tuhan demikian, kira-kira bagaimana Tuhan menilai hidup saudara? Demikian pula bagaimana Tuhan menilai gereja kita? Bandingkan :


Wah 3:17 - Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.

Ada banyak gereja mempunyai reputasi yang baik di mata manusia dan mendapat penilaian positif dari kita di mana gedung gerejanya mentereng (besar dan mewah), ekonomi gerejanya mapan (rekening di bank mencapai milyaran rupiah), jemaatnya puluhan ribu, pendetanya hebat, pintar dan populer, organisasinya rapi, penyanyi dan pemusik serta paduan suaranya hebat, fasilitasnya lengkap, dll. Tetapi kira-kira bagaimana Tuhan menilainya? Kalau Tuhan harus menilai setiap gereja sekarang ini, saya yakin ada banyak gereja yang dianggap baik / hidup oleh kita akan dianggap jelek dan mati oleh Tuhan.

Di sini orang banyak menilai gereja Sardis sebagai gereja yang hidup tetapi Tuhan justu menilai mereka mati!

Tetapi apa yang menyebabkan Tuhan menilai gereja Sardis ini sebagai gereja yang mati?

1) Ada dosa yang hebat di dalam gereja ini.
Ini terlihat secara implisit dari ayat 4.

Wah 3:4 - Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.


WBTC - "Tetapi ada beberapa orang di antara kamu di Sardis yang tidak mencemarkan dirinya. Mereka akan berjalan bersama-sama dengan Aku. Mereka akan berpakaian putih karena mereka layak untuk itu.

Kata-kata ini secara implisit mengatakan bahwa sebagian besar dari jemaat telah mencemarkan pakaiannya / dirinya, yang menunjukkan bahwa dosa sudah masuk ke gereja ini. Ada yang berpendapat bahwa dosa ini adalah dosa perzinahan yang sangat umum di kota itu pada saat itu. Memang seringkali kata “mati” dikaitkan dengan dosa.


1 Tim 5:5-6 – (5) Sedangkan seorang janda yang benar-benar janda, yang ditinggalkan seorang diri, menaruh harapannya kepada Allah dan bertekun dalam permohonan dan doa siang malam. (6) Tetapi seorang janda yang hidup mewah dan berlebih-lebihan, ia sudah mati selagi hidup.


Luk 15:24 - Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.

Efs 2:1 - Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosadosamu. Karena itu sangat masuk akal bahwa di sini Tuhan mengatakan gereja Sardis ini mati / hampir mati karena ada dosa yang sangat menyolok di dalam jemaat itu.


Ini perlu diperhatikan! Tidak peduli gereja kita seperti apa, reputasinya di mana manusia seperti apa, tetapi kalau di dalam gereja itu ada suatu dosa yang mengikat dan menjalar di dalamnya dan tidak diselesaikan, Tuhan menilai gereja itu mati! Ini juga bisa berlaku bagi hidup kita secara pribadi.


Tidak peduli orang menilai kita secara pribadi bagaimana, tapi kalau ada dosa yang mengikat kita dan kita hidup di dalamnya, Tuhan bisa anggap kita mati / hampir mati.


2) Hilangnya motivasi mula-mula.
Tuhan juga bisa menganggap suatu gereja atau seseorang mati / hampir mati secara rohani apabila gereja / orang itu telah kehilangan motivasi yang mula-mula.

Steve Gregg - Sekali suatu gereja mendapatkan reputasi yang baik di mata umum, adalah mungkin untuk secara mekanis meneruskan aktivitas yang sama tetapi kehilangan motivasi mula-mula yang membuatnya besar.

Dorongan / motivasi untuk perbuatan baik bisa bergeser dari suatu keinginan untuk melayani dan menyenangkan Allah kepada sekedar suatu keinginan untuk mempertahankan penampilan umum yang baik yang telah dinikmati oleh gereja.


Maksud dari Steve Gregg di sini adalah bahwa gereja / orang telah bergeser dari motivasinya mula-mula yakni bekerja untuk menyenangkan Tuhan menjadi bekerja karena memang harus bekerja. Atau bekerja demi menyenangkan manusia.


Camkan ini! Jikalau pekerjaan pelayan kita tidak lagi didasarkan pada motivasi untuk menyenangkan Tuhan, melainkan hanya supaya segala sesuatu berjalan seharusnya atau supaya menyenangkan manusia, maka di mata Tuhan kita dianggap mati / hampir mati. Mengapa? Karena gereja / orang Kristen di dalam melakukan apa pun motivasi dan tujuannya haruslah untuk memuliakan Tuhan.


1 Kor 10:31 – “…Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Karena itu kalau gereja / orang Kristen sudah tidak lagi mempunyai motivasi / tujuan untuk memuliakan / menyenangkan Tuhan, pada dasarnya gereja itu sudah hampir mati.

Pada waktu menulis khotbah ini saya lalu mengoreksi diri. Apakah khotbah-khotbah yang saya buat dengan semangat ini adalah untuk menyenangkan Allah atau karena memang sudah seharusnya saya lakukan ini? Atau bahkan supaya orang menjadi senang dengan saya? Saya harus kembali pada motivasi mula-mula yang ingin menyenangkan Tuhan lewat pemberitaanpemberitaan saya.

Contoh nyata tentang orang yang melakukan pekerjaan yang kelihatannya sangat rohani tetapi tidak untuk memuliakan Tuhan adalah raja Herodes Agung.

Karena lobi politiknya hebat maka pemerintah Romawi lalu mengangkat dia menjadi raja atas wilayah Yudea tetapi sebenarnya orang Yahudi sama sekali tidak menyukainya karena dia sebenarnya bukan asli orang Yahudi. Ayahnya orang Idumea (keturunan Edom) sedangkan ibunya orang Arab. Untuk mendapatkan simpati rakyat maka Herodes Agung menikah dengan cucu dari Imam Besar Yohanes Hycarnus yang bernama Mariamne.

Tapi orang Yahudi tetap tidak suka dengan dia. Herodes tidak kehilangan akal. Pada saat terjadi bencana kekeringan, dia mengambil hati rakyat dengan cara membuatkan saluran air yang namanya ”AQUADUC” yang panjangnya sekitar 10 km membentang sepanjang kota Kaisarea yang mengalirkan air dari sumber air Shummy untuk ditampung di bak-bak penampungan air yang dapat digunakan oleh rakyat. Orang Yahudi menikmati airnya tetapi tetap tidak suka dengan Herodes.


Pernah satu ketika di tahun 25 SM, ada musibah kelaparan melanda negerinya. Pada saat itu Herodes memakai semua emas dan perak dari istananya untuk membeli gandum dari Mesir dan memberi makan kepada rakyatnya yang kelaparan. Ia juga pernah meringankan pajak dari sehingga rakyat bisa hidup lebih baik. Lagi-lagi orang Yahudi menikmati semua itu tapi tidak menerima Herodes. Herodes terus berusaha mendapatkan hati orang Yahudi dengan cara membangun gedung teater di Kaisarea untuk menjadi pusat hiburan rakyat pada masa itu.

Dan sekali lagi tetap sama. Orang Yahudi menikmati teaternya tapi tetap menolak Herodes. Akhirnya Herodes berpikir, apakah yang paling penting bagi orang Yahudi? Ia lalu tahu bahwa orang Yahudi sangat menghargai Bait Allah. Karena itu ia lalu membuat sebuah mega proyek yakni renovasi Bait Allah. Ia mula-mula merobohkan Bait Allah II yang dibangun pada zaman Ezra-Nehemia, lalu ia membangun suatu Bait Allah baru.


Lukas Tjandra – Saat itu dia telah memakai 1000 buah kereta untuk mengangkut batu-batuan dan kayu, 10.000 orang buruh yang mempersiapkan bahan bangunan, dan 1000 orang imam yang mahir di bidang arsitek menjadi pengawas proyek. (Latar Belakang PB 1, hal. 150).

Bait Allah Herodes ini selesai dikerjakan dalam waktu 10 tahun dan sudah bisa dipakai untuk beribadah. Tapi rupanya orang Yahudi yang pada dasarnya sudah tidak senang pada Herodes itu lalu membandingbandingkan Bait Allah itu dengan istana Herodes dengan mengatakan bahwa bagaimana mungkin Herodes membangun Bait Allah yang kalah megah dengan istananya sendiri?

Mendengar itu Herodes lalu mengatakan bahwa pembangunan belum selesai. Herodes lalu terus mengadakan perubahan-perubahan, penambahanpenambahan dan penyempurnaan selama 36 tahun setelah itu. Sehingga total waktu seluruhnya yang dibutuhkan adalah 46 tahun.


Yoh 2:20 - Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Akhirnya Bait Allah Herodes ini menjadi Bait Allah termewah/termegah dari 2 Bait Allah yang dimiliki orang Israel sebelumnya (zaman Salomo dan Ezra- Nehemia).

Lukas Tjandra – Emas murni dan batu pualam/marmer membuatnya berkilauan, bahkan Bait Allah yang dulu dibangun oleh Salomo pun tidak dapat menandinginya. Sebab itu pada masa itu terdapat sebuah pepatah yang berbunyi : ”Barangsiapa belum pernah menyaksikan Bait Allah yang dibangun Herodes, berarti dia belum pernah menyaksikan sesuatu yang sungguhsungguh indah” (Latar Belakang PB 1, hal. 151).


Bandingkan :
Mark 13:1 - Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada- Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!"



Jadi di sini kita bisa melihat bahwa Herodes adalah orang yang sangat berjasa di dalam membangun Rumah Tuhan. Tetapi apa motivasinya? Jelas bukan untuk kemuliaan Tuhan! Dia melakukan itu demi menyenangkan orang Yahudi dan untuk kepentingan politiknya saja! Karena itu kalau ada orang yang melakukan suatu pelayanan yang seolah-olah untuk Tuhan tetapi sebanarnya itu demi kepentingan politiknya saja dan bukan untuk Tuhan, dia tidak ada bedanya dengan Herodes. Dari sudut pandang kekristenan, semua pekerjaan Herodes selama 46 tahun dengan semua biaya dan tenaga yang telah dia keluarkan tetap harus dianggap tidak sempurna di hadapan Tuhan!
Karena itu marilah kita kembali memperbaharui motivasi pelayanan kita. Bukan karena rutinitas, bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi untuk menyenangkan Tuhan. Kecuali itu, Tuhan akan menilai tidak berbeda dengan jemaat Sardis, hampir mati!

Perlu juga diingat bahwa kalau kita sehebat-hebatnya kita, kita tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang. Bahkan Yesus saja tidak bias melakukan itu! Karena itu jangan pernah kita melayani hanya untuk menyenangkan hati manusia!


b. Tuhan mengatakan bahwa tidak ada pekerjaan mereka yang sempurna.


Wah 3:2 - Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satu pun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. Apa maksudnya pekerjaan mereka tidak ada yang sempurna? Kata “sempurna” di sini bisa diterjemahkan dari bahasa Yunani “PLEROO” yang bisa berarti “lengkap”. Jadi artinya Tuhan tidak mendapati satu pekerjaan mereka pun yang lengkap.

CEV – “….I have found that you are not completely obeying God
DRB - “…For I find not thy works full before my God.

Lalu apa maksudnya?
Jakob P.D. Groen – Semua pekerjaan yang mereka lakukan pada dasarnya salah di hadapan Allah. Semuanya kurang baik. Walaupun ada kegiatan sehingga Sardis dipuji jemaat-jemaat lain, namun isinya tidak penuh, dianggap kurang dan adakalanya dianggap kosong. (Aku Datang Segera, hal. 61).


Karena itu saudara, kalau saudara melakukan pelayanan asal-asal saja, itu jelas tidak memuaskan Tuhan. Tuhan anggap itu tidak sempurna! Ini juga bias dikaitkan dengan seberapa besar talenta atau karunia yang Tuhan berikan pada saudara. Kalau saudara melakukannya asal-asalan padahal saudara seharusnya bisa melakukan lebih daripada itu, Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna. Misalnya saudara sudah bernyanyi dan bagus tetapi sebenarnya saudara bisa bernyanyi lebih bagus dari itu. Tapi kalau saudara tidak melakukannya, Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna! Saudara bermain musik dan bagus. Tetapi sebenarnya saudara bisa bermain lebih bagus dari itu tetapi kalau saudara tidak melakukannya. Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna! Saya bisa berkhotbah dan mengajar, tetapi kalau saya tidak melakukannya sampai batas yang saya bisa, Tuhan anggap pelayanan saya tidak sempurna! Kalau saudara memberikan persembahan Rp. 100.000 padahal sebenarnya saudara sangat mampu untuk memberikan 500.000, maka Tuhan anggap pelayanan saudara tidak sempurna!, dll. Coba pikirkan, apakah pelayanan saudara di hadapan Tuhan sempurna atau tidak? Tetapi kata ini juga bisa berarti lain.

James B. Ramsey - Kata itu berarti ‘dipenuhi’, ‘lengkap’; pekerjaan mereka kekurangan beberapa eleman yang hakiki / penting yang membuat mereka sesuai dengan namanya.


Maksud Ramsey adalah apabila sesuatu tindakan kehilangan nilai hakiki dari tindakan itu, maka tindakan itu tidak layak dinamakan seperti namanya lagi.


Contohnya : Saudara memberikan persembahan tetapi tanpa kerelaan / kasih. Berarti elemen kerelaan dan kasih hilang dari tindakan memberikan persembahan itu. Dengan demikian itu lalu tidak dianggap sebagai persembahan lagi! Pelayanan yang dilakukan untuk menunjukkan betapa rohaninya dirinya sendiri, atau yang dilakukan dengan terpaksa, atau yang dilakukan dengan asal-asalan, itu membuat apa yang dilakukan tidak bias dianggap sebagai pelayanan lagi. Jadi di sini Tuhan menilai pekerjaan gereja Sardis tidak sempurna di hadapan-Nya.


Theodore H. Epp - Allah tidak dapat ditipu atau dipengaruhi oleh perbuatan lahiriah yang kita lakukan. Ia mengetahui hati kita dan Ia juga mengetahui bahwa sejumlah besar aktivitas-aktivitas Kristen masa kini sebenarnya kosong belaka dan tidak berarti sama sekali.

Leon Morris - Gereja ini mungkin telah menyenangkan orang, tetapi ia tidak menyenangkan Allah. (Tyndale Bible Commentary, hal. 76).

Ya, berapa banyak kita yang tidak melayani sungguh-sungguh di hadapan Tuhan? Berapa banyak pelayanan kita yang asal-asalan? Berapa banyak pelayanan kita yang hanya untuk memuaskan / menyenangkan manusia? Ingat, Tuhan anggap semua itu tidak sempurna! Dan kalau Tuhan tidak mendapati satu pun pelayanan kita sempurna, maka di mana Tuhan kita dianggap mati / hampir mati seperti halnya jemaat Sardis.
- AMIN -

1 comment:

  1. Mantap latar belakang dan sejarahnya lengkap, tpi eksposisi ayatnya malah kurang.

    ReplyDelete