Oleh : Keith Krell, Ph.D
Apakah anda memiliki SIM? Jika ya, anda pasti memahami bahwa musim dingin adalah masa yang paling berbahaya dalam tahun untuk mengemudi. Salju, es, dan badai salju membuat mengemudi secara khusus menjadi berbahaya. Ini sebabnya musim salju merupakan saat paling berbahaya, bukankah demikian? Salah! Sekalipun mayoritas orang pada survei 2010 lalu memilih musim dingin sebagai saat yang paling berbahaya untuk berada di jalan raya, keyakinan ini tidak didukung dengan bukti. Malahan, musim panas merupakan musim yang paling berbahaya untuk berada di jalan raya, dimana Empat Juli menjadi hari yang paling berbahaya untuk mengemudi dalam sebuah tahun. Para pakar menyatakan bahwa hal ini mungkin disebabkan jalan-jalan yang lebih padat, para supir yang pulang berlibur, dan kebiasaan meminum minuman beralkohol. Peneliti yang memimpin survei ini berkata “Kita mengkuatirkan mengemudi di musim dingin, tetapi membiarkan kewaspadaan kita menurun di hari-hari libur musim panas, ketika kejadian-kejadian fatal paling mungkin untuk terjadi.”[ SermonNews, “Drivers Mistakenly Believe Winter Most Dangerous.” Source: Science Daily, 6/28/2010, anonymous.].
Kepercayaan-kepercayaan salah apakah yang anda pegang? Ide-ide apa yang anda adopsi berlawanan dengan Kitab suci? Pernahkah anda berpikir bahwa dosa anda demikian besar untuk disembunyikan dari Tuhan? Berangkali anda bertanya-tanya apakah Tuhan akan pernah mau mengasihi dan mengampuni seseorang seperti anda. Pernahkah anda merasa begitu terbelenggu oleh dosamu sehingga anda membenarkannya baik secara mental dan verbal?
Satu area yang pasti dimana kita salah
adalah dalam hal bagaimana kita memandang diri kita sendiri dalam hubungan dengan Tuhan. Begitu mudahnya
untuk memikirkan pikiran-pikiran
tertentu mengenai diri kita dan Tuhan yang tidak selaras dengan Alkitab. Karena itu secara konstan kita harus kembali
kepada Firman Tuhan dan menentukan apa yang dikatakan firman Tuhan. Pada Roma 3:1-8[Beragam penafsir melihat bagian ini
berlanjut hingga ke Roma 3:9. Lihat
Matthew Black, Romans. The New Century Bible Commentary (Grand
Rapids: Eerdmans, 1973), 63-64; Paul Barnett, Romans: The Revelation of
God’s Righteousness (Scotland, UK: Christian Focus, 2003), 67-68; Michael
Eaton, Romans. Preaching Through the Bible (Kent, UK: Sovereign World
Trust, 2010), 55. ] Paulus
berkata : Berpikirlah secara benar
mengenai dirimu dan Tuhan [Stott secara tepat menyatakan: “ metode Paulus dalam menangani
keberatan-keberatan orang Yahudi terhadap pengajarannya mengambil sebuah bentuk
‘diatribe’-kritisme yang satir, sebagaimana yang telah kita lihat— sebuah
konvensi sastra yang dikenal baik oleh para filsuf di dunia kuno. Dalam metoda ini
seorang guru akan membangun sebuah dialog dengan kritik-kritiknya atau
siswa-siswanya, pertama-tama mengajukannya dan kemudian menjawab
pertanyaan-pertanyaannya. Paulus telah mulai menggunakan aliran ini ketika dia
menjelaskan baik kriktik terhadap
moralis (2:1f) dan orang Yahudi (2:17f); tetapi kini dia mengembangkannya lebih
jauh. Tidak perlu untuk menduga bahwa lawan debatnya adalah imajiner atau debat
yang dilakukannya adalah fiktif. Lebih
mungkin bahwa dia sedang merekonstruksikan argument-argumen aktual yang dilemparkan
oleh orang-orang Yahudi padanya selama evengelisasinya di sinagog.” Baca John R. W. Stott, Romans: God’s Good News
for the World (Downers Grove: IVP, 1994), 95.]. Sebelum kita
mempelajari teks ini, mari kita meninjau bagaimana kita sampai disini. Dalam
Roma 1:1-17 Paulus menyampaikan sebuah
pengantar dimana dia membagikan pelayanannya, misinya, dan tema dari kitab
Roma. Pada Roma 1:18-32, Paulus telah
mengecam dosa yang nyata pada orang-orang bukan Yahudi. Kemudian pada bab 2. Paulus menyerang kepatuhan palsu
pada orang-orang Yahudi. Sekarang pada
Roma 3:1-8, Paulus mengangkat dan menjawab empat keberatan bahwa seorang Yahudi dapat ditawarkan
untuk melepaskan diri keluar dari putusan bersalah yang telah diucapkan oleh
Paulus padanya dalam bab 2[Thomas L. Constable, “Notes on Romans” (2010 ed.): www.soniclight.com/constable/notes/pdf/romans.pdf, 33. Knight menuliskan, “Pada permulaan
bab 3 kita dapat mengharapkan Paulus
untuk merangkumkan kesimpulan-kesimpulan
bab 1 dan 2. Akan tetapi, dia akan baru akan melakukannya di Roma 3:9-20, tetapi
pertama-tama dia harus mengajukan delapan ayat
yang memberikan contoh penyimpangan. Perkataan terus terangnya tentang
orang Yahudi telah memunculkan sejumlah pertanyaan serius. Sehingga rasul
Paulus mengambil waktu untuk menjawab
empat keberatan ini.” George R. Knight, Exploring Romans: A Devotional
Commentary (Hagerstown, MD: Review and Herald, 2010), 73. Moo secara tepat
berkomentar terkait nas ini: “Penafsir yang tidak berhati-hati mendekati
paragaf ini dengan berpikir untuk menemukan sesuatu ketimbang untuk memahaminya
setelah melalui pusaran eksegetis pada Roma 2 dan sebelum badai-badai teologis pada Roma 3:21. Dia dengan segera
menyadari … klaim keadilan yang digelembungkan: pada paragraf Roma 3:1-8 merupakan ‘salah satu yang paling sulit,
berangkali, dalam Epistel ini.’” Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans.
New International Commentary of the New Testament (Grand Rapids: Eerdmans,
1996), 177-78. Sebagaimana Moo (180) dengan tepat merangkumkanya, “Dipahami
secara keseluruhan… nas tersebut menegaskan keberlanjutan kesetiaan Tuhan
terhadap umat perjanjian-Nya dan berpendapat bahwa kesetiaan ini tidak
menghalangi Tuhan dalam cara yang bagaimanapun untuk mengadili orang-orang
Yahudi.” Saya suka bagaimana Piper mengungkapkan hal ini: “Otakku nyaris pecah
berupaya untuk memahami kompleksitas pada paragraf tersebut [Roma 3:1-8].” John
Piper, Brothers, We Are Not Professionals (Nashville: Broadman &
Holman, 2002), 98.]. Dalam delapan ayat ini, Paulus menyajikan dua
kontras antara manusia dan Tuhan.
1. Kita Tidak Setia,
Tetapi Tuhan Setia (Roma 3:1-4)
[Pengamatan Deffinbaugh : “Teks tersebut terbagi dalam dua bagian, ayat 1-4 dan ayat 5-8. Ada beberapa indikasi akan pembagian semacam ini yang berasal dari teks itu sendiri.Dalam ayat 1-4, kata-kerja –kata kerja cenderung dalam bentuk masa lampau; dalam ayat 5-8, kata kerja yang digunakan didominasi dalam bentuk masa kini. Dalam ayat 1-4, Paulus sedang berbicara mengenai orang-orang Yahudi dalam bentuk orang ketiga (“mereka”); dalam ayat 5-8, Paulus beralih ke bentuk orang pertama (“kita,” “kami”). Dalam ayat 1-4, Paulus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ‘dapat diterima’ , dan hasilnya adalah pernyataan prinsip-prinsip biblikal. Dalam ayat 5-8, Paulus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat tidak pantas dan yang menyingkapkan dosa orang yang menanyakan mereka. Hasil dari ayat 5-8 Paulus melihat perlu untuk mengkualifikasi pertanyaannya (“Aku berkata sebagai manusia,” ayat 5). Apa yang dihasilkan dari ayat 5-8 adalah kesadaran akan betapa jahatnya, dalam sikap dan penerapan, orang-orang Yahudi tersebut, sebagai yang telah dinyatakan oleh penyimpangan-penyimpangan akan kebenaran Tuhan didalam pikiran dan perbuatan mereka.”. Bob Deffinbaugh, “Condemning Questions” (Rom 3:1-8): www.bible.org/seriespage/condemning-questions-romans-31-8.].
[Pengamatan Deffinbaugh : “Teks tersebut terbagi dalam dua bagian, ayat 1-4 dan ayat 5-8. Ada beberapa indikasi akan pembagian semacam ini yang berasal dari teks itu sendiri.Dalam ayat 1-4, kata-kerja –kata kerja cenderung dalam bentuk masa lampau; dalam ayat 5-8, kata kerja yang digunakan didominasi dalam bentuk masa kini. Dalam ayat 1-4, Paulus sedang berbicara mengenai orang-orang Yahudi dalam bentuk orang ketiga (“mereka”); dalam ayat 5-8, Paulus beralih ke bentuk orang pertama (“kita,” “kami”). Dalam ayat 1-4, Paulus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang ‘dapat diterima’ , dan hasilnya adalah pernyataan prinsip-prinsip biblikal. Dalam ayat 5-8, Paulus menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat tidak pantas dan yang menyingkapkan dosa orang yang menanyakan mereka. Hasil dari ayat 5-8 Paulus melihat perlu untuk mengkualifikasi pertanyaannya (“Aku berkata sebagai manusia,” ayat 5). Apa yang dihasilkan dari ayat 5-8 adalah kesadaran akan betapa jahatnya, dalam sikap dan penerapan, orang-orang Yahudi tersebut, sebagai yang telah dinyatakan oleh penyimpangan-penyimpangan akan kebenaran Tuhan didalam pikiran dan perbuatan mereka.”. Bob Deffinbaugh, “Condemning Questions” (Rom 3:1-8): www.bible.org/seriespage/condemning-questions-romans-31-8.].
Kesetiaan Tuhan telah menjadi sudut tinjauan yang luar biasa kuatnya dalam bagian ini.
Pernyataan-pernyataan Paulus kepada orang-orang Yahudi dalam bab 2 dapat
dipahami bahwa: tidak ada keuntungan menjadi
seorang Yahudi. Jadi Roma 3:1 dibuka dengan sebuah pertanyaan “Lantas apakah keunggulan[Analisa Lopez : “What
advantage (Ti oun) [‘Apakah keunggulannya (Ti Oun)], juga diterjamahkan ‘lalu bagaimana,’ muncul
dalam kitab Roma dua belas kali. Kat ini
digunakan oleh Paulus sebagai sebuah frasa
teknis, untuk mentransisi dengan memunculkan sebuah pertanyaan mengenai sebuah hal yang teah diajarkan
sebelumnya, untuk melanjut pada argumennya yang selanjutnya (bandingkan
dengan 3:1, 9; 4:1; 6:1, 15, 21; 7:7;
8:31; 9:14, 19, 30; 11:7). Kemudian
seorang Yahudi dapat berpikir secara
logis, ‘Mengapa melakukan sunat manakala orang-orang bukan Yahudi yang tidak disunat dapat dipandang sebagai orang
yang bersunat? Jadi, jika menjadi
seorang Yahudi secara rohaniah itulah yang diperhitungkan, lalu
dimanakah keistimewaannya (bandingkan dengan Roma 9:4-5) dan keuntungan dari menjadi sebuah suku (2:17-24) dan yang disunat (2:25-29)?’ Penyunatan
merupkan sebuah tanda perjanjian (Kejadian 17) diindikasikan dengan pemberian banyak keuntungan.” RenĂ© A. Lopez, Romans
Unlocked: Power to Deliver (Springfield, MO: 21st Century
Press, 2005), 67-68.] yang dimiliki
orang Yahudi? Atau apakah manfaat[Schreiner berpendapat bahwa kata kerja opheleo
dalam Rom 2:25 menyatakan “menyimpan
keuntungan,” dan makna ini kelihatannya merupakan konotasi sama yang dihadirkan
kata benda opheleia dalam Roma 3:1. Thomas Schreiner, Romans.
Baker Exegetical Commentary on the New Testament (Grand Rapids: Baker, 1998),
147.] dari
penyunatan?” Walaupun ada dua pertanyaan dalam hampir semua Alkitab
versi bahasa Inggris, hanya ada satu pertanyaan dalam teks Yunani. (Terjemahan
ini direfleksikan dalam versi NET,NIV dan NKJV). Membahasakan kembali
pertanyaan ini, Paulus bertanya, “Jika orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi bersalah dihadapan Tuhan, apakah
keuntungan/keunggulan yang ada dengan menjadi seorang Yahudi, terutama menjadi
yang disunat?” Hari ini kita dapat berkata,” Jika tidak ada yang didapatkan dengan membaca
Alkitab dan pergi ke gereja, mengapa peduli?” Paulus menjawab pertanyaan ini
dalam Roma 3:2 ketika dia menjawab, “Banyak sekali, dan di dalam segala hal.
Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah.”
Paulus menegaskan bahwa ada banyak
keuntungan-keuntungan besar menjadi seorang yang beretnis Yahudi[Lihat Ulangan
7:6-8 dan Amos 3:1-2. Paulus kemudian
akan menjabarkan keuntungan orang Yahudi dalam Rom 9:4-5, menjeskan bahwa Israel juga telah
diadopsi, memiliki kemuliaan,perjanjian-perjanjian, yang diberikan Hukum,pelayan
Tuhan,dan memiliki janji-janji. Namun disini, Paulus semata menyatakan bahwa
mereka menjadi pemelihara Firman yang disampaikan Tuhan (lihat Ulangan 4:7-8 dan Maz 147:19-20).], disini Paulus
hanya hanya menyampaikan keuntungan yang
paling penting (“yang terutama dari semuanya”): “mereka telah dipercayakan dengan firman-firman yang disampaikan Tuhan”[
Paulus
menggunakan protos (“pertama”) dalam
Rom 1:8, tetapi tanpa butir
kedua disebutkan. Paulus melakukan hal yang sama disini. BDAG protos 2:
“Pertama dalam hal yang terkemuka atau yang bersifat penting.” Contra Moo
182.]. Frasa “firman Tuhan”[ Ungkapan yang tidak
umum ini ditemukan hanya tiga kali dalam Perjanjian Baru (Kisah 7:38;
Ibrani 5:12; 1 Pet 4:11).],nampaknya merupakan sebuah rujukan terhadap
Perjanjian Lama[Eaton menuliskan, “Kitab suci
menjadi bernilai karena merupakan “firman Tuhan”, wahyu-wahyu,diberikan
secara supernatural dari Tuhan.” Michael Eaton, Romans: A Practical
Exposition.], secara spesifik teks-teks yang merujuk pada keselamatan Israel dimasa
depan[Schreiner,
Romans, 148-49 menyatakan bahwa “janji-janji keselamatan bagi Israel
adalah hal paling tinggi dalam benak Paulus. Keuntungan tidak semestinya
dibatasi semata pada kepemilikan
firman-firman Tuhan dan pelayanan yang dituntut karena kepemilikan firman-firman
tersebut.Ini hampir-hampir tidak mengajukan argumen di luar bab 2 karena
kepemilikan Hukum oleh Israel, sekalipun dalam beberapa hal merupakan
keuntungan, hanya memastikan bahwa Israel akan dihakimi karena kegagalan mereka
mereka untuk mematuhi hokum itu. Sebaliknya Paulus mendeklarasikan sesuatu yang
lebih mendalam mengenai “menyelamatkan
keuntungan” yaitu apa yang telah
dimiliki: mereka memiliki janji-janji dari Tuhan untuk memastikan keselamatan
mereka di masa mendatang.” Kata logion
(“firman-firman”) digunakan dalam LXX (Perjanjian Lama dalam bahasa Yunani) untuk kata firman Tuhan (bandingkan dengan Bil 24:4, 16; Ulangan 33:9; Maz 119:67; Yesaya
5:24; 28:13). Kata ini secara konsisten digunakan dalam pengertian yang sama
dalam Perjanjian Baru (bandingkan dengan Kisah 7:38; Ibrani 5:12; 1 Pet 4:11). Moo, Epistle
to the Romans, 183; Thomas Schreiner, Romans. Baker Exegetical
Commentary on the New Testament (Grand Rapids: Baker, 1998), 148-9; Stott, Romans,
96; Barnett, Romans, 65. Johnson memahami “firman Tuhan” untuk merujuk pada
janji-janji Abrahamik and
profetik mengenai seorang Mesias. Alan F. Johnson, Romans.
Everyman’s Bible Commentary (Chicago: Moody, 2000), 59.]. Akan tetapi,
keistimewaan orang-orang Yahudi jauh
lebih besar dari sekedar memiliki pewahyuan dari Tuhan. Mereka tidak hanya memiliki
firman-firman Perjanjian Lama; mereka telah “dipercayakan” pisteuo)
menerima firman-firman, Ini bermakna bahwa kitab suci tidak diberikan kepada
bangsa Yahudi untuk diri mereka sendiri. Mereka telah diberikan untuk dipelajari
dan juga dibagikan[Harrison dan Hagner menyatakan:
“Menjadi ‘dipercayakan’ dengan
firman-firman Tuhan bermakna lebih daripada penerima firman-firman itu. Ini
bahkan bermakna lebih daripada menjadi pemelihara dan penyebar firman. Inilah
apa yang disebut, dalam terang makna kata Logia, iman dan kepatuhan.” Everett F. Harrison and
Donald A. Hagner, “Romans” in the Revised Expositors Bible Commentary (Grand
Rapids: Zondervan, 2008), 62.]. Jika anda ingat, amanat agung Tuhan yang
pertama didapatkan dalam Kejadian 12:1-3 ketika Tuhan menyatakan Abraham
menjadi sebuah berkat bagi semua manusia di bumi. Sayangnya,
sebagaimana kita ketahui, orang Yahudi tidak setia dan gagal memenuhi panggilan
Tuhan[Orang-orang
Yahudi memiliki sebuah keunggulan yang hebat dengan memiliki firman-firman
Perjanjian Lama karena firman-firman
tersebut telah menguraikan jalan
kebenaran keselamatan. Paulus menuliskan, “Dan Kitab Suci (Perjanjian Lama),
yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi
oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham:
"Olehmu segala bangsa akan
diberkati."’” (Gal 3:8). ] .
Bayangkan bahwa listrik pada auditorium
gereja kita padam dan gedung kita dipenuhi dengan titik-titik api. Kita semua dalam keadaan putus asa harus menyelamatkan diri dari gedung ini sebelum
kita semua terbakar habis. Tetapi hanya satu orang yang memiliki lampu senter-saya.[Menghidupkan
lampu senter.] bukan menggunakannya untuk menolong dirimu menemukan jalan
keluar dan meloloskan diri, saya sibuk mempelajari kompleksitas kitab suci[Yesus
menyebut
hal ini “berusaha mengusir nyamuk,dan menelan unta” (Matt 23:24 ESV).]. Bukankah hal ini menggelikan? Saya dapat gagal menggunakan pengetahuanku dan sumber daya- sumber daya
untuk kesejahteraan dirimu. Sama seperti
hal ini, walaupun orang-orang Yahudi memiliki sebuah keunggulan atau keuntungan
yang luar biasa dengan memiliki Hukum, Paulus berkata mereka telah gagal menggunakan hokum itu sebagaimana
mestinya[ Ilustrasi
ini telah diadaptasi dan direvisi dari Ray Stedman, “Total Wipeout” (Rom 3:1-20):
www.pbc.org/files/messages/4644/3506.html.].
Keuntungan terbesar menjadi seorang Yahudi adalah paparan Perjanjian Lama yang
diterima oleh bangsa ini sejak mereka
berusia sangat dini. Firman-firman Perjanjian Lama ini telah diberikan kepada
orang-orang Yahudi untuk menunjuk kepada Yesus. Sama juga dengan hal ini,
merupakan salah satu dari macam-macam keisitimewan menjadi seseorang yang dibesarkan
dalam sebuah keluarga Kristen. Lebih lama saya menjadi seorang Kristen, semakin
lebih bersyukur saya bahwa orang tuaku telah membesarkanku dalam Kristus.
Kenangan-kenanganku paling dini adalah
orang tuaku yang membacakan firman Tuhan
kepada saudara laki-lakiku dan diriku. Dengan membaca firman Tuhan kepada kami
sejak masa kanak-kanak, Tuhan telah menggunakan
Ayah dan Ibuku untuk meyakinkan kami bahwa kita adalah orang-orang berdosa
yang dalam kebutuhan akan seorang Juru
selamat. Orang tuaku menuntun saudara laki-lakiku dan aku untuk berpikir secara
benar tentang dosa dan Tuhan.
Para orang tua, ini semestinya menjadi agenda utamamu. Tidak ada yang
lebih penting dalam hidup ini daripada membagikan Yesus dengan anak-anakmu.
Jangan pernah termakan dengan kebohongan bahwa mereka harus menemukan jalan spiritual
mereka sendiri dan sampai pada kesimpulan-kesimpulan
mereka sendiri. Jika anda tidak mempengaruhi anak-anakmu, saya dapat pastikan
pada anda bahwa seseorang lain akan melakukannya. Bantulah anak-anak anda untuk
memahami dosa-dosa mereka. Jelaskanlah kepada mereka bahwa mereka telah
kehilangan tanda kesempurnaan Tuhan (bahwa mereka telah berdosa dalam
perbuatan-perbuatan mereka, kata-kata, pikiran-pikiran, motif-motif, dan
sikap-sikap). Bawahlah mereka merendah sehingga mereka akan memandang pada
Kristus. Inilah panggilan anda sebagai orang tua.
Selanjutnya
: Sebagai Orang Percaya, Anda TelahDipercayakan dengan Firman Tuhan
Don’t Even Go There! (Romans 3:1-8) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
Don’t Even Go There! (Romans 3:1-8) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora
No comments:
Post a Comment