Pages

02 February 2013

Peringatan Rasul Petrus :Nubuat-Nubuat dalam Kitab Suci Tidak Boleh Ditafsirkan Sembarangan (Bagian 2 SELESAI)

Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini


Oleh : Bob Deffinbaugh, Th.M






Bahaya Polusi Nubuatan

2 Petrus 1:20-21
Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.


Firman Tuhan adalah “terang” Tuhan bagi manusia. Petrus telah memperingatkan kita  mengenai  percaya kepada “dongeng-dongeng yang disajikan secara  cerdik” dari manusia, sebagai hal yang bertentangan dengan  “nubuatan-nubuatan dari Firman Tuhan yang “lebih pasti.” Sementara  beberapa dongeng manusia itu membawa pada kesesatan melalui “nubuat-nubuat” lain dan bukan yang berasal dari Firman Tuhan, sehingga adalah juga mungkin bagi manusia untuk mengajarkan kepalsuan  dengan mendistorsikan nas-nas firman Tuhan. Inilah bahaya yang sedang diulas oleh Petrus dalam ayat 20 dan 21. Dia akan kembali berbicara mengenai distorsi nubuatan dalam kaitannya dengan epistle  atau surat Rasul Paulus dalam bab 3 :


2 Petrus 3:14-16
Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia. Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.



Konstitusi Amerika Serikat  secara radikal telah “ditulis ulang,” bukan dengan menuliskan sebuah konstitusi baru itu sendiri tetapi dengan sebuah interpretasi radikal atas interpretasi lama. Hal yang sama terjadi pada  kitab suci ketika manusia dengan pikiran-pikiran yang  memelintir berupaya bergulat dengan  Firman  Tuhan yang “lurus dan sempit.”  Pada masa-masa tersebut, tanpa disadari distorsi atas kebenaran ilahi terjadi sebab  yang tidak percaya tidak dapat dan tidak akan menerima kebenaran ilahi ( lihat 1 Korintus 2). Tetapi sejumlah distorsi dilakukan secara sengaja. Petrus memperingatkan para pembacanya untuk melawan pemelintiran kitab suci semacam ini.


Jika nas-nas firman Tuhan harus diinterpretasikan secara tepat, maka   firman Tuhan harus diinterpretasikan konsisten dengan asal usul dan naturnya. Dua elemen esensial  interpretasi biblikal diulas dalam ayat-ayat ini.


(1)Interpretasi Biblikal bukan  sebuah hal  yang bersifat ‘privat”/hanya untuk pribadimu. Yang menarik bagi beberapa orang terhadap interpretasi-interpretasi tertentu adalah interpretasi-interpretasi  yang sangat unik. Petrus memperingatkan kita bahwa keunikan  mestilah menunjukan  rambu merah  bukan sebuah daya tarik. Pikirkan hal ini. Bagaimana  nubuatan biblikal  diwahyukan? Nubuatan biblikal telah diwahyukan melalui  sekelompok manusia yang beragam-ragam  dalam rentang waktu beberapa abad. Petrus sudah menunjukannya ( 1 Petrus 1:10-12) bahwa nabi-nabi ini bahkan tidak sepenuhnya memahami tulisan-tulisan mereka sendiri. Jika Kata profetik diwahyukan kepada sejumlah manusia, lantas bagaimana bisa  interpretasinya menjadi “ properti yang  privat,” kepemilikan yang sifatnya eksklusif dari seseorang? Nubuatan Biblikal itu “sulit untuk dimengerti” ( 2 Petrus 3:16; 1 Petrus 1:10-12). Ada banyak hal dimana siswa-siswa Alkitab tidak sepakat. Kita harus yakin  tentang  hal-hal ini  terkait sejumlah besar  orang-orang kudus tidak sepakat, tidak hanya orang-orang kudus di era kita saja tetapi  mereka yang telah bergumul dengan firman-firman Tuhan selama berabad-abad pada sejarah gereja. Saya akan sepenuhnya  untuk lebih meyakini interpretasi  yang diberikan kepada  orang-orang  saleh yang  telah menderita dan mati dari pada interpretasi-interpretasi baru dan  tak dikenal  bagi manusia  manusia yang terkenal dan hidup dalam keadaan makmur.


(2)Interpretasi Biblikal hanya dapat dicapai melalui pelayanan Roh Kudus. Nabi-nabi tidak memunculkan nubuatan; mereka adalah  instrumen-instrumen Roh Kudus  yang  menggunakan mereka untuk  menyampaikan perkataan dari Tuhan. Nubuatan tidak dimulai dengan kehendak manusia tetapi kehendak Tuhan. Sehingga, interpretasi  nubuatan tidak tunduk kepada kehendak manusia. Sebaliknya, kehendak manusia harus tunduk kepada  firman  Tuhan,  sebagaimana Roh Tuhan menyatakan maknanya  secara jelas.


1 Korintus 2:6-15
Sungguhpun demikian kami memberitakan hikmat di kalangan mereka yang telah matang, yaitu hikmat yang bukan dari dunia ini, dan yang bukan dari penguasa-penguasa dunia ini, yaitu penguasa-penguasa yang akan ditiadakan Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita. Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia. Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu, tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain.


Roh Kudus merupakan kunci untuk interpretasi yang akurat, dan akurasi interpretasi akan ditunjukan,  bagian dari konsensus oleh banyak interpreter.

Kesimpulan

Bertahun-tahun lalu, Joe Bayly menulis sebuah buku berjudul, The View From A Hearse ( Pandangan dari Sebuah Peti Mati). Pada edisi-edisi selanjutnya, judul itu diubah menjadi To Last Thing We Ever Talk About (Hingga Hal Akhir  yang Pernah Kita Bicarakan). Terus terang saja, saya  sangat suka dengan judul yang pertama. Saya percaya judul pertama yang ditulis Barly juga dapat berfungsi sebagai judul dari   hal yang kita ulas saat ini. Petrus sedang menulis dari perspektif kematiannya yang  sangat dekat. Surat kedua dan final ini telah dituliskan oleh Petrus merupakan “pandangannya dari peti mati.”



Betapa berbedanya seorang Petrus disini dibandingkan dengan Petrus dalam injil-injil. Dalam injil-injil, Petrus menolak diskusi Yesus Kristus akan kematian-Nya (lihat  Matius 16:21-28) dan dia tidak sedikitpun terlalu tertarik terhadap kata-kata Yesus terkait kematian-Nya sendiri ( Lihat  Yohanes 21:18-23). Kini kematiannya bukan sebuah kemungkinan yang menakutkan  tetapi sebuah kepastian yang telah diterima. Kini, Petrus  memandang kematian melalui pengharapan injil dan kepastian akan warisan masa depan ( lihat 1 Petrus 1:7). Menyadari waktu  terbatas yang telah dia lewati, dia kini sepenuhnya lebih berkeinginan untuk memenuhi panggilannya. Dia berupaya mengingatkan tidak hanya mereka  yang hidup dimasanya, tetapi kita semua yang sedang membaca suratnya saat ini, hidup yang diubahkan oleh kebenaran-kebenaran  Firman Tuhan. Ketika perspektif peti mati ini dibentuk oleh pengharapan injil, kita akan melihat bahwa satu hal yang paling penting adalah hubungan manusia dengan Tuhan melalui Kristus, dan bahwa hubungan ini harus didasarkan pada kebenaran-kebenaran Firman Tuhan, bukan pada klaim-klaim manusia yang disampaikan secara  cerdik.



Sebagaimana Petrus telah memandang kehidupan dan pelayanannya dari peti  mati, demikian juga dengan kita. Kita mesti  mengenali bahwa waktu  itu singkat dan hanya apa yang sudah dilakukan  Kristus yang  kekal. Paulus  terkait hal ini menyatakannya seperti ini :


1 Tesalonika 5:4-11
Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, berbajuzirahkan iman dan kasih, dan berketopongkan pengharapan keselamatan. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.


Petrus akan menutup suratnya dengan kata-kata ini :


2 Petrus 3:11-13
Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.



Selagi kita hidup pada hari-hari ini, tidak ada  panggilan yang  lebih tinggi daripada untuk mengingatkan satu sama lain akan  kebenaran-kebenaran Firman Tuhan. Manusia tidak membutuhkan sama sekali nasehat kita sebab  mereka harus mengarahkan perhatiannya kepada  firman dari Tuhan. Manusia tidak membutuhkan kebenaran yang baru, tetapi harus diingatkan akan kebenaran milik Tuhan, kisah lama, yang tua mengenai penebusan Tuhan yang kasih didalam Kristus.


Petrus mengingatkan para pembacanya, termasuk kita, dengan menuliskan epistel  atau surat yang diinspirasikan. Jika kita harus diingatkan akan satu-satunya kebenaran-kebenaran  yang memiliki nilai penting yang kekal, pengingat itu berasal dari kitab suci. Dan jika kita harus diingatkan secara  terus-menerus, maka kita sendiri  harus secara konstan  berada didalam Firman, karena disinilah tempat ditemukannya pengingat-pengingat dari Tuhan.

Sebagaimana Petrus  memandang  hari-hari pelayanannya menuju keberakhirannya, dia berupaya tidak hanya untuk mengerahkan dayanya didalam apa yang akan memberikan manfaat kepada para pembacanya untuk selama-lamanya, dia berupaya untuk mengerahkan daya upayanya dalam sebuah cara akan membuatnya bertahan untuk melakukannya. Petrus  melanjutkan untuk melayani hingga hari ini karena dia telah menuliskan surat yang sedang kita pelajari. Petrus sudah “ meletakan harta di surga;”dia telah menjadi seorang pelayan yang baik.” Sementara anda dan saya tidak dapat melayani  melampaui kubur dengan menuliskan kitab suci, ada  cara-cara dimana kita dapat menginvestasikan waktu kita, talenta-talenta kita, dan sumber-sumber daya sehingga pelayanan kita dapat membuat kita bertahan. Mari kita pikirkan secara serius bagaimana kita dapat menjadi pelayan-pelayan  injil yang baik, seperti  yang telah dilakukan Petrus.



Saya percaya kata-kata Petrus dalam teks ini  akan dipertanyakan oleh siapapun yang  akan mengklaim dirinya  memiliki sebuah “penyingkapan profetik” bagi manusia masa kini. Sebagaimana saya  memahami Kitab Suci, Tuhan telah   menuntaskan  apa yang harus dikatakan-Nya dan sepenuhnya didalam Anak-Nya dan melalui rasul-rasul (lihat Ibrani 1:1-3; 2:1-4). Kita tidak memerlukan wahyu tambahan. Apa yang  betul-betul kita perlukan  adalah secara terus menerus diingatkan akan apa yang telah Tuhan katakana dalam Firman-Nya. Kita harus berupaya untuk memahami dan menerapkan kebenaran-kebenaran ini  lebih penuh lagi.


Dan ketika kita datang kepada firman Tuhan, marilah kita tidak berupaya untuk menyesuaikannya dengan kemauan kita dan  cara-cara pandang dan hasrat-hasrat kita yang telah  terdistorsi. Marilah kita datang untuk menatap  pada Roh Tuhan, untuk menerangi hati kita  dan pikiran kita sehingga kebenaran Tuhan  mengubah kita menjadi  selaras dengan natur ilahi-Nya.

Semua rasul telah  meninggalkan dunia ini, tetapi kata-kata mereka tidak. Mereka telah puas untuk pergi, mereka tahu telah memenuhi panggilan mereka, digunakan Tuhan untuk berbicara bagi Tuhan melalui tulisan-tulisan yang diinspirasikan. Semoga anda dan saya oleh anugerah Tuhan mengarahkan perhatian kepada tulisan-tulisan mereka sebagau “kata-kata  nubuatan yang lebih Pasti” dari Tuhan, semoga kita  menjadi lebih  tekun ada didalam Firman Tuhan sehingga kita “dapat mengingat hal-hal ini dalam benak .”


SELESAI

Peters Readiness to Remind (2 Peter 1:12-21) | diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment