Pages

05 February 2013

Mujizat Roti - Bagian 2- Selesai

Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini


Oleh : J. Hampton Keathley, III, Th.M


Perintah Elisa ( 2 Raja-Raja 4:42b)

"Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka makan.” Elisa, seorang  yang sepenuhnya dikuasai  Tuhan Allah dan didorong dan dtuntun oleh prinsip  Firman-Nya telah melihat peristiwa ini sebagai sebuah kesempatan yang luar biasa. Ini salah satu situasi yang mendemonstrasikan prinsip-prinsip yang terdapat dalam Roma 8:28 dan 32. Sehingga peristiwa ini merupakan sebuah  kesempatan untuk mengajar dan mendemonstrasikan dua kebenaran penting.

Pertama, peristiwa ini mengajarkan mereka: siapa dan apakah Tuhan bagi mereka sebagai pengajar-pengajar  Firman Tuhan. Dialah yang dapat memultiplikasikan apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan mereka, apapun juga yang menjadi kebutuhan mereka selagi mereka melakukan  pelayanan kepada sebuah bangsa yang mengalami paceklik  secara rohani. Tetapi peristiwa ini juga mengajarkan mereka sesuatu mengenai tanggungjawab mereka   agar mereka pergi keluar untuk menyebarkan Firman dan melayani orang. Mereka harus mengambil apapun yang telah Tuhan sediakan dan menggunakannya, percaya kepada Tuhan untuk melipatgandakannya sebanyak yang pantas menurut Tuhan.




Nas firman ini tidak hanya mengilustrasikan kesetiaan Tuhan dan kemampuan-Nya untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah kita seperti makanan dan pakaian, tetapi terkait dengan Yesus memberikan makan kepada 5.000 orang, peristiwa ini dimaksudkan menjadi sebuah analogi kuasa Tuhan dan penyediaan   Tuhan bagi mereka  sebagai para pengkhotbah Firman-Nya dan tanggungjawab mereka. Peristiwa ini merupakan sebuah ilustrasi tanggung jawab mereka secara vertikal kepada Tuhan. Mereka harus berjalan dalam kebergantungan pada Dia ketimbang pada kemampuan-kemampuan mereka sendiri.


Peristiwa ini juga telah mengilustrasikan tanggung jawab mereka kepada manusia  dalam memecahkan dan membagikan roti kehidupan kepada orang-orang lain dan dalam menaburkan benih firman. Pernyataan dalam Markus 6:34 “seperti domba yang tidak mempunyai gembala” membangun sebuah panggung dan suasana pada pemberian makan 5.000 orang dan  merupakan  hal  yang  Yesus sedang ajarkan pada  murid-murid dan kita. Dalam cara yang sama, Elisa pasti mengatakan hal yang sama. Dia berkata, “Aku ingin kamu mengambil roti-roti ini, sebuah gambaran Firman yang harus diberikan kepada orang-orang lain.”



Tetapi ini adalah sebuah tanggung jawab yang sangat besar yang mana tak ada  manusia yang diperlengkapi untuk ini  tak peduli  seberapa berbakatnya atau briliannya atau kemampuanya. Sehingga peristiwa ini dirancang untuk mengajarkan kita sebuah kebenaran yang sangat penting, sebuah kebenaran yang dibawa oleh  orang-orang dalam jumlah  besar. Seratus orang telah hadir, tetapi mereka hanya memiliki sedikit sekali roti. Terlampau jauh untuk dapat secara memadai member makan seluruh orang banyak.


Mengapa kita kerap kali tidak memenuhi tanggung jawab-tanggung jawab kita dan pelayanan-pelayanan kita? Karena terkurung perspektif atau visi kita, yang bagaikan  palang-palang atau sebuah sel, menahan kita untuk melihat bagaimana kuasa Tuhan dapat  memultiplikasi hal yang sangat sedikit dari yang kita punyai. Kerap hal ini menghasilkan kesulitan. Dalam kelemahan-kelemahan kita, kekuatan Tuhan yang melimpah dilipatgandakan.


Dua tahun lalu, saya mengajar sepenuh waktu di Moody Northwest, Spokane, sebuah program ekstensi Moody Bibke Institute, Chicago. Saya menderita masalah tenggorokan yang akut dan  memaksa saya untuk hanya mengajar satu kelas per minggu. Pertama kali saya berpikir  Tuhan sedang membungkam saya, tetapi sebaliknya secara luar biasa Tuhan telah membukakan sebuah pelayanan yang baru dan lebih luas—yaitu menulis untuk Biblical Studies Foundation sepenuh waktu.



Keterpenjaraan Pelayan  (ayat 43a)

Bagaimanakah aku dapat menghidangkan ini di depan seratus orang?” Mereka bingung dan terpenjara, dibatasi oleh ketakpercayaannya, tetapi ketakpercayaannya disebabkan karena mengukur kemampuannya sendiri untuk memberi  makan kepada begitu banyak orang ketimbang dengan siapakah Tuhan itu dan apakah yang selalu Tuhan sediakan. Mengukur kemampuan kita  atau kapabilitas kita atau sukses dalam aspek manapun pelayanan kita (atau apapun juga yang Tuhan panggil untuk kita lakukan) dengan  betapa kecilnya kita pasti secara otomatis memenjarakan  kita,mengakibatkan kebingungan dan kalah. Kita harus belajar mengambil apapun yang Tuhan telah berikan kepada kita dan kemudian percaya kepada kehendak dan kuasa Tuhan, gunakan itu untuk mengenali bahwa Tuhan mampu melipatgandakannya secara sangat berlimpah melampaui semua yang dapat kita minta atau pikirkan jika Dia berkehendak demikian.


Sehingga isunya disini bukan  jumlah roti yang sedikit, tetapi kemampuan untuk melampaui roti-roti itu  mengarah pada Yang Maha Kuasa. Ini adalah isu  tentang perspektif yang salah, sebuah perspektif : mengukur kemampuan kita, siapa dan apakah kita dan  bukannya siapa dan apakah Tuhan bagi kita.
Pelajaran  utama dari nas ini adalah : bahwa Tuhan menginginkan kita belajar untuk mengukur hidup dengan ketakberhinggaan Tuhan  yang mana tanpa ukuran.


Keyakinan Diri Nabi ( ayat 43b)

Disini Elisa mengulangi  instruksi sebelumnya , ”Berikanlah kepada orang-orang itu, supaya mereka maka , sebab beginilah firman TUHAN: Orang akan makan, bahkan akan ada sisanya." Sebagaimana dinyatakan ,”sebab beginilah firman Tuhan” mengindikasikan, Elisa telah diberikan pewahyuan langsung dari Tuhan bahwa Dia akan melipatgandakan roti-roti itu. Ini adalah sebuah janji kepada Elisa, hanya saja, hal itu terlihat setelah Elisa menjalankan iman kepada Tuhan, percaya kepada Dia untuk melakukan mujizat ini.


Elisa ingin mendemonstrasikan apakah yang dapat dilakukan Tuhan kepada nabi-nabi ini dalam pelayanan-pelayanan mereka sehingga mereka dapat belajar mengukur kehidupan mereka, pekerjaan mereka, dan tantangan mereka, bukan dengan ukuran masalah-masalah atau kekuatan-kekuatan mereka,  tetapi oleh kebesaran Tuhan mereka.


Bagi kita hari ini, kata-kata “sebab beginilah firman Tuhan,” hadir sebagai sebuah ilustrasi dan sebuah gambar akan kebutuhan kita untuk mengenali dan memahami pokok-pokok dan janji-janji dari Firman dan mengandalkannya untuk pemeliharaan Tuhan. Elisa telah mengajar nabi-nabi ini (dan kita) apa yang Tuhan akan selalu lakukan bagi kita jika kita  mau mengadopsi apa yang menjadi karakter iman dalam Firman dan janji-janji Tuhan bahwa Elisa harus mengarah pada Firman  dari Tuhan.


Konsekuensi Kepatuhan (ayat 44)

“Lalu dihidangkannyalah di depan mereka.”  Pertama mari kita perhatikan bahwa pelayan itu patuh kepada Tuhan dan perintah dan percaya pada janji Tuhan. Ini hal mendasar. Sampai umat Tuhan belajar keharusan moral untuk mempercayai dan mematuhi firman Tuhan, masih akan ada sebuah kelaparan atau paceklik  rohani, kebingungan, dan keterpenjaraan dalam kehidupan kita dan pelayanan-pelayanan kita.


Kedua,  “makanlah mereka dan ada sisanya.” Penyediaan Tuhan selalu lebih dari cukup bagi kebutuhan-kebutuhan  kita yang sesungguhnya, bukan kerakusan kita, tetapi untuk kebutuhan-kebutuhan kita yang sebenarnya dalam kehidupan kita.



Terakhir, perhatikan kata-kata “sesuai dengan firman TUHAN.” Poinnya adalah, hal ini telah terjadi sebagaimana  yang telah Tuhan janjikan. Firman Tuhan  dapat diandalkan dan benar. Tuhan itu setia kepada Firman-Nya. Kita dapat mengandalkan Tuhan.

Problem-problem yang kerap kita hadapi atau  gagal  untuk dapat dipecahkan sebagaimana seharusnya  kerap  disebabkan oleh keterpenjaraan akan  cara pandang-cara pandang kita, dan ketidakpercayaan kita kepada Firman. Oh, sehingga kita dapat belajar untuk mengukur hidup kita dan berurusan dengan kebutuhan-kebutuhannya bukan dengan siapakah kita, tetapi dengan siapa dan apa yang Tuhan saat ini dan telah janjikan.

Selesai


The Miracle of the Bread (2 Kings 4:42-44)-Studies in the Life of Elisha |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora



No comments:

Post a Comment