Pages

12 February 2013

Kursi Pengadilan (Bema) Kristus - Bagian 3


Bacalah terlebih dahulu bagian 1 di sini dan bagian 2 di sini


Oleh : J. Hampton Keathley, III, Th.M



Pemeriksa atau Hakim di Bema


Tidak  lain dan tidak bukan Tuhan Yesus yang menjadi Hakim  bahkan saat ini sedang memeriksa kehidupan-kehidupan kita dan akan memberikan terang kebenaran akan natur perjalanan dan apa yang kita kerjakan ketika kita berdiri dihadapan-Nya di Bema ( Wahyu 1-2; 1 Korintrus 4:5 dan seterusnya; 2 Korintus 5:10; 1 Yohanes 2:28). Dalam Roma 14:10 rasul Paulus menyebut  hal ini sebagai saat pemeriksaan Bema Tuhan sementara dalam 2 Korintus 5:10, dia menyebutnya Bema Kristus. Poinnya: Yesus  yang adalah Tuhan adalah  pemeriksa  kita dan pemberi upah.


Tujuan dan Basis  Bema

Tujuan dan basis merupakan isu  yang paling kritikal dari semua isu yang ada dan membawa kita untuk berhadap-hadapan dengan aspek-aspek praktis dari Bema. Sejumlah pertanyaan-pertanyaan krusial adalah : Mengapakah kita dibawa kehadapan Bema? Apakah hanya untuk menerima upah-upah  atau kehilangan upah-upah? Akan adakah bentuk penghukuman yang akan diganjarkan? Akan adakah kesusahan besar? Apakah yang menjadi basis Bema diselenggarakan? Apakah dosa, perbuatan-perbuatan baik, atau apa sih sebenarnya?


Permasalahan

Didalam gereja, ada sebuah kebingungan dan ketidaksepakatan yang serius  terkait sifat  atau natur Bema yang sebenarnya. Penggunaan istilah “kursi pengadilan” dalam hampir semua translasi, mengabaikan latar belakang budaya dan  historis Bema, dan teologi  yang berkabut terkait karya Kristus yang sudah selesai, kesemuanya ini berkontribusi terhadap sejumlah  kesalahan umum atas   konsepsi-konsepsi , yang dalam cara tertentu, memandang Tuhan sebagai pemberi retribusi keadilan kepada orang-orang percaya  atas dosa-dosa yang diperbuatnya, atau setidaknya untuk dosa-dosa yang  telah kita akui.




Tiga Pandangan Bema


Untuk mendapatkan sebuah ringkasan dari tiga pandangan utama, saya akan mengutip Samuel L. Hoyt  dari Bibliotheca Sacra.




Beberapa   guru Alkitab memandang  kursi pengadilan/penghakiman sebagai sebuah tempat kedukaan yang intensif, sebuah tempat teror, dan sebuah tempat dimana Kristus memperlihatkan semua dosa orang-orang percaya (atau setidak-tidaknya dosa-dosa yang telah diakui) sebelum  kebangkitan menyeluruh dan pengangkatan gereja. Beberapa guru Alkitab bahkan lebih jauh lagi menyatakan bahwa orang-orang Kristen harus mengalami sejumlah hal semacam kesusahan karena dosa-dosa mereka pada saat yang sama kala pemeriksaan ini.


Pada ujung spektrum lainnya dari kelompok lain. Mereka menyakini keseriusan pemeriksaan ini   namun menekankan  aspek penghukuman dari kursi pengadilan.   Mereka menekankan pentingnya dan perlunya hidup yang setia pada hari ini tetapi menolak pemikiran yang bagaimanapun terkait penghukuman forensik  di Bema.  Penekanannya  berpijak pada  fakta bahwa setiap orang Kristen harus memberikan sebuah pertanggungjawaban akan hidupnya dihadapan Kristus yang maha tahu dan kudus. Semua hal yang dikerjakan melalui kekuatan daging akan dianggap sia-sia dan tidak layak untuk upah, sementara semua hal yang dilakukan dalam kuasa Roh Kudus   pastilah akan diberikan upah. Mereka yang menganut pandangan ini percaya bahwa orang Kristen akan berdiri dalam keadaan dimuliakan dihadapan Kristus tanpa natur lamanya yang  berdosa. Dia akan, dengan demikian, menjadi tanpa salah karena dia telah dinyatakan benar. Tidak akan diperlukan adanya penghukuman forensik, karena    Kristus  selamanya telah menanggung murka Tuhan terhadap dosa-dosa orang percaya [Hoyt, electronic media.].



Ini adalah pandangan yang terakhir, saya percaya pandangan inilah yang sesuai dengan kitab suci. Alasan-alasannya akan disajikan dan dikembangkan  selagi kita mempelajari natur, tujuan dan basis bagi Bema. Tetapi untuk sekarang ini. Setidaknya kita menggambar  beberapa konklusi yang salah, kita harus selalu mengingat penuh bahwa firman Tuhan jelas-jelas mengajarkan ada konsekuensi-konsekuensi spesifik dan sangat serius, baik temporer dan kekal, untuk dosa dan ketidakpatuhan. Walaupun kita tidak akan  menjadi dihakimi dalam pengertian dihukum karena dosa di Bema karena Tuhan telah menanggung penghukuman itu untuk kita, kita tidak pernah boleh sama sekali menganggap dosa secara ringan karena ada banyak konsekuensi.



Konsekuensi-Konsekuensi Dosa dan Ketidakpatuhan  Saat Ini


Sementara hal-hal  berikut ini tidaklah lengkap atau menyeluruh, namun mendemonstrasikan bahwa dosa dalam  hidup seorang percaya bukanlah persoalan kecil, remeh.


(1)Kehilangan Persekutuan dengan Tuhan. Tindakan dosa yang dilakukan  dalam hidup seseorang menyebabkan  sebuah kehilangan akan  persekutuan yang intim dengan Tuhan dengan konsekuensi  kehilangan damai-Nya dan damai ( Maz 32:3-4)



(2)Pendisiplinan Ilahi dari Tuhan di sini dalam waktu kini. Kita tidak boleh berpikir pendisiplinan sebagai penghukuman. Disiplin dari Tuhan adalah  perbuatan kemurahan hati Bapa untuk melatih dan membangun anak-anak-Nya. Terkadang pendisiplinan ini datang dalam  bentuk berbagai jenis ujian, cobaan, kegagalan, dan  keadaan sulit atau bahaya yang Tuhan gunakan untuk mengoreksi kita, untuk melatih kita, dan, jika kita berlaku menurut apa yang kita maui  dengan cara yang keras kepala, untuk meningkatkan penderitaan. Tujuannya, akan tetapi, selalu untuk membawa kita kembali kepada Dia ( Ibrani 12:5-11). Jika orang percaya masih juga tidak bertobat, hal ini akan membawa dosa yang mendatangkan kematian sebagaimana pada Ananias dan Safira ( Kisah Para Rasul 5), dan sejumlah orang percaya di Korintus yang yang gagal mengakui dosa mereka dan merasa benar dihadapan Tuhan ( 1 Korintus 11:26 dan seterusnya; bandingkan dengan 1 Yohanes 5:16-17).



(3) Hilangnya  Kuasa dan Produksi. Ketika kita gagal menangani  cara-cara kita yang berdosa melalui pengakuan yang tulus, kita mendukakan pribadi Roh dan  memadamkan kuasa-Nya dalam hidup kita. Ini bermakna bahwa ketimbang beroperasi  dengan iman dalam ketetapan Tuhan, kita  berakhir dalam operasi dengan kekuatan daging. Kita berpaling kepada tas  yang berisikan cara-cara diri kita sendiri  yang dengan ini kita berupaya menangani hidup ( Galatia 3:1-5; 5:5-15; Yer 2:12-13). Inilah hasil dalam upaya-upaya daging dan konsekuensi-konsekuensi mengerikan dan tak menghasilkan buah (Gal 5:19-21,26). Tanpa hidup yang  patuh, hidup yang iman dan kepatuhan kepada Juru selamat, kita tidak dapat berbuat apa-apa ( Yohanes 15:1-7).



(4)Hilangannya  Kesempatan-Kesempatan. Ketika kita memegang kendali hidup kita dan bukannya Tuhan, kita menjadi tidak sensitif  terhadap orang dan kesempatan-kesempatan pelayanan—kita kekurangan visi. Orang-orang percaya duniawi tidak memiliki  visi selain daripada  agenda-agenda pribadi dan tujuan-tujuan yang egois (bandingkan dengan Yoh 4:34 dan seterusnya)



(5)Hilangnya  Keinginan dan Motivasi untuk Melayani. Orang-orang percaya duniawi dikuasai dan dikendalikan oleh keinginan-keinginan mereka sendiri yang berpusat pada dirinya sendiri ( Gal 5:16 dan seterusnya). Berangkali ini adalah  sebuah tempat  yang baik untuk mendiskusikan keegoisan dan upah-upah karena beberapa orang   tertarik  untuk memandang  upah sebagai egois dan  karena itu duniawi.

Zane Hodges memiliki beberapa pemikiran bagus pada konsep ini :


Kitab suci tidak mengajarkan kita  menjadi tidak  berminat pada kebahagiaan dan kebaikan diri kita sendiri. Keinginan yang sungguh-sungguh untuk terlepas dari penghukuman adalah sebuah kepentingan diri sendiri yang  sah dan penting. Naluri untuk  melanggengkan kehidupan juga demikian. Keduanya bukanlah pengalaman  kenikmatan dan kesenangan yang ilegal.



Ketika Tuhan menempatkan Adam dan Hawa di Taman, Dia melengkapi mereka dengan “setiap pohon…yang menyenangkan dalam pandangan dan baik untuk di makan” (Kejadian 2:9). Mereka  sendiri dapat menikmati secara bebas apa yang telah disediakan, mereka tidak boleh memakan dari satu pohon yang terlarang. Sama halnya dengan Paulus, dia mengatakan kepada   orang kaya  bahwa  “ Tuhan…dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. “ ( 1 Timotius 6:17).


Keegoisan tidak boleh didefiniskan semata sebagai pengejaran akan kepentingan diri sendiri. Sebaliknya, keegoisan harus didefinisikan sebagai pengejaran kepentingan diri sendiri dalam cara kita sendiri,  bukan dalam cara Tuhan. Karena “kasih” adalah kebajikan  terutama dalam kekristenan, keegoisan yang sesungguhnya  kerap melibatkan sebuah  pengejaran kepentingan diri sendiri melanggar hukum kasih [Zane Hodges, Journal of the Grace Evangelical Society, Autumn, 1991, p. 7.]




Kepentingan diri sendiri dalam cara Tuhan adalah sah. Keberpusatan pada diri sendiri atau kegoisan  berpusat  pada diri diatas kepentingan orang-orang lain dan kehendak Tuhan dalam kehidupan seseorang. Ketika Adam dan Hawa memilih untuk memakan dari pohon pengetahuan akan yang baik dan jahat, mereka telah bertindak dalam ketakbergantungan yang berpusat pada diri sendiri  yang mana adalah pemujaan berhala dan dosa. Pada waktu  mereka menikmati satu sama lain dan buah pohon dan memberkati  taman, mereka  telah bertindak dalam kepentingan diri mereka sendiri tetapi mereka melakukannya dalam kebergantungan dan kepatuhan kepada Tuhan.


(6)Hubungan-Hubungan yang Rusak dan Tidak Harmonis. Keduniawian  menyebabkan hubungan-hubungan yang rusak dan luka bagi mereka di sekitar kita—keluarga kita, sahabat-sahabat,  para sejawat, dan rekan sekerja dalam Kristus ( Gal 5:15; Ibr 12:15b).



(7)Hilangnya Kesehatan Jasmani dan Kebugaran. Tentu saja semua penyakit, kelemahan, atau penderitaan bukan sebuah produk dosa, tetapi bisa  terjadi dan kerap memang terjadi ( 1 Kor 11:29-30; 1 Yoh 5:16-17; Ams 17:22; 14:30).

(8)Hilangnya Upah di Bema. 1 Kor 3:13-15:” sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.

Selanjutnya :  Tujuan Bema

The Doctrine of Rewards: The Judgment Seat (Bema) of Christ |diterjemahkan dan diedit oleh : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment