Pages

11 January 2013

Apakah Hyper-Calvinisme Itu? (2)


thegospelcoalition.org
Anda harus membaca bagian 1  di sini terlebih dahulu untuk  dapat memahami bagian 2


Posisi Hyper Calvinis pada  titik ini  sama dengan penolakan pada hal yang paling esensi dari 2 Korintus 5:20 :”Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.” Seluruh kekuatan  injil, secara tepat  digambarkan untuk  menyampaikan sebuah tawaran (dalam pengertian  sebuah   penawaran umum, atau sebuah  tawaran yang  dapat  didengar dan dilihat  untuk diterima, atau sebuah lamaran) damai dan belas kasih Tuhan kepada semua yang datang karena mendengarnya. Bahasa yang digunakan rasul Paulus bahkan lebih kuat, menyatakan pemberita injil sejati memohon kepada  orang-orang berdosa agar diperdamaikan dengan Tuhan—atau lebih baik dia berdiri “ pada posisi Kristus,” sehingga melakukan pembelaan bagi orang-orang berdosa. Hyper Calvinisme pada intinya menyangkal atau menolak konsep tanggung jawab manusia, dan oleh sebab itu pasti melenyapkan pembelaan yang seperti apapun juga, hal ini  berakibat pada sebuah penyampaian injil yang tidak akurat.

Mari kira periksa satu-persatu dari lima variasi hyper  Calvinisme


1. Penyangkalan panggilan Injil.  Jenis  hyper Calvinisme  pertama dan paling ekstrim  menolak bahwa panggilan-panggilan injil pada semua orang berdosa untuk bertobat dan beriman. Panggilan injil (undangan untuk datang kepada Kristus agar selamat—Wahyu 22:17; Matius 11:28-29; Yesaya 45:22; 55:1-7) disangkal ditawarkan kepada semua manusia, hanya  ditawarkan untuk yang  dipilih.


Teologi Reformed yang historis mencatat bahwa ada dua makna yang  berbeda dimana Kitab suci mengguna kata “panggilan.” Rasul Paulus biasanya menggunakan kata tersebut (panggilan)  untuk mengatakan “panggilan  yang efektif” (Effectual call),  dimana seorang berdosa yang dipilih ditarik oleh Tuhan kepada keselamatan dalam kedaulatan Tuhan. Jelas “panggilan” semacam ini berlaku hanya untuk orang yang dipilih (Roma 8:28-30).


Tetapi kitab suci juga menggambarkan sebuah panggilan yang bersifat umum. Dalam Matius 22:14, Yesus berkata, “Banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Disini, mereka yang “dipanggil” jelas lebih besar  jumlahnya daripada yang dipilih. Sehingga Tuhan kita Yesus sangat jelas menggunakan kata “panggilan” dalam sebuah maksud yang berbeda dari   bagaimana Paulus menggunakan kata itu dalam Roma 8:30.

Panggilan umum, terkadang dikenal sebagai panggilan eksternal, adalah panggilan untuk beriman dan bertobat sebagaimana terkandung didalam berita injil itu sendiri. Ketika  injil diberitakan, panggilan umum tersiarkan tanpa ada diskriminasi kepada semua manusia yang datang mendengarkan penyampaian berita injil. Panggilan ini disiarkan oleh pengkhotbah sebagai duta Kristus.

Panggilan  efektif/berdampak pasti/manjur, terkadang dikenal sebagai panggilan internal, ini merupakan  pekerjaan Tuhan untuk  melahirkan kembali (regenerasi) didalam hati orang percaya, dimana Dia menarik mereka kepada Kristus dan membuka hati mereka kepada iman. Panggilan semacam ini hanya untuk mereka yang dipilih dan dilakukan hanya oleh Tuhan.

Tipe pertama Calvinisme menyangkal panggilan umum,eksternal, dan bersikukuh bahwa  injil semestinya dikhotbahkan dalam sebuah cara yang memproklamasikan fakta-fakta  karya Kristus dan  anugerah pemilihan Tuhan—tanpa meminta  adanya  respon apapun.

Ini adalah bentuk terburuk hyper Calvinism dalam mode dewasa ini. Saya akan mengelompokannya sebagai sebuah keselahan serius yang ekstrim, lebih berbahaya daripada  variasi terburuk Arminianisme. Setidaknya Arminian masih memberitakan Injil kepada yang dipilih untuk  mendengarkannya dan menjadi selamat. Hyper Calvinis  yang menyangkal panggilan injil  bahkan tidak percaya kepada panggilan bagi orang-orang berdosa kepada Kristus.Hyper Calvinis  nyaris takut untuk membisikan perintah-perintah injil kepada orang-orang percaya lainnya, jika tidak orang bias menudingnya melanggar kedaulatan Tuhan.

Hyper Calvinis Inggris (kebanyakan terjadi pada Baptis), “standar injil” hyper pada orang Amerika, dan orang-orang Baptis  Primitif secara  tradisional menganut pada bentuk hyper  Calvinisme semacam ini. Mereka secara umum menentang pemberitaan injil dalam bentuk apapun. Mereka juga akan (biasanya) menganut semua  lima kesalahan hyper Calvinisme yang terdaftar diatas.  Retorika yang mereka gaungkan cenderung menjadi sangat arogan dan elitis—semacam teologi  bertumbuh alami. Normalnya mereka mengklaim bahwa mereka sendiri konsisten dan benar terhadap doktrin kedaulatan Tuhan, dan mencap setiap padangan lainnya sebagai  “Arminianisme” lainnya atau (belakangan) ini  “hypo-Calvinisme.”


Pada awal abad ke-18  seorang pastor Inggris (Baptis) bernama William Huntington menjadi “godfather” hyper Calvinisme. Stempel  hyper Calvinisme kerap juga memiliki kecenderungan-kecenderungan antinomian -(sebuah kata yang  berasal dari bahasa Yunani yang berarti tanpa hukum, dalam teologia Kristen kata ini berkonotasi negative karena mengajarkan bahwa orang-orang Kristen tidak  berada dibawah kewajiban apapun untuk mematuhi hukum-hukum etika atau moralitas. Beberapa, jika ada, akan secara terang menyebut diri mereka sendiri “antinomian,” oleh karena itu istilah ini biasanya sebuah tuduhan yang ditudingkan  terhadap sebuah kelompok yang menentang. Antinomian dipandang sebagai sebuah lawan terhadap ekstrim lainnya : legalisme-Theopedia.com) -, dapat dilacak kebelakang hingga ke Huntington yang menyangkal bahwa hukum moral mengikat sebagai sebuah peraturan hidup pada orang Kristen. Antinomianisme semacam ini  berharmonisasi baik dengan  penyangkalan atau penolakan  tanggung jawab manusia hyper Calvinisme. (Ini juga merupakan sebuah perluasan pemikiran salah sejenis yang menyangkal kehendak Tuhan yang dapat dikenali.)

2. Penyangkalan  pada hal Iman sebagai sebuah  bagian yang harus dilakukan orang berdosa. Variasi hyper Calvinisme ini (tipe 2) menyatakan bahwa karena orang-orang  yang tidak percaya tidak mampu beriman tanpa anugerah yang memampukannya, percaya kepada Kristus pasti tidak pernah diberikan kepada mereka sebagai bagian yang harus dikerjakan. (Lihat  artikel Arthur Pink yang sangat baik berjudulDuty-Faith,” yang membantah pemikiran salah ini.)


Mereka yang berpegang pada posisi ini pergi menuju penyangkalan iman yang  sangat panjang bahwa iman selalu dihadirkan sebagai bagian yang harus dikerjakan orang-orang yang belum dilahirkan kembali (Jelas saja, diperlukan banyak pemelintiran ayat untuk membenarkan pandangan semacam ini. Lihat sebagai contoh, Kisah Para Rasul 17:30 :
Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.) Sebaliknya , ayat ini mereka  nyatakan bahwa setiap orang berdosa mencari  jaminan tertulis bagi imannya sebelum memberanikan diri untuk menjalankan iman kepada Kristus. Orang  berdosa melakukan hal ini dengan mencari bukti bahwa dia dipilih (sebuah  ide yang jelas-jelas absurd, Karena iman adalah satu-satunya bukti pemilihan yang sesungguhnya).


Dapat dimengerti, jenis hyper Calvinisme ini cenderung membuat orang-orang berdosa terobsesi dengan keinsafan akan dosa dan pemeriksaan diri sendiri. Mereka yang memegang posisi ini jarang mengetahui dengan benar, tinggal dalam kepastian.


Penolakan bahwa iman adalah kewajiban bagi orang-orang berdosa  menggambarkan betapa hyper-Calvinisme dan Arminianisme  muncul dari pemikiran keliru yang sama. Sebuah kesalahan yang terletak dijantung Arminianisme dan hyper-Calvinisme adalah asumsi keliru ketidakmampuan  manusia  untuk dapat membatalkan tanggungjawab.


Alasan Arminian, Jika orang-orang berdosa tidak mampu beriman  tanpa anugerah Tuhan yang memampukan, maka injil tidak akan memangil mereka untuk percaya. Oleh karena itu orang-orang berdosa tidak harus benar-benar dalam sebuah keadaan yang demikian tak berdaya. Dan dengan demikian Arminian melakuan penyesuaian berita injil dalam sebuah cara sehingga membatalkan doktrin ketidakberdayaan manusia.


Hyper Calvinisme,pada sisi lain, beralasan: jika orang-orang berdosa tidak mampu beriman tanpa anugerah Tuhan yang memampukan, maka injil tidak akan memanggil mereka untuk beriman. Oleh karena itu injil tidak sungguh-sungguh bermaksud bahwa iman adalah bagian yang harus dikerjakan orang berdosa. Dan demikianlah hyper Calvinis melakukan penyesuaian berita injil dalam sebuah cara yang mengabaikan tanggungjawab orang-orang berdosa.

Sejarahwan gereja asal Skotlandia John Maclod juga mencatat  bahwa kesalahan orang-orang Arminian dan hyper Calvinist pada poin yang sama. Dia menulis,

Ketika kita mencermatinya, kita menemukan[didalam Hyper Calvinisme] posisi Arminian pada umumnya,bahwa tanggungjawab manusia dibatasi oleh kemampuannya…Masing-masing pihak mengambil prinsip dari dari kesimpulannya sendiri. Mereka bersama-sama gagal untuk mengenali bahwa orang berdosa bertanggungjawab terhadap ketakberdayaan spiritual. Itu adalah buah dosa; dosa manusia tidak merusak atau tidak juga menyingkirkan  hak Tuhan dari sidang untuk meminta…[kepatuhan dan] melayani dan pertobatan dan iman [sekalipun faktanya seperti itu]  bahwa ciptaanNya yang berdosa itu telah membuat diri mereka sendiri menjadi tidak berdaya untuk menurut kepada Tuhan.  Gelar yang melekat pada  Tuhan membuat tuntutannya  sepenuhnya dan sama sekali  tak terhalangi…Ada sebuah superioritas yang mulia terhadap pemikiran  manusia yang diperlihatkan Tuhan yang menawarkan orang tuli mendengar dan orang buta melihat sehingga mereka dapat melihat.  Mereka tidak dapat melakukan apa yang Dia tawarkan kepada mereka untuk dilakukan. Namun demikian Dia mengklaim apa yang merupakan milik kepunyaan-Nya…Lakukan apa yang kita bisa, kita tidak dapat menghindar dari kewajiban yang mengikat kita untuk menjadi semua  hal  yang Tuhan inginkan untuk kita menjadi, dan untuk melakukan semua yang Dia inginkan kita lakukan. Demikianlah dosa kita dan tidak hanya kemalangan kita  bahwa kita tidak dapat berupaya untuk  pulang kembali ke rumah dimana Pencipta dan Raja kita menggandeng tangan  kita[Scottish Theology (Edinburgh: Banner of Truth, 1974 reprint), 141-42]


Dengan kata lain, ketidakberdayaan orang berdosa untuk mematuhi Tuhan tidak membatalkan kewajiban manusia untuk melakukannya. Ini merupakan titik yang sangat penting—berangkali titik paling krusial dari semuanya—kerena ini adalah titik yang paling membedakan Calvinisme yang sebenarnya dari baik Arminianisme dan hyper Calvinisme. Baik Arminianisme dan hyper Calvinis akan memprotes bahwa hal ini tidak logis atau tidak adil untuk mengajarkan bahwa Tuhan menuntut dosa yang menjadikan kita tidak berdaya untuk melakukannya.

Tetapi ini bukan mengenai tidak logis atau tidak  adil. Dosa itu sendiri merupakan sebuah isu moral, dan karena dosa merupakan penyebab ketidakberdayaan kita, dan memang benar, sebagaimana Jonathan Edward berkata, sebuah ketidakberdayaan moral, bukan hal yang alami . Cacat didalam manusia adalah kesalahannya sendiri, bukan kesalahan Tuhan. Oleh karena itu ketidakberdayaan pada manusia adalah sesuatu bahwa dia bersalah, dan ketidakberdayaan itu oleh karena itu tidak dapat dilihat sebagai sesuatu yang melepaskan orang berdosa dari tanggungjawab.


Pada poin ini, tipe 2 hyper Calvinisme tidak lebih baik dari Arminianisme; faktanya, keduanya bersumber dari sumber tercemar yang sama.



Bersambung :Bagian 3 - terakhir
A Primer on Hyper Calvinisme, Spurgeon.org | diterjemahkan dan diedit oleh :Martin Simamora

No comments:

Post a Comment