Pages

11 July 2012

Kemurnian Seksual Didalam Gereja, Bagian 2 : Tubuhmu Bukan Untuk Keliaran Nafsu Seksmu!


Dan memang tepat demikian pembenaran yang kita hadapi pada hari ini; bahwa manusia tidak lebih dari seekor binatang biologis dengan tambahan sejumlah kapasitas mental. Fungsi-fungsi psikologis biologis adalah moral dan ia dapat melibatkan dirinya sendiri ketingkat manapun yang ia pilih. Apapun pilihannya tidak ada yang salah. Semuanya boleh dipilih . Semuanya dapat dilakukan. Itulah mentalitas kita dewasa ini. Untuk menunjukan perubahan seperti apakah yang telah terjadi ini, pada tahun 1969 diselenggarakan sebuah survey nasional pada kepantasan seks ekstramarital atau premarital. Survei tersebut mengindikasikan bahwa 2/3  penduduk Amerika Serikat merasa bahwa seks premarital dan ekstramarital adalah salah. Survei sejenis yang dilakukan pada 1985, 16 tahun kemudian, dan 2/3 masyarakat Amerika Serikat sekarang  yakin bahwa tidak ada yang salah dengan perilaku seks semacam itu; sebuah jungkir balik, penurunan standar-standar moral  dalam proporsi-proporsi yang  besar dalam kurun waktu 16 tahun, sebagai akibat langsung gempuran dari sebuah masyarakat yang toleran dan  media yang semakin permisif.
Gereja seharusnya, karena gereja terdiri atas orang-orang yang ada didalam masyarakat, melakukan perlawanan dalam pertempuran ini.  Tetapi cara  melakukan perlawanan bukan dengan mengakomodasi sistem dunia ini, dan gereja justru mengadopsinya.
Saya  bertumbuh dalam  lingkungan sebuah gereja. Faktanya, ketika saya berusia 17 tahun, pada ulang tahunku yang ke 17 saya tinggal dirumahku yang ke 17. Ibuku sedang  pindah dan memperbiki rumah. Dan ketika saya mengenang masa kanak-kanakku saya tidak berpikir tentang rumah, saya berpikir tentang gereja-gereja. Kami terlibat didalam penggembalaan disepanjang kehidupanku. Dan saya tidak dapat mengingat dalam kehidupan dimana saya bertumbuh di  gereja pernah mendengar tentang perceraian, imoralitas seksual diantara anak-anak Tuhan, diantara para pemimpin gereja. Gereja tidak menjadi bagian dari dunia. Saya yakin pasti ada kejadian-kejadian semacm ini  pernah terjadi atau  hampir terjadi didalam gereja. Hanya saja hal-halsedemikian sangat jarang, sangat tidak terdengar  dan siapapun yang terjatuh kedalam masalah semacam ini  tidak diperkenankan selamanya melakukan pelayanan yang bersifat publik.

Begitu besar perubahannya namun tak ada sama sekali perubahan dalam firman Tuhan. Dan demikian juga seharusnya berlaku pada diri  kita untuk melihat bersama-sama pada firman dan melihat bagaimana hal-hal semacam disikapi. Jemaat Korintus pada dasarnya adalah sebuah masyarakat yang  jahat/tak bermoral. Kata kerja untuk Corinthianize pada dasarnya berarti  berhubungan dengan seorang pelacur. Seluruh kota dikaitkan dengan pelacuran. Dan ketika orang  masuk kedalam gereja dan mengusung nama Kristus mereka membawa masuk begitu banyak tas-tas imoralitas dalam diri mereka. Tentu saja, mereka telah dibersihkan oleh karya Juru selamat dalam kehidupan mereka namun masih tersimpan begitu banyak  hal yang  mengerikan dari masa lalunya yang berasal dari masyarakat yang masih  memancar dalam kehidupan baru mereka, dan  disinilah  terletak masalahnya.

Dimulai pada ayat 13, “ Rasul ini kemudian mulai berurusan dengan penyimpangan imoralitas seksual.” Dan ini, sekali lagi, seperti yang telah saya  kemukakan, berkaitan dengan imoralitas seksual pada sebuah  level personal. Disinilah bagaimana seharusnya kita memandangnya secara pribadi. Paulus ingin menunjukan bagaimana bahayanya, bagaimana dosa mengendalikan kita, bagimana penyimpangan ini menguasai kita, dan betapa menyesatkannya dosa satu ini.

Perhatikan apa yang selanjutnya dikatakan Paulus pada  ayat 13, “Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.” Poin pertama ia ingin menyatakan bahwa dosa seksual,  yaitu sebuah hubungan seksual diluar ikatan pernikahan seorang pria atau wanita adalah sebuah penyimpangan dari kehendak Tuhan, hal yang paling utama, karena tubuh tidak dibuat untuk seks, tubuh dibuat untuk Tuhan, hanya untuk Tuhan.  Tubuhmu bukan milikmu sendiri untuk melakukan apapun yang diinginkan. Tubuhmu dalam kepemilikan Tuhan.

Mereka menggunakan slogan kecil  tersebut berupaya untuk merayakan fakta akan seks, sama halnya dengan makan dan minum, tidak  lebih dari sebuah fungsi alamiah tanpa makna rohani. Dan disini Rasul Paulus berkata, “Anda tidak dapat memperlakukan tubuhmu dengan cara demikian. Makanan untuk tubuh. Perhatikan itu, atau perut dan tubuh untuk makanan, tetapi Tuhan akan memusnahkan keduanya dan mereka.” Apakah yang ia maksudkan? Tuhan akan menghancurkan makanan dan Tuhan akan menghancurkan perut . Poinnya adalah proses biologis ini akan berhenti. Ya, makan adalah sebuah proses biologi yang normal. Makanan dan perut memang saling bekerja tetapi Tuhan akan menghancurkan baik makanan dan perut. Dengan kata lain, dimasa depan kelak, akan ada sebuah waktu kala kita memiliki tubuh yang dimuliakan, tidak bergantung pada makanan dan tidak bergantung pada sistem pencernaan biologis. Ini hanya bersifat sementara, ini  akan lenyap seiring waktu. Tuhan akan melenyapkannya, tetapi  tubuh bukan untuk  pornografi, tetapi untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh sebagaimana didukung pada ayat 14 melalui kebangkitan.

“Sebagaimana Allah telah membangkitkan Yesus Kristus, Ia juga akan membangkitkan kita juga. Dan sebagaimana Yesus memiliki sebuah tubuh  kemuliaan yang dapat dikenali sebuah tubuh yang sama sekali baru yang tidak dikenakannya sebelum kematiannya demkian juga kelak kita memiliki tubuh kemuliaan yang juga dapat dikenali.” Dan apa yang sedang ia katakana disini adalah selagi makanan dan perut bersifat sementara, tubuh-tubuh orang percaya dalam keadaan dimuliakan adalah kekal. Sehingga apa yang anda lakukan dengan tubuh anda merupakan sebuah perhatian yang amat mendalam bagi Tuhan karena tubuhmu bukan ditujukan untuk dosa seksual tetapi bagi Tuhan. Jika anda menghendaki sebuah slogan maka biarlah slogannya berbunyi  jadikanlah Tubuh untuk Tuhan dan Tuhan untuk tubuh. Tubuh ini diletakan menjadi  bagian  yang tunduk kepada Tuhan. Tubuh ini memiliki tujuan yang sangat special.

Pada tatar yang lebih tinggi daripada perut dan makanan biologi yang akan lenyap. Itu adalah sebuah fungsi yang bersifat sementara, bahwa tubuh ini memiliki sebuah masa depan yang  permanent. Makanan dan perut berada pada level horizontal. Tubuh – tubuh dan Tuhan berada pada level vertical. “ Apa yang saya lakukan dengan tubuhku adalah sangat penting karena tubuhku ini  berada dalam kepemilikan Tuhan,” Roma 12:1,” supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.” Tubuhku bukan milikku. Tubuhku lebih dari sekedar organisme dengan fungsi biologi psikologis yang  animalistik (sifat hewani). Tubuhku berada dalam kepemilikan Tuhan Yesus Kristus. Oleh sebab itu seorang Kristen ketika   jatuh kedalam perbuat dosa seksual dan menghancurkan hubungan vertikal. Perbuatan ini  merusak hubungan vertikal. Bagiku sebagai orang  Kristen,  memandang tubuh ini seolah-olah tidak lebih dari sekedar alat psikologis yang hewani, digunakan dalam cara apapun yang saya maui sama dengan mengabaikan fakta bahwa tubuh ini dipersembahkan untuk Tuhan.

Tubuhmu tidak dibuat untuk seks; tubuhmu dibuat untuk Tuhan. Dan Tuhan memiliki sebuah rancangan spesifik atas tubuh. Itu mangapa ayat  14 berkata, “Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.” Paulus  berkata dalam 1 Korintus 15, “Kita akan mengenakan tubuh yang sempurna. Yang fana ini akan mengenakan kekekalan. Kematian akan ditelan oleh kehidupan. Kita akan memasuki kedalam eksistensi yang baru dan mulia. Kita akan memiliki pengganti atas tubuh yang jahat ini.” Filipi 3:21,” yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia.” Dengan kata lain, anda harus menyadari bahwa tubuhmu dikuduskan sebagai sebuah  alat bagi Tuhan. Ini adalah poin yang dahsyat. Jadi janganlah berbantahan dengan  mengatakan, “ Seks itu bukan apa-apa tetapi hal biologi,” dan anda merasa memiliki hak untuk melakukan apapu juga yang anda maui karena seks tidak lebih dari sekedar sebuah fungsi jasmaniah saja. Seks lebih dari itu. Tubuhmu ada dalam kepemilikan Tuhan.

Bersambung ke Bagian 3

Sexual Purity In Church, by John MacArthur  | Martin Simamora

No comments:

Post a Comment