Pages

16 June 2012

Rayuan Pornografi dan Intergeritas Pernikahan Kristen, Bagian Dua (A)

Cara pandang Kristen harus  mengarahkan semua pertimbangan seksualitas kepada institusi pernikahan. Pernikahan  bukan sekedar arena aktifitas seksual, dinyatakan dalam kitab suci sebagai rancangan ilahi untuk memperlihatkan  kemuliaan Tuhan diatas bumi ketika seorang suami dan seorang isteri bersama-sama menuju hubungan satu daging dalam  perjanjian pernikahan. Dipahami secara benar dan dilakukan secara benar, pernikahan adalah sebuah gambar kesetiaan  perjanjian Tuhan sendiri. Pernikahan harus memperlihatkan kemuliaan Tuhan, mengungkapkan pemberian-pemberian yang baik dari Tuhan  bagi ciptaan-ciptaannya, dan melindungi manusia dari kehancuran yang tak terhindarkan yang terjadi ketika  hasrat-hasrat seksual dicerai-beraikan dari tempat yang seharusnya.

Marjinalisasi pernikahan, dan antipati terbuka yang menyertainya dimana hal ini  ada banyak didalam budaya
pendekatan elit terkait  pertanyaan  atas pernikahan, yang menghasilkan sebuah konteks dimana orang-orang Kristen  yang berkomitmen terhadap sebuah etika pernikahan terlihat menjadi tanpa pengharapan sebab ini terlalu jauh dari budaya yang lebih besar. Sementara pernikahan lebih dilihat sebagai sebuah kontrak privat yang dibuat dan tidak dibuat sebagai sebuah keinginan pada masyarakat yang lebih  besar, orang-orang Kristen harus melihat pernikahan sebagai sebuah perjanjian yang tidak boleh dilanggar, dilakukan dihadapan Tuhan dan manusia, menegakan baik kenyataan-kenyataan yang abadi dan sementara.

Orang-orang Kristen tidak memiliki hak menjadi malu ketika membicarakan seks dan seksualitas. Sebuah keengganan yang tidak sehat atau rasa malu dalam berurusan dengan isu-isu ini merupakan sebuah bentuk perendahan penciptaan Tuhan.
Apapun yang Tuhan ciptakan adalah baik. dan setiap hal baik yang Tuhan ciptakan memiliki sebuah tujuan yang pada puncaknya memperlihatkan kemuliaan Tuhan. Ketika orang-orang Kristen konservatif merespon seks dengan sikap tak menentu atau rasa malu, kita menyatakan kebaikan Tuhan sebagai hal yang berbahaya dan menyembunyikan kemuliaan Tuhan  yang dimaksudkan untuk diperlihatkan dalam penggunaan karunia-karunia penciptaan secara benar.

Oleh karena itu, tanggungjawab utama kita adalah mengarahkan semua orang menuju penggunaan pemberiaan-pemberian baik dari Tuhan secara benar dan  legitimasi seks dalam pernikahan sebagai satu-satunya aspek vital pada maksud Tuhan dalam pernikahan sejak semula.

Banyak orang--khususnya orang-orang muda-- memegang pengharapan palsu pada  gambaran seks dalam hubungan pernikahan. Karena dorongan seks pada pria terutama diarahkan menuju kesenangan genital, para pria kerap mengasumsikan bahwa para wanita pun demikian juga. Sementara kesenangan jasmani memang sebuah bagian esensial pada pengalaman seks wanita, namun tidaklah difokuskan pada semata pemuasan genital sebagaimana yang terjadi pada banyak pria.

Sebuah sudut pandang  alkitab paham bahwa Tuhan telah mendemonstrasikan kemuliaannya baik didalam persamaan dan perbedaan yang menandai  laki-laki dan perempuan, pria dan wanita. Dibuat  dalam keserupaan dalam gambar Tuhan, pria dan wanita dibuat  memang untuk satu sama lain.  Fisik Tubuh pria dan wanita  masing-masing memiliki bagian untuk saling memenuhi. Dorongan  seks memanggil baik para pria dan wanita dan menuju ke sebuah hubungan dalam ikatan perjanjian yang diwujudkan dalam sebuah persatuan daging.

Bersambung


No comments:

Post a Comment