Pages

19 May 2012

Invasi Planet Bumi

Image: courtesy of NASA
Pengantar

Inskonsistensi diperlihat oleh kita, umat manusia dengan  tak henti-hentinya, mengagumkan dan terkadang membingungkanku. Sebagai contoh, saya mencatat hampir semua teolog kini anehnya  tak berkata apapun ketika manusia berupaya untuk bertindak bagaikan Tuhan dalam hal pembentukan janin manusia dalam kandungan. Manusia kini mengintervensi proses natural reproduksi manusia dengan berbagai metode seperti kloning, penentuan jenis kelamin  dan  fertilisasi dalam tabung. Dan, walaupun, para  teolog yang sama ini  tidak memrotes terhadap intervensi manusia dalam hal yang sangat sakral seperti hal reproduksi, mereka ini jugalah yang pertama-tama melarang Tuhan melakukan intervensi dalam kelahiran Juru Selamat pada sekitar 2000 tahun lalu. Seperti saya katakan, inkonsistensi semacam ini membingungkan saya. Mereka bersikukuh bahwa Tuhan tidak dapat, tidak seharusnya, dan tidak dapat melakukan intervensi dalam terbentuknya janin bayi Kristus, untuk membuat janin Yesus tidaklah lebih dari hal yang normal dan fenomena yang alamiah.



Dengan segala hormat terhadap  para teolog liberal yang kerap tak dapat dikritisi, adalah hak kami untuk menginvestigasi dari rekaman-rekaman yang berasal dari para penulis Injil yang diinspirasi terkait kelahiran Yesus Kristus. Itulah sebabnya, saya memberi judul pada artikel ini " Invasi Planet Bumi." Beberapa subyek   lebih penting bagi kita untuk dipelajari, jadi mari kita mulai dengan meninjau beberapa alasan mengapa investigasi ini begitu vital bagi manusia  pada hari ini.


(1) Doktrin-Doktrin Kelahiran Perawan dan Inkarnasi  Merupakan Hal-Hal Yang Menjadi Debat Teologis.
Tahun lalu 7 orang teolog Inggris berkolaborasi untuk menerbitkan sebuah buku berjudul, The Myth of God Incarnate (Mitos Inkarnasi Tuhan). Keseluruhan dan substansi buku tersebut nampaknya menegaskan bahwa kita tidak dapat mengandalkan catat-catatan peristiwa didalam Injil mengenai kelahiran perawan dan inkarnasi Kristus secara literal sebagaimana dicatatkan, walaupun  seorang dapat berharap untuk menerima semua catatan Injil secara serius.

Penulis buku The Myth of God Incarnate menginginkan kita untuk menyampakkan iman kita terhadap fakta-fakta didalam Alkitab. Catatan-catatan didalam Injil, kata mereka, itu bukanlah laporan-laporan sejarah yang akurat tetapi  rekaan-rekaan khayal untuk memberikan kepercayaan iman pribadi mereka didalam Kristus yang dengannya mereka mengalami semacam perjumpaan yang subyektif.

Kelahiran dari seorang perempuan perawan bukanlah sebuah kejadian yang nyata terjadi tetapi sebuah pembubuhan yang diusulkan, yang kepada kita dikatakan oleh mereka, didasarkan baik dari pengharapan-pengharapan Yahudi atau kepercayaan-kepercayaan dalam kelahiran-kelahiran supernatural.

Semua hal ini, yang memberatkan kamu, berasal dari mereka yang berupaya membawa kita untuk percaya bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Tuhan. Penyimpangan-penyimpangan semacam ini tidaklah unik pada era kita sekarang  ini.
(2)Doktrin-doktrin Inkarnasi dan Kelahiran Perawan adalah Jantung Iman Kristen.


Tak hanya doktrin-doktrin yang terkait kelahiran Yesus Kristus sebagai sebuah debat yang panas, doktrin-doktrin ini  juga merupakan jantung penting dari iman Kristen. Doktrin-doktrin kelahiran  dari seorang wanita perawan dan inkarnasi adalah apa yang dapat kita sebut fundamental-fundamental iman. Walaupunjelas sekali tidak mungkin untuk seorang  dapat mengatakan beriman kepada Kristus sementara juga mengabaikan doktrin-doktrin ini, sangat sulit bagi orang-orang Kristen untuk memahami penolakan-penolakan terhadap ragam doktrin ini . Saya mencoba mengajukan beberapa alasannya:
a.Kredibilitas Para penulis Injil dipertaruhkan.
Beberapa orang  nekat untuk menyangkali bahwa Matius dan Lukas dengan beraninya mengemukakan sebuah kelahiran  perawan, mengajarkannya dengan menggunakan berbagai istilah yang sangat jelas (bandingkan dengan Matius 1:18,20,23-25; lukas 1:27,31,34-35). Jika para penulis Injil tidak dapat dipercaya dalam hal-hal ini, bagaimana kita dapat mempercayai  semua hal lainnya yang mereka beritakan kepada kita? Injil-Injil adalah sebuah potongan utuh; kesemua Injil  berdiri tegak bersama-sama atau jatuh bersama-sama. Kita tidak dapat  untuk tidak memercayai bagian manapun tanpa membahayakan keterpercayaannya secara keseluruhan.

b. Kredibilitas Yesus Kristus, Mesias kita Dipertaruhkan.
Nabi-nabi dalam Perjanjian Lama telah menuliskan bhawa Messias bukanlah hanya manusia biasa, tetapi Tuhan itu sendiri (Yesaya 7:14; 9:6; Mika 5:2). Yesus secara terbuka menyuarakan klaim ini (Yohanes 4:26; 8:58; Lukas 22:66-70). Dia memanifestasikan atribut-atribut yang hanya dilekatkan pada Tuhan saja (Ibrani 13:8; Kolose 1:17; Matius 28:18,20; 1 Korintus 4:5), mengklaim  otoritas yang dimiliki Tuhan (Markus 2:5-7), dan menerima penyembahan sebagai Tuhan (Yohanes 20:28). Jika para penulis Injil melakukan kesalahan, maka demikian juga dengan Tuhan kita. Kredibilitasnya, demikian juga dengan para penulis Injil,  juga pasti salah.

Untuk memadatkan poin ini satu langkah kedepan, tak hanya kredibilitas Tuhan kita yang dipertaruhkan, tetapi juga segala hal yang melekat pada dirinya yang menegaskan kemesiasannya. Yesus Kristus telah datang sebagai Adam kedua, manusia yang sempurna, Domba Allah yang tak bercela (tanpa dosa) yang satu-satunya dapat mati sebagai korban subtitusi yang tak berdosa bagi dosa-dosa manusia. Jika kelahirannya ternyata kurang dari apa yang digambarkan oleh Matius dan Lukas, maka Yesus akan didiskualifikasi sebagai substitusi bagi orang-orang berdosa. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dr. Chafer :
“His full deity and complete humanity are essential to His work on the cross. If He were not man, He could not die; if He were not God, His death would not have had infinite value.”
[Keilahiannya yang sepenuhnya dan kemanusiaannya yang  lengkap adalah penting  untuk karyanya diatas kayu salib, Jika Dia bukan manusia, ia tidak dapat mati; jika ia bukan Tuhan, kematiannya tidak akan memiliki nilai yang tak terbatas]

Bersambung : Bagian 2

The Invasion of Planet Earth,Bob Deffinbaugh | Martin Simamora

No comments:

Post a Comment