Pages

19 March 2012

Orang Percaya & Pencobaan (Part 3)

Gereja Kristen Injili Nusantara (GKIN)





R E V I V A L


Kebaktian Minggu : Jam 09.00 di Hotel Sylvia Lt.4; Pemahaman Alkitab : Rabu, Jam 17.00 di Hotel Dewata

 

Khotbah Minggu, 26 Februari 2012

ORANG PERCAYA & PENCOBAAN (Part 3)

By. Pdt. Esra Alfred Soru, STh, MPdK


Mat 4:1-12 – (1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. (12) Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea.



Dalam part 1 & 2 kita sudah membahas 6 hal penting yang berkaitan dengan pencobaan di padang gurun ini : (1) kapan pencobaan ini terjadi?, (2) Siapa yang dicobai?, (3) Siapa inisiator pencobaan tersebut?, (4) Berapa kali Yesus dicobai?, (5) Mengapa Yesus harus mengalami pencobaan? Dan (6) Mungkinkah Yesus berdosa? Sekarang kita akan masuk pada inti pencobaan yang diberikan oleh setan kepada Yesus dan kita akan bahas pencobaan ini satu per satu. Hari ini kita akan bahas pencobaan yang pertama. Teks yang akan kita pelajari adalah ayat 2-4 :


Mat 4:2-4 - (2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. (3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Kita akan membahas teks ini dalam beberapa bagian :

I.       YESUS BERPUASA.

Setelah dibawa ke padang gurun oleh Roh (Mat 4:1), Yesus lalu mulai berpuasa selama empat piluh hari empat puluh malam.

Mat 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

Tentang bilangan 40 ini, memang sering muncul dalam Kitab Suci misalnya hujan pada zaman Nuh turun selama 40 hari 40 malam, Musa berpuasa 40 hari, Elia berpuasa 40 hari, Israel ada di padang gurun selama 40 tahun, Yesus menampakkan diri selama 40 hari, dll. Demikian juga bilangan 3,7,12 sering muncul dalam Kitab Suci. Terhadap hal ini kita harus hati-hati supaya kita tidak mempunyai kepercayaan yang bersifat takhyul tentang bilangan-bilangan ini seperti misalnya dalam perayaan hari ke-40 dari orang yang sudah mati. 1 Tim 4:7 menyuruh kita menjauhi takhyul : “Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua….” Ingat bahwa kepercayaan terhadap takhyul bukanlah dosa yang remeh, karena ini menyangkut kepercayaan asing, sehingga tidak berbeda dengan syncretisme (kepercayaan terhadap 2 agama atau lebih) maupun kepercayaan terhadap berhala!

Di dalam Kitab Suci, orang lain yang pernah melakukan puasa 40 hari 40 malam adalah Musa dan Elia.

·        Musa.

Kel 34:28 - Dan Musa ada di sana bersama-sama dengan TUHAN empat puluh hari empat puluh malam lamanya, tidak makan roti dan tidak minum air, dan ia menuliskan pada loh itu segala perkataan perjanjian, yakni Kesepuluh Firman.
Terlihat bahwa dalam puasa ini Musa melakukan puasa total (tidak makan dan tidak minum sama sekali). Ini hanya bisa terjadi karena mujizat Tuhan. Ingat, orang bisa tahan 40 hari tanpa makan tapi orang hanya bisa bertahan beberapa hari saja tanpa minuman.

·        Elia

1 Raj 19:8 - Maka bangunlah ia, lalu makan dan minum, dan oleh kekuatan makanan itu ia berjalan empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
Tidak jelas Elia puasa makan dan minum atau hanya puasa makan saja. Ada banyak penafsir yang mengatakan bahwa elia tidak makan dan tidak minum tapi saya lebih condong menganggap bahwa ia tidak makan tetapi minum. Dasarnya adalah di awal dikatakan bahwa “lalu makan dan minum” tetai selanjutnya dikatakan : “oleh kekuatan makanan itu” dan bukan “oleh kekuatan makanan dan minuman itu”.

Lalu bagaimana dengan puasanya Yesus? Nampaknya Yesus bukan puasa total (tidak makan dan tidak minum) melainkan hanya tidak makan saja tetapi tetap minum. Ini bisa dilihat dari:

·        Ayat 2 mengatakan ‘lapar’, bukan ‘haus’.

Mat 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

·        Ayat 3 mengatakan bahwa iblis mencobai dengan roti, bukan dengan air. Kalau Yesus juga berpuasa terhadap air, pasti setan akan mencobai dengan air, bukan dengan roti.
·        Luk 4:2 mengatakan bahwa Yesus ‘tidak makan apa-apa’.

Luk 4:2 - Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar.
Kalau Yesus tetap minum, lalu darimana ia mendapatkan minuman di padang gurun seperti itu? Tradisi mengatakan bahwa Ia minum air pohon kaktus yang tumbuh di padang gurun. Jadi memang ada perbedaan kecil dalam puasa Musa, Elia dan Yesus. Tetapi bagaimana pun juga bahwa mereka berpuasa selama 40 hari 40 malam lebih menonjolkan sisi kesamaannya daripada secuil perbedaannya.

Bahwa Musa, Elia dan Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam, tidaklah berarti bahwa kita juga harus berpuasa seperti itu. Mengapa? Karena ini bagian Alkitab yang bersifat descriptive / penggambaran yang hanya menceritakan apa yang terjadi tanpa bermaksud untuk menjadikan hal itu sebagai rumus / norma / hukum dalam kehidupan kita. Ini sama seperti kalau Yesus berjalan di atas air, tentu juga tidak berarti bahwa kita juga harus berjalan di atas air. Kalau Musa membelah laut Teberau tidak berarti bahwa kita pun harus melakukan hal yang sama.

Matthew Henry – Ada sebagian orang yang melakukan puasa dengan mengacu kepada puasa Kristus yang 40 hari ini, tetapi ini merupakan suatu kebodohan…” (Injil Matius 1-14, hal. 99).

Calvin juga berpandangan sama dengan Matthew Henry. Tetapi saya tidak berani mengatakan demikian karena bisa saja untuk tujuan tertentu Tuhan menyuruh seseorang untuk melakukan puasa seperti itu. Ini kasus yang jarang terjadi. Saya baru menganggap ini kebodohan kalau orang melakukan puasa seperti ini atas keinginannya sendiri. Sadhu Sundar Singh dari India pernah mencoba berpuasa selama 40 hari tetapi ia gagal bahkan hampir mati.

Hal lain yang perlu dipikirkan adalah mengapa Yesus perlu berpuasa di padang gurun itu sebelum iblis mencobai-Nya? Jelas puasa Kristus tidak boleh disamakan dengan puasa manusia di mana manusia sering melakukan puasa untuk mengekang/mematikan keinginan daging. Kristus yang tidak berdosa dan bahkan tidak mempunyai kemungkinan berdosa tidak memiliki sifat daging yang perlu dikekang/dimatikan di dalam diri-Nya. Kalau begitu untuk apa Yesus berpuasa? Saya memikirkan 3 kemungkinan :

a.      Ini ada hubungannya dengan Musa dan Elia.

Tadi sudah saya sebutkan bahwa puasa 40 hari 40 malam ini hanya pernah dilakukan oleh 3 orang yakni Musa, Elia dan Yesus. Musa dan Elia adalah 2 orang penting dalam PL yang mewakili 2 babakan wahyu Allah di mana Musa mewakili zaman Taurat dan Elia mewakili zaman para nabi. Bahwa adanya 2 babakan pewahyuan ini terlihat dari 2 ayat di bawah ini :

Mat 5:17 - “‘Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya”.

Luk 24:27 - Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
Tetapi wahyu Allah belum selesai sampai pada zaman para nabi. Wahyu belum lengkap, belum sempurna, belum mencapai klimaksnya. Masih ada 1 babakan pewahyuan lagi yang terakhir, sempurna dan klimaks yakni zaman Perjanjian Baru dan yang menjadi tokoh sentral dalam pewahyuan ini adalah Yesus Kristus.

Ibr 1:1-2 – (1) Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, (2) maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada….”

Kalau begitu maka 3 tokoh ini (Musa, Elia dan Yesus) penting karena masing-masing mewakili 1 zaman pewahyuan. Karena itulah mereka bertiga pernah bertemu bersama di sebuah gunung.

Mat 17:3 - Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia.
Jika demikian adalah masuk akal untuk ketiganya mendapatkan / mengalami / melakukan sejumlah hal yang sama. Musa dan Elia mempunyai pengalaman pribadi di atas gunung bersama Tuhan (Kel 31;  1Raja 19:9-18) dan adalah masuk akal bahwa Yesus dibawa ke padang gurun juga yang memang posisi geografisnya di atas gunung. Musa dan Elia pernah berpuasa 40 hari 40 malam, dan karena itu adalah masuk akal bahwa Yesus juga berpuasa 40 hari 40 malam. Jadi dengan kata lain berpuasanya Yesus selama 40 hari 40 malam ini mensejajarkan diri-Nya dengan Musa dan Elia sebagai perwakilan dari 3 zaman pewahyuan.

J.J.de Heer – “…di sini Yesus menjadi ‘Musa yang kedua’ sebab dalam Kel 34:28 diberitakan bahwa Musa, di atas gunung Sinai, tidak maka roti dan tidak minum air, 40 hari 40 malam lamanya. Barangkali Matius, dengan menekankan bahwa Yesus dibawa ke atas yaitu pegunungan (ayat 1), hendak memperlihatkan kesejajaran Yesus dan Musa. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 50).  

Matthew Henry – “…Ia berpuasa 40 hari 40 malam mengikuti teladan Musa, sang pemberi hukum yang luar biasa itu, dan Elia, sang pembaru besar di zaman PL. (Injil Matius 1-14, hal. 98).

Adam Clarke – Sungguh luar biasa bahwa Musa, pemberi hukum besar bagi bangsa Yahudi, sebelum menerima hukum Allah berpuasa 40 hari di gunung; bahwa Elia, kepala dari para nabi, juga berpuasa 40 hari, dan bahwa Kristus, pemberi Perjanjian Baru, harus bertindak dengan cara yang sama.

b.      Ini ada hubungannya dengan Adam.

Yesus disebut sebagai Adam kedua / terakhir bahkan Adam adalah type dari Yesus.

1 Kor 15:45 - Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.
Rom 5:14 - Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang.
Kedatangan Yesus ke dalam dunia ini adalah untuk menebus dosa yang dimulai dari Adam yang lalu merembet ke seluruh manusia. Adam berdosa di taman Eden. Tapi dalam soal apa Adam jatuh? Dalam soal makanan di mana ia makan buah yang dilarang oleh Tuhan. Sekarang Adam yang terakhir (Yesus Kristus) memulai pelayanan-Nya dengan dicobai oleh iblis, tetapi Ia terlebih dahulu berpuasa, pantang terhadap makanan dan lalu dicobai iblis dalam hal makanan ini (persis dengan cobaan pertama bagi Adam) dengan menyuruh-Nya mengubah batu-batu menjadi roti. Tapi Dia akhirnya menang terhadap godaan ini. Dengan kata lain Yesus berpuasa untuk memberikan kesempatan pada iblis untuk mencobai-Nya dalam urusan makanan dan lewat itu Ia membuktikan diri bahwa Ia tidak jatuh dalam dosa dalam hal makanan sebagaimana yang terjadi pada Adam pertama di taman Eden.

Matthew Henry – Manusia jatuh karena makanan, dan melalui hal itu kita pun sering jatuh dalam dosa. Itulah sebabnya Kristus tidak makan. (Injil Matius 1-14, hal. 99).

Budi Asali – Seperti Adam, Yesus dicobai dengan menggunakan makanan. Tapi perbedaannya adalah Adam dicobai di taman Eden di mana ada banyak makanan dan pada saat Adam tidak lapar; Yesus dicobai di padang gurun di mana tidak ada makanan dan pada saat Yesus berpuasa selama 40 hari 40 malam.

c.       Ini ada hubungan dengan bangsa Israel.
Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa mereka mengembara di padang gurun selama 40 tahun setelah keluar dari Mesir. Selama masa pengembaraan 40 tahun itu mereka seringkali mengalami pencobaan dalam hal makanan dan mereka seringkali gagal dalam pencobaan itu. Sekarang Yesus melakukan puasa selama 40 hari supaya Ia bisa dicobai oleh iblis dalam hal makanan dan ini lalu menunjukkan kemenangan-Nya atas cobaan dalam hal makanan ini. Bahwa hubungan ini ada terlihat dari perbandingan antara Ul 8:2-3 dan Mat 4:1-2 yang menunjukkan banyak kemiripan (perhatikan warna-warna yang sama) :


Demikianlah penjelasan tentang berpuasanya Yesus di awal pencobaan yang Ia alami.
II.       COBAAN SETAN.

Teks kita berkata bahwa setelah berpuasa 40 hari, Yesus lalu merasa lapar.

Mat 4:2 - Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

Ayat ini memberi kesan bahwa Yesus baru merasa lapar setelah 40 hari. Apakah ini aneh / salah? Sebetulnya tidak aneh ataupun salah! Seorang yang bernama Arthur Wallis, dalam bukunya yang berjudul ‘God’s Chosen Fast’ (Puasa Pilihan Allah), hal 77-78 menjelaskan akan adanya 3 tahap yang akan dialami seseorang kalau melakukan puasa jangka panjang :
·       Tahap I yang berlangsung sekitar 2-3 hari (lamanya tahap-tahap ini bisa berbeda untuk tiap orang), di mana orangnya merasa sangat lapar.
·          Tahap II yang juga berlangsung sekitar 2-3 hari, di mana orangnya tidak lagi merasa terlalu lapar, tetapi merasa badannya lemas, pusing dan malas untuk bergerak. Ini adalah bagian yang terberat dalam melakukan puasa jangka panjang.
·          Tahap III. Pada tahap ini orang yang tadinya lemas itu mulai pulih kekuatannya, dan ia tidak lapar lagi. Pada tahap ini orangnya merasa bahwa ia bisa puasa terus tanpa problem. Tetapi kalau puasa ini diteruskan, maka pada saat tertentu, rasa lapar tahu-tahu muncul lagi dengan sangat hebatnya. Ini menunjukkan bahwa lemak tubuh sudah habis, dan kalau puasa itu tetap diteruskan, ini menjurus pada starvation (mati kelaparan). Lamanya tahap III ini tentu saja sangat berbeda untuk setiap orang, dan sangat tergantung pada gemuk / kurusnya orang yang berpuasa. Orang gemuk, karena cadangan lemak yang banyak, bisa bertahan lebih dari 40 hari, sedangkan orang kurus mungkin hanya bertahan 20 hari.

Dari sini bisa kita simpulkan, bahwa Yesus sudah sampai pada akhir dari tahap III, dan karena itu tidak aneh / tidak salah kalau dikatakan bahwa : setelah berpuasa 40 hari dan 40 malam, akhirnya laparlah Yesus’. Nah, dalam kondisi lapar yang semacam inilah muncullah iblis dan mencobai Yesus.

Mat 4:3 - Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."

Kitab Suci tidak menjelaskan bagaimana caranya iblis memberikan pencobaan ini kepada Yesus. Apakah ia menampakkan diri? Atau hanya memperdengarkan suara saja? Kalau ia menampakkan diri, apakah ia muncul berbentuk ular, atau manusia, atau malaikat? Ini tidak dijelaskan! Tetapi yang jelas adalah pencobaan ini bukannya muncul dalam pikiran / hati Yesus, karena kalau itu terjadi, maka Ia sudah berdosa. Dari pencobaan yang dilakukan setan ini, ada 2 hal yang akan saya bahas :

a.      Pencobaan ini menunjukkan betapa cerdiknya setan.

Kecerdikkan iblis nampak lewat beberapa fakta :

1)      Ia muncul seolah-olah dengan niat yang sangat baik.

Ingat bahwa Yesus ada dalam kondisi lapar yang sangat hebat dan sesuai dengan keterangan dari Arthur Wallis di atas, jika pada tahap ini tidak makan maka itu sama dengan bunuh diri. Kalau saudara ada dalam kondisi demikian lalu muncul seseorang yang menawarkan makanan pada saudara, apakah saudara akan anggap orang itu orang jahat atau orang baik? Sudah tentu kebanyakan kita akan menganggapnya sebagai orang baik. Di sini setan muncul dengan tawarannya yang seolah-olah sangat baik dan bersifat menolong Yesus dari bahaya kematian karena kelaparan. Hal yang sama terjadi di taman Eden di mana dia muncul seolah-olah sebagai orang yang baik yang akan menolong Adam dan Hawa dari ketidakbaikan Tuhan Allah karena Tuhan Allah tidak mau mereka makan buah terlarang yang akan membuat mereka menjadi sama seperti Tuhan Allah. Di sinilah kelicikan iblis. Alkitab berkata bahwa iblis dapat menyamar sebagai malaikat terang.

2 Kor 11:14 - Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang.
Matthew Henry – Iblis bisa menyamar sebagai malaikat terang, dan itulah yang dilakukannya sekarang dengan berpura-pura menjadi malaikat penolong yang cerdas dan baik. (Injil Matius 1-14, hal. 100).

Karena itu kita harus berhati-hati karena seringkali iblis menyerang kita melalui orang-orang yang kelihatannya memberikan solusi yang baik bagi persoalan kita padahal solusi itu justru menjatuhkan kita dalam dosa.

2)      Ia memberikan tawaran yang sangat cocok dengan situasi dan kondisi saat itu.

Situasi dan kondisi yang bagaimana? Dia menyuruh mengubah batu-batu menjadi roti dan ini sangat menarik karena batu-batu di padang gurun pada saat itu memang mirip dengan roti orang Yahudi.

J.J.de Heer – Iblis menunjuk kepada batu-batu yang terserak di padang gurun itu. Batu-batu itu bentuknya bundar dan kuning warnanya, menyerupai roti yang adalah makanan pokok orang Yahudi. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 52).  

William Barclay – Padang gurun biasanya dipenuhi oleh batu-batu kecil yang bentuknya menyerupai potongan-potongan roti. Kenyataan inilah yang mendorong munculnya pencobaan. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).

Bandingkan :

Mat 7:9 - Siapakah di antara kamu, jikalau anaknya meminta roti, memberi batu kepadanya?
Dia menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti karena memang pada saat itu tidak ada kemungkinan yang lain untuk mendapatkan roti di padang gurun seperti itu.

Budi Asali – Pencobaan untuk membuat batu menjadi roti ini sangat logis, karena saat itu Yesus membutuhkan roti, tetapi tidak ada roti, dan tidak bisa membeli roti ataupun membuat roti dengan cara biasa. Hati-hati dengan godaan yang logis! Misalnya : istrimu sudah jelek dan tidak memuaskan kamu, dan kamu sebagai orang laki-laki mempunyai nafsu seks yang harus disalurkan. Kalau ditahan terus nanti bisa stress / gila! Jadi, carilah wanita lain / pelacur yang bisa memuaskan kamu.

Dia tahu bahwa Yesus lapar dan dia tidak menawarkan hal yang lain. Dia tahu bahwa yang paling dibutuhkan oleh orang lapar adalah makanan/roti. Karena itu ia segera mencobai Yesus untuk mengubah batu-batu menjadi roti. Sesuai dengan tahapan puasa yang diungkapkan oleh Arthur Wallis di atas berarti Yesus juga sudah merasa lapar pada tahap I, tetapi pada saat itu iblis masih menahan pencobaannya karena kelaparan pada saat itu belumlah kritis. Ia baru mencobai Yesus pada kelaparan tahap III, dan ini adalah kelaparan yang kritis yang apabila tidak segera makan akan mati. Dari sini kita bisa lihat bahwa setan menyerang titik lemah Yesus. Dan ini juga yang sering ia lakukan pada manusia. Setan tahu titik lemah kita dan setan selalu berusaha menyerang titik lemah kita.  Misalnya:
~        Saudara lemah dalam persoalan seks. Maka setan bukan hanya akan menyerang titik lemah itu, tetapi juga menyerangnya pada saat yang tepat, misalnya pada waktu saudara sedang bertengkar dengan istri saudara.
~        Saudara adalah seorang yang tamak. Maka setan terus akan memanfaatkan titik lemah itu, dan ia mungkin sekali bahkan akan memberikan saudara kesempatan bisnis yang saatnya bertepatan dengan kebaktian / Pemahaman Alkitab. Ini sekaligus akan memberikan serangan dobel kepada saudara.
~        Saudara adalah seorang pemarah. Maka setan akan memberikan banyak orang / hal yang menjengkelkan saudara, dan itu mungkin sekali diberikannya pada saat yang tepat, yaitu pada saat saudara memang sudah sumpek. Ini membuat saudara meledak dalam kemarahan!
~        Anak saudara sedang sakit berat dan hampir mati, dan lalu ada orang yang cerita tentang dukun yang hebat.
~        Saudara sedang malas untuk kebaktian, ada teman datang dan mengajak piknik.
~        Saudara sedang sangat butuh uang, lalu ada kesempatan untuk korupsi/mencuri.
~        dll.

Karena itu kita harus tahu titik lemah kita, dan selalu waspada dalam hal itu dan setiap hari membentenginya dengan doa.

3)      Ia mengawali pencobaannya dengan kata-kata “jika engkau Anak Allah”.
Mengapa iblis mengatakan kalimat ini? Ini jelas ada hubungannya dengan pengalaman saat Yesus dibaptis di mana ada suara Bapa : “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi…” dan karena itu maka iblis (yang rupanya mendengar hal itu) memakai hal itu dalam serangannya terhadap Yesus. Bandingkan 2 ayat ini :
Kata “Jika” dalam Mat 4:3 ini memakai kata bahasa Yunani “EI”.

Kata “EI” ini bisa diterjemahkan “if / jika” dan bisa juga diterjemahkan “since / karena”. Jadi bunyi ayat itu bisa saja seperti terjemahan LAI : "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tapi bisa juga : "Karena Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." 2 kemungkinan ini akan saya jelaskan nanti tapi di sini kita bisa melihat kecerdikan setan di dalam meramu pencobaannya dengan mengaitkan kata-kata Bapa sewaktu Yesus dibaptis dengan pencobaan yang diarahkan pada Yesus.

1)      Ia tahu bahwa Yesus mempunyai kemampuan untuk mengubah batu-batu menjadi roti.

Setan tidak mungkin menyuruh Yesus mengubah batu-batu menjadi roti apabila Yesus memang tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan hal itu. Justru karena Yesus mampu untuk mengubah batu-batu menjadi roti itulah maka Ia dicobai dengan untuk mempergunakan kemampuan-Nya itu.

Tyndale - Bahwa hal-hal itu adalah pencobaan, secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yesus tahu bahwa Ia mempunyai kuasa yang luar biasa. ‘Bukanlah pencobaan bagi kita untuk mengubah batu menjadi roti atau untuk meloncat dari bubungan Bait Suci’.

Dari sini bisa juga ditarik kesimpulan bahwa makin besar kuasa / kekuatan yang ada pada kita, makin banyak pencobaan yang bisa disodorkan oleh setan kepada kita! Misalnya :
~        Orang miskin tidak akan merasakan jalan-jalan ke tempat-tempat rekreasi yang bagus pada hari Minggu sebagai suatu pencobaan, karena itu sama sekali di luar kemampuannya, tetapi bagi orang kaya hal itu merupakan godaan.
~        Orang miskin tidak akan merasakan godaan untuk membeli barang-barang mewah tanpa ada perlunya karena hal itu tidak mungkin baginya tapi bagi orang kaya itu adalah satu pencobaan.
~        dll

Karena itu, makin saudara kaya / berkuasa, makin saudara harus mendekatkan diri kepada Tuhan dan belajar Firman Tuhan, supaya saudara kuat menghadapi pencobaan yang semakin banyak itu.

a.      Maksud sesungguhnya dari cobaan setan ini.

Sekarang kita perlu singkapkan apa sebenarnya tujuan setan dibalik pencobaan untuk mengubah batu-batu menjadi roti.

1)      Melalui pencobaan ini, setan berusaha mengalihkan Yesus dari perkara rohani kepada perkara jasmani.

Yesus sementara berpuasa dan ini adalah urusan rohani. Tetapi setan lalu datang menggoda Dia dengan roti yang adalaah urusan jasmani. Dengan kata lain setan sementara berusaha mengalihkan perhatian Yesus dari perkara rohani kepada perkara jasmani. Hal semacam ini seringkali dilakukan setan terhadap anak-anak Tuhan sehingga ada banyak anak Tuhan yang lalu lebih memilih urusan-urusan jasmani daripada urusan rohani.
~        Lebih memilih nonton TV daripada berdoa.
~        Lebih memilih jalan-jalan, shoping, nonton, dll daripada ikut kelas PA.
~        Lebih memilih ikut acar pesta daripada kebaktian.
~        Lebih suka membaca koran / majalah / FB daripada Alkitab.
~        dll

Kalau saudara digoda oleh setan dengan mengarahkan diri saudara pada hal-hal jasmani, ingatlah kata-kata Paulus berikut ini :

2 Kor 4:18 - Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal”.

2)  Melalui pencobaan ini, setan berusaha agar Yesus kehilangan kepercayaan kepada Bapa-Nya dan mencari solusi bagi persoalan-Nya sendiri.

Tujuan setan ini terkait dengan kata-kata Jika Engkau Anak Allah”. Dan tadi sudah saya jelaskan bahwa iblis menggunakan kata-kata ini karena sebelumnya dalam peristiwa pembaptisan Yesus, Bapa berkata “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi….”. Lalu apa maksud iblis sebenarnya dengan pencobaan ini? Ia bermaksud untuk membuat Yesus ragu terhadap status-Nya sebagai Anak Allah atau meragukan kata-kata Bapa-Nya. Maksudnya adalah kalau memang benar Allah adalah Bapa-Mu atau Engkau adalah Anak Allah, mengapa Allah Bapa bisa membiarkan Engkau dalam keadaan kelaparan semacam ini? Engkau bukan Anak Allah atau mungkin benar Engkau adalah Anak Allah tetapi Allah adalah Bapa yang tidak baik yang tidak peduli terhadap kesulitan-Mu. Daripada berharap pada-Nya, atasilah persoalan-Mu sendiri dengan mengubah batu-batu ini menjadi roti. Toh Engkau sanggup melakukannya tanpa bantuan Bapa-Mu. Dari sini terlihat bahwa iblis sementara berusaha untuk memutuskan hubungan Yesus dengan Bapa-Nya dan dengan demikian Yesus tidak perlu bergantung lagi pada Bapa-Nya dan lalu berusaha untuk mengatasi persoalan-Nya sendiri (kelaparan) dengan menggunakan kuasa yang ada pada-Nya. Inilah tujuan setan sebenarnya. Dan pencobaan semacam ini masih terus dilakukan iblis hingga hari ini. Ada banyak anak Tuhan yang berada dalam persoalan yang berat (sakit penyakit, kemiskinan/kekurangan, problem studi/pekerjaan, problem rumah tangga, dll). Mereka berdoa dan berdoa tetapi kelihatannya tidak ada pertolongan dari Allah dan setan lalu menggoda mereka untuk tidak lagi percaya kepada Allah dan berusaha mengatasi persoalan mereka dengan cara mereka sendiri.

Budi Asali - Pencobaan ini bertujuan supaya Yesus tidak mempercayakan diri kepada Bapa-Nya, tetapi menangani persoalan lapar itu dengan cara yang tidak halal yaitu dengan menggunakan keilahian-Nya. Mengapa itu tidak halal? Karena pada waktu hidup di dunia sebagai manusia Yesus tidak pernah menggunakan keilahian-Nya untuk kepentingan-Nya sendiri. Kalau Ia selalu menggunakan keilahian-Nya untuk kepentingan-Nya sendiri, maka Ia tidak akan bisa menderita bagi kita.

Perhatikanlah, bukankah ada banyak anak Tuhan yang jatuh dalam pencobaan semacam ini? Kita harus selalu berhati-hati untuk tidak mencari solusi bagi persoalan kita sendiri dengan melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan.

Matthew Henry – Ketika Yesus mulai lapar, lebih-lebih di padang gurun di mana tidak ada yang bisa dimakan, iblis pun melancarkan serangannya. Perhatikanlah, kekurangan dan kemiskinan merupakan godaan besar yang membuat orang menjadi tidak puas diri dan tidak mempercayai Tuhan, dan akan menggunakan cara-cara yang tidak halal untuk memenuhi kebutuhannya… kemiskinan  itu merupakan suatu pencobaan… Oleh sebab itu mereka yang kekurangan perlu melipatgandakan kewaspadaannya. Lebih baik mati kelaparan daripada hidup makmur dalam dosa. (Injil Matius 1-14, hal. 101).

Budi Asali - Setan juga selalu menyerang kita supaya kita tidak mempercayakan diri kita kepada Allah, tetapi menangani sendiri dengan menggunakan cara yang tidak halal (mencuri, korupsi, nyogok, berdusta, pergi ke dukun dsb).

J.J.de Heer – Menjadikan roti, sebelum tiba saatnya oleh Yesus dirasakan sebagai mau terlalu cepat “keluar dari kesulitan”, menempuh jalan sendiri dan kurang percaya kepada Bapa-Nya di sorga. Pencobaan yang Yesus alami kita alami juga. Adalah sangat berbahaya bahwa kita menjadi kurang sabar. Apabila kita berdoa, kita kadang-kadang seakan mau memaksa Tuhan untuk bertindak cepat. Kita kadang-kadang melupakan bahwa Tuhan, juga kalau Ia hendak membukakan suatu jalan keluar dari kesukaran-kesukaran kita, memakai jalan serta waktu-Nya sendiri. Untuk itu kita harus sabar menunggu pertolongan, seperti yang Yesus lakukan di padang gurun. (Tafsiran Alkitab Injil Matius, hal. 53).  

Dalam hal ini kita perlu meneladani Zadrakh, Mesakh dan Abednego yang berprinsip bahwa seadainya Allah tidak menolong mereka sekalipun, mereka tidak akan mau melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran.

Dan 3:17-18 – (17) - Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18) tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

3) Melalui pencobaan ini, setan berusaha agar Yesus memanfaatkan status serta kuasa-Nya untuk mencari kepentingan diri sendiri.

Ini terkait dengan kata-kata : Jika Engkau Anak Allah”. Tadi sudah saya jelaskan bahwa kata Yunani “EI” di sini bisa diartikan “karena” sehingga ayat itu bisa diterjemahkan ““Karena Engkau Anak Allah”. Jika demikian maka pencobaan ini bukan bertujuan untuk membuat Yesus ragu akan status-Nya sebagai Anak Allah atau meragukan Bapa-Nya tetapi untuk memanfaatkan status-Nya sebagai Anak Allah itu dan kuasa-Nya untuk memenuhi kebutuhan/kepentingan-Nya sendiri. Dan cobaan seperti ini jugalah yang sering dilakukan iblis kepada anak-anak Tuhan.

William Barclay – Kita selalu dicoba untuk memakai kekuatan dan kekuasaan yang diberikan Tuhan kepada kita bagi kepentingan diri kita sendiri. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).

Barclay lalu memberikan contoh :

William Barclay – Seseorang mungkin mempunyai suara yang baik. Tetapi ia bisa mengkomersialkan suaranya itu, sehingga bisa menolak mengeluarkan suaranya itu kecuali jika dibayar. Sebenarnya tidak ada alasan apapun untuk membayar suaranya itu. Tetapi yang empunya suara itu bisa menemukan  berbagai alasan, agar orang yang mendengarkan suaranya harus membayar. Setiap orang mempunyai kecakapan tertentu pasti mendapat pencobaan untuk memakai kecakapan tersebut bagi kepentingan dirinya sendiri, meskipun kecakapan itu adalah pemberian Tuhan. (Pemahaman Alkitab Setiap Hari : Matius 1-10, hal. 110).

Adalah tidak salah kalau kecakapan-kecakapan kita dihargai dengan bayaran tetapi janganlah itu menjadi motivasi kita di dalam menggunakan kecakapan-kecakapan itu.

III.       JAWABAN YESUS.

Lalu bagaimana jawaban Yesus terhadap serangan setan ini?

Mat 4:4 - Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Yang dimaksudkan dengan “ada tertulis” di dalam ayat tersebut adalah ada tertulis dalam Firman Tuhan (PL). Dan memang kata-kata ini Yesus kutip dari Ul 8:3 :

Ul 8:3 – “…manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Di sini kita melihat bahwa dalam menghadapi serangan setan, Yesus mengandalkan Firman Allah. Mengapa? Karena Firman Allah itu adalah senjata / pedang roh (Efs 6:17). Melalui ini Yesus memberikan teladan bagi kita bahwa di dalam menghadapi serangan setan, kita harus berpegang teguh dan mengandalkan Firman Allah. 

Matthew Henry – Kita harus menggunakan cara ini setiap kali kita dicobai untuk berdosa. Lawanlah dan tolaklah pencobaan itu dengan “Ada tertulis”. Firman Allah adlaah pedang roh, satu-satunya senjata untuk menyerang dari seluruh perlengkapan senjata Kristen (Efs 6:17). (Injil Matius 1-14, hal. 105).

Karena itu hendaklah kita rajin belajar Firman Tuhan (misalnya lewat kelas PA) supaya bisa menggunakan Firman Tuhan untuk menangkis serangan setan. Tanpa Firman Tuhan kita sukar untuk bertahan terhadap serangan setan. Sekarang mari perhatikan bunyi Firman yang dikutip Yesus ini :

a.      ‘Manusia hidup bukan dari roti saja’.

Kata ‘saja’ dalam jawaban Yesus itu perlu diperhatikan. Yesus tidak berkata : ‘Manusia hidup bukan dari roti’. Tetapi Yesus berkata : ‘Manusia hidup tidak dari roti saja. Ini menunjukkan bahwa hal jasmani juga penting dan tidak bisa diabaikan secara total, tetapi kita tidak boleh menekankan hal jasmani saja (bdk. 1Tim 4:8).

b.      ‘tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah’.

Ada yang mengartikan ‘firman yang keluar dari mulut Allah’ sebagai pengajaran Kitab Suci sehingga arti kalimat ini adalah karena manusia terdiri dari tubuh dan jiwa / roh, maka manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi juga dari Firman Allah / pengajaran Kitab Suci. Kelihatannya tafsiran semacam ini tidak tepat karena tidak cocok dengan konteks Mat 4:3-4 di mana setan menyuruh Yesus mengubah batu menjadi roti, dan Yesus menjawab manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari pengajaran Kitab Suci. Ini rasanya jadi kacau. Calvin dan para penafsir yang lain beranggapan bahwa kata-kata ini menunjuk pada ‘kehendak Allah’. Jadi maksud Yesus adalah sekalipun tidak ada roti, kalau Allah menghendaki Ia hidup, Ia akan hidup.  Penaf­siran ini lebih cocok dengan konteks Luk 4:3-4 maupun Ul 8:3 dari mana ayat ini dikutip :

Ul 8:3 - Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Dari ayat ini terlihat bahwa bangsa Israel di padang gurun tidak memperoleh roti tetapi Allah bisa membuat mereka hidup dengan cara memberikan manna kepada mereka.

Ini yang harus kita camkan dengan baik-baik. Allah itu penuh kuasa, Ia menopang segala sesuatu dengan firman-Nya (Ibr 1:3) sehingga kalau Ia mau, Ia bisa membuat kita hidup tanpa roti. Tetapi sebagaimana Ia dengan cara yang ajaib memberi makan kepada bangsa Israel di padang gurun, Ia juga dengan cara-cara yang ajaib bisa memelihara hidup kita. Karena itu dalam keadaan terjepit / krisis yang bagaimanapun hebatnya, yang mengancam nyawa sekalipun, ingatlah bahwa hidup / mati saudara tergantung kehendak Tuhan.

Dari jawaban Yesus ini terlihat bahwa Yesus sangat percaya kepada Bapa-Nya. Ia tidak mau menggunakan keilahian-Nya / cara yang tidak halal, dan Ia percaya Bapa-Nya akan memelihara-­Nya. Karena Kristus tidak mau mendapatkan roti dengan cara tidak halal, akhirnya kita melihat bahwa malaikat-malaikat datang melayani Dia.

Mat 4:11 - Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
Marilah kita meniru Yesus dalam hal ini; jangan mencari makan / uang dengan cara yang tidak halal, seperti menggunakan tipu daya, dusta, menyuap, dsb. Atau dengan cara bekerja pada hari Sabat (Kel 20:8-11). Maka Tuhan pasti akan mencukupi kebutuhan saudara.


- AMIN -


No comments:

Post a Comment