Pages

28 October 2011

Manado Target Pusat Gereja Setan di Asia

Informasi mengejutkan diperoleh dari Trisula (kelompok pemberantas aliran sesat di Minahasa Utara). Dalam rekaman video yang diperlihatkan Trisula,  jenderal Gereja Setan (GS) Indonesia Ronny Mamahit mengungkapkan rencana mereka untuk menjadikan Manado sebagai pusat gereja setan di Asia atau nomor 2 di dunia setelah California, AS.

Jadi aliran sesat ini tak hanya merasuk dan merusak orang Kristen di daerah ini, tetapi mereka juga merencanakan Manado sebagai pusatnya.  Lalu, mengapa target mereka Manado?  Kota terbesar di kawasan utara Indonesia ini dianggap benteng umat Kristiani di Indonesia yang sangat tangguh.

Banyak hamba Tuhan di Manado yang menentukan detak nadi aktivitas pelayanan di Indonesia. Kehidupan masyarakatnya juga sangat baik dan sangat kuat. Selain itu persekutuannya juga sangat tangguh. Hal ini dikarenakan Sulut sering diadakan ibadah KKR.

 Apalagi daerah ini dikenal sebagai daerah yang memiliki kerukunan antar umat beragama yang sangat kental.  Sehingga jika Manado yang dinilai sebagai "jantungnya" orang Kristen di Indonesia sudah hancur, maka dengan sendirinya seluruh kota lainnya di Indonesia akan mudah ditaklukkan oleh gereja setan.

Yang diceritakan lelaki yang mengaku bernama Ronny Mamahit ini, seperti juga yang pernah dikatakan Rina, mantan pengikut aliran ini ketika diwawancarai Tim 11 Manado Post beberapa waktu lalu. Yaitu di saat aliran ini terungkap masuk daerah ini di sekitar tahun 1995.  "Banyaknya pengikut Kristus di sini, juga merupakan dorongan kuat bagi gereja setan untuk menguasai Manado terlebih dulu,’’ kata Rina.

Ronny Mamahit juga mengisahkan bagaimana GS mencari target pengikut di daerah ini.  GS sebenarnya pertama kali menyelusup ke Indonesia lewat Kalimantan. Tetapi, belakangan mereka berubah pikiran karena prospek kota Manado "lebih cerah" untuk perkembangan GS.

Maka di tahun 1991, dimulai oleh sepasang suami istri, gereja setan dideklarasikan di gedung Joeang pada tanggal 31 Oktober, bertepatan dengan acara Halloween. Sehingga pada 31 Oktober 2011 ini, GS di Sulut sudah berusia 20 tahun.

Tahun 1995 keberadaan mereka sempat terungkap. Dan sejumlah Pendeta di daerah ini, melakukan pelepasan dan pengusiran. Sempat hilang, tetapi Oktober 2011, menjelang hari  Halloween, muncul lagi di Desa Kaasar Kecamatan Kauditan, Minahasa Utara.

Terbongkarnya keberadaan aliran sesat di Minut ini, tentu saja mengagetkan warga.  Menurut pengakuan Mamahit, dalam menyebarluaskan ajaran sesat itu, setiap gereja disusupi. Ada gereja yang menjadi target yakni gereja yang dianggap jemaatnya tidak serius melakukan ibadah. Karena sangat gampang untuk mempengaruhi anggota jemaatnya.
‘’Tapi saat kami masuk di gereja yang serius melakukan ibadah dan memuji Tuhan, itu sulit untuk disusupi karena celahnya hanya sedikit. Seringkali ketika sudah masuk di gereja tersebut, saat doa syafaat, pengikut aliran sesat berusaha keluar karena tidak tahan dengan kuasa doa,” tutur Ronny Mamahit, dalam rekaman video.

Informasi yang diperoleh dari Trisula (kelompok pemberantas aliran sesat di Minut), pengikut aliran sesat ini melakukan ritual di tempat-tempat tersembunyi yang sulit dijangkau. Khusus di Minut, sudah diselidiki, mereka beribadah di hutan Airmadidi.

Salah satu anggota Trisula mengungkapkan, mereka seminggu sekali melakukan ritual, dan di setiap ritual, mereka ingin mencari pengikut baru. Seperti yang terjadi kepada LW dan IM, keduanya sudah merupakan pengikut yang diperintahkan untuk mencari anggota baru.

Proses ritual yang dilakukan di hutan itu setiap hari Jumat dan setiap pengikut sudah dilukai secara fisik dan kebanyakan di tangan sebagai tanda sudah masuk anggota aliran sesat. Saat ritual, mereka dihadiri Lucifer pemimpin tertinggi, jendral dan ratu-ratu. Itu kami ketahui setelah ada pelepasan yang kami lakukan kepada beberapa anggota pengikut aliran sesat yang terungkap saat dia coba untuk disembuhkan,” ujar anggota Trisula dari Kema.

Saat ini juga Trisula sedang berkonsentrasi untuk membebaskan sejumlah anak sekolah di Minut yang sudah masuk dalam aliran sesat itu. “Kami sedang serius membebaskan anak sekolah yang sudah terkena pengaruh aliran sesat itu, dan di setiap sekolah khususnya di SMIP menjadi sasaran kami untuk membebaskan mereka.

 Karena kami melihat ada beberapa sekolah yang sudah ada pengikut aliran sesat yang menjadi siswa, dan itu sudah menjadi target untuk dibebaskan,” jelas anggota Trisula.

Pemkab Minahasa Utara sendiri, telah memberikan perhatian serius dalam memberantas penyebaran aliran sesat tersebut yang belakangan mulai meresahkan masyarakat Minut. Bupati Drs Sompie Singal menegaskan, keberadaan aliran sesat ini menjadi perhatian serius Pemkab.

Apalagi secara aliran-aliran sesat yang menyimpang dari ajaran agama ini jelas-jelas dilarang oleh hukum. “Saya menegaskan, aliran sesat di Minut harus diusut hingga tuntas. Karena, Gereja merupakan tempat suci bagi orang-orang beriman dan tidak ada yang namanya gereja setan. Untuk itu, semua komponen pemerintah dan unsur Muspida harus benar-benar optimal melakukan pengawasan,” jelas Singal.

“Tentunya peran orang tua, masyarakat serta tokoh-tokoh agama untuk lebih melakukan pengawasan dan memberikan bimbingan terhadap anak-anak muda agar tidak terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang,” lanjutnya.

Pemimpin agama di Sulut juga turut angkat bicara. “Kita harus mencari tahu secara jelas apa itu Gereja Setan, pengaruhnya di masyarakat, dan pola kegiatan dan pengajaran karna mereka menyebut diri mereka gereja,” ujar  Pdt Jeffry A Tumimomor STh MA, Gembala Sidang Charismatic Worship Service (CWS) Crystal Chapel Manado kepada Manado Post, kemarin.

Ia juga mengajak agar pemerintah juga dapat berkoordinasi dengan masyarakat dan segenap elemen terkait agar tidak membuat informasi yang simpang siur, yang akhirnya membuat masyarakat malah ingin mencobanya.

“Untuk itu kita harus waspada. Ini kita jadikan sebagai dorongan bagi kita semua agar umat semakin dekat dengan Tuhan,’’ harap Pdr Jeffry. Sambil berharap pemerintah dan pihak terkait lainnya terus berperan serius karena kejadian ini sudah berulang kali di daerah ini dan cukup meresahkan masyarakat.

Manado Post

No comments:

Post a Comment