Pages

15 June 2011

SIAPAKAH DIRIMU KAMU PIKIR?

Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. (Mazmur 90:2)

Pertanyaan besar hari ini : siapakah dirimu kamu pikir?
Lihat kenyataan! Hadapilah fakta-faktanya! Berpeganglah pada realitas!

Kita kerap mendengar pernyataan-pernyataan semacam ini ketika seseorang marah kepada kita karena menyimpang dari kebenaran. Saya pun menggunakan kalimat-kalimat diatas sebagai cara untuk menyadarkan anak-anaku, membantu mereka untuk melihat bahwa menjalani kehidupan dalam  realitas palsu sungguh akan menyakitkan bagi diri sendiri dan orang lain. Selalu saja kini dan nanti kita semua harus menghadapi berbagai fakta. Kita sebagai manusia gampang tergelincir hidup dalam kepalsuan dan menciptakan identitas palsu bagi diri kita sendiri. Bahaya yang sangat mengerikan  yang dapat terjadi dalam kehidupan kita adalah terlalu banyak memikirkan diri sendiri dan melupakan kebutuhan terbesar kita yang sangat aktual yaitu kebutuhan akan Juru Selamat. Krisis identitas semacam ini memiliki berbagai dampak yang kekal!

Melalui pembacaan kitab suci, kita kerap dibawa kepada kebenaran ini : kita  dapat melihat kondisi manusia kita yang sesungguhnya hanya dalam terang Tuhan Pencipta kita. Hal ini telah dialami oleh Yesaya ketika ia melihat dosanya dalam terang Kemuliaan Tuhan yang sangat brilian (Yesaya 6). Hal ini pun dialami oleh Rasul Yohanes melalui wahyu serupa yang telah diterimanya dalam penglihatan-penglihatan. Demikian juga hal serupa terjadi pada Saul (Paulus) dalam perjalanan ke Damaskus (Kisah Para Rasul 9). Hal ini juga dialami oleh Thomas ketika memproklamasikan Yesus sebagai Tuhan    saat menyadari bahwa Ia sungguh telah bangkit dan Juru Selamat yang mulia.

Yohanes 20:28 :Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"

Memahami bahwa manusia sungguh amat berdosa dalam  terang kemuliaan Tuhan juga adalah hal pokok yang dinyatakan Yesus sebagai diperlukan untuk menerima berkat dari kerajaan surga : "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 5:3). Kita dapat melihat kondisi kita yang sesungguhnya hanya dalam terang kudus Tuhan  dan hanya itu saja cara kita dapat menyadari betapa kita sangat berdosa dan menyadari bahwa kita memerlukan belas kasih dan keselamatan yang diberikan Yesus.

Mazmur 90 akan  menolong kita untuk memiliki indetitas kita yang sejati. Kita akan melihat beberapa pernyataan yang luar biasa mengenai kemuliaan Tuhan dan membandingkannya dengan diri kita dengan kuasa dan kesempurnaan Tuhan. Menjadi harapan saya kita dapat menjadi lebih memahami tentang kondisi kita manusia ini. Barangkali dengan gampangnya kita setuju bahwa kita memang tidak kebal terhadap terjangan peluru, tetapi saya bertanya-tanya apakah kita sungguh-sungguh hidup dengan pengertian semacam itu. Saya penasaran jika kita  bertanya kepada diri sendiri dengan pertanyaan-pertanyaan yang tepat, dan saya penasaran akankah kita bersedia mengakui kebenaran absolut.

Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun.
Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,

di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
Sungguh, kami habis lenyap karena murka-Mu, dan karena kehangatan amarah-Mu kami terkejut.

Engkau menaruh kesalahan kami di hadapan-Mu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajah-Mu.

Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemas-Mu, kami menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh.Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu?

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.Kembalilah, ya TUHAN--berapa lama lagi? --dan sayangilah hamba-hamba-Mu!
Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka.

Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak merekaKiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.
(Mazmur 90)

Kita dapat memulainya dengan hanya mengakui bahwa hari-hari kita dihitung dan kita ini fana dan terbatas dibandingkan dengan Tuhan yang kekal dan berkuasa penuh. Ya, sangat baik untuk berkali-kali mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita bukan Tuhan dan kita hanyalah manusia.

Ide besar hari ini : dalam menghitung hari-hari kami, berikanlah kami cara pandang yang bijaksana pada keterbatasan kami dan keberdosaan kami dalam terang dan kekudusan  Tuhan yang kekal.

by Steve Ham, AiG–U.S. | Alih Bahasa : Martin Simamora

No comments:

Post a Comment