Pages

28 May 2011

MENJAWAB SAKSI YEHUWA: YESUS ADALAH ALLAH (Bagian 2)

MENJAWAB SAKSI YEHUWA:
YESUS ADALAH ALLAH (Bagian 2)
Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div.

Saksi Yehuwa
        Filipi 2:6 "Walaupun dalam rupa Allah, namun Yesus TIDAK menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan." Kata DIPERTAHANKAN di dalam ayat tersebut berasal dari kata Yunani: Har - pag - mon / har - pa - zo. Semua kamus bahasa Yunani yang dijual di toko-toko buku menterjemahkan kata "har - pa - zo" tersebut dengan kata "MERAMPAS". Jadi terjemahan yang benar untuk Filipi 2:6 adalah "Walaupun di dalam rupa Allah, namun Yesus tidak berusaha MERAMPAS / merebut kedudukan agar setara dengan Allah".

Lanjutan Tanggapan Budi Asali:

Memang ada banyak penterjemahan maupun penafsiran tentang teks ini, tetapi yang jelas kita tidak boleh menafsirkan seakan-akan ayat itu artinya adalah: 'Yesus itu lebih rendah dari Allah, dan Ia tidak mempertimbangkan untuk merampas kesetaraan dengan Allah itu', seperti penterjemahan / penafsiran dari Saksi-saksi Yehuwa. Mengapa? Karena kalau kita memilih penafsiran Saksi-saksi Yehuwa itu, maka:
        Fil 2:6b ini akan bertentangan dengan Fil 2:6a, yang menunjukkan keilahian Kristus (yang sudah dijelaskan di atas). Fil 2:6b ini akan bertentangan dengan Yoh 5:18 ''Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah."
        Perlu diperhatikan bahwa kata Yunani yang diterjemahkan 'kesetaraan' dalam Fil 2:6b, sama dengan kata Yunani yang diterjemahkan 'menyamakan' dalam Yoh 5:18. Fil 2:6b menggunakan kata Yunani ISA, sedangkan Yoh 5:18 menggunakan kata Yunani ISON. Kedua kata Yunani itu jelas mempunyai kata dasar yang sama. Jadi, Yesus jelas sudah mempunyai kesetaraan dengan Allah itu, dan karena itu Fil 2:6b itu tidak mungkin diartikan seperti penafsiran yang diberikan oleh Saksi-saksi Yehuwa.
        Dalam Fil 2:1-4 Paulus sedang menasihati supaya jemaat Filipi mempunyai kerendahan hati dan kasih / ketidakegoisan.
        Fil 2:1-4 "(1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."
        Lalu dalam Fil 2:5-dst Paulus menunjuk kepada Yesus sebagai teladan dalam hal kerendahan hati dan kasih / ketidakegoisan. Sedangkan dalam terjemahan dari TDB itu, kalau dikatakan bahwa Yesus itu lebih rendah dari Allah dan tidak ingin merebut kesetaraan dengan Allah, maka itu bukan merupakan suatu contoh kerendahan hati ataupun kasih / ketidakegoisan, tetapi hanya merupakan absennya suatu kegilaan!
        Ilustrasi: kalau saudara adalah warga negara Indonesia dan saudara tidak berusaha untuk melakukan kudeta, menggulingkan presiden, dan menjadi presiden menggantikan presiden yang sah, maka apakah itu menunjukkan bahwa saudara adalah warga negara yang baik dan rendah hati? Tentu saja tidak! Itu hanya menunjukkan bahwa saudara tidak gila!
        Demikian juga kalau Yesus lebih rendah dari Allah, dan Ia hanya tidak berusaha untuk menjadi setara dengan Bapa, itu sama sekali tidak menunjukkan suatu kerendahan hati ataupun kasih. Itu hanya menunjukkan bahwa Ia tidak gila. Dengan demikian Fil 2:5-6 ini menjadi tidak cocok dengan konteksnya (Fil 2:1-4).
        Tetapi dalam terjemahan kita sendiri, maka Yesus yang setara dengan Allah itu, rela direndahkan dengan menjadi manusia, supaya bisa mati menebus dosa kita. Ini dengan jelas memang menunjukkan suatu kerendahan hati dan kasih / ketidakegoisan.
        Jadi, terjemahan kita lebih cocok dengan konteksnya, sedangkan TDB sama sekali tidak cocok dengan konteksnya.

4. Penjelasan lebih lanjut tentang kata HARPAGMOS.
        William Hendriksen mengatakan bahwa kata HARPAGMOS merupakan suatu kata benda, yang bisa diartikan secara aktif, atau secara pasif.
        Kalau diartikan secara aktif, maka itu menjadi 'an act' / 'suatu tindakan' (suatu tindakan perampokan / perebutan kekuasaan). Kalau diartikan secara pasif, maka itu menjadi 'a thing' / 'suatu hal' (suatu rampasan / harta / kekayaan untuk dipegang erat-erat).
        Arti aktif diambil oleh KJV (yang menterjemahkannya 'robbery' / 'perampokan'), tetapi Hendriksen berpendapat ini tidak sesuai dengan konteks yang mendahului ayat ini, yang menekankan supaya kita menjadi rendah hati dan tidak berpegang pada hak kita tetapi lebih memikirkan kepentingan orang lain. Jadi, Hendriksen memilih arti pasif.
        William Hendriksen menambahkan bahwa ada orang yang mengatakan bahwa kata HARPAGMOS, karena berakhiran MOS, pasti adalah kata benda yang mempunyai arti aktif. Kata yang mempunyai arti pasif, biasanya berakhiran MA, bukan berakhiran MOS. Tetapi Hendriksen mengatakan bahwa terhadap peraturan tersebut, ada perkecualiaannya, dan ia memberikan banyak contoh dari Kitab Suci tentang perkecualiaan tersebut, yaitu:
Kata EPISITISMOS (Luk 9:12) berarti 'food' (= makanan).
Kata THERISMOS (Luk 10:2) berarti 'harvest / crop' (= panen / tuaian).
Kata HIMATISMOS (Yoh 19:24) berarti 'vestment' (= jubah).
Kata HUPOGRAMMOS (1Pet 2:21) berarti 'example' (= teladan).
Kata PHRAGMOS (Luk 14:23) berarti 'hedge / fence' (= pagar).
Kata KHREMATISMOS (Ro 11:4) berarti 'oracle' (= firman Allah).
Kata PSLMOS (1Kor 14:26) berarti 'psalm' (= mazmur).

Catatan: semua kata berakhiran MOS ini diartikan 'a thing' / 'suatu hal' (arti pasif), bukan 'an act' / 'suatu tindakan' (arti aktif).
        Hendriksen juga mengatakan bahwa kata HARPAGMOS juga digunakan dalam tafsiran dari Eusebius tentang Injil Lukas, dan diartikan dalam arti pasif, yang 'rampasan'.
        Selanjutnya, kalau kata HARPAGMOS ini diartikan dalam arti pasif, maka Hendriksen mengatakan bahwa itu memungkinkan 2 arti lagi, yaitu:
        Itu adalah sesuatu yang sudah dimiliki, dan dipertahankan. Itu adalah sesuatu yang belum dimiliki, dan diusahakan / dicari dengan sungguh-sungguh. Lagi-lagi dalam hal ini, konteksnya yang harus menentukan, arti mana yang diambil.
        Arti yang kedua jelas bertentangan dengan kata-kata 'walaupun dalam rupa / bentuk Allah' dalam Fil 2:6a, yang menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah (ini sudah dibahas di atas).
        Jadi, jelas bahwa kita harus mengambil arti pertama. Dan ini menjadi cocok dengan terjemahan Kitab Suci Indonesia.

Sumber:
Tabloid GLORIA, edisi 371, Minggu I Oktober 2007, hal. 28
Tabloid GLORIA adalah tabloid mingguan interdenominasi, terbit dari Surabaya, member of Jawa Pos Group.

e-mail us at golgotha_ministry@yahoo.com

No comments:

Post a Comment