Pages

28 May 2011

MENJAWAB SAKSI YEHUWA: ALLAH ADA DENGAN SENDIRINYA (3)

MENJAWAB SAKSI YEHUWA:
ALLAH ADA DENGAN SENDIRINYA
(3)
Oleh: Pdt. Budi Asali, M.Div.

Saksi Yehuwa
        "Tidak satu pun dari bangsa-bangsa kafir penyembah berhala telah membetuk suatu ilah sebelum Yehuwa, karena tidak ada ilah apapun sebelum Yehuwa. Demikian pula di masa depan, mereka tidak akan membetuk ilah yang nyata dan hidup yang dapat bernubuat. (Yes 46:9,10). Namun ini tidak berarti bahwa Yehuwa tidak pernah membentuk suatu pribadi yang layak disebut suatu allah". 'Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-ayat Alkitab', hal 401.

Tanggapan Budi Asali:

        Analoginya adalah matahari yang memancarkan sinarnya. Matahari itu sudah selesai memancarkan sinarnya, tetapi hal itu tetap berlangsung terus menerus, dan tidak ada saat di mana matahari tidak memancarkan sinarnya.
        Sekarang cobalah membayangkan hal itu. Dari minus tak terhingga sampai ke plus tak terhingga matahari terus menerus memancarkan sinarnya. Coba bayangkan hal ini, dan ikuti matahari dan sinarnya itu mulai minus tak terhingga sampai ke plus tak terhingga. Apakah ada perubahan? Sama sekali tidak, bukan? Semua tetap sama selama-lamanya.
        Lalu, apakah matahari lebih kekal dari sinarnya? Kalau saudara berkata bahwa matahari ada lebih dulu dari sinarnya, maka ingat bahwa matahari tanpa sinar tidak bisa disebut sebagai matahari, dan ingat juga bahwa dalam ilustrasi ini matahari itu terus mengeluarkan sinarnya dari minus tak teringga sampai plus tak terhingga. Jadi jelas bahwa matahari sama usianya dengan sinarnya.
        Kalau hal ini kita jadikan ilustrasi tentang Bapa yang memperanakkan Anak, maka kita tidak bisa melihat adanya perubahan dalam diri Allah, dan kita juga tidak bisa mengatakan bahwa Bapa itu lebih kekal daripada Anak.

Philip Schaff: "In human generation, ... the father is older the son; but in the divine generation, which takes place not in time, but is eternal, there can be no such thing as priority or posteriority of one or the other hypostasis" (= Dalam kelahiran manusia, ... bapanya lebih tua dari anaknya; tetapi dalam kelahiran ilahi, yang terjadi bukan dalam waktu, tetapi merupakan sesuatu yang kekal, tidak ada 'sebelum' atau 'sesudah' dari satu pribadi atau pribadi yang lain) - 'History of the Christian Church', vol III, hal 659.

W.G.T. Shedd mengutip kata-kata yang indah dari Turretin:
"The Father does not generate the Son either as previously existing, for in this case there would be no need of generation; nor as not yet existing, for in this case the Son would not be eternal; but as coexisting, because he is from eternity in the Godhead" (= Bapa tidak memperanakkan Anak seakan-akan Anak itu sudah ada sebelumnya, karena dalam hal ini tidak dibutuhkan tindakan memperanakkan itu; juga tidak seakan-akan Anak itu belum ada, karena dalam hal ini Anak itu tidak kekal; tetapi sebagai ada bersama-sama, karena Ia ada di dalam Allah sejak kekekalan) - 'Shedd's Dogmatic Theology', vol I, hal 293-294.

        Dari penjelasan-penjelasan ini terlihat bahwa sekalipun Yesus memang betul-betul diperanakkan oleh Bapa, Ia tetap sama kekalnya dengan Bapa, dan itu membuktikan bahwa Ia memang adalah Allah sendiri!
        Jadi, dengan penjelasan dan ilustrasi ini kita bisa menjawab dan mematahkan argumentasi yang cuma berdasarkan logika semata-mata yang diberikan oleh Saksi-saksi Yehuwa: "Para penganut Tritunggal mengatakan bahwa karena Allah itu kekal, maka Anak Allah juga kekal. Namun bagaimana seseorang bisa menjadi anak dan pada waktu yang sama umurnya setua ayahnya?" 'Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal?' hal 15.
        Satu hal lagi yang perlu ditekankan adalah bahwa: yang dibicarakan dalam doktrin 'the eternal generation of the Son' ini adalah Yesus sebagai Allah, bukan Yesus sebagai manusia. Sebagai manusia, Yesus dicipta, dan tidak kekal.

Philip Schaff: "The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the begotten fron eternity of the unbegotten Father" (= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan) 'History of the Christian Church', vol III, hal 658.

II) Kol 1:15-20
        Kol 1:15-20 "(15) Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, (16) karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. (17) Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia. (18) Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.
(19) Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, (20) dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus."
Catatan: bagian yang saya garis bawahi itu salah terjemahan.
    Kol 1:15 (NASB): 'And He is the image of the invisible God, the firstborn of all creation' (= Dan Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung dari semua ciptaan).


Sumber:
Tabloid GLORIA, edisi 382, Minggu II Desember 2007, hal. 28
Tabloid GLORIA adalah tabloid mingguan interdenominasi, terbit dari Surabaya, member of Jawa Pos Group.

e-mail us at golgotha_ministry@yahoo.com

No comments:

Post a Comment