Pages

20 April 2011

KUBUR YANG MENGECOH PARA AHLI

        Dalam beberapa tahun lalu, kubur menjadi tema penting yang banyak disorot surat kabar, buku, siaran TV, maupun film. Kubur yang merupakan simbol peristirahatan terakhir yang tenang sekarang membangunkan banyak orang dan menggemparkan. Pada Nopember 2002, peti tulang (ossuary) yang dipercaya dari Yakobus saudara Yesus dipamerkan di Royal Ontario Museum selama 2 bulan. Dalam kebiasaan Yahudi waktu itu, mayat mereka yang meninggal biasa dikubur di gua buatan dan disimpan di kamar-kamar yang ada di dalamnya, dan setahun kemudian tulangnya disimpan dalam peti tulang terbuat dari batu kapur.


        Peti tulang ini terkenal karena adanya inskripsi berbunyi ‘Yakobus, anak Yusuf, saudara Yesus.’ Benarkah peti itu menyimpan tulang Yakobus saudara Yesus? Peti tulang dimiliki Oded Golan, pedagang antik yang membelinya dari orang Arab beberapa dasawarsa sebelumnya. Keberadaan peti tulang itu kemudian dicurigai para ahli, sehingga pada pertengahan tahun 2003, ‘Israel Antiquities Authority’ (IAA) mengumumkan bahwa peti tulang itu kuno (berasal abad-6sM s/d 1M) tetapi inskripsinya merupakan pemalsuan modern.

        Pameran Peti Tulang berbuntut panjang, sebab dalam perbaikan keretakan yang timbul dalam proses pengiriman ke Kanada, terlihat beberapa fakta pemalsuan sehingga Oded Golan pemiliknya dicurigai sebagai tokoh dibalik mata rantai pemalsuan banyak benda antik, karena itu ia diajukan ke pengadilan, dipenjarakan, kemudian dikenai tahanan rumah selama pengadilan berjalan yang sampai saat ini masih berlangsung. Tidak kurang tuduhan pemalsuan didukung para ahli seperti Yuval Goren dari Departemen Arkaelogi Universitas Tel Aviv, dan Avner Ayalon dari Geological Survey of Israel (GSI).

        Berbagai kecurigaan dialamatkan pada klaim bahwa peti tulang itu milik Yakobus, di antaranya bahwa inskripsi itu terlihat memotong patina (lapisan kerak yang terbentuk karena kelapukan zaman) jadi tidak ditulis pada saat peti tulang itu digunakan. Kecurigaan lain adalah inskripsi itu terdiri dari dua bagian ‘Yakobus anak Yusuf’ dan ‘saudara Yesus’ yang berbeda bentuk hurufnya jadi kemungkinan besar ditulis oleh dua tangan berbeda. Hal lain yang mengarah pada tuduhan pemalsuan adalah bahwa lekuk-lekuk peti tulang itu umumnya sudah aus termakan usia termasuk ukiran roseta (hiasan berbentuk mawar) yang ada disitu, tetapi inskripsi itu kelihatannya masih baru dengan irisan tajam. Bukan itu saja, inskripsi itu memiliki kesalahan huruf dan sintaks yang kemungkinan besar terjadi karena menjiplak inskripsi artifak yang ada pada gambar-gambar dalam buku-buku tentang epigrafi kuno.

        Yang lebih menunjukkan pemalsuan adalah bahwa Oded Golan dituduh terlibat pemalsuan banyak benda antik belasan tahun terakhir termasuk pemalsuan ‘inskripsi Jehoash’ yang dianggap peninggalan Bait Allah yang dibuat raja Salomo. Ketika rumahnya digeledah, ditemukan ruangan di lantai atap yang digunakan sebagai studio untuk memalsu inskripsi benda-benda antik dalam berbagai perkembangannya, bahkan di ruang kerja rahasianya itu ditemukan kamar mandi yang tidak terpakai dimana ‘peti tulang Yakobus’ itu diletakkan begitu saja di atas toilet, padahal menurut pengakuannya peti itu diasuransikan sebesar satu juta dolar. Dalam penelitian di pengadilan ia menyangkal bahwa studio itu tempat kerjanya, tetapi diakui disewa cukup lama oleh orang Mesir yang ia lupa namanya, bahkan siapa yang menjual peti tulang itu kepadanya ia juga berdalih lupa namanya. Amir Ganor kepala unit pencurian IAA menemukan berbagai alat pemalsuan di studio itu.

        Yang menjadikan masalah kubur itu terangkat kepermukaan adalah karena ada juga para ahli yang membela bahwa inskripsi itu asli, jadi milik ‘Yakobus saudara Yesus,’ dan mereka berusaha untuk mempopulerkannya melalui media populer maupun ilmiah. Dalam hal memberi nama, nama yang dikaitkan nama saudara tidak umum digunakan di Israel, biasanya dikaitkan nama ayah atau daerah asal seseorang.

        Lima tahun kemudian pada Maret 2007, Discovery Channel memutar film berjudul ‘The Lost Tomb of Jesus.’ Film ini dibuat oleh sutradara film fiksi James Cameron dan Simcha Jacobovici. Film ini mendiskusikan penemuan kuburan keluarga di Tapiot dipinggir kota Yerusalem pada tahun 1980 yang didalamnya ditemukan 10 peti tulang dimana 6 diantaranya memiliki inskripsi nama-nama Yusuf, Maria, Mariamene-e-mara, Yesus anak Yusuf, Yudas anak Yesus, dan Matius. Film ini disusul terbitnya buku karya Jacobovici berjudul ‘The Jesus Family Tomb.’ Yang membuat film ini kontroversial adalah klaim keduanya bahwa Yesus disitu adalah Yesus Injil, dan kuburan itu berisi 5 keluarga Yesus.

        Cameron dkk mengemukakan teori bahwa menurut penelitian DNA, Yesus dan Mariamene bukan saudara seibu, jadi mestinya suami isteri dan memiliki anak bernama Yudas anak Yesus. Argumentasi statistik juga digunakan untuk mendukung teori bahwa kuburan itu kubur keluarga Yesus karena disebutkan bahwa komposisi keluarga Yusuf cukup langka untuk ditemukan dalam keluarga-keluarga Yahudi. Pernyataan yang belum teruji kebenarannya yang diekspos melalui mass-media dan film, lebih-lebih oleh sutradara yang terkenal dengan film-film fiksinya itu (a.l. Titanic), tentu saja cepat menyebar luas dan banyak orang terkecoh seakan-akan klaim film itu benar. Pernyataan Cameron dan Jacobovici dalam Discovery Channel yang mengutip dukungan para ahli ternyata dibantah oleh para ahli yang disebutkan. Dalam cerita fiksi film, terlalu mudah kita dikutip pendapat para ahli yang ditafsirkan sendiri padahal para ahli itu tidak bermaksud begitu.

        Bobot sensasi ‘peti tulang Yakobus,’ menjadikan skandal Talpiot menuai kritik lebih besar lagi. Dipertanyakan bagaimana Yusuf yang miskin yang tinggal di Nazareth bisa memiliki dan dikubur di kuburan keluarga di pinggir Yerusalem yang notabene hanya mampu dimiliki orang kaya? Data statistik tidak berbicara banyak karena kuburan keluarga mencakup berbagai generasi orang mati dan nama-nama keluarga Yesus adalah nama yang populer dan banyak digunakan oleh orang Yahudi, lagipula data untuk diukur tidak tersedia dan adalah asumsi bukan realita. Nama-nama yang di klaim sebagai keluarga Yesus, setidaknya tiga bukan keluarga yaitu Mariamene, Yudas anak Yesus, dan Matius. Tidak ada catatan abad pertama menyebutkan mereka keluarga Yesus, kesimpulan film itulah yang menyebutkan demikian. Nama-nama Yusuf, Maria dan Yesus pun belum tentu nama-nama yang menjadi tokoh kitab Injil.

        Mereka yang skeptik terhadap kebangkitan Yesus cenderung mempopulerkan teori ‘Yesus sebagai Pemberontak Yahudi,’ bahkan John Dominic Crossan, pendiri Jesus Seminar’ mengikuti Martin Hengel menyatakan bahwa ada kemungkinan Yesus tidak dikubur, soalnya para pemberontak Yahudi cenderung disalib dan mayatnya dibiarkan menjadi mangsa anjing-anjing dan binatang pemangsa lainnya yang berkeliaran di bawah salib sebagai shock therapy bagi pengikutnya. Maka adalah bertentangan kalau tulang-tulang pemberontak bisa dikubur di kuburan keluarga dengan tenang dan damai, padahal bisa dijadikan obyek kultus yang keramat dan menjadi mesin pemanas pengikut pemberontak. Dan kalau kubur Yesus ada, bukankah para pemimpin Yahudi kala itu cukup menunjuk kubur Talpiot sebagai bukti Yesus mati daripada menebarkan kabar angin tentang ‘teori pencurian mayat’? (Matius 28:13).

        Nama Mariamene-e-mara yang diklaim sebagai nama lain ‘Maria Magdalena’ juga rekayasa yang dicari-cari. Memang penemu makam Talpiot Francois Bovon semula memperkirakan nama Mariamene mungkin nama lain Maria Magdalena, tapi kemudian dalam suratnya (Maret 2007), Bovon menolak mengkaitkan nama itu sebagai Maria Magdalena. Bovon menyebut bahwa nama Mariamene adalah nama lain dari Maria, dan memang dalam ‘Kisah Filipus’ (The Act of Philips) ada ditulis tentang Mariamne yang adalah saudara Filipus yang menjadi penginjil dan ikut membaptis, dan mengikuti ritual asketik yang vegetarian, perjamuan kudus dengan air, dan tidak menikah. Maka mengkaitkan nama Mariamne sebagai Mariamene yang dianggap Maria Magdalena merupakan spekulasi saja.

        Menarik menyaksikan pemikiran James Tabor yang mendukung teori bahwa itu makam ‘Yesus anak Yusuf’ padahal dalam bukunya ‘Jesus Dynasty’ ia mengemukakan teori nama ‘Yesus ben Panthera’ (Yesus anak Panthera, serdadu Romawi). Dalam Injil, Yesus tidak biasa disebut dengan nama ‘Yesus anak Yusuf’ tetapi ‘Yesus orang Nazaret.’ Karena itu terlihat sekali bahwa Talpiot merupakan skandal baru yang dibesar-besarkan untuk menolak kebangkitan Yesus dari kematian, untuk itu perlu ada kuburannya!

        James Cameron, Jacobovici, dan James Tabor, dalam siarannya ketiganya meng’klaim’ bahwa ‘peti tulang Yakobus’ berasal dari Talpiot, ini memperbesar kemungkinan Talpiot menjadi kuburan keluarga Yesus. Seperti diketahui, pada tahun 1980, di Talpiot ditemukan 10 peti tulang dimana 6 diantaranya berisi inskripsi dan 4 lainnya tidak, dan yang ke-10 kemudian disebut hilang. Maka yang hilang ini kemudian diklaim oleh mereka sebagai peti tulang Yakobus.

        Kalau kita mempelajari peti tulang Yakobus dan Talpiot, jelas keduanya berbeda. Peti tulang Yakobus lebih kecil dari peti tulang Talpiot, dan bentuknya lebih polos dibandingkan dengan Talpiot yang diberi relif ukiran. Lagipula, menurut penelitian para ahli, tanah yang menempel di peti tulang Yakobus tidak berasal dari Talpiot. Oded Golan sendiri mengaku bahwa peti tulang Yakobus berasal dari Silwan yang jauh dari Talpiot. Amos Kloner yang memimpin penggalian di tahun 1980 menyebutkan dengan pasti bahwa peti tulang yang ditemukan di Talpiot dan kemudian hilang tidak mungkin peti tulang Yakobus karena peti tulang yang hilang itu tidak memuat inskripsi apapun, dan Joe Zias dari IAA menyebut usaha mengkaitkan peti tulang Yakobus dengan Talpiot, secara ilmiah tidak jujur.

        Yang lebih menafikan kemungkinan peti mati Yakobus sebagai berasal dari Talpiot adalah bahwa Talpiot baru ditemukan pada tahun 1980, sedangkan peti mati Yakobus berasal dari penemuan sebelum 1980. Di pengadilan, Oded Golan mengaku sudah memiliki peti tulang Yakobus itu beberapa tahun sebelum 1978 sebab pada tahun itu, Pemerintah Israel mengeluarkan peraturan bahwa semua penemuan arkaeologis menjadi milik negara. Laboratorium FBI meneliti foto atas peti tulang Yakobus yang dibuat dalam studio Oded Golan berasal dari tahun 1970-an. Jadi mustahil peti tulang Yakobus berasal dari Talpiot.

        Menarik menyaksikan kontroversi Kubur yang mengecoh para ahli ini. Kita menyadari bahwa banyak kepentingan politis berada dibalik sensasi kubur ini, a.l.: (1) masyarakat pers, penerbit, dan film punya kepentingan menjadikan sensasi agama menjadi komoditi yang potensial menggaet untung besar (ingat sukses cerita fiktif ‘The Da Vinci Code’); (2) para skeptik yang menolak ‘Yesus yang Bangkit’ sangat terobsesi untuk ‘mematikan’ Yesus dan menjadikan berita kebangkitan sekedar metafora, untuk itu diperlukan ‘kubur’nya untuk ditemukan; (3) Ada kepentingan besar para pedagang antik yang ingin menjual benda antik setinggi mungkin harganya (lihat skandal harga Injil Yudas). Hanya dengan merekayasa mengkaitkan suatu benda antik dengan peristiwa besar seperti ‘pembangunan Bait Allah Salomo’ atau ‘Kehidupan Yesus,’ harga bisa didongkrak tinggi; (4) Kepentingan para pemilik museum yang tidak ingin kalau benda-benda antik di museumnya yang dibeli mahal bukan barang kuno tetapi hasil rekayasa; (5) Popularitas yang dicari sebagian orang dari sensasi ini; dan (6) Masyarakat yang haus akan cerita sensasi dan gosip.

        Inilah dunia teologi dan ilmu pengetahuan. Kalau dahulu para rasul dianggap mempercayai ‘kebangkitan Yesus’ sebagai bukan sejarah ilmiah melainkan hanya gagasan iman halusinatif atau proyektif, ternyata sensasi kubur belakangan ini menunjukkan kepada kita bahwa apa yang disebut bersifat ‘ilmiah’ (science) ternyata bisa merupakan sejarah yang dimanipulasi atau direkayasa (science fiction). Ini menunjukkan dengan jelas bahwa para ahli sejarah, arkeolog, dan teolog bisa saja mengungkapkan ilmu sejarah yang fiktif dan direkayasa berdasarkan iman skeptik mereka. Fakta ini sebaliknya bisa menguatkan kita untuk kembali bertanya, bahwa para Rasul yang hidupnya sederhana dan telah diubahkan hidupnya oleh Tuhan dan menjadi orang-orang yang tulus, sebagai saksi mata kebangkitan dan karenanya berani menjadi martir yang mati syahid, bukankah mereka melaporkan dengan jujur kenyataan sejarah yang sebenarnya bahwa Yesus memang bangkit dari kubur?

        
Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org
        

        

No comments:

Post a Comment