Pages

20 January 2011

AKAR KATA ALLAH (sebuah klarifikasi LAI)

exodus-1-15-21
Informasi yang simpang siur mengenai kata "Allah" dalam Alkitab terbitan LAI dengan Alkitab versi Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan dan Kitab Suci 2000, mulai menimbulkan kegamangan baru dikalangan umat Kristiani, untuk menjelaskan kata "Allah", silahkan baca artikel dibawah ini agar iman kita kepada Kristus dapat dipertanggungjawabkan dengan benar dalam masyarakat.


Allah dan "YAHWEH"


Apa yang kita sebut sebagai Yahweh, dalam Alkitab Ibrani tertulis YHWH. Atau, dikenal juga sebagai tetragram. Tetragram tidak pernah diucapkan, karena itu sampai hari ini tidak ada yang tahu bagaimana kata itu dibunyikan dan apa huruf-hidupnya. Orang Yahudi tidak menyebut nama ini karena hormat (Band. titah ketiga). Jadi, berusaha mengucapkan/membunyikan YHWH dianggap tanda ketidak-hormatan pada Yang Ilahi, tanda tidak adanya "takut akan TUHAN".


Alkitab Ibrani itu sendiri mula-mula terdiri atas huruf-huruf konsonan saja. Ketika kemudian para masoret menambahkan huruf vokal, mereka menempatkan vokal yang terdapat dalam kata adonai (artinya Tuhanku) pada kata YHWH. Untuk mengingatkan, setiap kali menemukan kata "YHWH", mereka harus menyebutnya dengan 'adonay (= "Tuhan-ku"). Jadi, "YHWH" TIDAK PERNAH DIUCAPKAN ATAU DIBACA. Ketika berdoa pun mereka tidak menyebut Yahweh atau YHWH, tetapi adonai.

Umat Yahudi zaman sekarang tetap mempertahankan penulisan YHWH tanpa huruf vokal. Sementara dalam pengucapan terbagi dua. Kaum Yahudi ortodoks tidak mau mengucapkan nama itu untuk alasan apapun. Kaum Yahudi non ortodoks masih mau mengucapkannya jika terjadi dalam konteks pengajaran/pendidikan. Untuk percakapan atau berdoa mereka sama dengan kaum Yahudi ortodoks tidak menyebut nama itu tetapi memakai kata adonai jika berdoa dan kata hashem (artinya, the Name) dalam percakapan.

Kalau sekarang kita mengucapkan "YHWH" sebagai "YAHWEH", kita harus sadar bahwa pengucapan itu (tetragram dengan tambahan vokal a dan e) adalah salah satu dugaan belaka, hasil rekonstruksi para ahli berdasarkan teks-teks Yunani kuno dan bahasa Amorit yang dikaitkan dengan kata ha­way/hayah (Kel 3:14). Tetapi, walaupun teori ini tampaknya memiliki alasan yang jelas, haruslah disadari bahwa ini hanyalah salah satu rekonstruksi dan penjelasan teoretis. Dalam penerjemaham Alkitab, LAI hampir selalu menerjemahkan "YHWH" dengan "TUHAN". Kecuali, di beberapa kasus dimana kata Ibrani mengkombinasikan "adonai""YHWH". Dalam kasus-kasus tersebut, LAI menerjemahkannya sebagai "Tuhan ALLAH (2Sam. 7:19 dan Yes 5:3), sebab konsep "Tuhan" sudah dikandung dalam kata "Adonai".
Dengan Kebijakan penerjemahan seperti ini mengikuti terjemahan Septuaginta (terjemahan Yunani atas Alkitab Ibrani bagi umat Yahudi di diaspora) yang menerjemahkan YHWH dengan 'Kyrios' yang berarti: TUHAN, baik dalam tulisan maupun dalam pengucapan. Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru selalu mengikuti LXX dan menerjemahkan "YHWH" dengan 'Kyrios' (TUHAN) kalau mengutip PL. Di beberapa tempat di kadang PB juga ada kata 'Theos'. Sejarah kekristenan mencatat, kebijakan ala Septuaginta ini diteruskan sampai saat ini.

Jadi, dengan kebijakan penerjemahan seperti ini LAI sebenarnya telah memperlihatkan penghargaan terhadap tradisi umat Yahudi mengenai nama ilahi sekaligus telah setia meneruskan tradisi Kekristenan awal.



ALLAH dan ELOHIM


LAI memakai kata "Allah" untuk menerjemahkan kata Ibrani 'elohîm'. Kata Ibrani elohîm berasal dari akar kata El (Yang Ilahi) yang lebih dominan dalam teks-teks PL yang lebih 'kuno'. Secara grammatikal, elohîm adalah sebuah bentuk plural dan kadang-kadang memang berfungsi untuk menunjuk pada 'ilah-ilah' (dewa-dewa, allah-allah), misalnya dalam Kel 12:12; 18:11. Hal yang khas dalam PL adalah pemakaian bentuk plural elohîm justru untuk menunjuk pada Allah Israel yang satu. Bagaimana gejala ini dijelaskan? Sebagian ahli menjelaskannya sebagai sebuah "plural majestatis" (plural of majesty). Ahli lain lebih melihat bentuk plural elohîm sebagai sebuah intensifikasi yang mengarah pada absolutisasi: "Allah dari segala allah" (God of gods) atau "Allah Maha Tinggi" (The Highest God), pokoknya: satu-satunya Allah yang menghadirkan Yang Ilahi secara konprehensif dan absolut! Nah, dalam alur pemahaman ini jelas terjemahan LAI yang memakai "Allah" untuk elohîm dapat dipertanggung-jawabkan, sebab secara etimologis, kata "Allah" berasal dari kata Arab "Al" (sang, satu-satunya, The) dan "ilah" (Yg Ilahi, god). Yang mau ditekankan adalah: keabsolutan dan keunikan dari Yang Ilahi. Kata "Allah" sendiri bukanlah istilah milik agama Islam saja. Istilah ini sebelumnya justru sudah dipakai orang-orang Kristen Arab jauh sebelum orang-orang muslim menggunakannya, dan ketika mendengar kata "Allah" saat ini orang-orang Kristenpun tidak pernah memahaminya sebagai Tuhan kaum muslim. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai YHWH, kami persilahkan Saudara untuk membaca "Alkitab dan Komunikasi" terbitan LAI dan "Siapakah Yang Bernama Allah Itu?" terbitan BPK-GM.


Pada umumnya LAI tetap mempertahankan kata 'Allah' karena alasan-alasan berikut ini:

  • "Allah" adalah kata Arab yg sepadan dengan kata-kata Ibrani dalam PL: El, Elohim atau Eloah.Orang-orang Kristen Arab sebelum adanya agama Islam sudah memakai kata "Allah" ini dalam doa-doa mereka, juga teolog-teolog Kristen-Arab sudah memakai kata "Allah" dalam tulisan-tulisan mereka. Jadi, penggunaan kata "Allah" oleh orang Kristen di Arab lebih tua dari pemakaiannya dalam agama Islam.

  • "Allah" dipakai dalam semua versi Kitab Suci bahasa Arab dari zaman kuno sampai sekarang ini. Orang-Orang Kristen di Aljasair, Mesir, Irak, Yordania, Libanon, Malaysia, Brunai,dll dimana bahasaya mempunyai kontak dgn bahasa Arab, semuanya memakai kata "Allah". Kami informasikan pula bahwa Kitab Suci Umat Perjanjian Tuhan dan Kitab Suci 2000 pada dasarnya memakai teks Alkitab dari LAI, hanya mereka mengubah terjemahan nama-nama ilahi sesuai keinginan mereka. Perubahan ini tidak pernah mereka konsultasikan kepada LAI. Sebenarnya di sini sudah ada pelanggaran yuridis menyangkut 'copyright', tetapi LAI tidak atau belum mempesoalkannya. LAI selalu berupaya agar terjemahannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sesuai dengan bahasa-bahasa asli Alkitab. Tetapi LAI tentu tidak berhak mewajibkan terjemahannya untuk semua umat atau gereja. Syukurlah sampai saat ini masih banyak gereja yang mendukung dan memakai terjemahan LAI. Perbedaan visi dan pandangan adalah hal yang wajar, juga menyangkut terjemahan, asalkan dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah 
(Sarapan Pagi)

No comments:

Post a Comment