F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Konsekuensi-Konsekuensi yang Tak Tertanggungkan



Oleh: Martin Simamora

“jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri”

Kredit foto: news.uchicago.edu
Terkadang manusia membuat pilihan-pilihan yang tak bijaksana, pilihan-pilihan yang tidak mendatangkan hal-hal signifikan dalam hidupnya, malahan menggiring mereka kepada tragedi demi tragedi. Tetapi dalam hal itupun mereka tidak tahu apapun, sebab tak satupun manusia mau menjemput tragedi. Seorang  anak pergi bersama dengan temannya, mengendari sepeda motor dan si anak tidak tahu kalau temannya sedang  berada di bawah pengaruh obat-obatan atau alkohol dan berakhir pada sebuah  kecelakaan tragis, keduanya meniggal dunia. Atau, pada lain peristiwa, seorang anak gadis memutuskan untuk meminum minuman dengan kadar alkohol ringan-berpikir itu aman bagi dirinya sebagaimana biasanya-yang mengakibatkan dirinya kehilangan keawasan secara lambat laun, ia,singkat cerita, hamil dan terkena penyakit menular seksual. Kita melihat di sini, dari segelintir contoh sederhana ini, nyata terlihat betapa keputusan-keputusan kecil dapat memberikan konsekuensi-konsekuensi signifikan. Saya katakan  keputusan-keputusan kecil, karena pada umumnya memang terlihat sama sekali tidak berbahaya. Ya… seperti menyantap makanan-makanan lezat yang membuat tubuh menjadi kegemukan karena juga tidak memiliki kebiasaan berolah raga atau pola hidup sehat, kemudian mengalami sakit jantung. Bagaimana kita dapat melindungi diri kita sendiri dari membuat pilihan-pilihan salah. Lebih sukar lagi, sebab banyak pilihan-pilihan tersebut adalah hal sepele dan sama sekali tidak terlihat salah, namun memberikan konsekuensi-konsekuensi fatal bagi kehidupannya sendiri.

Kita membuat pilihan-pilihan, kerap, untuk tujuan lebih baik atau untuk mengatasi problem. Sebuah problem memerlukan keputusan untuk menghasilkan sebuah aksi yang dapat membebaskan manusia dari problem-problemnya. Dan manusia memiliki  kebijaksanaan dan pengetahuan untuk membuat keputusan terhadap sebuah masalah. Mari kita melihat kasus ini:

0 Ia layak Engkau Tolong!



Oleh: Martin Simamora

Perbuatan-Perbuatan Baik Tanpa Tanding Dalam Pandangan Tuhan Yesus Kristus

Kredit gambar: stepforwardpak.org

Kebanyakan orang akan menilai bahwa orang-orang baik, yang sangat luar biasa baiknya dibandingkan bahkan dengan orang-orang yang katanya  “memiliki” Tuhan, berhak untuk menerima kasih karunia dan berbagai janji-janji keselamatan dari Tuhan. Pemikiran semacam ini bukan saja ada di era kini tetapi sejak era Yesus. Mari kita perhatikan sebuah peristiwa yang luar biasa ini:

[segmen 1]Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba, yang sangat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepada-Nya untuk meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya.- Lukas 7:1-3

[segmen 2] Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolongan-Nya, katanya: "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami."- Lukas 7:4-5

Coba perhatikan segmen 2 tersebut. Pada realitanya ini yang justru kerap kita temui dan dengar. Biasanya kita akan berkata atau mendengar pembicaraan seperti ini: ia bukan Kristen, atau bukan pengiman pada Yesus Kristus Juru Selamat satu-satunya, tetapi kebaikan diri atau karakternya bahkan tak tertandingi oleh orang-orang Kristen itu sendiri. Jadi  tidak mungkin Tuhan tidak menolongnya sehingga sekalipun tidak percaya pada Yesus atau tidak menjadi Kristen, karena kebaikan-kebaikannya yang luar biasa. Argumen faktual semacam inilah yang disampaikan oleh para tua-tua Yahudi yang diutus oleh perwira Roma tadi. Ini dinyatakan oleh para tua-tua Yahudi bukan semata karena mereka memiliki hubungan baik dengan perwira tadi, tetapi mereka sendiri merasakan dan mengakui betapa luar biasanya perbuatan baik mereka bagi bangsa yang merupakan umat Tuhan itu, yaitu: si perwira itu mengasihi bangsa Yahudi dan bahkan menanggung pembangunan rumah ibadatnya. Jadi ini perwira Roma ini memiliki perbuatan-perbuatan baik yang bisa jadi sangat sukar untuk ditandingi oleh kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh umat Tuhan sendiri.

0 Bisakah Aku?

Oleh: Martin Simamora

Berjalan di Dunia dengan Segala Realitanya dan Tetap Beriman Kepada Tuhan dengan Segenap Kedaulatannya



Kalau anda melihat dunia sekitarmu, apa yang akan anda katakan dalam sebuah kalimat singkat untuk menyatakannya? Apakah anda akan dan tetap berkata seperti ini:

-Tuhan Mahakuasa (Kejadian 17:1)
-Tuhan Mahatinggi (Kejadian 14:18)
-Tuhan Panjiku (Keluaran 17:16)
-Tuhan Gembalaku (Mazmur 23)
-Tuhan Keadilan  kita (Yeremia 23:6)
-Tuhan Pengudusku (Keluaran 31:13)
-Tuhan Menyediakan (Kejadian 22:14)
-Tuhan Damai Sejahtera (Hakim-Hakim 6:24)

Atau, sebaliknyakah? Sehingga akan berkata sebaliknya atas setiap pernyataan tersebut karena Ia yang disebut Tuhan dengan gelar-gelarnya tersebut bukan sama sekali sebuah  eksistensi yang otentik, atau kalaupuan benar demikian, itu masa lalu saja, atau sebaik-baiknya Ia tidak selalu demikian.

Berjalan di dunia  dengan segala realitanya bisa memahitkan jiwa sepahit-pahitnya hingga beriman kepada Tuhan, bagaikan sebuah kegilaan yang menindas jiwa. Seperti membangun dunia utopia di dunia yang realitanya lebih kuat menunjukan bahwa eksistensi Tuhan itu tidak Mahakuasa dan tidak Mahatinggi, sehingga bisa dipastikan jika Ia bukan segala-galanya dan satu-satunya yang dapat dijadikanTuhan, tetapi setiap manusia harus menunjukan kualitas dirinya sebagai tuhan-tuhan atas dirinya sendiri, demi keselamatan dan keamanan dirinya sendiri selama di dunia ini. Ini sebuah kehidupan dimana realita semakin lama akan semakin memojokan hingga tersudutkan di sudut-sudut super lancip. Oleh realita semacam ini:

0 Benarkah Ia Gembala yang Baik Namun Bukan Gembala yang Berkuasa Penuh?

Oleh: Martin Simamora


Ia Gembala yang Bukan Saja Baik, Tetapi Berkuasa Penuh Untuk Menggembalakanmu Melalui Liang Lahat Menuju Rumah Bapa. Kamu Bisa Berdasarkan Perjuanganmu?

Ketika kita membaca sabda Yesus yang berbunyi demikian:
Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."- Yohanes 10:4-5

maka, siapapun akan mengernyitkan dahinya pada kebenaran sabda Yesus yang berkata bahwa semua… mengikut dia. Siapapun pasti meragukannya sebab ketika bercermin pada diri sendiri dan pada saudara-saudari Kristen lainnya, secara alamiah semua akan memindahkan penggembalaan oleh Yesus kepada penggembalaan diri sendiri yang memang bisa saja bebal, badung atau bahkan punya masa lalu brengsek seperti: pemabuk, pembunuh atau bahkan seorang pembunuh bayaran. Ketika mendengar sabda yang sedemikian absolutnya itu, siapapun akan mempertanyakan Yesus, seperti ini: sungguhkah engkau tak benar-benar mengerti bahwa semua manusia tidak senaif domba-domba yang mendengarkan suara gembalanya? Tidakkah engkau tahu bahwa manusia itu punya kehendak bebas yang akan menuntun mereka untuk menggerutu, memberontak dan menganggap engkau gembala yang kuno, berwawasan sempit sebab senantiasa menilai diri sendiri sebagai kebenaran  tunggal yang harus kudengar, kutaati, kuikuti sementara yang lain, diluar dirimu adalah suara-suara penggembalaan yang menyesatkan! Sebagaimana Ia sendiri  mengatakannnya:

Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka, Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan. Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya;- Yohanes 10:8,10-11

Anda percaya Ia –Yesus adalah Gembala yang baik? Sungguh percaya? Anda percaya bahwa mendengarkan sabda Yesus dan kebenaran Yesus adalah mendengarkan kebenaran dan bukan sebuah dusta atau dongeng dan janji gombal di siang bolong? Jika ya dan  benar-benar percaya, maka saya mau bertanya, apakah anda percaya dengan sabda Yesus yang berbunyi:

0 Selamat Tahun Baru 2018

Oleh: Martin Simamora


Kita Tidak Berjalan Sendirian, Tuhan Beserta Kita



Selamat  Tahun Baru!
Tahun lalu, 2017 merupakan sebuah perjalanan yang panjang, kompleks dan kadang kala merupakan sebuah kerumitan tersendiri. Ada kebahagiaan yang diperoleh dalam melalui perjalanan panjang yang pekat dengan perjuangan, dedikasi dan persistensi tersebut, namun ada juga kesedihan karena kehilangan yang dikasihinya, atau mungkin hanya karena sebuah kegagalan yang mampu memukul semangat hidup hingga terhempas 5, 10 atau bahkan 100 langkah. Apa yang hendak saya katakan adalah, sementara kita berkata Selamat Tahun Baru, kita tetap hidup di dalam dunia yang sama dengan problematika dan tantangan yang tidak akan sama, tetapi akan semakin menantang dan semakin penuh dengan kejutan demi kejutan. Apakah saya siap, dan  apakah anda memiliki seorang yang siap mendampingi anda? Bagi yang telah berkeluarga, maka suami atau isteri anda, sudah seharusnya menjadi orang yang paling penting dalam perjalanan hidup ini, sebagai teman dalam doa, teman dalam kecemasan, teman dalam  pengharapan, teman dalam berbagi mimpi-mimpi besar yang hendak dicapai. Tetapi satu hal yang penting di sini, jika kita masih dianugerahkan kesehatan, kehidupan dan segenap kecakapan dan kekuatan yang dibutuhkan untuk menjalani tahun baru ini, maka itu adalah sebuah kepastian untuk berkata bahwa “hari esok” ada bagi saya dan anda untuk diarungi dengan semangat-semangat dan pengharapan-pengharapan terbaik. Apa yang terpenting di sini, janganlah menjadi sendirian dan janganlah membiarkan diri tertekan oleh berbagai tantangan hingga anda tidak dapat lagi menarik satu tarikan nafas penuh bagi tubuh anda! Ingatlah, tidak selalu berbahagia dan tidak selalu mengecewakan, jadilah tangguh dan milikilah sahabat-sahabat sejati.

Jadikanlah isteri atau suami sebagai sahabat bagi jiwa ini untuk mengarungi perjalanan hidup ini, dan bukankah suami dan isteri tidak lagi dua tetapi satu, dan merupakan kehidupan yang dipimpin oleh Kristus sehingga tantangan hidup yang bagaimanapun bisa dilalui, dan kebahagian yang begitu besar dapat bernilai mulia dan memuliakan kehidupan itu sendiri!

0 Khotbah Anchor Of Life Memasuki 2018

Oleh: Martin Simamora

Digenggamnya Tanganku, Dipandunya Jiwaku:  Sebuah Dasar untuk Melangkah dalam Kepastian, Menjelajahi  Masa Depan dalam Keyakinan Kokoh


Itu bukan karena manusia begitu tak berdaya dalam perencanaan dan mewujudkannya. Saya tidak sedang membicarakan sebuah keimanan yang begitu meninggikan Tuhan seolah IA terlalu rendah dalam keberadaannya jika tidak ditinggikan sedemikian, dan  begitu merendahkan manusia agar Tuhan terlihat begitu mulia dan begitu berdaulat. Tidak pernah demikian dan tidak pernah manusia tidak memiliki kemampuan untuk merencanakan dan kemampuan untuk mewujudkannya. Apa yang hendak saya katakan terkait judul di atas, adalah ketakberdayaan manusia untuk pada dirinya sendiri untuk membangun kepastian pada masa depannya sebagai sebuah kreasi yang dibangunkan pada saat ini juga. Itu sebabnya Surat Yakobus berkata begini terkait perihal ini:

Yakobus 4:13-16 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",  sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.

Sementara 2018 kedatangannya tidak bisa dicegah dan keberakhirannya segera tiba untuk menjadi sejarah yang terpatri dalam ruang dan waktu tanpa sebuah fluktuasi waktu dan dinamika aktivitas yang bagaimanapun juga, kita dengan segenap keberadaan kita, masih ada di sebuah tempat dan waktu yang kita sebuthari ini.” Pada “hari ini” sekalipun kita masih harus berkata “aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada detik mendatang dan bahkan tidak tahu apapun di sekitarku.” Surat Yakobus terkait ketakberdayaan manusia terhadap kepastian akan masa depan berkata begini “Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” Sama seperti uap merupakan pernyataan yang lebih dari deskripsi yang dibutuhkan untuk menggambarkan secara tajam  eksistensi manusia di dalam ruang, waktu dalam kematerialannya, sebetulnya memang, benar-benar tak berarti apapun juga, jika saja tidak memiliki Tuhan.

0 Renungan Singkat Bagi Para Suami & Ayah Jelang Tahun Baru:

Oleh: Martin Simamora

Ayah Bimbinglah Anak-Anakmu di Dalam Ajaran & Nasihat Tuhan

Keluarga besar Ompu Natan Simamora

Peran ayah-ayah moderen saat ini bisa jadi akan sangat menyulitkan bagi siapapun untuk melakukan salah satu nasihat yang paling penting bukan saja bagi rumah tangga tetapi bagi generasi penerusnya:

Efesus 6:4 Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Berumah tangga bukan saja soal  relasi kasih suami dan isteri tetapi lebih dari itu, dan inilah yang harus senantiasa dicamkan. Jika kita membaca “janganlah bangkitkan amarah” terhadap anak-anak kita, ini bukan soal menjadi seorang ayah atau papa yang menyenangkan dan keren bagi anak-anaknya, tetapi pada seorang ayah akan dituntut hal semacam ini: didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan. Seorang ayah memiliki tanggung jawab lebih dari sekedar mencari nafkah sebaik-baiknya dan seoptimalnya agar bisa memastikan ada keuangan dan perencanaannya yang memadai bagi keluarganya secara keseluruhan, tetapi ia juga harus mendidik mereka didalam ajaran dan nasihat Tuhan.

Suami, menjadi suami, lebih dari sekedar menjadi kepala keluarga dan lebih dari sekedar sebuah status seorang pria lajang menjadi seorang pria yang menikah. Bahkan pernikahan di dalam Kristen, tidak sekedar sebuah intimasi dalam kebedaan yang akan saling mengasah satu sama lainnya menjadi manusia-manusia dewasa. Pada dasarnya, keluarga lebih besar dari semata sebuah “masyarakat kecil” tetapi merupakan pemerintahan Allah yang hadir di bumi ini yang darinya segala berkat kasih dan pengenalan akan Tuhan yang sejati mengalir. Saya sangat suka dan sangat dipengaruhi oleh nasihat yang sangat menakjubkan ini:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9