F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

0 Peristiwa-Peristiwa Monumental Abadi Dalam Injil:

Oleh: Martin Simamora


Antara Yesus Dan Petrus, Semua Murid, dan Semua Manusia


Dalam catatan-catatan injil ada catatan-catatan yang begitu  iconic atau begitu monumental karena mencatat peristiwa-peristiwa yang melampaui realitas yang disajikannya. Itu disebabkan oleh apa yang tidak mungkin ditangkap oleh mata dan persepsi manusia, harus diungkapkan oleh Yesus Kristus dalam ungkapan-ungkapan realitas yang hanya dapat dikenali dan dihidupi oleh Yesus sendiri. Diantaranya adalah: apa yang terjadi antara Yesus dan Petrus.

Mari kita melihatnya:

Markus 8:31-33 Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."


Sebetulnya, Yesus tidak secara eksklusif berbicara  kepada Petrus, tetapi kepada semua murid-muridnya. Bukan percakapan untuk mengisi waktu kosong atau bualan dongeng dan fantasi, tetapi sebuah pembicaraan yang akan mengiritasi jiwa dalam sebuah kepedihan yang begitu memerihkan,sehingga tak mungkin jiwa hanya diam saja, lantas tersenyum bahagia. Dan Petrus memberanikan diri untuk menegor dan menghentikan pernyataan Yesus tersebut.


Pada Yesus, ia telah menyajikannya sebagai sebuah pengajaran yang begitu khusus dan penting bukan saja agar para murid dapat mengetahui peristiwa yang akan datang, namun mempersiapkan mereka untuk masuk ke dalam waktu-Nya yang segera menjemput Yesus untuk masuk ke dalam penggenapan kehendak Allah di sorga untuk terjadi di bumi, sebagaimana Kitab Suci telah menuliskannya.


Ia mengajarkannya  secara terus terang. Ia memang kepada orang banyak atau kepada non murid-murid-Nya tidak mengajarkannya secara  terus terang namun bagaikan berteka-teki  sehingga begitu sukar dan begitu tinggi untuk dijangkau. Misalkan:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-6)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-6)”




Relasi  Yesus terhadap hukum Taurat sebagai dirinya yang menggenapi sehingga tidak ada satu bentuk ke-antara-an antara dirinya dengan hukum Taurat, tak hanya:

Matius 5:17 Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.


yang menunjukan apakah tujuan kedatangan Yesus itu, bahwa Ia dan firman yang telah dituliskan oleh para nabi itu, sama sekali tak terpisahkan, tetapi juga,  oleh pernyataannya itu, maka kitab-kitab suci itu sendiri sama sekali tak akan berarti atau belaka pepesan kosong,jika tanpa penggenapan yang terletak hanya pada dirinya:

Matius 13:17 Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.


Bahkan bahwa dirinya adalah satu-satunya penggenap   hukum Taurat, kitab para nabi dan Mazmur, merupakan kebenaran yang diberitakan kepada banyak orang, sebagai sebuah sentral dan struktur utama tunggal dalam kebenaran yang harus diberitakan kepada manusia. Dalam hal itu, Yesus menekankan kebenaran ini adalah soal hidup atau mati, seorang bahkan dinyatakan murtad atau tidak, berdasarkan penerimaan dan kesetiaan pada kebenaran Yesus adalah penggenap tunggal hukum Taurat dan kitab para  nabi:

Matius 13:18-23 Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."


Yesus adalah firman tentang kerajaan sorga. Nabi Yohanes Pembaptis menyatakan kebenaran ini berdasarkan ketetapan nabi Yesaya atas dirinya dan  atas siapakah Yesus:

Matius 3:1-Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat! Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."


Yesus adalah penggenap segala kebenaran dalam kitab suci, dalam sebuah cara yang menunjukan bahwa tanpa kedatangan kerajaan Allah sebagai satu-satunya yang menggenapi kehendak Allah, maka semua itu adalah omong kosong. Para nabi perjanjian lama dengan demikian hanyalah sebuah mulut penuh dusta kala menyampaikan kebenaran dan tanpa penggenapan:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-5)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-5)”


Jika berdasarkan perjalanan  kelangsungan atau kelanggengan takhta Daud bukan sama sekali sebuah kebenaran berdasarkan ketaatan: Daud, monarkinya, dan keluarganya terhadap hukum Taurat, sehingga pun kelahiran Mesias dari eksistensi bangsa ini, dengan demikian, tak terelakan  berdasarkan kasih karunia Allah, lalu bagaimana dengan eksistensi hukum Taurat itu, apakah relasinya dengan Yesus Kristus, apakah hukum itu lenyap?


Relasi Yesus terhadap hukum Taurat, bukan saja diungkapkan oleh Sang Mesias sendiri. Ia menautkan dirinya dengan hukum Taurat  dalam kemanusiaannya yang sejati, namun tidak sama sekali dalam kegagalan demi kegagalan. Tapi, itu pun tidak hendak menyatakan sebuah kesempurnaan kemanusiaan di dalam atau berdasarkan kekuatan atau ketekunan kemanusiaannya, tetapi kesempurnaan keilahiannya atau kedivinitasan atau ketuhanannya yang begitu berkuasa atau begitu berdaulat atas setiap perjalanan kehendak Yesus untuk menaati semua yang telah dituliskan oleh Kitab Suci,sebagai manusia. Itu sebabnya, Ia,tak terhindarkan, dihadapan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi,bukan saja ditakar begitu kurang ajar dalam ketentuan-ketentuan agama yang berlaku dan seharusnya pun dihormatinya, tetapi telah ditakar sebagai ia yang walaupun manusia telah menyamakan dirinya dengan Allah. Yesus Sang Mesias dalam Ia membangun relasinya dengan Hukum Taurat, dalam semacam itu, karenanya telah menempatkan dirinya mengatasi hukum Taurat itu dalam pengajaran-pengajarannya dan dalam instruksi-instruksinya, sehingga Ia berkata penuh ketajaman bersabda: “Ikutlah Aku” atau “Akulah kebenaran” atau “Akulah Jalan,” atau “Akulah hidup,” “Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab nabi-nabi,” bahkan Ia pun merelasikan dirinya dalam sebuah relasi yang begitu sukar untuk diterima,kala Ia juga menempatkan dirinya dalam relasi dengan pra-hukum Taurat. Bukan sekedar berbicara pra-eksistensinya, tetapi hendak menyatakan bahwa saat Ia berkata: “Akulah kebenaran,” “Akulah jalan,” “Akulah hidup,” dan “Ikutlah Aku,” pada dasarnya adalah kebenaran dirinya jauh sebelum hukum Taurat itu ada diterima di era nabi Musa. Jika demikian, maka memang, relasi Yesus terhadap hukum Taurat, pastilah bukan sebuah relasi semacam ini: “pra eksistensi Yesus baru ada karena hukum Taurat terlebih dahulu diadakan.” Pra Eksistensi[eksistensi sebelum Ia datang sebagai manusia]Yesus Sang Mesias, bukan ada  atau diadakan karena janji-Nya kepada Adam dan Hawa, Abraham, Musa hingga dinantikan Simeon yang secara khusus ditetapkan Allah tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Sang Mesias.


Yesus memang memiliki relasi yang begitu ketat dengan kitab suci: hukum Taurat, Kitab Para Nabi, dan Mazmur. Simeon menunjukan kebenaran ini, Ia hidup dan beriman berdasarkan apa yang telah dituliskan kitab sucinya mengenai kedatangan Sang Mesias. Mari kita perhatikan hal ini melalui Simeon.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-4)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-4)”



Sekarang, apakah dasar bagi Maria, tunangan Yusuf itu untuk mendapatkan kelayakan atau kepantasan sehingga dapat menerima sebuah keistimewaan untuk mengandung Sang Mesias dari Allah? Satu-satunya dasar yang membawa kehidupan seorang manusia untuk menjadi alat penggenapan janji kelahiran Sang Mesias itu, adalah, karena waktu-Nya telah genap dan berdasarkan pemilihan-Nya:

Lukas 1:26-27 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.

Pertama: kunjungan malaikat Gabriel untuk menjumpai Maria, tunangan Yusuf, berdasarkan pemilihan berdasarkan perintah dan waktu Allah; kedua: kunjungan malaikat Gabriel untuk menjumpai Maria, secara tunggal memperhitungkan bahwa ia dan atau tunangannya dari trah Daud.  Injil Lukas,sebagaimana Matius, pun memberikan catatan kritikal akan siapakah seharusnya Mesias itu. Mesias tak mungkin lahir dari luar bangsa Yahudi dan apalagi dari sembarang trah sejauh itu bangsa Yahudi.


Bukan karena Maria dan Yusuf dikenal begitu taat pada ketentuan-ketentuan hukum Taurat atau bahkan berdasarkan kekudusannya, maka dipilih dan dengan demikian kehendak dan rencana Allah bahwa Mesias lahir dari bangsa Israel dan dari trah Daud [sebagaimana janji-Nya lebih lanjut] dapat diwujudkan, tetapi karena Allah berkehendak sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya. Fakta bapa leluhur Yesus yang begitu mematikan telah berbicara begitu kuat, jika bukan karena kasih karunia Allah atas Daud dan Batsyeba isteri almarhum Uria yang dibunuh Daud agar dapat dimilikinya, tak akan pernah ada yang disebut sebagai keturunan Daud, jikalau Allah tidak mengikatkan dirinya dengan sebuah janji semacam ini:


Maz89:28-37 Aku akan memelihara kasih setia-Ku bagi dia untuk selama-lamanya, dan perjanjian-Ku teguh bagi dia. Aku menjamin akan adanya anak cucunya sampai selama-lamanya, dan takhtanya seumur langit. Jika anak-anaknya meninggalkan Taurat-Ku dan mereka tidak hidup menurut hukum-Ku, jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintah-Ku, maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaan-Ku. Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari bibir-Ku tidak akan Kuubah. Sekali Aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di depan mata-Ku, seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di awan-awan." 



Malaikat Gabriel sendiri, hanya memberikan satu  dasar  untuk keterpilihan dan kegenapan  rencana Allah,  yaitu berdasarkan kasih karunia:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-3)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-3)”




Israel, eksistensinya, tidak pernah sama sekali dilestarikan oleh hukum Taurat atau keamanan janji keselamatan dari Allah melalui satu-satunya keturunan yang akan meremukan kepala iblis [Kejadian 3:15] kepada Adam dan Hawa, kemudian kepada Abraham dan Musa [Kisah Para Rasul 3:18-25], pada penggenapannya, juga tidak sama sekali bergantung pada ketaatan orang-orang Israel, pun perihal ini telah dinyatakan injil Matius dalam cara yang sangat tajam, sebab menyingkapkan kejahatan Daud atas panglima perangnya sendiri demi memiliki isteri panglima tersebut. Mari perhatikan injil Matius:

Matius1:1-6 Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham. Abraham memperanakkan Ishak, Ishak memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yehuda dan saudara-saudaranya, Yehuda memperanakkan Peres dan Zerah dari Tamar, Peres memperanakkan Hezron, Hezron memperanakkan Ram, Ram memperanakkan Aminadab, Aminadab memperanakkan Nahason, Nahason memperanakkan Salmon, Salmon memperanakkan Boas dari Rahab, Boas memperanakkan Obed dari Rut, Obed memperanakkan Isai, Isai memperanakkan raja Daud. Daud memperanakkan Salomo dari isteri Uria,


Injil Matius tetap mencatat Salomo atau Yedija adalah anak dari isteri Uria atau isteri orang lain yang diinginkannya dan direbutnya melalui sebuah konspirasi keji untuk membunuh Uria agar Batsyeba dapat dimilikinya.


Yesus Kristus anak Daud. Salomo adalah benih Daud yang sudah dinyatakan kebinasaannya oleh nabi Natan namun demi janji-Nya sendiri, IA telah menyingkirkan kemurkaan-Nya. Jikalau TUHAN tidak menyayangkannya dari  murka-Nya maka mustahil Mesias akan lahir dari trah Daud. 


Perhatikanlah janji-Nya kepada nabi Yeremia, dalam kemurkaan-Nya yang menyala-nyala:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-2)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-2)”




Dalam pemerintahan hukum Taurat maka penghakiman dilangsungkan berdasarkan hukum tersebut namun keputusan hakim berdasarkan tindakan Allah untuk tidak memperhitungkan kebenaran hukum Taurat pada setiap manusia yang padanya telah diikatkan-Nya kasih setia-Nya untuk selama-lamanya. Maka pada kasus Daud inilah yang terjadi:


Dan Natan berkata kepada Daud: "TUHAN telah menjauhkan dosamu itu: engkau tidak akan mati.- 2 Samuel 12:13


Ini adalah tindakan kasih setia Tuhan  yang berupa: menariknya keluar dari kebinasaan yang telah ditetapkan-Nya bagi setiap manusia yang melanggar ketetapan kudus-Nya dalam hukum Taurat, sebagaimana yang sangat disadari Daud:


Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.- 2 Samuel 12:5

Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu!- 2 Samuel 12:7


Ada 2 hal yang berlangsung dan dinyatakan di sini:

Pertama: kebinasaan manusia secara integral tak terpisahkan bahkan tak dapat diuraikan dari natur manusia dihadapan hukum Taurat: binasa karena satu dosa terhadap kehendak kudus hukum Taurat


Kedua: Tindakan Kasih Karunia Allah secara integral tak terpisahkan bahkan tak dapat diuraikan dari ketakberdayaan manusia untuk melarikan diri atau menamengi dirinya dari konsekuensi pelanggaran terhadap taurat, yaitu kebinasaan dengan perbuatan-perbuatan baik setelahnya, karena natur kerja hukum Taurat itu segera membawa si pelanggar pada kebinasaan dalam dosa. 

Perhatikan ini:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr. Erastus Sabdono Pada Keselamatan Di Luar Kristen (6.G-1)

Oleh: Martin Simamora

YEDIJA:
“Dikasihi Allah Karena Karunia-Nya Pada Manusia Yang Berada Dalam Kebinasaan, Bukan Karena Manusia Memperjuangkan Kebenarannya(6.G-1)”
 
Nabi Natan Menyampaikan Penghakiman Tuhan: "Engkaulah Orangnya!"
Lukisan: Angelika Kaufmann


Benarkah hukum Taurat diberikan kepada bangsa Israel untuk menunjukan standard kebenaran moral yang manusia sebelum jaman penggenapan harus miliki. Dengan kata lain kebenaran hukum Taurat itu sama sekali berbeda dan sama sekali terpisah dari kebenaran dalam Kristus, bahkan  bangsa Israel dapat dilestarikan  dengan hukum Torat? Sebagaimana yang diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus Sabdono dalam “Keselamatan Di Luar Kristen“ pada paragraf akhir di halaman 18:



Mari pertama-tama memperhatikan penjelasan rasul Paulus berikut ini:

Roma 2:17-29 Tetapi, jika kamu menyebut dirimu orang Yahudi dan bersandar kepada hukum Taurat, bermegah dalam Allah, dan tahu akan kehendak-Nya, dan oleh karena diajar dalam hukum Taurat, dapat tahu mana yang baik dan mana yang tidak, dan yakin, bahwa engkau adalah penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa, karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Jadi, bagaimanakah engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas hukum Taurat, mengapa engkau sendiri menghina Allah dengan melanggar hukum Taurat itu? Seperti ada tertulis: "Sebab oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain." Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan tuntutan-tuntutan hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah disunat? Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.

Bangsa Israel seharusnya dapat menjadi: penuntun orang buta dan terang bagi mereka yang di dalam kegelapan, pendidik orang bodoh, dan pengajar orang yang belum dewasa. Mengapa?Karena dalam hukum Taurat engkau memiliki kegenapan segala kepandaian dan kebenaran. Namun yang terjadi sebaliknya: Engkau yang mengajar: "Jangan mencuri," mengapa engkau sendiri mencuri? Engkau yang berkata: "Jangan berzinah," mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik akan segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala?


Apakah ini sebuah situasi temporer pada sebuah waktu atau era? Apakah ini sebuah situasi pada generasi-generasi tertentu Israel saja, dan apakah dengan demikian hukum Taurat tak dapat bekerja menjadi pandu bagi Israel, sebab:” oleh karena kamulah nama Allah dihujat di antara bangsa-bangsa lain?” Seperti ada tertulis, apakah maksudnya? 
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9