F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Predestinasi. Show all posts
Showing posts with label Predestinasi. Show all posts

0 Gembala yang Baik: Jika Satu Tersesat, Ia Mencari

  Pemikiran & Tindakan Kristus  Mengenai Keselamatan Manusia: Ia Meletakannya Di Atas Bahunya Dengan Gembira


Oleh: Blogger Martin Simamora

A.Ketersesatan yang Tak Lazim, Penyelamatan yang Tak Terpahami

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memiliki pandangan yang sangat  ketat terhadap ketentuan layak atau tidak layaknya seseorang untuk diselamatkan, atau untuk setidak-tidaknya berpotensi untuk diselamatkan. Dan pertama-tama, bagi mereka, Yesus memiliki problem sangat serius dan besar sebab Kristus tidak membangun jarak agar kesucian diri tidak terkontaminasi:

 

Lukas 15:1-2 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka."

 

Tindakan Yesus yang menerima dan makan bersama-sama dengan orang-orang berdosa telah menjadi batu sandungan yang begitu raksasa bagi orang-orang farisi sehingga tidak mungkin ditemukan sebuah dalil  bagi terciptanya semacam rekonsiliasi pada perilaku dan pandangan teologis Yesus yang hidup secara demikian.

 

Situasi tak terjembatani ini begitu besar sehingga jika semata-mata diserahkan kepada kebijakan manusia, tidak akan ditemukan satu kebenaran yang bermartabat ilahi sehingga kesucian tidak terkompromikan. Itulah sebabnya Yesus datang dengan sebuah penjelasan yang akan menunjukan bahwa pekerjaan yang sedang dilakukan oleh Yesus bukan sama sekali soal “menerima dan makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang-orang berdosa,” bukan itu sama sekali.

 

Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak dapat melihat problem dosa yang begitu gelap dan diluar kuasa manusia yang paling taat sekalipun untuk dapat ditanganinya, itu sebabnya Yesus datang dengan sebuah penjelasan yang pertama-tama menunjukan betapa gelap dan betapa ini adalah soal yang berada diluar kuasa manusia yang paling taat sekalipun kepada kebenaran kitab suci. Yesus tidak menjawab dengan sebuah  penjelasan etika  yang mendasari tindakannya yang demikian problematik bagi para Farisi dan ahli Taurat, namun Kristus menyingkapkan problem raksasa yang sedang menindas dan memperbudak Israel:

1 Kristus Sang Pengajar

Hakim Yang Mulia Bersabda Bagi Semua

Blogger Martin Simamora

A.Ketika Kristus Menduduki Kursi Musa Sebagai Hakim Yang Mulia

Kala Yesus Sang Kristus telah menjadi begitu populer dan telah sukses membangun sebuah kemuliaan yang menjamah jiwa setiap pendengarnya baik itu menciptakan nuansa hitam atau abu-abu atau putih bagi setiap individu, pada momen itu jugalah Sang Kristus telah masuk kedalam takhta kemuliaan bukan saja sebagai Sang Guru tetapi Ia Sang Sabda- Mesias yang bersabda.Secara gradual tak terhindarkan baginya bahwa ia bukan Guru dalam apa yang selama ini dapat mereka pahami. Secara hitam atau setidak-tidaknya abu-abu, terhadap Sang Kristus dapat terlontar pertanyaan-pertanyan penguji semacam ini:

Markus 10:2 Maka datanglah orang-orang Farisi, dan untuk mencobai Yesus mereka bertanya kepada-Nya: "Apakah seorang suami diperbolehkan menceraikan isterinya?"

Kita harus memperhatikan bahwa konteks pertanyaan ini sungguh-sungguh dimaksudkan untuk menguji apakah kedivinitasan Kristus yang akan muncul dari mata air pertanyaan ini. Jika pertanyaan ini membutuhkan semacam kematangan atau kebijakan seseorang yang telah teruji dan terpuji bukan saja pada kehidupan pernikahan dan pembinaan keluarganya sendiri selama puluhan tahun usia pernikahan di mata publik, tentulah Yesus Sang Kristus akan berkualifikasi untuk menjadi setidaknya rujukan terhadap problem pada institusi keluarga. Yesus Sang Kristus tidaklah demikian, sehingga memang pertanyaan ini memang dapat menjadi problem pelik tersendiri bagi Sang Kristus. Namun Kristus membawa masuk sebuah otoritas yang unik untuk dihadirkannya dihadapan orang-orang Farisi yaitu nabi Musa. Perhatikan ini: "Apa perintah Musa kepada kamu?" (Markus 10:3). Tanggapan Kristus pada hari itu sebagaimana lazimnya ia mengajar telah berubah menjadi penghakiman oleh sabda-Nya terhadap bangsa ini, perhatikan ini:

Markus 10:4-5  Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai."Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu.

Siapakah yang berharap pertanyaan penuh siasat ini berujung pada penghakiman, penghakiman oleh Musa yang menunjukan dua hal sekaligus: pertama, bahwa dosa telah merusak kekudusan dan kemuliaan lembaga pernikahan dan kedua, bahwa itu menunjukan manusia gagal untuk menggenapi secara tak bercela: sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Markus 10:6-9).

0 Aku Datang Untuk Menggenapinya


Sesungguhnya Selama Belum Lenyap Langit Dan Bumi Ini, Satu Iota Atau Satu Titikpun Tidak Akan Ditiadakan Dari hukum Taurat, Sebelum Semuanya Terjadi

Oleh: Blogger Martin Simamora
A.Kristus dan Kitab Suci

Relasi Kristus terhadap Kitab suci merupakan sebuah format yang tak terbayangkan bekerja pada seorang manusia, jika dipikirkan sebagai format relasi ketaatan terhadap kitab suci maka nampak jelas relasi itu akan menunjukan bahwa dimensinya hanya diri Yesus Kristus yang mampu menghidupi dalam sebuah format yang benar-benar divinitas. Dalam catatan injil Matius, Sang Kristus menyingkapkan format relasi ini sebagai berikut:
Matius 5:17-18 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Spektrum penggenapannya melampaui eksistensi atau lebih tepat disebut sebagai sebuah eksistensi yang begitu absolut menentukan kesudahan serta kefinalan  dunia dan kefinalan kitab suci sebagaimana diungkapkan dalam pernyataan ini: sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjad yang sangat manunggal dengan diri Yesus Kristus serta tujuannya di dunia ini. Ia dan  firman tertulis (kitab suci) memiliki relasi bersifat kekal dalam hal eksistensi-Nya. Kemanusiaan Kristus sedang membicarakan natur Keilahiannya yang mahamulia sebagaimana Bapa ketika ia sendiri berkata Aku datang untuk menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi dalam konteks melampaui segala abad hingga segala abad itu mengalami kesudahannya di tangannya sendiri sebagaimana ia mendefinisikannya sebagai berikut: selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Masalah dunia adalah: bagaimana memahami “sebelum semuanya  terjadi” dalam sebuah platform waktu, tempat dan peristiwa. Semakro dan atau semikro apakah isi dari sebelum semuanya terjadi akan dapat menjadi kepelikan sendiri bagi manusia untuk memahaminya.

0 Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah  Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias

Oleh: Blogger Martin Simamora


Siapakah Kristus yang seharusnya diberitakan? Ini adalah pertanyaan yang akan diduga banyak orang akan dapat dijawab berdasarkan perspektif berbagai orang di eranya berdasarkan pengalaman dengannya. Dan jika berdasarkan demikian, maka perspektif para rasul adalah sumber penjelasan yang paling otentik. Namun pemberitaan para rasul Kristus tidaklah bersumber pengalaman subyektifitasnya sebab sumber otentik penjelasan siapakah Mesias bahkan Mesias yang telah disalibkan, mati, bangkit dari antara orang mati dan telah naik ke sorga adalah kitab suci (perjanjian lama) yang bahkan penulisnya tidak pernah berjumpa dan tidak mungkin melihatnya. Rasul-rasul Kristus pada dan setelah peristiwa pentakosta akan senantiasa menjelaskan siapakah Kristus dalam bingkai kesaksian firman Tuhan dan bukan dalam bingkai pengalaman  yang bersifat subyketif dan memang sangat istimewa antara mereka terhadap Kristus. Mari kita memperhatikan hal istimewa ini:
Kisah Para Rasul 2:29-31 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan

Ini menjadi sebuah mercu suar yang divinitas, tanpa ini semua akan tersesat dalam mengenali dan apalagi menjelaskan siapakah Mesias dan mengapa Ia harus mati namun daging-Nya tidak mengalami kebinasaan (tidak dikuasai maut sehingga tetap dalam perbudakan kematian). Pada payung besar dan divinitas ini sajalah kesaksian para rasul akan menjadi benar dan berkuasa untuk menyatakan siapakah Kristus: Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. (Kisah Para Rasul 2:23).

Relasi Daud  terhadap Mesias bukan sekedar dalam relasi profetis yang bersifat Pre-Destinasi bahwa Mesias  harus seorang keturunan Daud dan bahwa Mesias telah ditetapkan lebih dulu sebelum Mesias itu sendiri ada di bumi harus mati namun dagingnya tidak mengalami kebinasaan. Juga bukan  semata relasinya adalah Mesias yang harus keturunan Daud itu adalah pasti akan bertakhta di takhta Daud tetapi relasi Daud ini mengalami penggenapan pada saat Sang Mesias sendiri menjelaskan relasi dirinya terhadap Raja Daud:

0 Mencari & Menakar Tuhan:

Oleh: Martin Simamora

Tuhan Dalam Dunia Manusia
(Refleksi)

Judul ini bukan hendak mengatakan bahwa Tuhan  itu adalah kreasi pikiran manusia, apalagi ciptaan jiwa manusia yang membutuhkan “Sang Diri” yang melebihi dirinya sehingga dapat menjadi pelabuhan bagi keletihan dan kepenatan jiwa yang menderanya di dalam perjalanan atau pengembaraannya di bumi ini. Tetapi  benar, judul ini hendak menyatakan bahwa manusia memiliki imajinasi-imajinasi dan konseptualisasi-konseptualisasi mengenai siapakah dan bagaimanakah Tuhan seharusnya. Problem dari semua hal terkait Tuhan dalam dunia manusia adalah: tak pernah ada satupun manusia yang berjumpa dengannya sebagaimana menjumpai manusia sehingga dapat bercakap-cakap dan memastikan berbagai hal spekulatif-tak ada yang dapat memastikan bahwa itu adalah kebenaran ultimatnya. Manusia memerlukan manusia yang memang pernah setidak-tidaknya tahu atau mengenal baik SANG DIA itu tanpa sedikit saja kesalahan. Tak mengherankan Tuhan tetap menjadi subyek menarik untuk diperbincangkan dan diperdebatkan, sekalipun seorang itu berhaluan ateis. Oposisionalnya Tuhan terhadap dunia manusia, itu kerap memelikan kreatifitas dan kekayaan jiwa manusia untuk merekonstruksi Tuhan sebagaimana ia ada. Perjanjian Baru memiliki  penyajian oposisional yang menarik terkait “Sang Diri Itu” dalam kreasi pikiran manusia atau konseptualisasi manusia terhadap Tuhan. Perhatikan ini dan juga rangkaian-rangkain yang merajut refleksi kali ini:

Yohanes 8:21-23  Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: "Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang." Maka kata orang-orang Yahudi itu: "Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?" Lalu Ia berkata kepada mereka: "Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.

Oposisional yang sedang dibicarakan di sini, bukanlah sebuah tipe yang memiliki prospek untuk berharmoni dalam serangkaian akomodasi-akomodasi kedua belah pihak: bahwa Tuhan belajar memahami dunia manusia dan manusia belajar memahami dunia Tuhan sehingga terciptalah sebuah zona harmoni bagi keduanya. Ini mustahil karena oposisional di sini bukan konseptual tetapi lahir dari sebuah keterpisahan dunia yang mustahil untuk berjumpa dan untuk saling memahami pada kedua belah pihak secara individual: “kamu berasal dari bawah; Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini.” Di dunia ada begitu banyak ragam konsep mengenai Tuhan, namun di sorga hanya ada satu konsep mengenai Tuhan:

0 Kasih Yang Kekal & Perkasa:

Oleh: Martin Simamora

Begitu Mencintai Sekalipun Sangat Dibenci Hingga Kesudahan Dunia
(Refleksi)


Membenci adalah kealamian manusia yang tak terduga kedalaman dan keluasannya, bahkan  teramat  kaya, sejatinya. Sebetulnya, sebuah kehinaan yang tak tertanggulangi oleh segenap manusia dihadapan Allah, adalah: tak mampu sama sekali mengasihi sebagaimana manusia itu telah dikasihi! Dan malangnya manusia, itu begitu telanjang dipertontonkan baik dalam perkataan dan perbuatan. Mari kita melihat episode yang mempertontonkan kehinaan manusia yang begitu pekat:

Matius 27:22-25  Kata Pilatus kepada mereka:"Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!"

Jika anda membenci seseorang, apakah cukup sukar untuk menemukan perbendaharaan yang begitu kaya untuk apa yang harus dilakukan? Bagaimana jika anda mencintai atau mengasihi seseorang? Pada  episode “Rakyat versus Yesus” sebuah keputusan atas nama darah seseorang yang “kejahatannya tak didapati” telah diputuskan, bukan hanya bagi satu generasi tetapi bagi generasi-generasi yang  bahkan tangannya tak berlumur darah. Perhatikan baik-baik! Ini bukan mengenai darah yang akan membasuh mereka dari segala dosa, apalagi darah Sang Kristus yang mendatangkan pengampunan dan pendamaian. Bukan sama sekali! Tetapi ini lebih sebuah konsekuensi yang begitu diyakini oleh masyarakat Yahudi: “dan itu adalah sebuah gagasan orang-orang Yahudi, bahwa darah orang yang tak bersalah, dan darah dari anak-anak orang yang tak bersalah itu, tidak hanya tersimbah seketika itu juga pada orang-orang yang melakukan, tetapi atas anak-anak mereka hingga kesudahan dunia” (sumber: The Talmud, dalam buku: “Matthew:A Rabbinic Source Commentary And Language Bible”).

0 Ketika Mencintai-Nya Bukan Soal Perasaan Belaka:

Oleh: Martin Simamora


Tetapi Allah Yang Bersabda: “Ikutlah Aku.”
(Refleksi)



Pernahkan anda menanyakan (bukan mempertanyakan) perasaan cintanya kepada dirimu bagaikan saat anda belum menikahinya, menjadi isterimu? Mencintai diriku atau dirimu oleh pasanganmu-isterimu seharusnyalah memiliki daya magnet yang sehangat dan secemburu saat anda belum memilikinya sebagai milikmu. Namun, bagi Yesus, mencintai dirinya sedemikian, hanya bisa terjadi dalam sebuah cara yang sungguh berbeda, sebab harus dimulai dengan sebuah relasi yang diciptakan Sang Kristus: “ikutlah Aku.” Mencintai memang begitu identik dengan perasaan yang begitu spesial dan begitu tercurahnya kepada seseorang. Tetapi Yesus memperlihatkan sebuah mencintai dirinya yang sama sekali tak akan terkerjakan oleh perasaan dan kekuatan jiwaku semata. Setidaknya Ia telah memperlihatkannya pada Petrus:

Yohanes 21:15-17 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Yesus menanyakan kasih Petrus kepada dirinya, namun mengapakah Petrus bersedih? Ini sebetulnya bukan soal apakah Yesus sedang meragukan kasihnya, bukan! Tetapi soal masa depan diri Petrus yang harus berlangsung sebagaimana Yesus memandangnya dan diungkapkannya kepada Petrus; ini bukan hal yang gampang lagi menyenangkan sebab ini adalah mengasihi Tuhan sekalipun harus mati pada akhirnya. Petrus tak memahami mengapa demikian caranya Sang Kristus menanyakannya, seolah meragukannyakah?

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3P-1)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora

Yohanes 20:7  sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung

Bacalah lebih dulu bagian 3”O”

Menyangkali realita kemanusiaan semua manusia yang pada hakikatnya berada di dalam belenggu maut, dengan kata lain, berada didalam murka Allah, maka, pengajaran-pengajaran keselamatan ada di luar Kristus, atau, Kristus bukanlah jalan, kebenaran dan hidup yang tunggal [Yohanes 14:6], memang dapat dilahirkan oleh manusia. Yesus menyatakan bahwa 3 realita ada sekaligus didalam dirinya. Ia bukan sekedar jalan namun juga kebenaran, bukan juga, hanya hidup kekal namun sebuah kebenaran, dan bukan sekedar kebenaran tanpa memberikan jalan dan hidup kekal.

Bagaimanakah dengan pengajaran pendeta Dr.Erastus Sabdono pada paragraf 21 “Keselamatan Di Luar Kristen-03.”
Walaupun mereka tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar. Mereka akan diperkenan masuk dunia yang akan datang. Ironisnya tidak sedikit orang Kristen yang mestinya mengerti bagaimana mempraktekkan kasih tetapi ternyata tidak memperlakukan sesamanya dengan baik. Orang percaya bukan saja dipanggil untuk berbuat baik tetapi melakukan kehendak Bapa atau menjadi “berkenan kepada Bapa”.

Apakah “Walaupun tidak menerima Yesus tetapi memperlakukan sesamanya secara benar, akan diperkenan masuk ke dunia yang akan datang, merupakan kebenaran dan kehendak Bapa?” Istilah “masuk ke dunia yang akan datang” adalah konsepsi pendeta Erastus untuk menunjukan orang-orang tak beriman sangat mungkin untuk mengalami kehidupan kekal dan tidak turut dihukum. Sekalipun terlepas dari Kristus. Tetapi apakah itu sebuah jalan?; apakah  ini sebuah kebenaran? Apakah  benar memberikan sebuah hidup kekal yang dikehendaki Bapa?

Apakah Yesus sendiri pernah bersabda: di luar diri-Nya; di luar kebenaran-Nya, di luar hidup-Nya, manusia dapat memiliki sabdanya sendiri; kebenarannya sendiri, hidup kekalnya sendiri. Bahwa,dengan demikian, pada dasarnya manusia memiliki hidupnya sendiri; pada dasarnya manusia memiliki kebenarannya sendiri; dan pada dasarnya manusia memiliki jalannya sendiri, caranya sendiri, wahyunya sendiri, keilahian kebenarannya sendiri?!

1 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3”O”)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3N

Perkenanan  seorang manusia dihadapan Allah, bermakna, bahwa ia mendapatkan penerimaan atau mendapatkan pengampunan atau mendapatkan pendamaian dari Allah, tak pernah bermakna pemenuhan oleh manusia itu terhadap  tututan-tuntutan hukum atau sabda Allah secara telak, utuh tanpa sebuah penyimpangan selain kesempurnaan saja, sehingga diterima, bukan ditolak Allah. Ini, bahkan, sejak perjanjian lama. Hal demikian juga ditunjukan Yesus kala Ia  mengajarkan bagaimana seseorang pada akhirnya hidup dalam kekekalan Allah pada Matius 25:31-46, tidak sebagaimana diajarkan oleh pendeta Dr. Erastus, pada paragraf  20 dalam tautan  utama di sini  atau cadanganKeselamatan Di Luar Kristen 03”:

Bagi orang yang tidak mengenal Injil atau tidak mendengar Injil dengan benar, perbuatan baik adalah ciri atau tanda seseorang memberi diri untuk diperkenan masuk dunia yang akan datang (Mat 25:31-46). Ini berarti mereka mendengar hati nurani mereka dan melakukan apa yang tertulis dalam hati nurani mereka, yaitu Torat Tuhan (Rom 2:12-15).

pun sama sekali tidak  merupakan perintah Yesus Kristus bahwa itulah hal-hal yang harus dilakukan oleh siapapun juga jika ingin mendapatkan perkenanan dari Allah.Sebaliknya, merupakan:a.penggambaran Yesus akan apakah yang terjadi dengan manusia-manusia yang memiliki relasi atau beriman dengan dirinya, yaitu para domba dan manusia-manusia yang tak memiliki atau tak beriman dengan dirinya, dan b.bagaimanakah kehidupan yang berlangsung sebagai hasil kehidupan beriman atau berelasi dengan Yesus Kristus: memiliki kasih-Nya. Jika pendeta Dr. Erastus Sabdono  mengajarkan “perbuatan baik adalah ciri atau tanda seseorang memberi diri untuk diperkenan masuk dunia yang akan datang,”maka, jelas ia mengabaikan apakah yang terutama dan satu-satunya: sumber berlangsungnya relasi beriman antara manusia dengan Allah, yang merupakan sumber kehidupan yang berkenan kepada-Nya. Tak ada manusia yang berdaya pada dirinya sendiri dapat mencapai berbagai nilai atau standard atau kesesuaian-kesuaian yang ilahi [karena datang dari kehendak Allah], sehingga dapat berkenan dihadapan Allah dalam derajat  yang bagaimanapun.

Tahukah anda bahwa, pada dasarnya, sejak perjanjian lama hingga perjanjian baru, manusia tak dapat membenarkan atau melayakan dirinya pada dirinya sendiri?

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3N)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3M

Perbuatan-perbuatan baik atau luhur atau penjunjungan relasi dan  persaudaran yang bermoral mulia sesama manusia, memang sebuah hal yang masih tetap dimiliki oleh manusia-manusia. Hati nurani yang masih bekerja didalam keberdosaan manusia, itulah menjadi pandu moralitas, sehingga di dalam dunia yang kian lama semakin pekat dengan kejahatan, hati nurani berjuang keras menahan laju  gerak berbagai hasrat jahat di dalam diri setiap manusia sehingga setiap manusia dan setiap masyarakat masih memiliki penghargaan, pengharapan dan kemauan untuk mempraktikan nilai-nilai luhur di dalam kehidupan mereka. Perhatikan hal berikut ini:

Roma 2:14-15 Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela

Sehingga di dunia ini, pada orang-orang lain yang bahkan tak beriman kepada Yesus Kristus, tak pernah mendengarkan atau mengimani keutamaan-keutamaan iman dan kebenaran Kristen,tak perlu menjadi heran dan menjadi ditakjubkan, terdapat orang-orang yang  sangat berbudi pekerti luhur dan memiliki standard-standard dan praktik-praktik moral yang begitu hidup dan begitu menyejukan bagi manusia-manusia yang membutuhkan kasih sayang dan kemanusiaan yang menaungi, melindungi dan bahkan membentengi dari diskriminasi dan intimidasi yang mengancam eksistensi dan jiwa mereka. Hal ini terjadi oleh sebab: hukum Taurat – isinya- ada tertulis di dalam hati  dan  suara hati mereka. Realita semacam ini sangat mungkin  terjadi dan sudah menjadi kenyataan bahwa orang-orang yang mengaku Kristen, mengaku murid Kristus, mengaku telah diselamatkan dan mengaku pasti masuk sorga  bahkan berperilaku bukan saja lebih buruk namun brengsek. [Poin inilah yang menjadi sudut tajam bagi pendeta Dr. Erastus Sabdono untuk mengajarkan bahwa dengan demikian bahkan orang-orang  Kristen yang demikian-brengsek atau bahkan menjadi teladan bagi lingkungan sendiri gagal- tak kan pernah masuk sorga, apalagi sekedar dunia baru]

Namun demikian, disaat yang sama, harus diperhatikan bahwa hukum Taurat –isinya- yang tertulis didalam hati dan suara hati  pada orang-orang  dari bangsa lain yang tak beriman kepada Yesus Kristus, tidaklah memerintah dan berkuasa penuh didalam diri mereka, sebagai manusia-manusia yang murni atau steril dari hasrat-hasrat dosa. Itulah sebabnya digambarkan bahwa isi hukum Taurat yang bekerja didalam diri mereka bekerja didalam sebuah pertarungan pada internal dirinya sendiri:

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3M)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora
Bacalah lebih dulu bagian 3L

Menjadi orang percaya atau beriman kepada Yesus Kristus bukanlah sebuah peran atau posisi yang dapat diupayakan untuk dimiliki dan dilakoni oleh diri manusia. Apalagi dalam sebuah peran penuh dusta, sebab, tak ada  orang-orang percaya pilihan Allah dapat menjalani kehidupan di dunia tanpa sebuah relasi dengan Kristus. Saya sebelumya sudah menyajikan bahwa orang percaya sejati adalah dia yang hidup di dalam penggembalaan Yesus Kristus selama di dunia ini [ “tinjauan bagian 3K”]; ia adalah domba-Nya dan Kristus adalah Gembalanya yang begitu mengasihi, menuntunnya dan menjagainya sebab domba-domba-Nya mendengar dan mengikut kala Gembala memanggil atau memerintahnya. Sehingga, kehidupannya sebagai seorang pilihan, tidak pernah sebuah kesendirian dan keterisolasian dari  pimpinan Allah yang penuh maksud padanya. Siapakah yang dimaksud sebagai orang pilihan memang harus dipahami sebagaimana Yesus telah menyatakannya, sehingga pemahaman yang benar dibangun berdasarkan sabda atau pengajaran atau pandangan Kristus bukan berdasarkan “realita” untuk menjelaskan atau mengajarkan kebenaran mengenai siapakah murid-murid atau orang-orang beriman yang sejati itu; mengapa pada realitanya dapat dijumpai orang-orang Kristen yang munafik karena kejahatan-kejahatan yang dilahirkanya. Bagaimana bisa hal itu terjadi sementara Yesus berkata bahwa orang beriman karena  Bapa telah menyerahkan kepadanya sehingga datang dan diterima-Nya. Bicara realita, faktanya Yesus pun berjumpa dengan pengikut-pengikut bahkan disebut murid-murid yang bahkan menolak sama sekali perintah-perintah dan ketetapan-ketetapan-Nya. Siapapun harus memperhatikan bagaimana Yesus menjelaskan fakta keristenan yang memiliki perwajahan hitam itu, apa sebabnya. Sehingga kekeliruan fatal sebagaimana pada paragraf16 “Keselamatan Di Luar Kristen -03” tidak perlu terjadi:

Dalam injil kita menemukan kenyataan orang-orang yang mestinya terhisap sebagai “umat Tuhan” ternyata mereka ditolak oleh Allah. Dalam Matius 24:44-51 dikemukakan suatu perumpamaan yang jelas sekali menunjukkan bahwa ada orang-orang yang disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang sebab tidak melakukan tugasnya dengan baik. Mereka yang tertolak tersebut adalah hamba-hamba seorang tuan yang adalah gambaran dari Tuhan. Mereka disamakan dengan orang-orang munafik. Kata munafik dalam teks bahasa Yunani artinya hipokrites yang artinya orang yang memainkan peranan. Orang-orang yang munafik artinya orang-orang yang bersandiwara, berperan sebagai umat pilihan padahal kualitas batiniahnya tidaklah demikian.

Disebut hamba-hamba Tuhan tetapi dibuang,” benarkah yang dibuang itu adalah hamba-hamba Tuhan yang memang para pengikut Yesus karena Bapa menyerahkannya? Mungkinkah ada pengikut-pengikut, bahkan disebut murid-murid Yesus atau hamba-hamba Tuhan, namun bukan datang dari Bapa?

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3L)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora

kredit ilustrasi: mitre10.co.nz
Bacalah lebih dulu bagian 3K


Ketika Paulus menuliskan   fasal 5 ayat 19:19-21 pada epistel Galatianya, apakah yang sedang hendak ditunjukannya? Pada dasarnya sebuah pengontrasan yang begitu tajam dan gemilang  pada realita orang-orang percaya sejati yang semata-mata hidup berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan oleh Allah terhadap orang-orang yang tak ditebus Kristus sehingga tak dapat memberi dan memiliki kehidupannya yang dipimpin oleh Roh. Teks firman tersebut bukan sama sekali dapat dijadikan dasar penghakiman berdasarkan perbuatan baik dihadapan Allah ,dan mengajarkan  agar orang-orang beriman harus menjaga kepastian keselamatannya melalui perjuangan gigih untuk menjadi sempurna didalam segala perilakunya. Mari kita melihat pengajaran pendeta Dr.Erastus Sabdono  pada paragraf 15 “Keselamatan Di Luar Kristen -03”:

Paulus juga mengatakan bahwa mereka yang menghasilkan buah-buah daging tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (Gal 5:19-21). Jadi, walaupun seorang Kristen bahkan pendeta bila masih menghasilkan buah-buah daging dan tidak bertobat, maka berarti tidak selamat. Jangankan dikembalikan pada rancangan Allah semula, masuk dunia yang akan datang saja tidak. Masuk dunia yang akan datang artinya menjadi anggota masyarakat dalam Kerajaan Sorga.

Siapakah  sesungguhnya orang-orang yang menghasilkan buah-buah daging tersebut? Mari kita membuka Alkitab kita dan membaca Galatia 5:19-21:
(19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,(20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,(21)kedengkian, kemabukan,pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.

Bagian ini  adalah sebuah peringatan yang ditujukan kepada orang-orang tebusan Allah, agar jangan  hidup sebagai manusia-manusia yang dikuasai kehidupan daging selayaknya orang-orang bukan tebusan Allah, yang tak memiliki kehidupan yang dipimpin oleh Roh Kudus. Bagian ini, bukan sama sekali mengajarkan bahwa siapapun yang dapat melakukan atau memenuhi larangan ini dapat mendapatkan bagian dalam  Kerajaan Allah. Bagian ini tidak mengatakan, dengan demikian, Yesus Kristus bukan sebuah kemutlakan  atau satu-satunya keselamatan, sebab faktanya rasul Paulus,dalam hal ini, tidak sedang bermaksud untuk  mengajarkan perihal perbuatan-perbuatan mulia yang dapat membawa orang ke dalam Kerajaan Allah, apalagi dalam definisi yang lebih luas hingga dapat terlepas dari Kristus beserta karyanya. Tidak sama sekali demikian.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3K)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3J

Demikian juga dengan Matius 7:21-23 yang dikutip pendeta Dr. Erastus Sabdono, sebagaimana dengan 1Petrus 1:17 dan Wahyu 21:8, bukan sama sekali  teks-teks firman yang memunculkan kebenaran bahwa seorang Kristen harus berjuang untuk mempertahankan keselamatan sehingga pantas menjadi anak-anak Allah:

Berkenaan dengan hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang muka (1 Pet 1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari kerajaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka yang adalah orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa orang yang mengaku telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa orang yang masuk Kerajaan Sorga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat 7:21-23). [paragraf 14 “Keselamatan Di Luar Kristen-03]

Memang sangat berdasar, untuk kemudian, menjadi begitu peduli dengan realita kekekristenan yang dipetakan oleh manusia-manusia beragama Kristen atau mengaku diri sebagai anak-anak Allah, namun tak menebarkan “kemuliaannya” tersendiri diantara manusia-manusia, sebagaimana,misalkan saja, kemuliaan yang dimiliki oleh pohon jati atau pohon cendana diantara dunia pepohonan, sebagaimana yang dirisaukan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono:
Bagaimana kalau ternyata ada orang-orang Kristen yang kelakuan tidak berbeda bahkan lebih buruk dari orang-orang yang non Kristen yang tidak pergi ke gereja, apakah berarti orang-orang Kristen tersebut sudah pantas disebut sebagai umat pilihan dan pasti diterima di Kerajaan Bapa? Tentu tidak.[ ini adalah paragraph 13]

Namun demikian, satu kesalahan besar yang dilakukan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono: realita-realita menyimpang atau memalukan pada manusia-manusia Kristen atau mereka yang mengakukan dirinya sebagai anak-anak Allah [perhatikan, ini berangkali juga sudah menjadi sebuah sebutan yang murahan, sebab diakukan dengan mulut tanpa mengerti, memahami apalagi memiliki perilaku untuk disebut anak-anaknya Allah atau keturunan yang dilahirkan oleh kehendak Allah- Yohanes 1:12-13], tidak sama sekali merupakan kebenaran akan kebenaran keselamatan oleh kasih karunia saja. Realita-realita buruk pada manusia-manusia Kristen yang sungguh memalukan itu, tak sama sekali mengubah kebenaran bahwa kebenaran yang dimiliki oleh setiap anak-anak Allah berdasarkan relasi yang dibangunkan oleh Allah, bukan sama sekali oleh perbuatan-perbuatan baik atau mulia. Perbuatan-perbuatan baik tak menciptakan relasi intim dengan Allah, namun dalam relasimu dengan Allah yang dibangun-Nya padamu akan lahir sebuah perbuatan-perbuatan mulia pada dirimu.

Bukankah Matius 7:21-23 menyatakan realita yang digusarkan oleh pendeta Dr.Erastus Sabdono, namun apakah dengan demikian Allah medasarkan pembenaran orang beriman itu pada apa yang dapat diperbuatnya?

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3J)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”
Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3i

Demikian juga, saat pendeta Dr. Erastus Sabdono mengutip Wahyu 21:8:
Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Teks firman tersebut, sama sekali tidak menunjukan adanya kebenaran pada manusia dihadapan Allah berdasarkan perbuatan baik atau berdasarkan kesempurnaan seseorang melakukan kehendak Bapa, sebab tepat setelah ayat 8, kebenaran seorang manusia dihadapan Allah itu, berdasarkan pada sebuah relasi yang sangat unik dan tak bisa diselenggarakan oleh manusia:
Wahyu 21:9 Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."

Siapakah “pengantin perempuan” itu? Mari kita melihat sebuah penjelasan spektakuler mengenainya:
Wahyu 21:24 Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya

Mempelai Anak Domba itu adalah segala bangsa dan raja-raja di bumi yang menjadi percaya kepadanya. Apakah dasar untuk menyatakannya? Perhatikan hal berikut ini:
Wahyu 21:27 Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba itu.

Wahyu 21:8 bukan sama sekali dasar yang sedikitpun benar bagi pendeta Dr. Erastus Sabdono untuk mengajarkan kebenaran manusia dihadapan Allah berdasarkan perbuatan-perbuatan baik atau yang sekehendak dengan Bapa, apalagi terlepas dari Kristus. Sebaliknya, menunjukkan bahwa hanya mereka yang tak mengenal Kristus atau tak memiliki Kristus di dalam dirinya, tak memiliki kuasa untuk hidup sebagai anak-anak yang taat dan tidak menuruti hawa nafsu dunia  ini. Jika Kristus  berdiam di dalam dirinya, maka ia tercatat di dalam kitab kehidupan Anak Domba[baca juga tinjauan bagian 1R,tinjauan bagian 1S, tinjauan bagian 2Q]. Apakah dasar bagi orang tersebut dapat masuk, bahkan, tidak berdasarkan pada perbuatan baiknya, tetapi pada: apakah  namanya tertulis di dalam Kitab kehidupan Anak domba, atau tidak? Ini menunjukan bahwa: pertama: mereka yang memiliki Kristus adalah milik Kristus dan menghasilkan kehidupan yang berasal dari Kristus di dalam dirinya. Seseorang yang mana Kristus berdiam di dalamnya tak akan  melahirkan sesuatu yang najis, kekejian dan dusta; kedua: Kristus adalah dasar kebenaran mereka di hadapan Allah sehingga nama mereka tercatat di dalam kitab kehidupan tersebut.

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3i)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora



Bacalah lebih dulu bagian 3H

Yesus Kristus pada mulanya adalah Allah Sang Firman yang bersama-sama dengan Allah. Sang Firman itu telah menjadi Anak. Tak hanya Ia adalah Anak Manusia, sebagaimana Yesus sendiri menyebut dirinya demikian untuk menunjukan kesejatian kemanusiaannya [Lukas 19:9-10], namun juga, Ia adalah Anak Allah, sebagaimana Yesus sendiri menyebut dirinya demikian [Yohanes 5:18-20] untuk menunjukan kesejatian ke-Tuhan-an pada dirinya sendiri, dan itu dikemukakannya secara  gamblang: “masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”[ Yohanes 10:36]. Apa yang menarik dalam Ia menyatakan siapakah dirinya dalam sebuah keistimewaan, baik Anak Manusia dan Anak Allah, pada  saat Ia menyatakan dirinya Anak Manusia tak sama sekali menyusutkan kuasa-Nya untuk menyelamatkan: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Oleh Yesus sendiri, Sang Firman yang telah menjadi manusia itu didalam kemanusiaannya adalah Ia yang berkuasa untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang [ baca juga Lukas 15:1-7; Lukas 15:8-10; Lukas 15:11-32 yang menunjukan bahwa Yesus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang]. Mengapa hal ini penting untuk dinyatakan?

Saat siapapun mengajar atau berteologia dalam sebuah cara mengabaikan atau tidak memperhitungkan siapakah Yesus, apakah sabda-sabdanya, apakah karya-karya keselamatannya, atas kehendak siapakah Yesus telah datang dan apakah yang dikehendaki Bapa didalam Ia melakukan karya keselamatannya, berdasarkan apapun dan bagaimanapun, maka memang pengajaran dan teologia yang dihasilkannya dapat berlawanan dengan apapun yang disaksikan oleh  kitab suci tersebut. Termasuk, bagaimana pendeta Dr. Erastus Sabdono melakukannya melalui pernyataannya berikut ini:
Berkenaan dengan hal diatas, perlu diingatkan bahwa Tuhan tidak memandang muka (1 Pet 1:17). Siapapun mereka yang berbuat jahat akan ditolak dari kerajaan Allah. Hal ini ditegaskan dalam Wahyu 21:8 menyatakan bahwa mereka yang adalah orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua. Hendaknya kita tidak berpikir bahwa orang yang mengaku telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat otomatis masuk Kerajaan Sorga. Harus tetap diingat bahwa orang yang masuk Kerajaan Sorga adalah mereka yang melakukan kehendak Bapa (Mat 7:21-23).

Setiap orang yang melakukan kehendak Bapa, itu, haruslah seorang yang menerima Yesus Kristus. Tak ada siapapun yang sanggup melakukan kehendak Bapa tanpa Kristus! Tak ada keselamatan berdasarkan perbuatan baik dapat terjadi pada manusia. Itu sebabnya, Yesus sebagai Anak Manusia berkata: datang untuk mencari dan menyelamatkan. Itu hal yang absolut, sebagaimana Yesus menyatakan. Tuhan memang tidak memandang muka sehingga semua yang berbuat jahat  memang akan ditolak  masuk ke dalam  Kerajaan Allah. Tetapi 1 Petrus 1:17 itu sendiri sama sekali tidak menunjukan sebuah kebenaran masuk ke dalam kerajaan Allah berdasarkan perbuatan yang sekehendak dengan Bapa pada siapapun manusia, apalagi sampai terlepas dari Yesus Kristus

0 Tinjauan Pengajaran Pdt. Dr.Erastus Sabdono “Keselamatan Diluar Kristen” (3H)


“Keselamatan Kristus Juga Untuk Mereka Yang Tak Beriman Kepada-Nya”

Oleh: Martin Simamora


Bacalah lebih dulu bagian 3G

Tanpa memperhatikan dan menetapkan kebenaran akan siapakah orang-orang beriman itu, bahwa mereka adalah orang-orang yang telah diserahkan Bapa kepada-Nya, dan memang pada realitanya, ada yang memang dapat disebut murid-murid Kristus oleh orang-orang dunia atau kita sendiri, namun tidak sama sekali menurut  Yesus [ bacalah  tinjauan bagian 3F dan  tinjauan bagian 3G], sebagaimana telah ditunjukan oleh Yesus sendiri melalui sebuah peristiwa yang begitu vulgar:

Yohanes 6:60-61 Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?" Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: "Adakah perkataan itu menggoncangkan imanmu?

Yohanes 6:64 Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya." Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya …

mengapa Ia bisa tahu dari semula? Apakah yang Yesus lihat atau tahu namun tak kita ketahui? Maka  inilah sebuah  hal pasti yang tak dapat kita ketahui: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku- Yoh 6:44” atau “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang- Yoh 6:37” atau “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang-Yoh 6:39” atau “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman- Yoh 6:44.” Yesus mengetahui dari semula, karena tidak semua yang mengikutnya dan menjadi muridnya, datang dan mengikutnya sebagai sebuah kesejatian seorang murid yang dilahirkan oleh Bapa. Ini senilai dengan:

Yohanes 6:26 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang

Bacalah seterusnya hingga  ayat 36, maka kita akan  menemukan bahwa Yesus segera memvonis mereka sebagai para pengikut Yesus yang pada akhirnya akan meninggalkannya:
Yohanes 6:36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.

Mengapa mereka hanya bisa menjadi murid-murid yang beriman karena makanan yang mengenyangkan secara duniawi dan bukan karena makanan yang mendatangkan hidup kekal atau mempercayai Yesus? 

Maka, inilah jawaban Yesus:
Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9