F O K U S

Nabi Daud Tentang Siapakah Kristus

Ia Adalah Seorang Nabi Dan Ia Telah   Melihat Ke Depan Dan Telah Berbicara Tentang Kebangkitan Mesias Oleh: Blogger Martin Simamora ...

Showing posts with label Pluralisme. Show all posts
Showing posts with label Pluralisme. Show all posts

0 Ucapan Yesus Kristus yang Paling Dibenci



Oleh: Martin Simamora

"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun…”

Siapakah Yesus yang Berkata Demikian?
Tidak ada yang lebih hebat dari perkataan Yesus satu ini sehingga mampu menimbulkan penolakan dalam beragam rupa bukan saja pada non pengikut Kristus tetapi bahkan mereka yang mengaku sebagai pengikut Kristus, akan sangat berkeberatan dengan pernyataan Yesus yang ini:

Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Statement yang begitu kuat mengesankan arogansi, kesombongan, dan paling benar sendiri, oleh Yesus sendiri telah dimaksudkannya sebagai sebuah kebenaran yang sangat absolut untuk sampai diabaikan. Jadi ketika ia menyatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun…. Kalau tidak melalui Aku, ia menyampaikannya dengan sederet penekanan agar pendengarnya tahu, jika ini  bukan kebenaran dirinya sendiri tetapi Allah pemiliknya. Perhatikan bagaimana Yesus mengajukan pernyataan tersebut sebagai kebenaran absolut yang datang dari Allah:

Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia."- Yohanes 14:7



Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya.- Yohanes 14:10



Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku- Yohanes 14:6



Percayalah kepada-Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.- Yohanes 14:11



Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa;- Yohanes 14:12

Problem segera menyeruak. Benarkah perkataan atau pernyataan Yesus tersebut, adalah kebenaran dari Allah? 

Jangankan anda, bahkan para murid Yesus pun memiliki problem paling sukar dalam kehidupan rohani mereka, terhadap perkataan atau ajaran Yesus Sang Guru mereka sendiri. Bagaimana dengan anda, apakah pernyataan Yesus ini telah menjadi problem terkeras dalam kehidupan spiritual anda, sehingga lebih baik untuk tidak dipegang sebagai kebenaran? Hanya anda yang tahu.

0 Jika Yesus Sang Mesias Telah Memerdekakanmu

Oleh: Martin Simamora

Maka Kamu Telah Dimerdekakan Dari Perbudakan Dosa dan Penggembalaan Iblis 

Ketika seorang menjadi percaya kepada Yesus Sang Mesias, apakah dasar aktual dan ilahinya untuk sebegitu percayanya kepada dia, bahkan bagi manusia-manusia moderen dewasa ini, seperti saya ini? Apakah relevansi ruang dan waktu bagi saya kepada Dia, sehingga sabda Kristus harus ditaati  olehku pengikut Kristus kontemporer atau masa kini? Manusia moderen mengikuti kebenaran manusia purba dan primitif dibandingkan dengan pengajaran para guru dunia yang lebih maju, terdidik dan barangkali multi doktoral?

Yesus Sang Mesias sendiri pernah membicarakan dirinya terhadap para muridnya dalam relevansi ruang dan waktu, dalam sebuah pengunjukan betapa ia mahapenting dan mahapenentu atas kehidupan, bukan saja bagi para muridnya tetapi bagi dunia ini. Mari kita melihat sejumlah perkataan atau ucapan atau logos atau firman atau sabda Sang Mesias berikut ini:

“Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup."- Yohanes 8:12

0 Menghakimi Keilahian Kristus Di Dalam Pikiran Para Manusia:

Oleh: Martin Simamora

Bagaimana Bisa Ia  Manusia Sekaligus Penyelamat &  Sumber Keselamatan Tunggal Kekal?

Yesus telah menjadi subyek pembicaraan, perdebatan hingga pertengkaran [misalkan: “Orang-orang Yahudi bertengkar antara sesama mereka dan berkata: "Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan." Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu”- Yoh 6:52-53] mengenai siapakah dirinya.  Sementara bagi Yesus, apapun yang dibicarakan, apapun yang diperdebatkan dan dipertengkarkan mengenainya, fakta-fakta demikian tak sama sekali menunjukan ketiadaan apa yang disebut sebagai kebenaran absolut,sebagaimana tersingkap di kebisingan kesimpangsiuran dirinya dalam pikiran-pikiran para manusia:

Yohanes 6:35 Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.

Yohanes 6:38 Sebab Aku telah turun dari sorga

Yesus bukan saja menyatakan kemutlakan dirinya seolah-olah ia adalah salah satu di antara kebenaran-kebenaran yang dapat dijumpai di dunia ini. Keabsolutannya bahkan bukan berdasarkan interpretasi ayat-ayat suci oleh manusia, tetapi interpretasi oleh dan pada dirinya sendiri sebagai sumber kehidupan atau teks-teks suci itu sendiri, seolah [semua manusia] dalam pandangan Yesus tak memiliki kehidupan. Tetapi itu belum puncak tertingginya, karena tak cukup jika ia hanyalah manusia diantara manusia-manusia ini saja, ia menyatakan dirinya dari sorga yang tinggal diantara manusia-manusia: “sebab Aku telah turun dari sorga.”

0 Mencari Dan Menakar (Bagaimana) Keselamatan Dari Tuhan:

Oleh: Martin Simamora

Kehendak Allah Versus Pikiran Para Manusia
(Refleksi)
kredit ilustrasi: bethinking.org
Apa yang paling menyolok terkait Yesus kala berinteraksi dengan keragaman pikiran atau pandangan atau nilai atau perspektif atau keyakinan manusia adalah, dia mengetahui segalanya secara sempurna dalam makna yang sangat definitif hingga  bertengger secara kokoh pada poin tak memerlukan verifikasi untuk pemastian akan apakah maksud sesungguhnya yang dimaksudkan para manusia itu; Ia tak memerlukan pandangan ke dua atau ketiga atau  analisa pakar apapun juga untuk menjadi pertimbangan-pertimbangan kritikal bagi dirinya. Ia menempatkan dirinya bukan sekedar tahu akan segala-galanya tanpa sebuah kemelesesatan dalam derajat terkecil sekalipun, tetapi sekaligus ia adalah ultimat atas semuanya, sehingga didalam berinteraksi dengan keberagaman atau kepluralan pandangan akan kebenaran mengenai dirinya dan keselamatan itu tak bersifat dialogis sehingga kebenaran dirinya sendiri beradaptasi dan bertoleransi dengan kebenaran dan nilai divinitas yang diusung manusia-manusia lainnya [memang pandangan publik terhadap Yesus itu sendiri dapat dikatakan sebagai sebuah kepluralan, namun kebenaran-Nya adalah ketunggalan absolut sekaligus ilahi: “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi." Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga- Mat 16:13-17"].

Kemutlakan dirinya dan kebenaran dirinya di hadapan manusia juga disertai kemutlakan dirinya atas semua manusia yang menjamah segala pengetahuan pada semua diri manusia hingga di kedalaman yang begitu tersembunyi pada diri seorang manusia:

Yohanes 2:24-25 Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diri-Nya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia.

0 Apakah Kristus Satu-Satunya Jalan?-1 (bagian 1) : Jalan Sempit Vs Banyak Jalan Menuju Tuhan

Beragam orang mendaki  melalui rute-rute yang berbeda,beberapa orang dengan jalur melingkar dan yang lainnya dengan jalur yang lebih langsung tetapi pada akhirnya mereka semua akan berkumpul di puncak gunung. Idenya adalah bahwa setiap orang yang berada di puncak akan menyadari pendakian-pendakian ini pada akhirnya adalah pencarian yang sama. Kita semua bertemu di puncak dan  apapun  tuhannya, sesuai dengan bagaimana anda menentukan siapakah Tuhan itu, kita semua berkata, oh, jadi semua agama sebenarnya mengenai tuhan yang sama atau mengenai  hal yang sama.


Isu ini , tentang bagaimana Kristus dapat menjadi satu-satunya  jalan menuju Tuhan merupakan salah satu keberatan  paling  pelik yang mengemuka. Topik ini lazim dipertanyakan terkait dengan isu-isu mengapa orang-orang tak bersalah menderita. Tetapi sekarang, saya berpendapat, pertanyaan ini berangkali telah menjadi   rintangan-rintangan terbesar.

Mengapa anda  menganggap bahwa  Kristus satu-satunya jalan adalah benar? Saya pikir ini terkait  bertumbuhnya pluralisme dan isu toleransi. Kami telah mendiskusikan  hal ini dalam sejumlah kasus dalam budaya masyarakat kita  yang telah mendidik kita untuk menganggap bahwa  toleransi didefinisikan   bersepakat dengan orang atau setidaknya bersepakat dengan pandangan mereka  sehingga memiliki legitimasi yang sama dengan pandanganmu. Artinya ini adalah egalitarian ( sebuah pandangan bahwa setiap orang setara sehingga memiliki hak-hak dan kesempatan-kesempatan yang sama-red) manakala diberlakukan pada kebenaran maka kebenaran itu seiring perjalanan waktu (sesuai dengan perkembangan zaman). Dengan kata lain, kita  menjadi  egaliter terkait kebenaran. Ini  menarik bahwa  kita masih kerap bersikap elitis ketika  berurusan dengan orang tetapi menjadi egaliter ketika berurusan dengan kebenaran.

Dalam pandangan saya, seharusnya hal sebaliknya yang terjadi. Kita harus menjadi elitis ketika bersikap pada kebenaran dan menjadi egaliter dalam memandang atau bersikap kepada orang. Artinya, perlakukanlah orang-orang dalam sebuah cara yang toleran  yang diperlihatkan sebagai mengasihi dan mempedulikan orang dan sepakat untuk terkadang tak bersepakat tetapi didalam pengertian bahwa ketika kita tidak bersepakat pada sebuah kebenaran maka tidak berarti saya sedang menolak anda sebagai pribadi.

Anchor of Life Fellowship , Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri - Efesus 2:8-9